Upaya Penyelesaian Apabila Terjadi Wanprestasi Terhadap Perjanjian

lebih lama agar PIHAK PERTAMA bisa mencari dana untuk dibayarkan kepada PIHAK KEDUA sebagai pelunasan barang tersebut. Dan PIHAK KEDUA telah menyetujuinya.

D. Upaya Penyelesaian Apabila Terjadi Wanprestasi Terhadap Perjanjian

Jual Beli Tanaman Bibit Karet Antara CV. Saputro Jaya Agrindo dengan Masyarakat Petani di Kabupaten Simalungun Dalam suatu perjanjian dalam bentuk apapun, kedua belah pihak salingmengikatkan dirinya untuk melaksanakan sesuatu yang telah diperjanjikanprestasi, namun pada kenyataannya tidak menutup kemungkinan dapatterjadi jika salah satu pihak tidak melaksanakan apa yang telah diperjanjikan.Apabila dalam suatu perjanjian si debitur tidak melaksanakan apa yangdiperjanjikan, maka dapat dikatakan ia telah melakukan wanprestasi. Dapatpula dikatakan bahwa ia telah lalai atau alpa atau ingkar janji atau bahkanmelanggar perjanjian dengan melakukan sesuatu hal yang dilarang atau tidakboleh dilakukan. Hal ini berakibat hukum, yakni pihak atau para pihak yangdirugikan dapat menuntut pelaksanaan dari prestasi atau konsekwensi lainyang diatur dalam perjanjian, berupa ganti kerugian. Agar suatu perjanjian dipenuhi oleh debitur, maka perlu diketahui sifat- sifatprestasi tersebut, adalah: 1. Harus sudah tertentu atau dapat ditentukan. 2. Harus mungkin. 3. Harus diperbolehkan halal. 4. Harus ada manfaatnya bagi kreditur. 5. Bisa terdiri dari suatu perbuatan atau serentetan perbuatan. Jika salah satu perbuatan atau semua sifat tidak dipenuhi pada prestasiitu, maka perbuatan itu menjadi tidak berarti, dan perjanjian itu dapat batalatau dibatalkan. 88 Pengertian yang umum tentang wanprestasi adalah pelaksanaankewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurutselayaknya. 89 1. Tidak melakukan apa yang disangggupi akan dilakukannya; Apabila si berutang debitur disebutkan dan berada dalam keadaanwanprestasi, jika ia dalam melakukan pelaksanaan prestasi perjanjian telahlalai sehingga “terlambat” dari jadwal waktu yang ditentukan atau dalammelaksanakan prestasi tidak menurut “ sepatutnya atau selayaknya “.Wanprestasi seorang debitur dapat berupa empat macam : 2. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimanadijanjikan; 3. Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat; 4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya. 90 Terhadap kelalaian atau kealpaan si berutang, diancamkan beberapasanksi atau hukuman. Hukuman atau akibat-akibat yang tidak enak bagidebitur yang lalai ada empat macam, yaitu : 1. Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur atau dengansingkat dinamakan ganti rugi; 2. Pembatalan perjanjian atau juga dinamakan pemecahanperjanjian; 3. Peralihan resiko; 88 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perikatan, Bandung:Alumni, 1982, hal. 20. 89 M. Yahya Harahap1, Op.cit, hal. 60 90 R Soebekti4, Hukum Perjanjiancetakan keenam, Jakarta:Intermasa,1979, hal. 45 4. Membayar biaya perkara, kalau sampai diperkarakan di depanhakim. 91 Kasus wanprestasi yang pernah dilakukan CV. Saputro Jaya Agrindo dalam praktek pelaksanaan jual beli tanaman bibit karet ini adalah suatu bentuk wanprestasi atas keterlambatan pelunasan hutang pada pihak penjual. Kasus ini terjadi pada pembelian tanaman bibit karet kepada petani murni antara lain Suyono dan Adi. Pembelian bibit karet pada Suyono dilakukan pada hari Jum’at tanggal 2 Agustus 2013 dengan panjar sebesar Rp. 1.000.000,- Satu Juta Rupiah dan tempo pembayaran yang harus dilunasi CV.Saputro Jaya Agrindo sampai tanggal 15 September 2013. Akan tetapi CV.Saputo Jaya Agrindo dapat melunasinya pada tanggal 30 November 2013. Sama halnya pembelian tanaman bibit karet kepada Adi, dimana CV. Saputro Jaya Agrindo tidak dapat melunai pembayarannya sesuai tanggal jatuh tempo yang telah disepakati dan tertuang di dalam surat perjanjian. Pada kasus ini membuktikan bahwa CV. Saputro Jaya Agrindo telah melakukan wanprestasi. Padahal telah diatur di dalam Pasal 1513 KUHPerdata tentang kewajiban utama si pembeli ialah membayar harga pembelian, pada waktu dan di tempat sebagaimana telah ditetapkan menurut perjanjian. Dalam hal penyelesaian perselisihan diatas tercantum pada surat perjanjian tersebut tepatnya Pasal 6 yang isinya : “Apabila terjadi perselisihan dari perjanjian ini akan diselesaikan dengan jalan musyawarah dengan menambahkan poin perjanjian baru yang dianggap perlu sampai terjadinya kesepakatan.” 91 Ibid Demikan isi Pasal 6 di dalam perjanjian tersebut, maka upaya yang diambil sebagai tanggung jawab CV. Saputro Jaya Agrindo atas tindakan wanprestasinya adalah musyawarah kepada pihak Suyono dan Adi dengan meminta perpanjangan waktu untuk pelunasan sisa hutang yang belum dibayar, yaitu pada tanggal 30 November 2013. Dan kedua belah pihak setuju atas pembaharuan tanggal pelunasan hutang tersebut.Upaya penyelesaian ini dinamakan dengan perdamaian. Dalam Pasal 1851 mengatakan bahwa Perdamaian adalah suatu perjanjian dengan mana kedua belah pihak, dengan menyerahkan, menjanjikan atau menahan suatu barang, mengakhiri suatu perkara yang sedang bergantung ataupun mencegah timbulnya suatu perkara. Dalam hal terjadi perselisihan ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk menyelesaikan perselisihan yang timbul dari kedua belah pihak, yaitu dengan cara sebagai berikut: 1. Perdamaian diluar Pengadilan Arti kata damai disini adalah bahwa antara pihak pertama dan pihak kedua mengadakan suatu perdamaian sendiri diluar Pengadilan.Pelaksanaanperdamaian tersebut tergantung dari kedua pihak sehingga terjadilah persetujuandari kedua belah pihak agar perselihan ini tidak dilanjutkan ke pengadilan. Akantetapi perlu dijelaskan bahwa perdamaian yang dilakukan kedua belah pihakdiluar pengadilan tersebut hanya berkekuatan sebagai persetujuan kedua belahpihak belaka yang apabila tidak ditaati oleh salah satu pihak maka masih harusdiajukan melalui proses di Pengadilan . Jadi persoalannya hanya selesai sementaradan sama sekali tidak dijamin bahwa suatu saat tidak akan terjadi perselihankembali. 2. Pengadilan Apabila upaya penyelesaian terhadap masalah masalahtidak dapat dilakukan secara damai negioisasi makadalam hal ini pada pihak dapat menyelesaikan persoalan ini melalui Pengadilan Negeri yang berwenang. Agar dapat memulihkan hak-hak salah satu pihak yang telah menderita kerugian akibatingkar janji atau wanprestasi sebagaimana yang telah disepakati dalam perjanjiandan juga sebagai akibat dari perbuatan para pihak yang melawanhukum maka pihak yang dirugikan dapat menuntut ke pengadilan agar pengadilan: a. melakukan sita revindicatoir revindicatoir Beslag atas barang-barangyang menjadi obyek perjanjian. b. Menghukum dengan membayar ganti rugi kepada pihak yang dirugikan ataskerugian yang telah dideritanya sebagai akibat dari tindakan ingkarjanjiwanprestasi dan atau melawan hokum yang telah dilakukan c. Mengalihkan segala resiko kepada pihak yang melawan hukum d. Menghukum pihak yang bersalah untuk membayar segala ongkos perkara 3. Arbitrase Untuk mencari penyelesaian suatu perselisihan dengan cara mengajukan gugatandi muka pengadilan merupakan cara yang memakan waktu yang sangat lama. Selainbanyak prosedur yang harus dilakukan misalnya tentang cara pemanggilan, carapenyampaian juga cara pemeriksaan dan sebagainya. Apabila telah diperoleh putusan dari pengadilantingkat pemeriksaan pertama belum berari bahwa perselisihansengketa sudah selesaikarena pihak-pihak yang berpekara apabila merasa tidak puas dengan keputusan itu dankemudian naik banding ke pengadilan yang diatasnya atau lebih tinggi dan juga bisasampai kasasi ke Mahkamah agung.Oleh karena itu alternative lain yang dapat digunakan dalam penyelesaianperselisihansengketa perjanjian ini adalah melalui suatu badan diluar pengadilanyang disebut Arbitrase.Penyelesaian di badan arbitrase ini dapat sejak semula para pihaktelah melakukan persetujuan yang dimasukkan dalam klausula perjanjian pokoknya ataupersetujuan dilakukan setelah timbul perselisihan terjadi yang dibuat suatu akta khusus. Arbitrase merupakan suatu penyelesaian diluar pengadilan yang sangat sesuaidalam dunia perdagangan bisnis, dikarenakan arbitrase : a. Memproses penyelesaian perkara dengan cepat karena tidak ada banding dankasasi sehingga putusan Arbiter adalah putusan yang final; b. Pada badan arbitrase ini para arbiter adalah ahli dibidangnya; c. Pemeriksaan di badan arbitrase bersifat tertutup. Jadi untuk penyelesaian sengketa perjanjian ini pihak-pihak yang terlibatdapat memakai jasa badan arbitrase tersebut dengan ketentuan bahwa dalam perjanjiankontrak yang bersangkutan dicantumkan suatu ketentuan pasal yang menyebutkanbahwa setiap perselisihan atau persengketaan yang mungkin timbul dari perjanjian akan diajukan kepada arbitrase untuk diputus. Ketentuan atau pasal dalam perjanjiankontrak tersebut dinamakan “Arbitration Clause”. Dan untuk untuk arbitration cluse tersebut, BANI Badan Arbitrase NasionalIndonesia kepada para pihak yang ingin menggunakan penyelesaian padaBadan arbitrase untuk mencantumkan dalam perjanjian mereka standard klausula sebagaiberikut : “Semua sengketa yang timbul dari perjanjian ini akan diselesaikan dalam tingkatpertama dan terakhir menurut peraturan prosedur BANI oleh Arbiter yangditunjuk menurut peraturan tersebut.” BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan