Pengaruh Iklan Rokok Di Televisi Terhadap Perilaku Merokok Siswa Smp Di Smp Swasta Dharma Bakti Medan Tahun 2011

(1)

PENGARUH IKLAN ROKOK DI TELEVISI TERHADAP PERILAKU MEROKOK SISWA SMP DI SMP SWASTA

DHARMA BAKTI MEDAN TAHUN 2011

TESIS

OLEH :

TARIANNA GINTING 097032107/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

THE INFLUENCE OF CIGARETTE ADVERTISEMENT ON TELEVISION ON THE JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS' SMOKING BEHAVIOR

AT SMP SWASTA DHARMA BAKTI MEDAN 2011

THESIS

BY

TARIANNA GINTING 097032107/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PENGARUH IKLAN ROKOK DI TELEVISI TERHADAP PERILAKU MEROKOK SISWA SMP DI SMP SWASTA

DHARMA BAKTI MEDAN TAHUN 2011

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

TARIANNA GINTING 097032107/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Judul Tesis : PENGARUH IKLAN ROKOK DI TELEVISI TERHADAP PERILAKU MEROKOK SISWA

SMP DI SMP SWASTA DHARMA BAKTI MEDAN TAHUN 2011

Nama Mahasiswa : Tarianna Ginting Nomor Induk Mahasiswa : 097032107

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Administrasi Kesehatan Komunitas/ Epidemiologi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. dr. Tamsil Syafiuddin, Sp.P.(K))

Ketua Anggota

(Drs. Amir Purba, M.Si, Ph.D)

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si) (Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(5)

Telah di uji

Pada Tanggal : 19 Agustus 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

KETUA : Prof. dr. Tamsil Syafiuddin, Sp.P.(K) Anggota : 1. Drs. Amir Purba, M.Si. Ph.D

2. Dr. Drs. R.Kintoko Rochadi, M.K.M 3. Drs. Hendra Harahap, M.Si


(6)

SURAT PERNYATAAN

PENGARUH IKLAN ROKOK DI TELEVISI TERHADAP PERILAKU MEROKOK SISWA SMP DI SMP SWASTA

DHARMA BAKTI MEDAN TAHUN 2011

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, September 2011

Tarianna Ginting 097032107


(7)

ABSTRAK

Sebanyak 3 juta remaja yang merokok di Indonesia tahun 1997, 20% di antaranya anak SMP dan tahun 2000 anak SMP perokok aktif meningkat sekitar

30% (Irdan, 2008). Di SMP Dharma Bakti Medan ditemukan sekitar 5-10% siswa yang merokok di luar lingkungan sekolah.

Penelitian bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Iklan Rokok di Televisi terhadap Perilaku Merokok Siswa SMP di SMP Swasta Dharma Bakti Medan. Jenis penelitian survey analitik dengan populasi penelitian adalah seluruh siswa SMP Dharma Bakti sebanyak 200 orang. Jumlah sampel sebanyak 100 orang diambil secara acak sederhana (Simple Random Sampling). Data dikumpulkan melalui kuesioner, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklan rokok berpengaruh terhadap perilaku merokok siswa SMP di SMP Swasta Dharma Bakti Medan.

Perlu peran aktif penyuluh kesehatan mempromosikan tentang dampak rokok terhadap kesehatan secara berkala di sekolah-sekolah untuk mencegah meningkatnya perilaku merokok siswa SMP.


(8)

ABSTRACT

There were 3 million teenagers who smoke in Indonesia in 1997, 20% of them were junior high school students, and the active smokers of junior high school students were increasing around 30% in 2000 (Irdan,2008). At SMP Swasta Dharma Bakti Medan was found around 5-10% students smoked outside the school.

The result is aimed to analyze the influence of cigarette advertisement on television on the Students’ Smoking Behavior at SMP Swasta Dharma Bakti Medan . The type of this research was analytic survey. The population of the research were the entire students at SMP Swasta Dharma Bakti, around 200 people. The amount of the sample 100 people were taken by Simple Random Sampling. The data were collected by questioner, interview and documentation . The data analysis used the multiple linear regression

The result of the research showed that the cigarette advertisement influence on the students’ smoking behavior at SMP Swasta Dharma Bakti Medan.

It is needed an active role of medical advisor teams to promote the influence of the cigarette to the health in period in the school to prevent the increasing of the smoking behavior of the junior high school students.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa karena atas segala kasih karunia karunia-NYA penulis dapat menyelesaikan tesis dengan “Pengaruh Iklan Rokok di Televisi TerhadapPenulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

5. Prof. dr. Tamsil Syafiuddin, Sp.P.(K) selaku ketua pembimbing satu yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama proses penyelesaian tesis ini

6. Drs. Amir Purba, M.Si, Ph.D selaku anggota komisi pembimbing yang telah membantu memberikan bimbingan dan arahan selama proses penyelesaian tesis ini


(10)

7. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M selaku ketua komisi pembanding yang telah memberikan kritikan dan saran demi kesempurnaan tesis ini

8. Drs. Hendra Harahap, M.Si selaku anggota komisi pembanding yang juga telah memberikan kritikan dan saran demi kesempurnaan tesis ini

9. B. Sembiring. BA selaku Kepala Sekolah SMP Dharma Bakti Medan

10. Ayahanda R.Ginting dan Ibunda Ng Br Pinem yang banyak memberikan dukungan dan doa hingga selesainya tesis ini

11. Suami tercinta AIPTU. A.Surbakti, dan anak-anakku tersayang Alfacino Obana Orlando, Alfonso Obana Ornando, dan Alvina Tabita Gabriella yang telah banyak memberikan semangat, motivasi dan doa yang tulus sehingga selesainya tesis ini,

12. Rekan-rekan mahasiswa serta semua pihak yang tidak dapat disebut satu persatu yang telah membantu penulis dan berkonsultasi selama penyusunan tesis ini. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, September 2011


(11)

RIWAYAT HIDUP

Tarianna Ginting, lahir di Juhar, Kabupaten Karo pada tanggal dua puluh tujuh bulan Desember tahun seribu sembilan ratus enam puluh lima. Anak dari pasangan R. Ginting dan Ng. br Pinem.

Menikah dengan AIPTU. A. Surbakti dan telah dikaruniai tiga orang anak yaitu Alfacino Obana Orlando, Alfonso Obana Ornando, dan Alvina Tabita Gabriella.

Memulai pendidikan di SD Bersubsidi Projoyo Kecamatan Sunggal, dan lulus tahun 1979, melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Pancur Batu lulus tahun 1981, Melanjutkan di SMA Negeri Pancur Batu lulus tahun 1984, tahun 1987 menyelesaikan pendidikan di Akademi Perawat Darma Agung Medan, tahun 1997 menyelesaikan pendidikan Bidan Program B Depkes Padang Sumatera Barat, dan tahun 2002 menyelesaikan pendidikan S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Mulai September 2009 mengikuti pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Pada tahun 1987 s/d 1994 bekerja di RSU Herna Medan, 1995 s/d 2006 sebagai dosen tetap AKPER Herna Medan, Tahun 2006 sampai saat ini bekerja sebagai dosen tetap Akademi Kebidanan Sehat Yayasan RSU Sehat Medan.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Hipotesis ... 9

1.5. Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Iklan ... 10

2.1.1.Pengertian Iklan ... 10

2.1.2. Fungsi Iklan ... 10

2.1.3. Strategi Iklan ... 12

2.1.4. Elemen-elemen Iklan di Televisi ... 14

2.1.5. Iklan rokok di Televisi ... 15

2.2. Perilaku Merokok ... 16

2.2.1. Definisi Perilaku ... 16

2.2.2. Pengertian Perilaku Merokok ... 21

2.2.3. Tipe Perilaku Merokok ... 22

2.2.5. Bahaya Rokok Bagi Kesehatan ... 24

2.3. Remaja ... 25

2.3.1. Faktor yang Memengaruhi Remaja Merokok…………. ... 29

2.4. Landasan Teori ... 31

2.5. Kerangka Konsep ... 32

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 33

3.1. Jenis Penelitian ... 33


(13)

3.3. Populasi dan Sampel ... 34

3.3.1. Populasi ... 34

3.3.2. Sampel ... 34

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 34

3.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 35

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 36

3.5.1. Variabel Independen ... 36

3.5.2. Variabel Dependen ... 37

3.6. Metode Pengukuran ... 37

3.6.1. Pengukuran variabel Independsen... 37

3.6.2. Pengukuran variabel Dependen... 38

3.7. Metode Analisis Data ... 39

3.7.1. Analisis Univariat ... 39

3.7.2. Analisis Bivariat ... 40

3.7.3. Analisis Multivariat ... 40

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 41

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 41

4.2. Analisis Univariat ... 42

4.3. Analisis Bivariat ... 45

4.4. Analisis Multivariat ... 55

BAB 5. PEMBAHASAN ... 58

5.1. Pengaruh Iklan Rokok di Televisi terhadap Pengetahuan…………. 58

5.2. Pengaruh Iklan Rokok di Televisi terhadap Sikap ... 59

5.3. Pengaruh Iklan Rokok di Televisi terhadap Tindakan ... 60

5.4. Keterbatasan ... 64

BAB 6. KESIMPULAN ... 65

6.1. Kesimpulan ... 65

6.2. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 67


(14)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

4.1. Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Video/Visual . ... 42

4.2 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Audio ... 42

4.3 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Talent... 43

4.4 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Grafics ... 43

4.5 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Pacing ... 44

4.6 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan ... 44

4.7 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Sikap ... 44

4.8 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Tindakan ... 45

4.9 Distribusi Hubungan Video/Visual terhadap Pengetahuan ... 46

4.10 Hubungan Audio terhadap Pengetahuan ... 46

4.11 Hubungan Talent terhadap Pengetahuan ... 47

4.12 Hubungan Grafics terhadap Pengetahuan ... 48

4.13 Hubungan Pacing terhadap Pengetahuan ... 48

4.14 Hubungan Video/Visual terhadap Sikap ... 49

4.15 Hubungan Audio terhadap Sikap ... 50

4.16 Hubungan Talent terhadap Sikap ... 50

4.17 Hubungan Grafics terhadap Sikap ... 51

4.18 Hubungan Pacing terhadap Sikap ... 52


(15)

4.20 Hubungan Audio terhadap Tindakan ... 53

4.21 Hubungan Talent terhadap Tindakan ... 54

4.22 Hubungan Grafics terhadap Tindakan ... 54

4.23 Hubungan Pacing terhadap Tindakan ... 55

4.4.1 Analisis Multivariat Iklan Rokok terhadap Pengetahuan ... 56

4.4.2 Analisis Multivariat Iklan Rokok terhadap Sikap ... 56


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman 1. Daftar Pertanyaan/Kuesioner ... 70 2. Hasil Uji Validitas/Reliabilitas ... 78 3. Hasil Uji Statistik ... 85


(17)

ABSTRAK

Sebanyak 3 juta remaja yang merokok di Indonesia tahun 1997, 20% di antaranya anak SMP dan tahun 2000 anak SMP perokok aktif meningkat sekitar

30% (Irdan, 2008). Di SMP Dharma Bakti Medan ditemukan sekitar 5-10% siswa yang merokok di luar lingkungan sekolah.

Penelitian bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Iklan Rokok di Televisi terhadap Perilaku Merokok Siswa SMP di SMP Swasta Dharma Bakti Medan. Jenis penelitian survey analitik dengan populasi penelitian adalah seluruh siswa SMP Dharma Bakti sebanyak 200 orang. Jumlah sampel sebanyak 100 orang diambil secara acak sederhana (Simple Random Sampling). Data dikumpulkan melalui kuesioner, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklan rokok berpengaruh terhadap perilaku merokok siswa SMP di SMP Swasta Dharma Bakti Medan.

Perlu peran aktif penyuluh kesehatan mempromosikan tentang dampak rokok terhadap kesehatan secara berkala di sekolah-sekolah untuk mencegah meningkatnya perilaku merokok siswa SMP.


(18)

ABSTRACT

There were 3 million teenagers who smoke in Indonesia in 1997, 20% of them were junior high school students, and the active smokers of junior high school students were increasing around 30% in 2000 (Irdan,2008). At SMP Swasta Dharma Bakti Medan was found around 5-10% students smoked outside the school.

The result is aimed to analyze the influence of cigarette advertisement on television on the Students’ Smoking Behavior at SMP Swasta Dharma Bakti Medan . The type of this research was analytic survey. The population of the research were the entire students at SMP Swasta Dharma Bakti, around 200 people. The amount of the sample 100 people were taken by Simple Random Sampling. The data were collected by questioner, interview and documentation . The data analysis used the multiple linear regression

The result of the research showed that the cigarette advertisement influence on the students’ smoking behavior at SMP Swasta Dharma Bakti Medan.

It is needed an active role of medical advisor teams to promote the influence of the cigarette to the health in period in the school to prevent the increasing of the smoking behavior of the junior high school students.


(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Remaja adalah generasi penerus bangsa, untuk itu suatu negara perlu mempersiapkan generasi muda secara fisik dan psikis dengan baik. Secara fisik perkembangan remaja dari segi kesehatan perlu mendapatkan perhatian yang cukup signifikan dari pemerintah.

Salah satu karakteristik umum perkembangan remaja menurut Ali.M (2010) adalah memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high curiosity). Karena didorong oleh rasa ingin tahu yang tinggi, remaja cenderung ingin bertualang, menjelajah segala sesuatu, dan mencoba segala sesuatu yang belum pernah dialaminya. Selain itu, didorong juga oleh keinginan seperti orang dewasa menyebabkan remaja ingin mencoba melakukan apa yang sering dilakukan oleh orang dewasa. Akibatnya, tidak jarang secara sembunyi-sembunyi, remaja pria mencoba merokok karena sering melihat orang dewasa melakukannya. Seolah-olah dalam hati kecilnya berkata bahwa remaja ingin membuktikan kalau sebenarnya dirinya mampu berbuat seperti yang dilakukan orang dewasa. Oleh karena itu yang amat penting bagi remaja adalah memberikan bimbingan agar rasa ingin tahunya yang tinggi dapat terarah kepada kegiatan-kegiatan yang positif, kreatif dan produktif. Namun pada kenyataannya yang terjadi adalah para remaja melakukan kegiatan yang mengarah ke arah negatif seperti kebiasaan merokok.


(20)

Karakteristik remaja yang erat dengan keinginan adanya kebebasan, indenpendensi, dan berontak dari norma-norma, dimanfaatkan para pelaku industri rokok dengan memunculkan selogan-selogan promosi yang mudah tertangkap mata dan telinga serta menantang. Selogan-selogan ini tidak hanya gencar dipublikasikan melalui berbagai iklan di media elektronik, cetak dan luar ruang, tetapi industri rokok pada saat ini sudah masuk pada tahap pemberi sponsor setiap event anak muda, seperti konser musik dan olah raga. Hampir setiap konser musik dan event olah raga di Indonesia di sponsori oleh industri rokok. Dalam event tersebut mereka bahkan membagikan rokok gratis atau mudah mendapatkannya dengan menukarkan potongan tiket masuk acara tersebut. Para remaja memang menjadi sasaran empuk bagi industri rokok.

Ketua ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Widyastuty Soerojo pada lokakarya “Understanding Tobacco Industry Throught Their Own Top secret Document tahun 2008 di Jakarta, mengatakan industri rokok memanfaatkan karakteristik remaja, ketidaktahuan konsumen dan ketidakberdayaan mereka yang sudah kecanduan rokok. Iklan rokok menawarkan citra seorang perokok sebagai seorang yang tangguh, kreatif, penuh solidaritas, macho modern dan lain sebagainya, sehingga remaja tertarik untuk mengadopsi rokok tanpa menyadari bahayanya.

Semua perusahaan tembakau besar di Indonesia memberikan sponsor pada kegiatan olah raga, acara remaja dan konser musik. Akibatnya anak-anak Indonesia sangat terpengaruh oleh iklan rokok yang mengasosiasikan merokok dengan keberhasilan dan kebahagiaan. Pemberian sponsor serta promosi melalui berbagai


(21)

kegiatan merupakan komponen kunci dalam strategi industri tembakau untuk merangkul para remaja (Gatra, 2004).

Ancaman khusus rokok terhadap kelompok usia remaja merupakan suatu hal yang tidak bisa disepelekan. Hal ini telah mencemaskan semua pihak, terutama kelompok perlindungan anak. Rokok mengancam masa depan kesehatan dan kepribadian anak. Rokok harus dilihat juga sebagai bahan adiktif buat anak.

Salah satu iklan rokok yang digemari remaja adalah iklan rokok A Mild dengan label “A”, diproduksi oleh PT HM Sampoerna Tbk, selalu melakukan perubahan dan pembaharuan sesuai dengan keinginan para remaja yang ingin mencoba hal yang baru. Rokok tersebut menawarkan keamanan dan kenyamanan merokok dengan rendah kadar Tar dan Nikotin, serta adanya selogan yang selalu segar bagi para remaja misalnya tema “Bukan Basa Basi”(BBB), versi “Kalau benda bisa ngomong”, “Silahkan Bicara” yang diikuti dengan gambar mulut yang tertutup plester. Selogan tersebut sangat efektif dalam memengaruhi remaja bahwa remaja senang dengan keterbukaan, dan berhak melakukan sesuatu seperti yang dilakukan orang dewasa (Purwaningwulan, 2007).

Demikian halnya iklan rokok yang lainnya, disamping ada unsur humor yang digunakan untuk menarik perhatian remaja, juga terdapat makna pesan-pesan yang secara tersembunyi yaitu kritik sosial pada perilaku pelanggaran yang kadangkala juga dilakukan oleh para remaja.

Komnas Perlindungan Anak bersama dengan Universitas Muhammadiyah Prof.DR Hamka (UHAMKA) melakukan penelitian mengenai dampak ketertarikan


(22)

remaja pada iklan rokok, kegiatan yang disponsori industri rokok terhadap aspek kognitif, afektif dan perilaku merokok pada remaja dengan subjek sebanyak 353 responden murid SMP dan SMA di DKI Jakarta pada tahun 2007. Penelitian bersama itu menunjukkan seberapa jauh anak mengenal tayangan iklan rokok dari berbagai media. Hasilnya menyatakan 99,8% anak remaja sudah terpapar iklan rokok, dan sebanyak 81% remaja pernah mengikuti kegiatan yang disponsori industri rokok. Jika ditinjau dari aspek kognitif pengaruh iklan terhadap remaja, riset menyatakan 68,2% anak remaja dapat menyebutkan lebih dari tiga slogan iklan rokok, dan bisa dengan cepat mengenali karya audio visual iklan rokok serta mengidentifikasi produk yang dimaksud. Jika ditinjau dari sisi usia remaja yang mulai merokok, hasil penelitian tersebut menyatakan rata-rata remaja mulai merokok pada usia 14 tahun, dan sebanyak 31,5% remaja mulai merokok di usia 15 tahun. Dan dari segi besarnya pengaruh iklan dan kegiatan yang disponsori industri rokok terhadap perilaku merokok remaja sebanyak 29% remaja perokok menyalakan rokoknya ketika melihat iklan rokok pada saat tidak merokok (Wibowo, 2009).

Dalam survey WHO yang dilakukan di 100 Negara secara serentak pada tahun 2004-2006 termasuk Indonesia, terungkap bahwa 12,6% pelajar setingkat SMP adalah perokok, dan sebanyak 30,9% pelajar perokok tersebut mulai merokok sebelum usia 10 tahun dan 3,2% dari mereka sudah kecanduan. Hasil lain dari survey ini adalah 64,2% pelajar SMP menyatakan terpapar asap rokok orang lain, perokok pasif di rumah sendiri, dan 81% pelajar SMP terpapar ditempat-tempat umum (Cahaya, 2008).


(23)

Berdasarkan survey yang dilakukan Global Youth Tobacco Survey (GYTS) Indonesia tahun 2006 yang dilakukan terhadap remaja berusia 13-15 tahun sebanyak 24,5% remaja laki-laki dan 2,3% remaja perempuan merupakan perokok, 3,2% diantaranya sudah kecanduan. Bahkan yang lebih mengkhawatirkan 3 dari 10 pelajar mencoba merokok sejak mereka dibawah usia 10 tahun. Hasil survey tersebut juga menunjukkan bahwa akibat gencarnya iklan yang dilakukan oleh industri rokok, maka sebanyak 92,9% anak-anak terekspos dengan iklan yang berada di papan reklame dan 82,8% terekspos iklan berada di majalah dan Koran (Wibowo, 2009).

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang mempunyai konsumsi rokok 6,6% dari konsumsi dunia, yang memprihatinkan dari 3 juta remaja yang merokok ada 20% adalah anak SMP dan tiga tahun terakhir 30% dari jumlah anak SMP sebagai perokok aktif (Irdan, 2008).

Menurut Nawi, dari Quit Tobacco Indonesia yang dikemukakan pada seminar “Update of Tobacco Control Research” di Diklat RSUP Dr Sardjito, Indonesia termasuk 5 negara dengan konsumsi rokok terbesar di dunia. Konsumsi tembakau di Indonesia meningkat 7 kali lipat dalam jangka waktu 3 tahun (1997-2000), dan prevalensi penggunaan tembakau di Indonesia telah meningkat dalam segala usia. Hasil penelitian Yayi Suryo Direktur Eksekutif QTI FK-UGM di Yogyakarta, iklan rokok dan perilaku merokok berhubungan secara signifikan dengan perilaku merokok dikalangan remaja SMP dan SMA di kota Yogyakarta. Insiden perokok pada pria di kalangan remaja lebih tinggi dari di kalangan perempuan (Kanal, 2007).


(24)

Perilaku merokok merupakan hal yang sangat mudah dijumpai pada masyarakat karena dianggap sebagai suatu kebiasaan yang tidak membahayakan bagi manusia, diperkirakan jumlah perokok di dunia sebesar 1,3 miliar orang, sementara penyakit akibat perilaku merokok mencapai 4,9 juta setiap tahunnya, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) apabila perilaku ini berlanjut maka angka kematian akibat rokok meningkat 10 juta setiap tahunnya pada tahun 2020, dan ini banyak terjadi di negara-negara berkembang (Bustan, 2007).

Dunia kesehatan menyatakan bahwa merokok memberi dampak negatif yang luas bagi kesehatan dan ditenggarai sebagai salah satu penyebab utama timbulnya penyakit kanker paru, penyakit jantung koroner, impotensi, bahkan gangguan kehamilan dan janin. Menurut data WHO satu juta manusia pertahun di dunia meninggal karena merokok dan 95% diantaranya adalah kanker paru-paru. Data statistik WHO yang dipublikasikan tanggal 28 Mei 2002 menyebutkan bahwa aktivitas merokok telah membunuh satu dari sepuluh orang dewasa di dunia tiap tahun, dan itu setara dengan empat juta kematian perokok. Bahkan jika trennya tidak berubah, tahun 2030 kematian akan meningkat menjadi satu dari enam perokok. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI Soewarta Kosen menyatakan rokok mengakibatkan 1172 kematian setiap tahunnya, yang artinya satu kematian setiap enam detik. Meskipun demikian peningkatan jumlah perokok di kalangan remaja terus meningkat (Wibowo,2009).

Penanggulangan masalah rokok di Indonesia memang sangat dilematis. Disatu sisi, industri rokok dianggab sebagai penghasil pajak paling besar dibanding sektor


(25)

lain. Misalnya dapat memberikan kontribusi terhadap pemasukan keuangan negara berupa pembayaran cukai. Singkat kata, industri rokok adalah industri padat karya dan memberikan sumbangan yang cukup besar dalam perekonomian bangsa (Yanto, 2009).

Menurut Imam, ratifikasi Framework Convention on Tobacco Control (FTCT), suatu hukum international dalam pengendalian tembakau, adalah faktor kunci perlindungan anak-anak dari bahaya tembakau, yang salah satunya mengatur iklan rokok. WHO mengklaim bahwa pelarangan segala bentuk iklan promosi, dan sponsor rokok terbukti bisa menurunkan tingkat konsumsi rokok hingga 16%. Sekalipun sejumlah pemerintah daerah dalam beberapa tahun terakhir juga telah membuat sejumlah Perda yang mengatur tempat untuk merokok,namun pemerintah Indonesia yang bergabung dalam salah satu penyusun FTCT, yang telah disepakati secara aklamasi dalam sidang WHO 2003, menjadi satu-satunya negara di Asia Fasifik yang tidak menandatangani dan belum melakukan aksesi FTCT. Sehingga terkesan ironis ketika pemerintah sibuk menghimbau anak–anak muda untuk tidak merokok melalui tema Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2008, “Anak Muda Tanpa Rokok/Tobacco Free Youth namun tidak mencoba menyediakan lingkungan yang kondusif bagi anak-anak yang kadang masih terlalu hijau untuk memilih (Antara, 2008).

SMP swasta Dharma Bakti Medan adalah salah satu sekolah SMP yang ada di Kota Madya Medan letaknya sangat strategis yang berada di jalan besar Jamin Ginting Padang Bulan. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di sekolah


(26)

tersebut, peneliti melihat bahwa ada siswa yang merokok diluar kegiatan sekolah, misalnya saat sebelum masuk lingkungan sekolah, setelah keluar sekolah, bahkan ada secara sembunyi-sembunyi merokok saat jam istirahat.

Berdasarkan hasil wawancara langsung yang peneliti lakukan dengan pihak sekolah dalam hal ini guru BP (Bimbingan dan Penyuluhan), bahwa salah satu aturan dan tata tertib disekolah tersebut adalah melarang siswa merokok, dan aturan tersebut juga sudah berulangkali diingatkan kepada seluruh siswa, namun ada sekitar 5-10% siswa yang merokok diluar jam belajar. Keadaan tersebut sulit dipantau karena mereka merokok diluar lingkungan sekolah.

Mengingat usia mereka masih dini sudah merokok, maka hal ini harus segera dicegah untuk terjadinya perilaku kecanduan merokok, serta mengantisipasi dampak rokok terhadap kesehatan mereka sangat berbahaya.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh Iklan Rokok di Televisi terhadap Perilaku merokok siswa SMP di SMP Swasta Dharma Bakti Medan Tahun 2011.

1.2. Permasalahan

Bagaimanakah pengaruh iklan rokok di televisi terhadap perilaku merokok siswa SMP di SMP Swasta Dharma Bakti Medan tahun 2011?


(27)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tentang pengaruh iklan rokok di televisi terhadap perilaku merokok Siswa SMP di SMP Swasta Dharma Bakti Medan Tahun 2011.

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh iklan rokok di televisi terhadap perilaku merokok siswa SMP di SMP Swasta Dharma Bakti Medan.

1.5. Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis, dapat menambah khasanah keilmuan Kesehatan Masyarakat khususnya tentang dampak rokok bagi kesehatan dan dapat sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya

2. Diharapkan orang tua, guru dan pemerintah dapat memberikan informasi tentang bahaya merokok bagi kesehatan

3. Bagi remaja khususnya siswa SMP mau secara sadar menghindari perilaku merokok untuk kepentingan kesehatannya.


(28)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Iklan

2.1.1. Pengertian Iklan

Dalam Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia dinyatakan bahwa : “Iklan adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan lewat suatu media dan dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat” (Niken, 2007). Iklan diartikan sebagai berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang dijual, dipasang pada media massa seperti surat kabar, majalah atau ditempat-tempat umum. Sedangkan istilah periklanan merujuk kepada pemahaman keseluruhan proses yang meliputi persiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penyampaian pesan.

Dalam pengertian iklan perlu diingat adanya kata-kata yang berkaitan dengan pesanan dan khalayak ramai. Iklan adalah suatu kegiatan yang menyampaikan berita, tetapi berita yang disampaikan atas pesanan pihak yang menginginkan agar produk atau jasa yang dijual dapat diterima dan dibeli oleh konsumen.

Periklanan adalah komunikasi komersil dan nonpersonal tentang sebuah organisasi dan produk-produknya yang ditransmisikan kesuatu khalayak, target melalui media bersifat massal seperti televisi, radio, koran, majalah, pengeksposan langsung, reklame luar ruang, atau kendaraan umum (Monle lee, 2007).


(29)

Alat dalam komunikasi periklanan selain bahasa, terdapat alat komunikasi lainnya yang sering dipergunakan yaitu gambar, warna, dan bunyi. Iklan menggunakan sistem tanda yang terdiri atas lambang baik verbal maupun ikon. Pada dasarnya lambang yang digunakan dalam iklan terdiri dari dua jenis yaitu verbal dan non verbal. Lambang verbal adalah bahasa yang kita kenal, lambang non verbal adalah bentuk dan warna yang disajikan yang tidak secara meniru rupa atas bentuk realitas. Ikon adalah bentuk dan warna serupa atau mirip dengan keadaan sebenarnya, seperti gambar benda, orang atau binatang (Sobur, 2003).

2.1.2. Fungsi Periklanan

Secara umum, periklanan dihargai karena dikenal sebagai pelaksana beragam fungsi komunikasi yang penting bagi perusahaan bisnis dan organisasi yaitu:

2.1.2.1. Memberi informasi (Informing)

Periklanan membuat konsumen sadar (aware) akan merek-merek baru, mendidik mereka tentang berbagai fitur dan manfaat merek, serta memfasilitasi penciptaan citra merek yang positif. Karena merupakan suatu bentuk alat komunikasi yang efektif, berkemampuan menjangkau khalayak luas dengan biaya perkontak relatif rendah, periklanan memfasilitasi pengenalan (introduction) merek-merek baru meningkatkan jumlah permintaan terhadap merek-merek yang telah ada, dan meningkatkan puncak kesadaran dalam benak konsumen (TOMA-top of mind awareness) untuk merek-merek yang sudah ada dalam kategori produk yang matang.


(30)

2.1.2.2. Mempersuasi (Persuading)

Iklan yang efektif akan mampu mempersuasi (membujuk) pelanggan untuk mencoba produk dan jasa yang diiklankan.

2.1.2.3. Mengingatkan (Reminding)

Iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan para konsumen. Periklanan yang efektif juga meningkatkan minat konsumen terhadap merek yang sudah ada dan pembelian sebuah merek yang mungkin tidak akan dipilihnya. Periklanan, lebih jauh didemonstrasikan untuk memengaruhi pengalihan merek (brand swictching) dengan mengingatkan para konsumen yang akhir-akhir ini belum membeli suatu merek yang tersedia dan mengandung atribut-atribut yang menguntungkan.

2.1.2.4. Memberikan nilai tambah (Adding value )

Periklanan memberi nilai tambah pada merek dengan memengaruhi persepsi konsumen. Periklanan yang efektif menyebabkan merek dipandang sebagai lebih elegan, lebih gaya, lebih bergengsi dan lebih unggul dari tawaran pesaing (Terence, 2003).

2.1.3. Strategi Iklan

Strategi komunikasi adalah siasat, cara dan jembatan yang dipakai kreator iklan dalam mengkomunikasikan suatu pesan agar berbeda dari kompetitornya.


(31)

Orang-orang kreatif harus mendapatkkan gaya, nada, kata-kata, dan bentuk untuk melaksanakan pesan. Semua unsur ini harus dapat menyampaikan citra dan pesan yang terpadu. Karena hanya sedikit orang yang membaca beritanya, gambar dan kepala berita harus mengikhtisarkan usulan penjualan. Pesan apapun dapat disajikan dalam berbagai gaya pelaksanaan seperti potongan kehidupan, gaya hidup, fantasi, suasana atau citra, musik, simbol kepribadian, keahlian teknis, bukti ilmiah, atau bukti kesaksian (Kotler, 2001).

Penyampaian pesan juga harus memilih nada yang tepat untuk iklan tersebut. Harus diperoleh kata-kata yang mudah diingat dan menarik perhatian. Unsur bentuk seperti ukuran, warna dan ilustrasi iklan memberikan perbedaan baik terhadap pengaruh iklan dapat meningkatkan kemampuan menarik perhatiannya. Iklan ukuran besar menarik lebih banyak perhatian, walau tidak sebesar perbedaan biayanya. Ilustrasi empat warna dan bukannya hitam putih akan meningkatkan efektifitas dan biaya iklan.

Sejumlah periset mengenai iklan cetakan melaporkan bahwa gambar, kepala berita, dan berita penting, sesuai urutan tersebut. Pembaca pertama-tama memperhatikan gambar, dan gambar harus cukup menarik untuk menarik perhatian. Kemudian kepala berita harus efektif dalam mendorong orang tersebut untuk membaca beritanya. Berita itu sendiri harus disusun dengan baik. Bahkan setelah itupun, suatu iklan yang betul-betul bagus akan diperhatikan oleh kurang dari 50% audiensnya, sekitar 30% dari audiensnya itu mungkin ingat maksud kepala beritanya, sekitar 25% mungkin ingat nama pengiklan, dan kurang dari 10% telah membaca


(32)

sebagian besar beritanya. Sayangnya iklan-iklan biasanya tidak mencapai hasil seperti itu (Kotler, 2001).

Agar seluruh elemen iklan dapat disampaikan secara tuntas kepada audiens hendaknya dapat memenuhi ketentuan AIDA yaitu getting Attention (menarik perhatian audience), holding Interest (menarik minat audiences membaca, mendengarkan atau melihat pesan sampai selesai), arousing Desire (menimbulkan keinginan audiens memiliki atau mempergunakan barang atau jasa yang diiklankan) dan obtaining Action (menyakinkan audiens melakukan sesuatu yang bersifat positif), misalnya membeli produk atau bersikap baik terhadap merek dagang atau perusahaan pemasang iklan (Kleinsteuber, 2002).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Djayakusumah (1982), agar iklan berhasil merangsang tindakan pembeli harus memenuhi kriteria AIDCDA yaitu Attention (mengandung daya tarik), Interest (mengandung perhatian dan minat, Desire (memunculkan keinginan untuk mencoba atau memiliki), Conviction (menimbulkan keyakinan terhadap produk), Decision (menghasilkan kepuasan terhadap produk), dan Action (mengarah tindakan untuk membeli) (Nirmana, 2003).

2.1.4. Elemen-Elemen Iklan di Televisi

Beragam elemen biasanya terpadu untuk menciptakan dampak visual dari iklan-iklan di televisi. Namun elemen seperti audiovisual tidak bisa berdiri sendiri, elemen audiovisual harus didampingi elemen-elemen lain agar dapat menciptakan iklan televisi yang spektakuler dan efektif.


(33)

Berikut ini adalah elemen-elemen yang harus ada dalam iklan televisi (Wells,, 1992) :

1. Video, yakni yang menyangkut segala visualisasi yang muncul pada iklan televisi 2. Audio, merupakan keseluruhan unsur audio yang ditampilkan pada iklan televisi

yang biasanya berupa musik, suara, efek suara, ataupun yang berupa voice over dari talent yang tampil di iklan ataupun narator yang tidak kelihatan.

3. Talent, merupakan pemeran ataupun tokoh-tokok yang muncul pada sebuah iklan di televisi.

4. Promps, merupakan produk yang diiklankan pada iklan televisi.

5. Setting, merupakan lokasi pembuatan iklan suatu iklan pada televisi baik.

6. Lighting, merupakan efek pencahayaan yang ditampilkan di iklan televisi yang digunakan sebagai pelengkap iklan atau mempertegas suatu adegan yang muncul dalam iklan televisi.

7. Graphics, merupakan keseluruhan efek grafis yang ada pada sebuah iklan televisi yang dapat berupa tulisan (seperti ilustrasi, desain ataupun ilustrasi foto.

8. Pacing, merupakan kecepatan dari setiap frame ataupun adegan yang ditampilkan dalam sebuah iklan ditelevisi.

2.1.5. Iklan Rokok di Televisi

Media televisi dengan keunggulan daya jangkauannya yang luas, serta tampilan dalam bentuk audio dan visual, televisi menjadi media pilihan utama produsen rokok untuk mempromosikan produknya. Strategi komunikasi kreatif iklan


(34)

rokok tersebut sebagian besar menggunakan kombinasi slice or life, story line, dan close-up. Strategi slice or life memanfaatkan penggalan dari kehidupan sehari-hari dalam bersosialisasi dengan masyarakat lain. Strategi story line dipakai untuk membuat semua khalayak, tertarik mengikuti alur cerita iklan, yang pada umumnya menarik, seperti penggalan film pendek. Strategi close-up dipakai dalam iklan rokok untuk menunjukkan kejelasan ekspresi pemeran iklan. Ketiga strategi komunikasi dalam penyampaian pesan tersebut saling mendukung dan menciptakan iklan yang menarik, kreatif, dan sesuai dengan khalayak sasarannya.

Adanya peraturan dalam menyampaikan pesan iklan rokok di televisi yaitu dilarang memvisualisasikan wujud dan bungkus rokok serta tidak boleh mengajak khalayak untuk merokok merupakan peraturan yang cukup berat. Ditambah aturan jam tayang iklan yang dimulai dari pukul 21.30 hingga pukul 05.00 waktu setempat cukup menyulitkan, muncul tantangan tersendiri bagi para kreator iklan untuk mencari suatu strategi komunikasi yang tepat.

2.2. Perilaku Merokok 2.2.1.Definisi Perilaku

Sarwono (1993) mendefinisikan perilaku sebagai sesuatu yang dilakukan

oleh individu satu dengan individu lain dan sesuatu itu bersifat nyata. Walgito (1997) mendefinisikan perilaku atau aktivitas kedalam pengertian yang luas

yaitu perilaku yang tampak (overt behavior) dan perilaku yang tidak tampak (inner behavior), demikian pula aktivitas-aktivitas tersebut disamping aktivitas motoris juga


(35)

termasuk aktifitas emosional dan kognitif. Chaplin (1999) memberikan pengertian perilaku dalam dua arti. Pertama perilaku dalam arti luas didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dialami seseorang. Pengertian yang kedua, perilaku didefinisikan dalam arti sempit yaitu segala sesuatu yang mencakup reaksi yang dapat diamati. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia dalam menanggapi stimulus lingkungan, yang meliputi motoris, emosional dan kognitif.

Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2007) membagi perilaku manusia ke dalam 3 (tiga) domain, ranah atau kawasan yakni : (a) Kognitif (cognitive), (b) Afektif (afektive), (c) Tindakan (Konatif). Dalam perkembangannya teori Bloom di modifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni :

2.2.1.1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.

Menurut Notoadmojo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam kognitif mempunyai 6 tingkat:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu


(36)

yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima, oleh karena itu “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan secara benar tentang objek yang telah diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang telah paham terhadap objek harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan sebagai terhadap objek yang di pelajari.

3. Aplikasi (Aplications)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks dan situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam lingkup organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain.

5. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintensis itu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.


(37)

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-panilaian itu berdasarkan suatu cerita yang akan di tentukan sendiri atau menggunakan cerita-cerita yang telah ada.

2.2.1.2. Sikap (Afektif)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak langsung dilihat akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang tertutup. Menurut Allport (1954) seperti dikutip Notoatmodjo (2007), sikap mempunyai tiga pokok, yaitu :

- Kehidupan emosional dan evaluasi terhadap suatu objek - Kepercayaan (keyakinan), Ide, konsep terhadap suatu objek - Kecenderungan untuk merokok (tend to behave)

Menurut Notoadmodjo Sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yaitu: 1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memerhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesedihan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk


(38)

menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan sesuatu masalah. 4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan segala resiko.

2.2.1.3. Tindakan (Konatif)

Menurut Notoatmodjo (2007) suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan.Tindakan dibedakan atas beberapa tingkatan :

1. Persepsi (Perseption); mengenal dan memilih objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respon terpimpin (Guided Response); Dapat melakukan sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme (Mecanism); Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.


(39)

4. Adopsi (Adoption); adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

2.2.2. Pengertian Perilaku Merokok

Bermacam-macam bentuk perilaku yang dilakukan manusia dalam menanggapi stimulus yang di terimanya, salah satu bentuk perilaku manusia yang diamati adalah perilaku merokok. Merokok telah banyak dilakukan pada zaman Tiongkok dan Romawi, pada saat itu orang sudah menggunakan suatu ramuan yang mengeluarkan asap dan menimbulkan kenikmatan dengan jalan dihisap melalui hidung dan mulut (Bustan, 2007).

Masa sekarang, perilaku merokok merupakan perilaku yang telah umum dijumpai. Perokok berasal dari berbagai kelas sosial, status, serta kelompok umur yang berbeda, hal ini mungkin disebabkan karena rokok bisa didapatkan dengan mudah dan dapat diperoleh di mana pun juga.

Merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali keluar (Armstrong, 1990).

Dannusantoso (1991) mengatakan bahwa asap rokok selain merugikan diri sendiri juga dapat berakibat bagi orang lain yang berada disekitarnya. Perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan kemudian menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya (Levy,1994).


(40)

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok pada remaja digolongkan kedalam beberapa tipe yang dapat dilihat dari banyaknya rokok yang dihisap, tempat merokok, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari.

2.2.3. Tipe Perilaku Merokok

Seperti yang diungkapkan oleh Leventhal & Clearly (Kemalasari, 2007) terdapat 4 tahap dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok yaitu :

1. Tahap Prepatory; Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat atau dari hasil bacaan. Hal ini menimbulkan minat untuk merokok.

2. Tahap Initiation; Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok.

3. Tahap Becoming a Smoker; Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok.

4. Tahap Maintenance of Smoking; Tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan.

Menurut Trim (2006), ada tiga tipe perokok yang dapat diklasifikasikan menurut banyaknya rokok yang dihisap. Tiga tipe perokok tersebut adalah :


(41)

2. Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari 3. Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari.

Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku merokok. Berdasarkan tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok, maka Mu'tadin (2002), menggolongkan tipe perilaku merokok menjadi 2 yaitu:

1. Merokok di tempat-tempat umum/ruang publik

a. Kelompok homogeny (sama-sama perokok) secara bergerombol mereka menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di smoking area.

b. Kelompok yang heterogen (merokok ditengah-tengah orang lain yang tidak merokok , anak kecil, orang jompo , orang sakit dll).

2. Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi.

a. Kantor atau di luar kamar pribadi. Perokok memilih tempat-tempat seperti ini sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh rasa gelisah yang mencekam.

b. Toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi.

Menurut Silvan dan Tomkins (Mu’tadin, 2002) ada empat tipe perilaku merokok berdasarkan management of affect theory, keempat tipe tersebut adalah : 1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif.


(42)

a. Pleasure relaxation; perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan.

b. Simulation to pick them up; Perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.

c. Pleasure of handling the cigarette; Kenikmatan yang diperoleh dari memegang rokok.

2. Perilaku merokok yang dipengaruhi perasaan negatif.

Banyak orang yang merokok untuk mengurangi perasaan negatif dalam dirinya. Misalnya merokok bila marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak.

3. Perilaku merokok yang adiktif.

Perokok yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang di hisapnya berkurang.

4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan.

Mereka menggunakan merokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tapi karena sudah menjadi kebiasaan.

2.2.4. Bahaya Rokok bagi Kesehatan

Kerugian yang di timbulkan rokok sangat banyak bagi kesehatan, tetapi sayangnya masih saja banyak orang yang tetap memilih untuk menikmatinya. Dalam


(43)

asap rokok terdapat 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan, dan setidaknya 200 diantaranya dinyatakan sangat berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah Tar, Nikotin, dan Karbon Monoksida.

Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan banyak orang . Efek-efek yang merugikan akibat merokok pun sudah diketahui dengan jelas. Banyak penelitian membuktikan kebiasaan merokok meningkatkan resiko timbulnya berbagai penyakit seperti penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring, kanker oesofagus, bronchitis, tekanan darah tinggi, impotensi serta gangguan kehamilan dan cacat pada janin.

Pada kenyataannya kebiasaan merokok ini sulit dihilangkan dan jarang diakui orang sebagai suatu kebiasaan buruk. Apalagi orang yang merokok untuk mengalihkan diri dari stress dan tekanan emosi, lebih sulit melepaskan diri dari kebiasaan ini dibanding perokok yang tidak memiliki latar belakang depresi.

2.3. Remaja

Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Masa remaja menurut Mappiare (1982), berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun, wanita 13 tahun sampai dengan 22 tahun, bagi pria rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12 / 13 tahun sampai dengan 17/18 tahun sampai dengan 21 /22 tahun adalah remaja akhir. Pada usia ini umumnya anak sedang


(44)

duduk dibangku sekolah menengah pertama (SMP) sampai menengah atas (SMA) (Asrori, 2009).

Menurut Monks dkk (1989) dalam Asrori (2009), remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja sering kali dikenal dengan fase “mencari jati diri” atau fase topan dan badai”.

Sesuai dengan perkembangan usia remaja menurut Monks (1999) maka terdapat tiga tahap proses perkembangan yang dilalui remaja dalam proses menuju kedewasaan, disertai dengan karakteristiknya, yaitu :

1. Remaja awal (12 – 15 tahun)

Pada tahap ini, remaja masih merasa heran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan tersebut. Mereka mulai mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah teragsang secara erotis. Kepekaan yang berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya pengendalian terhadap ego dan menyebabkan remaja sulit mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa.

2. Remaja Madya (15 - 18 tahun)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman-teman. Ada kecenderungan narsistik, yaitu mencintai dirinya sendiri, dengan cara lebih menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama


(45)

dengan dirinya. Pada tahap ini remaja berada dalam kondisi kebingungan karena masih ragu harus memilih yang mana, peka atau peduli, ramai- ramai atau sendiri, optimis atau pesimis dan sebagainya.

3. Remaja akhir (18 - 21 tahun)

Tahap ini adalah masa mendekati kedewasaan yang ditandai dengan pencapaian :

- Minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

- Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan mendapatkan pengalaman-pengalaman baru.

- Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

- Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.

- Tumbuh dinding pemisah antara diri sendiri dengan masyarakat umum. Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ciri-ciri masa remaja pada penelitian ini adalah masa remaja awal yang berada pada rentang usia 12-15 tahun yang duduk pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Masa remaja adalah merupakan periode yang penting, periode peralihan, periode perubahan, usia yang bermasalah, mencari identitas, usia yang menimbulkan ketakutan, masa yang tidak realistik dan ambang masa kedewasaan. Ada sejumlah sikap yang sering ditunjukkan remaja adalah sbb :


(46)

1. Kegelisahan.; Sesuai dengan fase perkembangannya remaja mempunyai banyak idealisme, angan-angan atau keinginan yang hendak diwujudkan dimasa depan. Namun sesungguhnya remaja belum memiliki kemampuan yang memadai untuk mewujudkan semua itu. Tarik menarik antara keinginan yang tinggi dengan kemampuannya yang masih belum memadai mengakibatkan mereka diliputi oleh perasaan gelisah.

2. Pertentangan; Sebagai individu yang sedang mencari jati diri, remaja berada pada situasi psikologis antara ingin melepaskan diri dari orang tua dan perasaan masih belum mampu untuk mandiri.

3. Mengkhayal; Khayalan remaja putra biasanya berkisar pada soal prestasi dan jenjang karier, sedangkan remaja putri lebih mengkhayalkan romantika hidup. 4. Aktivitas berkelompok; Berbagai macam keinginan para remaja seringkali tidak

dapat terpenuhi karena bermacam-macam kendala, diantaranya biaya, larangan dari orang tua, yang seringkali melemahkan atau bahkan mematahkan semangat para remaja.

5. Keinginan mencoba segala sesuatu; Pada umumnya remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high curiosity). Karena didorong rasa ingin tahu yang tinggi, remaja cenderung ingin bertualang, menjelajah segala sesuatu, dan mencoba segala sesuatu yang belum pernah dialaminya. Selain itu didorong juga oleh keinginan seperti orang dewasa menyebabkan remaja ingin mencoba melakukan apa yang sering dilakukan oleh orang dewasa. Akibatnya tidak


(47)

jarang secara sembunyi-sembunyi, remaja pria mencoba merokok karena sering melihat orang dewasa melakukannya (Ali, 2002).

2.3.1. Faktor yang memengaruhi Remaja merokok 2.3.1.1. Pengaruh orang tua

Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orangtua tidak begitu memerhatikan dan senang memberikan hukuman fisik yang keras, lebih mudah untuk menjadi perokok dibandingkan dengan anak-anak muda berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia. Pengaruh paling kuat yang menyebabkan seorang remaja merokok adalah jika orang tuanya sendiri menjadi figur contoh, yaitu sebagai perokok berat. Dengan kata lain apabila orangtuanya seorang perokok, sangat besar kemungkinan anak-anaknya pun menjadi seorang perokok.

2.3.1.2. Pengaruh teman

Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Menurut penelitian, diantara remaja perokok terdapat 87% yang mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat perokok begitu pula sebaliknya.


(48)

Sebaliknya remaja yang tidak merokok juga memiliki tidak kurang dari 87% sahabat yang tidak merokok ( Trim, 2006).

2.3.1.3. Faktor kepribadian

Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Disamping itu, orang juga memiliki tingkat kompromi sosial tinggi juga lebih cenderung mudah untuk terjebak dalam rokok.

2.3.1.4. Pengaruh Iklan

Salah satu kategori iklan yang dibatasi adalah iklan rokok. Batasan yang ditulis dalam kode etik periklanan adalah iklan rokok tidak boleh memperlihatkan produknya serta penggunaannya. Karena batasan itu maka tampilan iklan rokok banyak memberikan image atau simbolisasi visual iklannya. Hampir semua iklan produk rokok ditelevisi dengan bahasa-bahasa simboliknya mengajak penonton untuk bermimpi, melayang membayangkan suatu kesenangan atau kenikmatan yang pada akhirnya mau mengkonsumsi produk yang ditawarkan.

Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja kerapkali terpicu untuk mengikuti seperti yang ada dalam iklan tersebut (Trim, 2006).

Menurut sekretaris Jenderal Perlindungan Anak (PA) Aris Merdeka Sirait, larangan pemerintah untuk tidak menampilkan wujud rokok dalam setiap iklannya dan harus melampirkan peringatan “Merokok dapat merugikan kesehatan” dinilai


(49)

masih kurang efektif untuk menekan jumlah perokok, terlebih lagi bagi perokok muda. Kebijakan ini mendongkrak ide-ide segar dan kreatif yang lebih memikat perhatian remaja dari visual dan selogannya mudah diingat.Hal ini membuat setiap remaja yang menyaksikan setiap tayangan iklan rokok baru dilayar kaca menyentuh “awareness” (kesadaran) remaja dan mengidentifikasi iklan rokok baru (Ageng, 2009).

2.4. Landasan Teori

Landasan teori yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian ini adalah teori pengaruh selektif yang terdiri dari teori perbedaan individu, kategori sosial, dan hubungan sosial, dikemukakan oleh Melvin De Fluer (1970). Teori ini menekankan kebebasan individu untuk memilih sendiri pesan yang paling dia sukai. Penerimaan khalayak atas berbagai stimulus yang disampaikan melalui media massa akan berbeda-beda sesuai dengan karakteristik yang dimilikinya artinya sikap yang dihasilkan dapat positif atau negatif.

Teori perbedaan individu sangat kuat dipengaruhi oleh paradigma psikologi yang memandang bahwa perilaku seseorang terarah pada suatu obyek karena didorong oleh kondisi psikologisnya.

Teori kategori sosial berpandangan bahwa perkembangan masyarakat menyebabkan terbentuknya kategori sosial berdasarkan usia, jenis kelamin, pendapatan, pekerjaan dan pendidikan. Variabel karakteristik demografi individu tersebut turut menentukan selektifitas seseorang terdapat medium tertentu.


(50)

Orang-orang yang berbeda dalam kelompok sosial yang sama cenderung menanggapi atau memilih pesan yang sama dan akhirnya memengaruhinya dalam mengambil keputusan.

Teori hubungan sosial mengasumsikan bahwa arus informasi berjalan dua tahap. Pertama berkembang melalui media massa kepada individu-individu secara langsung. Kedua, informasi tersebut kemudian berkembang melalui saluran komunikasi antar pribadi dalam kelompoknya seperti keluarga, teman dekat, dan anggota kelompok.

2.5. Kerangka Konsep

Berdasarkan teori yang telah dijelaskan, maka kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Iklan rokok

Perilaku Merokok Siswa SMP

- Video

- Audio

- Talent

- Grapics

- Pacing

- Pengetahuan - Sikap - Tindakan


(51)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan adalah jenis survey analitik dengan menggunakan pendekatan explanatory research yaitu penelitian yang menjelaskan pengaruh antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa (Singarimbun, 1996).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Swasta Dharma Bakti Medan yang terletak di Jln Besar Jamin Ginting Km 8 Padang Bulan Medan dimana Sekolah ini berdiri sejak tahun 1986, dengan pertimbangan bahwa hasil observasi yang menunjukkan bahwa ada siswa merokok di luar jam belajar. Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan pihak sekolah dalam hal ini guru BP membenarkan hal tersebut dan keadaan ini sudah sering diperingatkan kepada siswa, namun ada beberapa siswa yang tidak terjangkau dari pandangan mata mereka, sehingga ada siswa yang merokok di luar jam belajar atau di luar lingkunga sekolah. Penelitian direncanakan dilaksanakan bulan Juni 2011.


(52)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Siswa SMP Dharma Bakti Medan sebanyak 200 orang yang terdiri Kelas I 40 Orang, Kleas II 80 orang dan Kelas III 80 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan 50% dari seluruh populasi yang dikutip dalam Arikunto (2006)

Kelas III 50% x 80 = 40 orang Kelas II 50% x 80 = 40 orang Kelas I 50% x 40 = 20 orang

Maka besar sampel dalam penelitian ini sebesar 100 orang. Pengambilan sampel dilaksanakan dengan simple random sampling.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:

a) Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui wawancara berpedoman pada kuesioner yang telah disusun mencakup variabel independen yaitu iklan rokok di Televisi dan variabel dependen yaitu perilaku merokok.

b) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari data profil siswa yang diperoleh dari tata usaha SMP Swasta Dharma Bakti Medan.


(53)

3.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner pengaruh faktor iklan rokok terhadap perilaku merokok siswa SMP di SMP Swasta Dharma Bakti Medan yang telah disusun terlebih dahulu dilakukan uji coba sebelum dijadikan sebagai alat ukur penelitian yang bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas alat ukur. Uji coba kuesioner dilakukan di SMP Masehi Medan dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang.

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel menggunakan rumus teknik korelasi Pearson product moment (r), dengan ketentuan jika nilai r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid atau sebaliknya.

Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercaya dengan menggunakan metode cronbach alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, dengan ketentuan jika r alpha > r tabel, maka dinyatakan reliabel (Riduan, 2005).

Berdasarkan hasil uji validitas variabel independen (Video/Visual, Audio, Talent, Grafics dan Pacing), dan variabel independen (Pengetahuan, sikap, Tindakan) terlihat hasil korelasi diketaui bahwa semua item mempunyai korelasi >0,50 maka dapat dikatakan bahwa item alat ukur tersebut valid dan dapat digunakan dalam pengumpulan data penelitian. Kemudian berdasarkan uji reliabilitas variabel independen (Video/Visual, Audio, Talent, Graphics, Pacing) dan variabel dependen


(54)

(pengetahuan, sikap dan tindakan) terlihat nilai cronbach”h alpha > 0,9 maka kuesioner tersebut dinyatakan reliabel (lampiran).

3.5.Variabel dan Definisi Operasional

Pada penelitian ini terdapat dua variabel yang diukur yaitu iklan rokok (X) sebagai variabel independen dan perilaku merokok (Y) sebagai variabel dependen. 3.5.1. Variabel Independen

Adapun yang menjadi variable independen dalam penelitian ini adalah:

1. Iklan rokok yaitu informasi yang disampaikan kepada khalayak tentang rokok melalui televisi.

2. Video/Visual, yakni segala yang menyangkut apa yang dilihat yang muncul pada iklan rokok di televisi meliputi tema, gambar yang bergerak, dan kata-kata yang di ucapkan maupun cahaya.

3. Audio, adalah suara yang didengar atau kata-kata yang di ucapkan serta musik yang mengiringi iklan rokok di televisi

4. Talent, merupakan tokoh pendukung/pemeran iklan rokok di televisi.

5. Graphics, bentuk tulisan, simbol, selogan, desain atau ilustrasi yang ditampilkan iklan rokok di televisi

6. Pacing, merupakan frekuensi, kecepatan dari setiap frame ataupun adegan yang ditampilkan dalam sebuah iklan rokok di televisi.


(55)

3.5.2. Variabel Dependen

Adapun yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini adalah Perilaku merokok (Pengetahuan, Sikap dan Tindakan).

1. Pengetahuan adalah keinginan seseorang untuk memahami tentang rokok. 2. Sikap adalah reaksi seseorang terhadap rokok.

3. Tindakan adalah seseorang yang merokok rokok.

3.6. Metode Pengukuran

3.6.1. Pengukuran variabel independen

Variabel Independen yaitu iklan rokok yang terdiri dari Video/Visual, Audio, Talent, Grafics dan Pacing.

1. Video/Visual :

a. Sangat menarik, apabila responden menjawab 60% (skor 6-10) b. Tidak menarik, apabila responden menjawab <60% (skor <6) 2. Audio:

a. Sangat menarik, apabila responden menjawab >60% (skor 6-10) b. Tidak menarik, apabila responden menjawab <60% (skor <6) 3. Talent:

a. Sangat menarik, apabila responden menjawab >60% (skor 6-10) b. Tidak menarik, apabila responden menjawab <60% (skor <6) 4. Grafics


(56)

b. Tidak menarik, apabila responden menjawab <60% (skor <6) 5. Pacing

a. Sangat menarik, apabila responden menjawab >60% (skor 6-10) b. Tidak menarik, apabila responden menjawab <60% (skor <6)

3.6.2. Variabel Dependen

Variabel dependen terdiri dari Pengetahuan, Sikap dan Tindakan. 1. Pengetahuan:

a. Pengetahuan Baik apabila responden menjawab 60-100% (skor 12-20) b. Pengetahuan kurang, apabila responden menjawab <60% (skor <12) 2. Sikap :

a. Sangat Setuju, apabila responden menjawab 60-100% (skor 12-10) b. Tidak Setuju, apabila responden menjawab <60% (skor <12) 3. Tindakan:

a. Merokok, apabila responden menjawab 100% (skor 1) b. Tidak merokok, apabila responden menjawab 0 (skor 0)


(57)

3.6.Pengukuran Variabel Penelitian

No Variabel Pertanyaan Alat Ukur Hasil Ukur Skala Independen

I klan rokok di TV 1. Video/visual 2. Audio 3.Talent 4. Graphics 5. Pacing Dependen 1.Pengetahuan 2. Sikap 3.Tindakan 5 5 5 5 5 10 10 5 Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner

Sangat menarik = 2 Tidak Menarik = 1 Sangat menarik = 2 Tidak Menarik = 1 Sangat menarik = 2 Tidak Menarik = 1 Sangat menarik = 2 Tidak Menarik = 1 Sangat menarik = 2 Tidak Menarik = 1 Baik = 2 Kurang = 1 Sangat Setuju = 2 Tidak Setuju = 1 Merokok = 1 Tdk Merokok = 0

Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal

3.7. Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpul, diedit dan dikoding secara manual. Teknik Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji statistik regresi ganda pada tingkat kepercayaan 95% (ά=0,05), untuk menjelaskan pengaruh iklan rokok terhadap perilaku merokok siswa SMP.

3.7.1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi responden yang meliputi iklan rokok yang meliputi Video/Visual, Audio, Talent, Grapics dan Pacing.


(58)

3.7.2. Analisis Bivariat

Analisis data bivariat yang digunakan adalah statistik Chi Square yaitu merupakan analisis untuk mengetahui hubungan semua variabel independen terhadap variabel dependen, dengan menggunakan derajat kemaknaan alpha=0,05 (derajat kepercayaan 95%. Bila nilai p<0,05 maka statistik dikatakan bermakna/berpengaruh.

3.7.3.Analisis Multivariat

Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh sejumlah variabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji Regresi Linier Berganda diikuti dengan nilai variabel independen p<0,25.


(59)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMP Swasta Dharma Bakti Medan yang terletak di Jln Besar Jamin Ginting Km 8 Padang Bulan Medan. Berdiri sejak tahun 1986. Ketua Yayasan F. Ginting, Kepala Sekolah B. Sembiring. BA. Yayasan Pendidikan Dharma Bakti Medan terdiri dari beberapa institusi yaitu : SMA, STM, SMEA dan SMP, yang berada dalam satu lokasi, dan masing-masing institusi dibatasi oleh pintu gerbang besi.

Secara Geografis sekolah ini terletak sangat strategis:

1. Sebelah Barat berbatasan dengan Mesjid Nurulhuda P.Bulan 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Nangka 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Sempa Kata 4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kompleks Maranata.

SMP Dharma Bakti dilengkapi dengan sarana 1 ruang Perpustakaan, 1 ruang Komputer, 1 Ruang Ka sekolah, 1 Ruang Administrasi, dan 1 ruang Guru, dan 1 Ruang guru BP, serta memiliki lapangan olah raga yang luas, yaitu lapangan Volly dan Bola kaki.


(60)

4.2. Analisis Univariat

4.2.1. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Video/Visual

Distribusi frekuensi berdasarkan Video/Visual mayoritas responden menjawab sangat menarik sebanyak 66 orang (66%), kemudian diikuti tidak menarik 34 orang (34%) dapat dilihat pada tabei 4.1

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Video/Visual

No Video/Visual F %

1. Sangat Menarik 66 66

2. Tidak Menarik 34 34

Total 100 100

4.2.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Audio

Distribusi frekuensi berdasarkan Audio mayoritas responden menjawab sangat menarik sebanyak 66 orang (66%), kemudian diikuti tidak menarik 34 orang (34%) dapat dilihat pada table 4.2

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Audio

No Audio F %

1. Sangat Menarik 66 66

2. Tidak Menarik 34 34


(61)

4.2.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Talent

Distribusi frekuensi berdasarkan Talent mayoritas responden menjawab sangat menarik sebanyak 65 orang (65%), kemudian diikuti tidak menarik 35 orang (35%), dapat dilihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Talent

No Talent F %

1. Sangat Menarik 65 65

2. Tidak Menarik 35 35

Total 100 100

4.2.4 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Grafics

Distribusi frekuensi berdasarkan Grafics mayoritas responden menjawab menarik sebanyak 73 orang (73%), kemudian diikuti tidak menarik 27 orang (27%), dapat dilihat pada tabel 4.4

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Grafics

No Grafics F %

1. Sangat Menarik 73 73

2. Tidak Menarik 27 27

Total 100 100

4.2.5 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pacing

Distribusi frekuensi berdasarkan Pacing mayoritas responden menjawab sangat menarik sebanyak 71 orang (71%), kemudian diikuti tidak menarik 29 orang (29%), dapat dilihat pada tabel 4.5


(62)

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pacing

No Pacing F %

1. Sangat Menarik 71 71

2. Tidak Menarik 29 29

Total 100 100

4.2.6 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan

Distribusi frekuensi berdasarkan Pengetahuan mayoritas responden berpengetahuan baik sebanyak 73 orang (73%), kemudian diikuti pengetahuan kurang 27 orang (27%), dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan

No Pengetahuan F %

1. Baik 73 73

2. Kurang 27 27

Total 100 100

4.2.7 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Sikap

Distribusi frekuensi berdasarkan Sikap mayoritas responden tidak setuju sebanyak 64 orang (64%), kemudian diikuti kurang setuju 36 orang (36%), dapat dilihat pada tabel 4.7

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Sikap

No Sikap F %

1. Sangat Setuju 36 36

2. Tidak Setuju 64 64


(63)

4.2.8 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tindakan.

Distribusi responden berdasarkan tindakan, mayoritas responden tidak merokok sebanyak 85 orang (85%), kemudian diikuti yang merokok 15 orang (15%), dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tindakan

No Tindakan F %

1. Merokok 15 15

2. Tidak merokok 85 85

Total 100 100

4.3 Analisis Bivariat

Analisis Bivariat dilakukan untuk mengetahui kemaknaan hubungan antara variabel independen (Video/Visual, Audio, Graphics, Talent dan Pacing) dan variabel dependen perilaku yang terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square pada tingkat kepercayaan 95% (α=0,05). Jika p<0,05 menyatakan ada hubungan yang bermakna dan sebaliknya jika p>0,05 dinyatakan tidak ada hubungan.

4.3.1 Hubungan Video/Visual terhadap Pengetahuan

Analisis hubungan video/visual terhadap pengetahuan diperoleh hasil dari 66 orang responden yang menyatakan video/visual sangat menarik, seluruhnya (66) orang (66%) responden berpengetahuan baik, dan dari 34 orang responden yang menyatakan tidak menarik 11 orang (11%) berpengetahuan baik dan 23 orang (23%) berpengetahuan kurang.


(64)

Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji Chi square diperoleh hasil p=0,000<α=0,05, Ho ditolak, artinya ada hubungan video/visual terhadap pengetahuan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.9

Tabel 4.9 Hubungan Video/Visual terhadap Pengetahuan

No Video/Visual

Pengetahuan

χ² P

Baik

F % F % F %

1. Sangat Menarik 66 66 0 0 66 66 71,797 0,000

2. Tidak Menarik 7 7 27 27 34 34

Total 73 73 27 27 100 100

4.3.2 Hubungan Audio terhadap Pengetahuan

Analisis hubungan Audio terhadap pengetahuan diperoleh hasil dari 66 orang responden yang menyatakan Audio sangat menarik, seluruhnya (62) orang (62%) responden berpengetahuan baik, 4 orang (4%) berpengetahuan kurang, dan dari 34 orang responden yang menyatakan tidak menarik 11 orang (11%) berpengetahuan baik dan 23 orang (23%) berpengetahuan kurang.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji Chi square diperoleh hasil p=0,000<α=0,05, Ho ditolak, artinya ada hubungan Audio terhadap pengetahuan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.10

Tabel 4.10 Hubungan Audio terhadap Pengetahuan

No Audio

Pengetahuan

χ² P

Baik Kurang Total

f % F % F %

1. Sangat Menarik 62 62 4 4 66 66 71,797 0,000

2. Tidak Menarik 11 11 23 23 34 34


(65)

4.3.3 Hubungan Talent terhadap Pengetahuan

Analisis hubungan Talent terhadap pengetahuan diperoleh hasil dari 65 orang responden yang menyatakan Talent sangat menarik, seluruhnya (65) orang (65%) responden berpengetahuan baik, dan dari 35 orang responden yang menyatakan tidak menarik 8 orang (8%) berpengetahuan baik dan 27 orang (27%) berpengetahuan kurang.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji Chi square diperoleh hasil p=0,000<α=0,05, Ho ditolak, artinya ada hubungan Talent terhadap pengetahuan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.11

Tabel 4.11 Hubungan Talent terhadap Pengetahuan

No Talent

Pengetahuan

χ² P

Baik Kurang Total

F % F % F %

1. Sangat Menarik 65 65 0 0 65 65 68,689 0,000

2. Tidak Menarik 8 8 27 27 35 35

Total 73 73 27 27 100 100

4.3.4 Hubungan Grafics terhadap Pengetahuan

Analisis hubungan Grafics terhadap pengetahuan diperoleh hasil dari 73 orang responden yang menyatakan Grafics sangat menarik, 68 orang (68%) responden berpengetahuan baik, 5 orang (5%) berpengetahuan kurang, dan dari 27 orang responden yang menyatakan tidak menarik 5 orang (5%) berpengetahuan baik dan 22 orang (22%) berpengetahuan kurang.


(66)

Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji Chi square diperoleh hasil p=0,000<α=0,05, Ho ditolak, artinya ada hubungan Grafics terhadap pengetahuan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.12

Tabel 4.12 Hubungan Grafics terhadap Pengetahuan

No Grafics

Pengetahuan

χ² P

Baik Kurang Total

f % F % F %

1. Sangat Menarik 68 68 5 5 73 73 55,700 0,000

2. Tidak Menarik 5 5 22 22 27 27

Total 73 73 27 27 100 100

4.3.5 Hubungan Pacing terhadap Pengetahuan

Analisis hubungan Pacing terhadap pengetahuan diperoleh hasil dari 66 orang responden yang menyatakan Pacing menarik, seluruhnya (66) orang (66%) responden berpengetahuan baik, dan dari 34 orang responden yang menyatakan tidak menarik 11 orang (11%) berpengetahuan baik dan 23 orang (23%) berpengetahuan kurang.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji Chi square diperoleh hasil p=0,000<α=0,05, Ho ditolak, artinya ada hubungan Pacing terhadap pengetahuan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.13.

Tabel 4.13 Hubungan Pacing terhadap Pengetahuan

No Pacing

Pengetahuan

χ² P

Baik Kurang Total

f % f % f %

1. Sangat Menarik 64 64 7 7 71 71 71,797 0,000

2. Tidak Menarik 9 9 20 20 29 29


(1)

SMP untuk mencoba produk yang ditawarkan iklan tersebut, tanpa memikirkan dampaknya terhadap kesehatan.

Keadaan ini perlu peran aktif tenaga kesehatan dalam hal promosi kesehatan, dengan menyediakan informasi pada masyarakat khususnya siswa SMP untuk menghindari rokok mengingat dampak yang diakibatkan olek rokok tersebut.

Salah satu program kampanye kesehatan saat ini adalah The Truth Campaigh adalah kampanye media massa nasional yang memfokuskan pada “anti tembakau” pada anak muda. Kampanye ini ditujukan untuk menjangkau remaja dengan membiarkan mereka mengetahui dengan sendirinya cara yang inovatif dan dengan gaya terkini , bahwa industri tembakau telah memanipulasi mereka melalui cara pemasaran dan praktik produksinya.

5.4. Keterbatasan Penelitian

Pada saat penelitian, peneliti mengalami hambatan saat melakukan pengumpulan data, mengingat jam belajar mereka yang sudah terjadwal dan jumlah kelas yang terdiri dari lima kelas, sehingga membutuhkan waktu khusus dalam pengambilan data.


(2)

BAB 6 KESIMPULAN

6.1. Kesimpulan

1. Iklan rokok (Video/Visual, Audio, Talent, Grafics, dan Pacing) berpengaruh terhadap pengetahuan siswa SMP di SMP swasta Dharma Bakti dan yang paling dominan dalam hal ini adalah Video/Visual.

2. Iklan Rokok (Visual, Audio, Talent, Grafics dan Pacing) berpengaruh terhadap sikap siswa SMP Dharma Bakti Medan, dan tidak ada variabel yang paling dominan berpengaruh.

3. Iklan Rokok (Video/Visual, Audio,Talent, Grafics dan Pacing) berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja, dan tidak terdapat variabel yang paling dominan berpengaruh.

6.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat diberikan saran:

1.Perlu adanya intervensi perilaku berbasis sekolah yang dikenal dengan teori “Life skill program”,.yaitu program promosi kesehatan berbasis sekolah yang sangat dikenal untuk pencegahan penyalahgunaan zat (termasuk rokok, alkohol dan obat lainnya).

2.Adanya satu peraturan dan sanksi yang tegas terhadap siswa jika diketahui siswa tersebut merokok.


(3)

3.Adanya satu peraturan yang diberlakukan kawasan bebas rokok di sekolah. 4.Perlu adanya kampanye media berhenti merokok, dan komunitas pencegahan

merokok.

5.Peningkatan ketersediaan dan akses ke layanan konseling berhenti merokok.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agung Nugroho, 2005. Strategi Jitu memilih Metode statistic Penelitian dengan SPSS, Andi Jogyakarta

Agus Riyanto, 2009, Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan, dilengkapi Uji Validitas dan Reliabilitas serta Aplikasi Program SPSS, Nuha Medika.

Ali, 2010, Psikologi Remaja, Perkembangan peserta didik,Bumi Aksara,Jakarta Amstrong, 1990. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta, PT Gramedia

Arikunto, 2006, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rhineka Cipta

Asrory, 2009. Psikologi Remaja, Bumi Aksara, Jakarta. Cetakan keenam Bustan M.N, 2007, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Rineka Cipta

Cahaya, (2008), Balada Sebatang Racun Bernama, diakses 27 April 2008,

Chaplin, JP, 1997. Kamus lengkap Psikologi (Terjemahan Dr. Kartini Kartono), Jakarta, Grafindo Persada

Dahlan,MS.,2009. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel Dalam Penelitian Kesehatan dan Kedokteran. Ed 2.Salemba Medika. Jakarta

Durianto, Darmadi, 2003.Invasi Pasar dengan Iklan yang Efektif. Ramedia Pustaka, Jakarta.

Gatra, 2004, Sehat; Who : Iklan Rokok Dorong Remaja Merokok, diakses 14 Juni, file;//G:/merokok 2.htm

Gunawan, 2009. Study antar kasus rokok A Mild, Star mild dan LA Light. Univ.Gunadarma. Kalimalang.

Hakim, 2005.Lenturan tapi Relevan, Dasar-dasar Kreatif Periklanan.Galang Press, Jogyakarta


(5)

Indri Kemala. S.Psi (2007). Perilaku Merokok Pada Remaja. FK.USU

Irdan (2008). Studi Perilaku Merokok Remaja Di SMP AMANNA GAPPA. FKM.Univ.Hasanuddin Makassar

Jaya.M.2009, Pembunuh Berbahaya Itu Bernama Rokok, Riz’ma, Sleman

Kanal, 2007. Indonesia Termasuk 5 Negara dengan Konsumsi Rokok Terbesar di Dunia, diakses 27 Juli 2007;

Kemalasari, 2007. Perilaku Merokok Pada Remaja, USU Respiratory.

Kleinsteuber, 2002, Strategic Marketing Manajemen, Damar Mulia Pustaka Seri 6 Jakarta

Kotler, 2002, Strategi Manajemen Pemasaran, Cetakan I, Damar Mulia Pustaka, Jakarta

_____________________,2001, Manajemen Pemasaran Di Indonesia, Buku 2, Salemba Empat Jakarta

Levy, MR, 1984. Lyfe and Healt, New York; Random Hause

Marg Edberg, 2009. Buku Ajar: Kesehatan Masyarakat, Teori sosial & Perilaku. EGC

Monle Lee, 2007, Prinsip-Prinsip Pokok Periklanan dalam Perspektif Global, Cetakan 2, Kencana Prenada Media Group, Jakarta

Monks, 1999. Psikologi Perkembangan; Pengantar dalam Berbagai bagiannya, (Terjemahan Siti Rahayu hadinoto), Jigyakarta, Gajah mada university Press. Mu'tadin, 2002. Kemandirian sebagai Kebutuhan Psikologis pada Remaja.

http:www.e.psikologi.com/remaja.050602

Niken, 2007. Pengantar Periklanan, Pusat Pengembangan Bahan Ajar, UMB Notoatmodjo,2007, Kesehatan Masyarakat ilmu & Seni, Rineka Cipta, Jakarta

Purwaningwulan, 2007, Fenomena Iklan Rokok Sampoerna A Mild Dalam Persfektif Semiotika Komunikasi, Majalah Ilmiah UNIKOM. Bandung.


(6)

Roman, Keneeth, 2005, How to Advertise, Membangun Merek dan Bisnis dalam Dunia Pemasaran Baru, Alex Media Komputindo, Jakarta.

Rokok.Http://www.Antara.Co.Id/Print,

Sastro Amoro, Sudigdo,2008, Dasar-Dasar metodologi Penelitian Klinis, Jakarta, Sagung Seto

Sarwono, 2002. Teori-Teori Psikologi Sosial, Jakarta, CV Rajawali

Singarimbun, 1995. Metodologi Penelitian Survey, Jakarta Pustaka LP3 PES

Sobur, 2003. Periklanan; komunikasi Pamasaran Terpadu, Jakarta, Ramdina Prakasa Terence, 2007, Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemsaran terpadu

Edisi 5, Erlangga Jakarta

Trim, 2006, Merokok Itu Konyol, Ganeca Exact, Jakarta

Yanto, 2009, Peneliti CSIS : Rugi Besar Akibat Rokok, diakses 22 juli 2009;

Yasril, 2006. Analisis Multivariat: untuk Penelitian Kesehatan, Penerbit Buku Kesehatan.

Walgito, 1994. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar) Edisi Revisi, Yogjakarta. Penerbit Andi Offset

Wells, William, et al,1992, Advertising Principles and Practice, News Jersey, Prentice Hall

Wibowo,2009 Iklan Rokok Sesatkan Remaja. Diakses 31 Mei 2009;