Unsur-unsur Perjanjian Tinjauan Hukum Pelaksanaan Perjanjian Jual Beli Tanaman Bibit Karet Antara Cv.Saputro Jaya Agrindo Dengan Masyarakat Petani Di Kabupaten Simalungun

a Perjanjian libertoir yaitu perjanjian dimana para pihak membebaskan diri dari kewajiban yang ada, misalnya pembebasan hutan pada Pasal 1438 KUHPerdata b Perjanjian pembuktian yaitu perjanjian dimana para pihak menentukan pembuktian apakah yang berlaku di antara mereka. c Perjanjian untung-untungan yaitu perjanjian asuransi padaPasal 1744 KUHPerdata d Perjanjian publik yaitu perjanjian yang sebagian atau keseluruhan dikuasai oelh hukum publik, karena salah satu pihak bertindak sebagai penguasa pemerintah, misalnya perjanjian ikatan dinas.

E. Unsur-unsur Perjanjian

Di dalam perkembangan, doktrin ilmu hukum dikenal adanya tiga unsur didalam perjanjian, yaitu: 45 1. Unsur esensialia Unsur esensialia dalam perjanjian mewakili ketentuan-ketentuan berupa prestasi-prestasi yang wajib dilakukan oleh salah satu atau lebih pihak, yang mencerminkan sifat dari perjanjian tersebut, yang membedakannya secara prinsip dari jenis perjanjian lahirnya. Unsur esensialia ini pada umumnya dipergunakan dalam memberikan rumusan, defenisi atau pengertian dari suatu perjanjian, misalnya perjanjian jual beli dibedakan dari perjanjian tukar-menukar, karena jual beli menurut Pasal 1457 KUHPerdata adalah “suatu perjanjian dengan mana pihka 45 Kartini Muljadi Gunawan Widjaya,Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, Jakarta:Raja Grafindo Persada,2003, hal 84 yang mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu barang, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang dijanjikan”. Sedangkan tukar menukar menurut Pasal 1541 KUHPerdata adalah “suatu perjanjian dengan mana kedua belah pihak mengikatkan diri untuk saling memberikan suatu barang secara timbal balik sebagai ganti suatu barang lain”. Dengan rumusan Pasal 1457 dan 1541 KUHPerdata dinyatakan bahwa jual beli dibedakan dari tukar menukar dalam wujud pembayaran harga. Selain itu dapat dikatakan bahwa seluruh ketentuan mengenai jual beli yang berhubungan dengan penyerahan kebendaan yang dijual atau dipertukarkan adalah sama. Jadi jelas bahwa unsur esensialia adalah unsur yang wajib ada dalam suatu perjanjian, bahwa tanpa keberadaan unsur ini maka perjanjian yang dimaksud untuk dibuat dan diselenggarakan oleh para pihak dapat menjadi beda, dan karenanya menjadi tidak sejalan dan sesuai dengan kehendak para pihak. 2. Unsur Naturalia Unsur naturalia adalah unsur yang pasti ada dalam suatu perjanjian tertentu, setelah unsur esensialianya diketahui secara pasti. Misalnya dalam perjanjian yang mengandung unsur esensialia jual beli, pasti akan terdapat unsur naturalia berupa kewajiban dari penjual untuk menanggung kebendaan yang dijual dari cacat-cacat tersembunyi. Ketentuan ini tidak dapat disimpangi oleh para pihak, karena sifat dari jual beli menghendaki hal yang demikian. Masyarakat tidak akan mentolerir suatu bentuk jual beli dimana kebendaan yang dijual olehnya. Dalam hal ini maka berlakulah ketentuan Pasal 1339 KUHPerdata yang dinyatakan bahwa “perjanjian-perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan di dalamnya, melainkan juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan, atau undang-undang.” 3. Unsur Aksidentalia Unsur aksidentalia adalah unsur pelengkap dalam suatu perjanjian, yang merupakan ketentuan-ketentuan yang dapat diatur secara menyimpang oleh para pihak, sesuai dengan kehendak para pihak, yang merupakan persyaratan khusus yang ditentukan secara bersama-sama oleh para pihak.Dengan demikian maka unsur ini pada hakikatnya bukan merupakan suatu bentuk prestasi yang harus dilaksanakan atau dipenuhi oleh para pihak misalnya dalam jual beli adalah ketentuan mengenai tempat dan saat penyerahan kebendaan yang dijual atau dibeli. Menurut Mariam Darus BadrulZaman menambahkan bahwa Prestasi termasuklah kedalamunsur-unsur perjanjian.Jika isi perjanjian telah memenuhi keinginan dari para pihak yang mengikatkan diri, maka selanjutnya kedua belah pihak hanya menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing sesuai dengan isi perjanjian.Hal ini dinamakan dengan prestasi.Prestasi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pihak dalam menjalankan suatu perjanjian.Prestasi atau yang dalam Bahasa Inggris disebut juga dengan istilah “performance” dalam hukum perjanjian dimaksudkan sebagai suatu pelaksanaan hal-hal yang tertulis dalam suatu kontrak oleh pihak yang telah mengikatkan diri untuk itu, pelaksanaan mana sesuai dengan “term” dan “condition” sebagaimana disebutkan dalam perjanjian yang bersangkutan. Adapun yang merupakan model-model dari prestasi menurut Pasal 1234 Kitab Undang-undang Hukum Perdataadalah: 1. Memberikan sesuatu; 2. Berbuat sesuatu; 3. Tidak berbuat sesuatu; 46 Sedangkan prestasi menurut Pasal 1234 Kitab Undang-undang Hukum Perdatadapat berupa: 1. Benda Dapat diartikan dengan sesuatu barang yang merupakan kesepakatan para pihak di dalam melakukan suatu perjanjian misalnya perjanjian membeli barang 2. Tenagakeahlian Dapat diartikan dengan perjanjian jasa, dimana salah satu pihak diwajibkan untuk melaksanakan tugasnya sesuai dengan keahliannya sebagaimana yang tertera dalam kontrak misalnya reparasi rumah atau mobil 47 3. Tidak berbuat sesuatu Dapat diartikan dengan menuntut sikap pasif salah satu pihak atau para pihak karena dia tidak diperbolehkan melakukan sesuatu sebagaimana yang telah diperjanjikan 46 Mariam Barus1,Op.cit, hal 1 47 Ahmadi Miru1,Hukum Kontrak dan Perancangan Hukum Kontrak,Jakarta:Rajawali Pers,2010, hal 68

F. Hapusnya Perjanjian