Tabel 5.5 Tingkat Tindakan Siswa SMP Dharma Panca Sila Tentang Rokok dan Bahaya Merokok
Tingkat tindakan
n
Baik 59
65.6 Sedang
30 33.3
Tidak baik 1
1.1
Total 90
100.0 5.2. Pembahasan
5.2.1. Prevalensi siswa merokok
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 90 siswa SMP Dharma Pancasila, Medan, prevalensi siswa yang merokok sebesar 1.1 .
Penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Global Youth Tobacco Survey pada tahun 2004 di SMP di Medan yang melaporkan prevalensi siswa yang
merokok adalah sebanyak 34.9. Selain itu, Global Youth Tobacco Survey, 2004 turut melaporkan sebanyak 34 siswa di SMP di Jakarta yang merokok
dan 33 siswa di SMP di Bekasi yang merokok. Menurut asumsi peneliti, prevalensi merokok pada siswa SMP
Dharma Pancasila rendah karena sudah terdapat penyuluhan awal mengenai rokok dan bahaya merokok terhadap siswa tersebut sehingga menyebabkan
mereka tidak mahu merokok karena mereka sadar efek yang bisa disebabkan oleh rokok. Selain itu juga terdapat anggota keluarga siswa yang melarang
siswa untuk merokok.
Universitas Sumatera Utara
5.2.2. Usia siswa SMP mulai merokok
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, satu orang siswa SMP Dharma Pancasila yang merokok itu berusia 12 tahun. Hasil ini serupa dengan
penelitian yang dilakukan oleh Smet 1999 yang mengatakan usia siswa SMP mengisap rokok kali pertama adalah pada umur 11-13 tahun. Penelitian ini
berbeda dengan hasil penelitian Global Youth Tobacco Survey pada tahun 2006 yang mengatakan usia anak mulai mengisap merokok adalah pada umur
kurang dari 10 tahun.
5.2.3. Jumlah rokok yang dihisap oleh siswa dalam satu hari
Jumlah rokok yang dihisap oleh siswa SMP yang merokok berdasarkan penelitian adalah sebanyak 1-2 batang dalam sehari. Siswa ini
dikategorikan sebagai perokok ringan. Mengikut pandangan peneliti, perokok ringan mempunyai peluang yang tinggi untuk berhenti merokok jika mereka
mendapatkan penyuluhan dan pengetahuan yang cukup.
5.2.4. Faktor-faktor siswa SMP merokok
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SMP Dharma Pancasila, faktor siswa merokok adalah karena siswa tersebut ingin coba-
coba. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Mariani, S.R., 2004 turut mendapatkan hasil yang sama yaitu pada mulanya remaja merokok karena
untuk suka-suka dan rasa ingin tahu yang seterusnya berlanjutan kepada ketagihan merokok. Selain itu, faktor lain yang menyebabkan siswa ini
merokok adalah disebabkan terdapat anggota keluarganya yang merokok yaitu pamannya. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Mariani,
S.R., 2004 mengatakan salah satu faktor remaja merokok adalah karena terdapat anggota keluarga remaja yang merokok. Sebagai contoh, bapak atau
Universitas Sumatera Utara
abang remaja tersebut menghisap rokok. Oleh karena itu mereka berpendapat tidak salah bagi mereka untuk merokok.
Pada penelitian juga dijumpai terdapat teman siswa tersebut yang merokok. Smet 1999 mengatakan remaja merokok ketika bersama-sama
dengan teman mereka. Penelitian yang dilakukan oleh Jusuf 1994 di Jakarta Timur, perilaku merokok sering disebabkan oleh anggota keluarga seperti
abang dan temannya. Pada penelitian ini didapati terdapat anggota keluarga yaitu ibu
responden yang menghalangi anaknya untuk tidak merokok tetapi responden tersebut masih tetap juga merokok. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Mariani, S.R., 2004 yang mengatakan ibu bapa tidak peduli anaknya merokok. Mengikut pandangan peneliti mengapa responden masih
lagi merokok walaupun sudah dilarang oleh ibunya karena sikap remaja itu yang ingin hidup bebas dan tidak suka dikengkang. Selain itu pengaruh teman
yang merokok lebih memainkan peranan terhadap remaja merokok.
5.2.5. Pengetahuan Siswa