SI dan jenuh transferin menurun, kapasitas ikat besi total meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta ditempat yang lain
sangat kurang atau tidak ada sama sekali. Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya anemia defisiensi besi, antara lain,
kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan, adanya gangguan absorbsi diusus, perdarahan akut maupun kronis, dan
meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada wanita hamil, masa pertumbuhan, dan masa penyembuhan dari penyakit.
2.3.2 Gejala Klinis
Anemia timbul secara perlahan-lahan. Pada awalnya gejala yang ada mungkin ringan atau tidak ada sama sekali. Saat gejala bertambah
berat dapat timbul gejala seperti rasa lelah, lemas, pusing, sakit kepala, kebas atau digin pada telapak tangan atau kaki, kulit pucat,
denyut jantung yang cepat atau tidak teratur, napas pendek, nyeri dada, tidak optimal saat bekerja atau di sekolah dan rewel. Gejala-
gejala ini dapat muncul karena jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah yang berisi oksigen ke seluruh tubuh
Arisman,2004; Fraser,2009.
2.3.3 Klasifikasi Anemia pada Kehamilan
2.3.3.1 Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi terjadi sekitar 62,3 pada kehamilan dan ia merupakan anemia yang paling sering dijumpai pada kehamilan. Hal
ini disebabkan oleh kurang masuknya besi dan makanan, karena gangguan resorpsi, ganguan penggunaan atau karena terlampaui
banyaknya besi keluar dari badan, misalnya pada perdarahan. Keperluan besi bertambah dalam kehamilan terutama pada trimester
Universitas Sumatera Utara
terakhir. Keperluan zat besi untuk wanita tidak hamil 12 mg, wanita hamil 17 mg dan wanita menyusui 17 mg Madiun,2009. Wintrobe
mengemukakan bahwa manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi sangat bervariasi, bisa hampir tanpa gejala, bisa juga gejala-gejala
penyakit dasarnya yang menonjol, ataupun bisa ditemukan gejala anemia bersama-sama dengan gejala penyakit dasarnya. Gejala-gejala
dapat berupa kepala pusing, palpitasi, berkunang-kunang, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neuromuskular, lesu, lemah,
lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar limpa. Pada umumnya sudah disepakati bahwa bila kadar hemoglobin 7 grdl maka gejala-
gejala anemia akan jelas Suheimi,2007. Nilai ambang batas yang
digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil, berdasarkan pada kriteria World Health Organization WHO tahun 1972,
ditetapkan dalam 3 kategori, yaitu normal ≥11 grdl, anemia ringan
8-11 gdl, dan anemia berat 8 gdl. Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ternyata rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil
adalah sebesar 11.28 mgdl, kadar hemoglobin terendah 7.63 mgdl dan tertinggi 14.00 Rofiq,2008 .
2.3.3.2 Anemia Megaloblastik Anemia Defisiensi Vitamin
Anemia Megaloblastik terjadi sekitar 29 pada kehamilan. Kekurangan vitamin B12 atau folat adalah penyebab anemia jenis ini.
Anemia defisiensi B12 adalah anemia yang terjadi karena tubuh kekurangan vitamin B12, sedangkan tubuh memerlukannya untuk
membuat sel darah merah dan menjaga sistem saraf bekerja normal. Hal ini biasa didapatkan pada orang yang tubuhnya tidak dapat
menyerap vitamin B12 karena gangguan usus atau sistem kekebalan tubuh atau makan makanan yang kurang B12 Arisman,2004;
Fraser,2009; Wiknjosastro,2000.
Universitas Sumatera Utara
Gejalanya adalah malnutrisi, glositis berat, diare dan kehilangan nafsu makan. Ciri-cirinya adalah megaloblast, promegaloblast dalam
darah atau sumsum tulang, anemia makrositer dan hipokrom dijumpai bila anemianya sudah berat Madiun,2009.
2.3.3.3 Anemia Hipoplastik
Anemia hipoplastik terjadi sekitar 8 kehamilan dan ia disebabkan oleh sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru.
Etiologinya belum dikenalpasti. Biasanya anemia hipoplastk karena kehamilan, apabila wanita tersebut telah selesai masa nifas akan
sembuh dengan sendirinya. Dalam kehamilan berikutnya biasanya wanita mengalami anemia hipoplastik lagi. Ciri-cirinya adalah pada
darah tepi terdapat gambaran normositer dan normokrom, tidak ditemuka n ciri-ciri defisiensi besi,asam folat atau vitamin B12,
sumsum tulang bersifat normoblastik dengan hipoplasia eritropoesis yang nyata Madiun,2009.
2.3.3.4 Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik yang tidak jelas sebabnya pada kehamilan, jarang dijumpai tetapi mungkin merupakan entitas tersendiri dan pada
kelainan ini terjadi hemolisis berat yang dimulai pada awal kehamilan dan reda dalam beberapa bulan setelah melahirkan.
Penyakit ini ditandai oleh tidak adanya bukti mekanisme imunologik atau defek intra atau ekstraeritrosit Starksen et al,1983. Terapi
kortiko steroid terhadap ibu biasanya efektif. Disebabkan oleh penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat daripada
pembuatannya. Wanita dengan anemia ini sukar menjadi hamil, apabila hamil maka biasanya anemia menjadi berat. Gejala proses
hemolitik adalah anemia, hemoglobinemia, hemoglobinuria, hiperbilirubinuria, hiperurobilirubinuria Madiun,2009.
Universitas Sumatera Utara
2.3.4 Patofisiologi Anemia pada Kehamilan