sebagai pembeli. Sedangkan CV.Saputro JayaAgrindo, berkewajiban membayar atas barang yang telah diterima dari masyarakat petani.
C. Tanggung Jawab Para Pihak dalam Penyelesaian Masalah-masalah
dalam Perjanjian Jual Beli Tanaman Bibit Karet yang Terjadi Antara CV. Saputro Jaya Agrindo dengan Masyarakat Petani di Kabupaten
Simalungun
Dalam suatu perjanjian dalam bentuk apapun, kedua belah pihak salingmengikatkan dirinya untuk melaksanakan sesuatu yang telah
diperjanjikanprestasi, namun pada kenyataannya tidak menutup kemungkinan dapatterjadi jika salah satu pihak tidak melaksanakan apa yang telah diperjanjikan.
Pada Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdatadinyatakan bahwasanya Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.Disini kita melihat bahwasanya CV.Saputro Jaya Agrindo yang selanjutnya disebut sebagai pihak pembeli telah
mengikatkan dirinya kepada para penjual. Dan sudah seharusnya kedua belah pihak harus mematuhi seluruh pasal-pasal yang tercantum dalam surat perjanjian
tersebut. Perjanjian jual beli diatur dalam pasal 1457-1540 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata. Menurut pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, jual beli adalah suatu persetujuan yang mengikat pihak penjual berjanji menyerahkan
sesuatu barang benda, dan pihak lain yang bertindak sebagai pembeli mengikat
diri berjanji untuk membayar harga.Dari pengertian yang diberikan pasal 1457 diatas, persetujuan jual beli sekaligus membebankan dua kewajiban yaitu:
87
1. Kewajiban pihak penjual menyerahkan barang yang dijual kepada pembeli.
2. Kewajiban pihak pembeli membayar harga barang yang dibeli kepada penjual.
Dalam suatu perjanjian dalam bentuk apapun, kedua belah pihak salingmengikatkan dirinya untuk melaksanakan sesuatu yang telah
diperjanjikanprestasi, namun pada kenyataannya tidak menutup kemungkinan dapatterjadi jika salah satu pihak tidak melaksanakan apa yang telah
diperjanjikan.Apabila dalam suatu perjanjian si debitur tidak melaksanakan apa yangdiperjanjikan, maka dapat dikatakan ia telah melakukan wanprestasi.
Dapatpula dikatakan bahwa ia telah lalai atau alpa atau ingkar janji atau bahkanmelanggar perjanjian dengan melakukan sesuatu hal yang dilarang atau
tidakboleh dilakukan. Hal ini berakibat hukum, yakni pihak atau para pihak yangdirugikan dapat menuntut pelaksanaan dari prestasi atau konsekwensi
lainyang diatur dalam perjanjian, berupa ganti kerugian. Menurut R. Subekti, wanprestasi kealpaan atau kelalaian sedangdebitur
dapat berupa 4 empat macam, yaitu : 1.
tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya; 2.
melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimanadijanjikan; 3.
melakukan apa yang dijanjikan, tetapi terlambat; dan 4.
melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.
87
M. Yahya Harahap1, Op.cit,hlm 181
Seorang debitur yang melakukan wanprestasi, sebagai pihak yang wajibmelaksanakan sesuatu mengakibatkan ia dapat dikenai sanksi atau hukuman
berupa: 1.
Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur oleh kreditur atau ganti rugi Pasal 1234 KUHPerdata.
2. Pembatalan perjanjian melalui Hakim Pasal 1266 KUHPerdata.
3. Peralihan resiko kepada debitur sejak saat terjadinya wanprestasi Pasal 1237
ayat 2 KUHPerdata. 4.
Membayar biaya perkara, apabila sampai diperkarakan dimuka hakim Pasal 181 ayat 1 HIR.
Dalam pelaksanakan Perjanjian Jual Beli di CV. Saputro Jaya Agrindo denganpembeli pernah terjadi beberapa masalah, berikut adalah masalah-masalah
dalam perjanjian jual beli tanaman bibit karet yang dilakukan oleh pihak CV. Saputro Jaya Agrindo maupun dari pihak petani.
1. Antara CV. Saputro Jaya Agrindo dengan Eka, petani warga Huta pasar
III, Desa Naga Jaya I, Kecamatan Bandar Huluan, Kabupaten Simalungun.
Pada hari Minggu tanggal 14 Juli 2013, antara Pihak CV. Saputro Jaya Agrindo dengan Eka PIHAK KEDUA, telah terjadi kesepakatan dan dibuat
suatu klausula surat perjanjian Jual Beli Bibit Karet Okulasi Klon PB260. Pihak CV. Saputro Jaya Agrindo yang diwakili oleh Dapit Purnawan PIHAK
PERTAMA, warga Huta pasar III, Desa Naga Jaya I, Kecamatan Bandar Huluan,
Kabupaten Simalungun, membuat klausula surat perjanjian yang ikut disaksikan oleh Eka. Dalam perjanjian tersebut, diketahui bahwa Eka, selaku PIHAK
KEDUA telah melakukan wanprestasi atas perjanjian yang mereka buat. Disini penulis akan mengguraikan pasal-pasal yang dilanggar oleh Eka atas perjanjian
yang dibuat dengan PIHAK PERTAMA. Isi pasal-pasal yang dilanggar sebagai
berikut:
a. Bahwa PIHAK PERTAMA bermaksud membeli Bibit KaretRambung dari
PIHAK KEDUA, dan PIHAK KEDUA setuju menjual Bibit Karet kepada PIHAK PERTAMA dengan ketentuan spek bibit sebagai berikut:
1 Jenis Barang
: Bibit Karet Okulasi Klon PB 260 Payung 234 2
Harga Per Bibit : Rp. 2.500,-
3 Jumlah Barang
: 6.000 polibag Selanjutnya dalam perjanjian ini disebut Barang.
Para pihak untuk itu sepakat dan mengikatkan diri dalam Perjanjian Jual Beli dengan ketentuan dan syarat-syarat yang diatur dalam pasal-pasal berikut ini:
Pasal 3
HAK DAN KEWAJIBAN 1.
PIHAK PERTAMA berhak memperoleh Barang tersebut dalam kondisi baik, Payung 234, daun sehat, tinggi batang sesuai kriteria, dan sesuai kemauan
PIHAK PERTAMA. 2.
PIHAK KEDUA wajib menyerahkan Barang dengan syarat tersebut kepada PIHAK PERTAMA.
3. PIHAK PERTAMA menerima barang tersebut sebesar Rp. 2.500,-per polibag
diatas truk motor. 4.
PIHAK PERTAMA diberikan hak sepenuhnya untuk mensortir bibit karet okulasi paying 2,3,4 klon PB 260 yang akan dibeli dikirim.
5. PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA wajib mengikuti semua ketentuan
di dalam perjanjian ini.
Pasal 5
SANKSI 1.
Apabila ternyata PIHAK PERTAMA tidak jadi membeli barang dari PIHAK KEDUA, maka panjar PIHAK PERTAMA dianggap
2. Apabila PIHAK KEDUA ingkar terhadap perjanjian ini, maka perjanjian ini
dianggap
hangus
BATAL DEMI HUKUM
dan PIHAK KEDUA wajib
mengembalikan panjar 2X LIPAT Pasal 6
kepada PIHAK PERTAMA.
PENYELESAIAN PERSELISIHAN Apabila terjadi perselisihan dari Perjanjian ini akan diselesaikan dengan jalan
musyawarah dengan menambahkan poin perjanjian baru yang dianggap perlu sampai terjadinya kesepakatan.
Di dalam perjanjian yang dibuat antara CV. Saputro Jaya Agrindo yang diwakili oleh Dapit Purnawan dengan pihak petani, Eka, diuraikan beberapa pasal
pokok perjanjian jual beli bibit karet okulasi Klon PB 260 payung 234 dengan kesepakatan harga, Rp. 2.500,- per polibag. Eka sebagai PIHAK KEDUA
memperjanjikan kepada Dapit Purnawan sebagai PIHAK PERTAMA dapat
menyediakan bibit karet okulasi Klon PB 260 payung 234 sebanyak 6.000 polibag. Demi mengikat dan memperkuat argumentasi perjanjian yang dibuat oleh
PIHAK PERTAMA dan disetujui oleh PIHAK KEDUA, maka PIHAK PERTAMA memberikan uang panjar kepada Eka selaku PIHAK KEDUA sebesar
Rp. 1.500.000,-. Dan disaat PIHAK PERTAMA membeli keseluruhan bibit karet okulasi Klon PB 260 payung 234 dari PIHAK KEDUA, saat dilakukan
penghitungan, bibit yang tersedia hanya 4.500 polibag.Sisa barang yang dimiliki oleh PIHAK KEDUA tidak dapat dibeli karena tidak sesuai kriteria spek barang.
Spek barang yang dimiliki oleh Eka tidak sesuai yang ada didalam pasal pembuka yaitu “jenis barang bibit karet okulasi Klon PB 260 payung 234” dan PIHAK
PERTAMA menggunakan haknya sesuai dengan pasal 3 tentang HAK DAN KEWAJIBAN poin 1 yang berbunyi, “PIHAK PERTAMA berhak memperoleh
Barang tersebut dalam kondisi baik, Payung 234, daun sehat, tinggi batang sesuai kriteria, dan sesuai kemauan PIHAK PERTAMA” dan pasal 3 poin 4 yang
berbunyi, “PIHAK PERTAMA diberikan hak sepenuhnya untuk mensortir bibit karet okulasi payung 2,3,4 klon PB 260 yang akan dibeli dikirim” dan
dikuatkan dengan pasal 3 poin 5 yang berbunyi, “PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA wajib mengikuti semua ketentuan di dalam perjanjian ini”. Karena tidak
dituangkan kedalam perjanjian tentang tenggang waktu penyediaan barang oleh PIHAK KEDUA, maka saat barang yang dihitung bersama kurang, PIHAK
PERTAMA memberikan keringanan yaitu PIHAK KEDUA harus mencari sisa kekurangan bibit karet okulasi Klon PB 260 payung 234 sesuai perjanjian yaitu
berjumlah 1.500 polibag lagi. Tetapi PIHAK KEDUA tidak sanggup mencari
kekurangan bibit karet okulasi Klon PB 260 payung 234 dengan alasan waktu dan modal.Oleh karena itu, PIHAK KEDUA telah melakukan wanprestasi karena
tidak dapat memenuhi permintaan ketentuan barang sesuai dengan klausula perjanjian yang dibuat bersama terhadap PIHAK PERTAMA. Dan PIHAK
PERTAMA melihat pasal 5 tentang SANKSI poin 2 yang berbunyi, “Apabila PIHAK KEDUA ingkar terhadap perjanjian ini, maka perjanjian ini dianggap
BATAL DEMI HUKUM dan PIHAK KEDUA wajib mengembalikan panjar 2X
LIPAT kepada PIHAK PERTAMA”. Didalam perjanjian jual beli ini, dijelaskan
dalam pasal 5 poin 2 tersebut bahwa Eka, selaku PIHAK KEDUA harus mengembalikan panjar Rp. 1.500.000,- 2x lipat menjadi Rp. 3.000.000,- dan
perjanjian ini batal demi hukum. Tetapi, PIHAK PERTAMA mengambil jalan musyawarah sesuai dengan pasal 6 tentang PENYELESAIAN PERSELISIHAN
yang berbunyi, “Apabila terjadi perselisihan dari Perjanjian ini akan diselesaikan dengan jalan musyawarah dengan menambahkan poin perjanjian baru yang
dianggap perlu sampai terjadinya kesepakatan”.PIHAK PERTAMA memberikan opsi yaitu, bahwa sisa bibit yang rusak dan yang tidak sesuai dengan kriteria
sesuai perjanjian yang dimiliki oleh PIHAK KEDUA, harus dirawat lagi sampai bagus dan harus dijual kepada PIHAK PERTAMA.Setelah beberapa saat bibit
yang rusak dan yang tidak sesuai dengan kriteria sesuai perjanjian tersebut dirawat, maka dilakukan pembelian dan penyortiran ulang.Dari hasil
penghitungan bersama, bahwa bibit karet okulasi Klon PB 260 payung 234 yang sesuai kriteria yang dapat dibeli oleh PIHAK PERTAMA berjumlah 800
batang.Walaupun masih kurang dengan jumlah yang ditetapkan pada perjanjian
pertama, tetapi CV. Saputro Jaya Agrindo yang diwakili oleh Dapit Purnawan selaku PIHAK PERTAMA merasa puas dengan hasil yang didapat dari Eka
selaku PIHAK KEDUA.
2. Antara CV. Saputro Jaya Agrindo dengan Suino, petani warga Nagori
Bah Tobu, Desa Naga Jaya I, Kecamatan Bandar Huluan, Kabupaten Simalungun
. Pada hari Minggu tanggal 14 Juli 2013, antara Pihak CV. Saputro Jaya
Agrindo dengan Suino PIHAK KEDUA, telah terjadi kesepakatan dan dibuat suatu klausula surat perjanjian Jual Beli Bibit Karet Okulasi Klon PB260. Pihak
CV. Saputro Jaya Agrindo yang diwakili oleh Dapit Purnawan PIHAK PERTAMA, warga Huta pasar III, Desa Naga Jaya I, Kecamatan Bandar Huluan,
Kabupaten Simalungun, membuat klausula surat perjanjian yang ikut disaksikan oleh Suino. Dalam perjanjian tersebut, diketahui bahwa Dapit Purnawan, selaku
PIHAK PERTAMA telah melakukan wanprestasi atas perjanjian yang mereka buat. Disini penulis akan mengguraikan pasal-pasal yang dilanggar oleh Dapit
Purnawan atas perjanjian yang dibuat dengan PIHAK KEDUA. Isi pasal-pasal yang dilanggar sebagai berikut:
a. Bahwa PIHAK PERTAMA bermaksud membeli Bibit KaretRambung dari
PIHAK KEDUA, dan PIHAK KEDUA setuju menjual Bibit Karet kepada PIHAK PERTAMA dengan ketentuan spek bibit sebagai berikut:
1 Jenis Barang
: Bibit Karet Okulasi Klon PB 260 Payung 234 2
Harga Per Bibit : Rp. 2.500,-
3 Jumlah Barang
: 9000 polibag Selanjutnya dalam perjanjian ini disebut Barang.
Para pihak untuk itu sepakat dan mengikatkan diri dalam Perjanjian Jual Beli dengan ketentuan dan syarat-syarat yang diatur dalam pasal-pasal berikut ini:
Pasal 2
CARA PEMBAYARAN Pembayaran harga pembelian barang tersebut dilakukan dalam 2 dua tahap
pembayaran, yaitu: 1.
Pembayaran I PANJAR sebesar Rp. 2.000.000,- 10 dari keseluruhan
jumlah pembayaran, dilakukan tunai pada saat penandatanganan Perjanjian Jual Beli ini, dan Perjanjian Jual Beli Ini sebagai kuitansi.
2. Pembayaran II PELUNASAN sebesar Rp.
Rupiah,
pelunasan keseluruhan sisa pembayaran, dilakukan 2 bulan lagi sejak
perjanjian ini dibuat. Tempo pembayaran yang akan dilunasi PIHAK PERTAMA terhadap PIHAK
KEDUA yaitu sampai tanggal 15 SEPTEMBER 2013.
Selama jangka waktu 2 bulan sejak perjanjian ini dibuat sampai jatuhnya tempo,
diharapkan tidak ada SEGALA TUNTUTAN PERMINTAAN diluar dari
perjanjian ini.
Pasal 5
SANKSI
2.
Apabila ternyata PIHAK PERTAMA tidak jadi membeli barang dari PIHAK
KEDUA, maka panjar PIHAK PERTAMA dianggap hangus
3. Apabila PIHAK KEDUA ingkar terhadap perjanjian ini, maka perjanjian ini
dianggap BATAL DEMI HUKUM dan PIHAK KEDUA wajib mengembalikan panjar 2X LIPAT
kepada PIHAK PERTAMA.
Pasal 6
PENYELESAIAN PERSELISIHAN Apabila terjadi perselisihan dari Perjanjian ini akan diselesaikan dengan jalan
musyawarah dengan menambahkan poin perjanjian baru yang dianggap perlu sampai terjadinya kesepakatan.
Didalam perjanjian tersebut, yang dibuat antara CV. Saputro Jaya Agrindo yang diwakili oleh Dapit Purnawan dengan pihak petani, Suino, diuraikan
beberapa pasal pokok perjanjian jual beli bibit karet okulasi Klon PB 260 payung 234 dengan kesepakatan harga, Rp. 2.500,- per polibag. Eka sebagai PIHAK
KEDUA memperjanjikan kepada Dapit Purnawan sebagai PIHAK PERTAMA dapat menyediakan bibit karet okulasi Klon PB 260 payung 234 sebanyak 9.000
polibag. Demi mengikat dan memperkuat argumentasi perjanjian yang dibuat oleh PIHAK PERTAMA dan disetujui oleh PIHAK KEDUA, maka PIHAK
PERTAMA memberikan uang panjar kepada Suino
selaku PIHAK
KEDUA,Pembayaran I PANJAR sebesar Rp. 2.000.000,- 10 dari keseluruhan
jumlah pembayaran, dilakukan tunai pada saat penandatanganan Perjanjian Jual Beli ini, dan Perjanjian Jual Beli Ini sebagai kuitansi. Dan sangat jelas tertulis di
dalam perjanjian pada Pasal 2 ayat 2 bahwasanya pelunasan keseluruhan sisa
pembayaran, dilakukan 2 bulan lagi sejak perjanjian ini dibuat. Sehingga jatuh
tempo pembayaran yang akan dilunasi PIHAK PERTAMA terhadap PIHAK
KEDUA yaitu sampai tanggal 15 SEPTEMBER 2013.
Sesuai tanggal jatuh tempo yaitu 15 September 2013, ternyata PIHAK PERTAMA belum melakukan pelunasan kepada atas harga barang yang telah
Pasal 1382 Kitab Undang-undang Hukum Perdatadibelinya yaitu membeli bibit karet okulasi Klon PB 260 payung 234 sebanyak 9.000 polibag dari PIHAK
KEDUA.Seperti yang kita ketahui didalam bahwasanya setiap perjanjian itu terlibat seorang yang berhutang dan seorang lagi sebagai penanggung
hutang.Dalam kejadian ini PIHAK PERTAMA telah melakukan ingkar janjikepada PIHAK KEDUA, sehingga sesuai dengan Pasal 5 ayat 1 dalam
perjanjian tersebut yang mana apabila ternyata PIHAK PERTAMA tidak jadi membeli barang dari PIHAK KEDUA, maka panjar PIHAK PERTAMA
dianggaphangus.
Karena tidak dituangkan kedalam perjanjian tentang tambahan tenggang waktu pelunasan pembelian untuk PIHAK PERTAMA, maka panjar yang telah
dibayarkan oleh PIHAK PERTAMA sebesar Rp.2.000.000,- kepada PIHAK KEDUA dianggap hangus.Tetapi, PIHAK PERTAMA mengambil jalan
musyawarah sesuai dengan pasal 6 tentang PENYELESAIAN PERSELISIHAN yang berbunyi, “Apabila terjadi perselisihan dari Perjanjian ini akan diselesaikan
dengan jalan musyawarah dengan menambahkan poin perjanjian baru yang dianggap perlu sampai terjadinya kesepakatan”. PIHAK PERTAMA meminta
opsi yaitu, meminta untuk ditambahkannyamasa tenggang waktu untuk pelunasan
lebih lama agar PIHAK PERTAMA bisa mencari dana untuk dibayarkan kepada PIHAK KEDUA sebagai pelunasan barang tersebut. Dan PIHAK KEDUA telah
menyetujuinya.
D. Upaya Penyelesaian Apabila Terjadi Wanprestasi Terhadap Perjanjian