2.2 ANEMIA
2.2.1 Definisi
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin kurang dari nilai normal, yang berbeda untuk setiap kelompok umur dan jenis
kelamin. Gejala yaitu lemah, lesu, letih, mudah mengantuk, napas pendek, nafsu makan berkurang, bibir tampak pucat, susah buang air
besar, denyut jantung meningkat dan kadang-kadang pusing. Pengertian lain anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah,
kuantitas hemoglobin dan volume sel pada sel darah merah hematokrit per 100ml darah Adriaansz G,2008.
2.3 ANEMIA PADA KEHAMILAN
2.3.1 Definisi
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin Hb dalam darahnya kurang dari 12 gdl Wiknjosastro, 2002. Sedangkan
anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gdl pada trimester I dan III atau kadar
10,5 gdl pada trimester II Saifuddin, 2002. Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis
pengobatannya relatif mudah, bahkan murah. Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau
hipovolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi
pengenceran darah. perbandingan tersebut adalah sebagai berikut plasma 30, sel darah 18 dan hemoglobin 19.
Universitas Sumatera Utara
Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan
antara 32 dan 36 minggu Wiknjosastro, 2002. Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung
yang semakin berat dengan adanya kehamilan. Anemia pada wanita tidak hamil didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin yang
kurang dari 12 gdl dan kurang dari 10 gdl selama kehamilan atau masa nifas. Konsentrasi hemoglobin lebih rendah pada
pertengahan kehamilan, pada awal kehamilan dan kembali menjelang aterm, kadar hemoglobin pada sebagian besar wanita sehat
yang memiliki cadangan besi adalah 11gdl atau lebih. Atas alasan tersebut, Centers For Disease Control 1990 mendefinisikan anemia
sebagai kadar hemoglobin kurang dari 11 gdl pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 gdl pada trimester kedua Suheimi,
2007.
Anemia defisiensi besi pada wanita hamil merupakan masalah kesehatan yang dialami oleh wanita diseluruh dunia terutama
dinegara berkembang. World Health Organization WHO
melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75 serta semakin meningkat seiring
dengan pertambahan usia kehamilan. Menurut World Health
Organization WHO, 40 kematian ibu dinegara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan kebanyakan anemia
pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut, bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi Suheimi,2007.
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi Fe
untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum Serum Iron =
Universitas Sumatera Utara
SI dan jenuh transferin menurun, kapasitas ikat besi total meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta ditempat yang lain
sangat kurang atau tidak ada sama sekali. Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya anemia defisiensi besi, antara lain,
kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan, adanya gangguan absorbsi diusus, perdarahan akut maupun kronis, dan
meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada wanita hamil, masa pertumbuhan, dan masa penyembuhan dari penyakit.
2.3.2 Gejala Klinis