dengan pupuk RP Rock Phospate sebanyak 100 gr per lubang, disamping pemupukan dengan urea 50 gram dan SP - 36 sebesar 100 gram sebagai
pupuk dasar. d.
Diamkan lubang yang sudah digali tadi selama 1 bulan agar lubang tersebut terangin-angin dan terkena sinar matahari. Hal ini dilakukan agar
gas beracun yang mungkin ada disela-sela tanah terbawa angin sehingga dapat diganti dengan oksigen dari udara.
e. Setelah sebulan di diamkan, kemudian tanam bibit karet yang telah
diseleksi tadi. Masukkan bibit ke dalam lubang tanam yang telah di sediakan, kemudian timbun dengan tanah, timbun tanah bagian kiri
terlebih dahulu kemudian menyusul tanah bagian kanan yang telah di campur dengan pupuk tadi.
f. Tancapkan ajir sejajar dengan permukaan tanah, kemudian padatkan tanah
di sekeliling bibit hingga bibit tidak mudah goyang, untuk stump mata tidur hadapkan sesuai dengan arah angin.
g. Dua minggu setelah penanaman, tanah disekeliling tanaman biasanya
mencekung hal ini perlu dilakukan penambahan tanah agar rata dengan permukaan tanah disekelilingnya .
4. Tahap Pemeliharaan
Tahap ini di bagi menjadi 3 yaitu penyulaman, pemotongan tunas palsu, dan merangsang percabangan.
a. Penyulaman
Bibit yang baru ditanam harus diperiksa setiap dua minggu sekali selama
tiga bulan pertama setelah penanaman. Pemeriksaan ini penting khususnya bila bahan tanam yang digunakan adalah stum matta tidur. Bibit yang mati
harus segera diganti atau disulam dengan bibit yang baru agar populasi tanaman dapat dipertahankan dan seragam. Penyulaman sebaiknya
dilakukan dengan bahan tanam yang mempunya umur relatif sama atau lebih tua dari tanaman yang disulam. Untuk memperoleh bahan tanam
yang seumur, haruslah disediakan bibit terlebih dahulu bahan tanam dalam bentuk polibag dan disulam pada tahun yang sama. Jika penyulaman
masih harus dilakukan pada tahun ke-dua atau tahun ke-tiga penyulaman harus dilakukan dengan bahan tanam berupa stum mata tinggi.
b. Pemotongan Tunas Palsu
Tunas palsu pada tanaman karet adalah tunas yang tumbuh bukan dari mata okulasi. Tunas ini banyak dijumpai pada bibit stum mata tidur,
sedangkan pada bibit stum mini atau bibit polibag, tunas palsu relatif jarang ditemui. Tunas palsu dapat menghambat tumbuhnya mata okulasi
bahkan dapat menyebabkan mata okulasi tidak tumbuh, karena pasokan fotosintat yang dihasilkan diserap seluruhnya untuk pertumbuhan tunas
palsu. Oleh karena itu, tunas palsu harus dibuang agar pertumbuhan dan populasi tanaman tetap optimal. Pembuangan tunas sebaiknya dilakukan
ketika tunas tersebut belum mengayu atau dilakukan pada awal-awal pertumbuhan bibit.
c. Merangsang percabangan
Pertumbuhan tanaman karet pada fase belum menghasilkan umumnya mengikuti sebuah siklus, artinya pada suatu saat tanaman karet akan
tumbuh tinggi tanpa membentuk payung daun dan pada suatu saat pertumbuhan tinggi tanaman akan terhenti dan membentuk payung daun.
Selama payung daun yang terbentuk belum benar-benar tua, tinggi tanaman tidak bertambah, dan apabila daun-daun pada payung daun
tersebut sudah benar-benar tua tanaman akan tumbuh tinggi tanpa membentuk payung daun, begitu seterusnya. Pertumbuhan tanaman yang
demikian apabila dibiarkan dapat menyebabkan batang tanaman mudah patah karena tiupan angin. Oleh karena itu, pertumbuhan tinggi batang
haruslah dibatasi dengan cara merangsang percabangan tanaman pada ketinggian 3 meter dari permukaan tanah. Dengan terbentuknya
percabangan, tanaman akan lebih kuat menahan terpaan angin. Perangsangan percabangan bisa dilakukan dengan berbagai cara yang
diantaranya adalah penyanggulan, pemangkasan daun, dan pemenggalan batang.
5. Tahap Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada awal bibit ditanam selama + 1 minggu, pemulshingan dilakukan juga pada bibit yang baru ditanam, karena bibit yang
baru ditanam sangat rentan terhadap sinar matahari yang terlalu terik. Penyiraman sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari
6. Tahap Pemupukan
Umumnya dosis pemberian pupuk tanaman karet dilakukan 2 kali dalam setahun. Pada tanaman karet berumur 6 – 15 tahun dosis pemupukannya
adalah 350 gr Urea, 260 gr SP, dan 300 gr KCL per hektar per tahun. Sedangkan untuk tanaman karet berusia 16-20 tahun dosis pemupukannya
adalah 300 gr Urea, 190 gr SP, dan 250 gr KCL per hektar per tahun. Bagi tanaman karet yang telah tua diatas 25 th hingga 2 tahun sebelum peremajaan
dosis pemupukannya adalah 200 gr Urea, 0 gr SP, dan 150 gr KCL per hektar per tahun. Adapun langkah dalam pemupukan adalah:
a.
Buatlah parit atau laur memanjang yang berada di tengah-tengah barisan tanaman karet.
b.
Bersihkan gulma atau tanaman pengganggu yang berada disekitar parit atau alur yang telah dibuat.
c.
Taburkan pupuk ke dalam parit, sesuai dosis yang telah ditentukan. Stu syarat lagi yang harus dipenuhi bahwa pupuk SP tidak boleh di campur
pada tempat yang sama pada pupuk urea.
d.
Letakkan pupuk secara melingkar di sekitar batang, dengan jarak kurang lebih 1 – 1,25 meter dari batang pokok tanaman karet.
e.
Timbun kembali parit yang telah di beri pupuk tadi dengan tanah disekitarnya.
f.
Usahakan pemupukan dilakukan 2 kali dalam setahun yaitu saat awal musim hujan dan akhir musim hujan
.
Dari penjelasan diatas diketahui bahwa proses persiapan penanaman bibit karet yang dilakukan oleh CV. Saputro Jaya Agrindo itu rumit dan panjang.
Karena proses penanaman yang dilakukan pasti mempunyai risiko seperti hama, waktu, cuaca, kelembapan, klon okulasi berbeda dan modal salah satunya dapat
mempengaruhi kualitas dan kuantitas bibit karet yang harus dipersiapkan. Karena pihak CV. Saputro Jaya Agrindo mencari bibit karet Klon PB 260 yang
berkualitas.Klon PB 260 adalah salah satu jenis benih karet yang ada di Indonesia.Kenapa harus Klon PB 260? Berdasarkan hasil wawancara penulis,
benih yang berasal dari Klon PB 260 dapat menghasilkan bibit karet dengan kualitas super.PB 260 sendiri merupakan klon karet unggul penghasil getah yang
dikeluarkan dari hasil penelitian badan penelitian tanaman karet Malaysia. PB sendiri merupakan singkatan dari Perang Besar yang merupakan nama salah satu
daerah di Malaysia. PB 260 juga merupakan satu dari beberapa varietas klon tanaman karet penghasil getah yang direkomendasikan sebagai klon karet unggul
periode 2010 sampai dengan 2015. Disamping itu bibit karet klon PB 260 ini juga mempunyai kelebihan dari sisi produksi getah karet yang dihasilkan pada proses
penyadapan jika dibandingkan dengan jenis klon lainnya. PB 260 dinilai mempunyai tingkat produktivitas getah karet yang paling tinggi. Potensi Produksi
getah karet yang dihasilkan PB 260 mulai bisa dideres pada rata-rata umur 5 tahun. Bahkan dikalangan petani karet tradisional di daerah Sembawa mulai
menyadap pada rata-rata umur 4 tahun dengan tingkat pemeliharaan standar.Perbedaan Klon satu dengan lainnya dapat kita lihat dari daunbibit karet
tersebut.
Oleh karena itu, keputusan managemen yang diambil oleh CV. Saputro Jaya Agrindo yang dipimpin oleh Bapak Hendra Saputro Ongko untuk
mengecilkan risiko-risiko yang ada tadi yaitu dengan bekerja sama dengan para petani setempat. Selain bisa menghemat biaya, waktu dan tempat lahan, CV.
Saputro Jaya Agrindo juga dapat mensiasati pengeluaran bibit-bibit karet tersebut agar terhindar dari berkurangnya kualitas bibit karet yang disebabkan oleh
bertumbuhnya diameter batang karet tersebut karena lama di dalam tanah.CV. Saputro Jaya Agrindo sangat menjaga kualitas bibit-bibit yang dihasilkannya. Itu
terlihat dari cara penyuluhan dan penyortiran bibit-bibit yang ada di lapangan untuk di jual. Hanya bibit-bibit karet yang berkualitas yang dipilih untuk di jual
oleh pihak CV. Saputro Jaya Agrindo kepada pembeli. CV. Saputro Jaya Agrindo melakukan kerjasama dengan membeli tanaman
bibit karet yang ada di desa Nagori Nagajaya I Kec. Bandar Huluan Kabupaten Simalungun. Dalam melakukan praktik jual beli tanaman bibit karet ini terlebih
dahulu pihak pembeli meninjau langsung ke lokasi, yang mana juga sudah dipercayakan akan kapasitas dan kemampuan para penjual dalam memproses dan
menjaga tanaman bibit karet.Hal ini ditunjukan pada tingkat harga jual yang relatif tinggi.Proses dan penjagaan yang dimaksud diatas
Dalam penelitian ini masyarakat petani yang menjadi sasaran CV. Saputro Jaya Agrindo dalam melakukan praktek jual beli tanaman bibit karet ini berjumlah
13 orang.Dalam melakukan penelitian ini penulis mengambil populasi yaitu petani bibit karet yang ada di beberapa desa yang ada di Kabupaten Simalungun.Sampel
diambil dari populasi yang berjumlah 50 orang.Dan penulis mengambil responden
berjumlah 13 orang dari 50 orang sampel. Teknik penarikan sampel adalah
dengan metode Purposive yang terdiri dari:
1. Petani murni sebanyak 7 orang
Petani murni disini maksudnya adalah orang-orang yang pekerjaannya memang benar-benar sebagai petani karet, yang murni bekerja dibagian
pengelolaan tanaman bibit karet. Dalam hal pelaksanaan jual beli tanaman bibit karet ini dengan CV.Saputro Jaya Agrindo, ada sebagian petani murni yang
menggunakan surat perjanjian sebagai kekuatan hukum jual beli sebanyak 2 orang dan petani murni yang hanya memakai kwitansi sebanyak 5 orang.
Menurut Pasal 1304 Kitab Undang-undang Hukum
Perdatadibuatkannyasuatu surat perjanjian agar mempunyai kekuatan hukum dengan tidak adanya pihak yang dirugikan serta mencantumkan sanksi yang
dikenakan pada pihak yang melakukan wanprestasi. Dan biasanya pembelian yang dilakukan berkisar lebih dari 5000 polibag.Pada umumnya perjanjian tidak terikat
kepada suatu bentuk tertentu, dapat dibuat secara lisan dan tulisan yang dapat bersifat sebagai alat bukti apabila terjadi perselisihan.Untuk beberapa perjanjian
tertentu undang-undang menentukan suatu bentuk tertentu, sehingga apabila bentuk itu tidak dituruti maka perjanjian itu tidak sah.Dengan demikian bentuk
tertulis tidaklah hanya semata-mata merupakan alat pembuktian saja, tetapi merupakan syarat untuk adanya perjanjian tersebut.Sementara untuk petani murni
yang hanya memakai kwitansi saja, dalam pelaksanaan jual beli biasanya
didasarkan denganazaskepercayaan
74
a. Suyono
antara CV.Saputro Jaya Agrindo dengan petani tersebut.Adapun petani murni yang menggunakan suratperjanjian jual beli
bibit karet ini adalah Suyono dan Eka.
Suyono merupakan warga Bahtobu, Desa Naga Jaya I, Kecamatan Bandar Huluan, Kabupaten Simalungun.Adi Endang merupakan seorang petani
tanaman karet sejak tahun 2002.
75
b. Eka
Eka merupakan warga Huta Pasar III, Desa Naga Jaya I, Kecamatan Bandar Huluan, Kabupaten Simalungun.
76
a. Panca
Dan petani murni yang hanya menggunakan kwitansi adalah Panca, Toni, Adi Endang, Irmet, dan Essy.
Panca merupakan warga Huta Sembat, Desa Naga Jaya I, Kecamatan Bandar Huluan, Kabupaten Simalungun.Panca merupakan seorang petani tanaman
karet sejak tahun 2007 sampai sekarang.
77
74
Handri Rahardjo2, Hukum Perjanjian di Indonesia,Jakarta : Pustaka Yustisia, 2009, hlm. 45
75
Penulis menggunakan metode purposive dalam memlilih Suyono sebagai salah satu responden penelitian ini karena Suyono merupakan petani yang dapat menyediakan bibit paling
banyak di daerah tempat tinggalnya yaitu berkisar antara 8000-15.000 polibag
76
Penulis menggunakan metode purposive dalam memlilih Eka sebagai salah satu responden penelitian ini karena Eka merupakan petani yang dapat menyediakan bibit berkisar
antara 5000-10.000 polibag dan Eka merupakan tetangga dari CV.Saputro Jaya Agrindo yang telah menjalin kerjasama sejak tahun 2012.
77
Penulis menggunakan metode purposive dalam memlilih Panca sebagai salah satu responden penelitian ini karena Panca adalah salah satu petani yang sudah menjalin kerjasama
dengan CV.Saputro Jaya Agrindo sejak tahun 2009 sampai dengan sekarang dan dalam hal kapasitas penyediaan bibit karet okulasi Klon PB 260, Panca dapat menyediakan diatas 8000
polibag bibit karet okulasi
b. Toni
Toni merupakan warga Huta Pasar II, Desa Naga Jaya I, Kecamatan Bandar Huluan, Kabupaten Simalungun.Toni merupakan seorang petani tanaman
karet sejak tahun 2005 sampai sekarang.
78
c. Adi Endang
Adi Endang merupakan warga Huta Pasar III, Desa Naga Jaya I, Kecamatan Bandar Huluan, Kabupaten Simalungun.Adi Endang merupakan seorang
petani tanaman karet sejak tahun 2002.
79
d. Irmet
Irmet merupakan warga Huta Pasar II, Desa Naga Jaya I, Kecamatan Bandar Huluan, Kabupaten Simalungun.Irmet merupakan seorang petani tanaman
karet sejak tahun 2010.
80
e. Essy
Essy merupakan warga Tanjung Hataran, Kecamatan Bandar Huluan, Kabupaten Simalungun.
81
78
Penulis menggunakan metode purposive dalam memlilih Toni sebagai salah satu responden penelitian ini karena Panca adalah salah satu petani yang sudah menjalin kerjasama
dengan CV.Saputro Jaya Agrindo sejak tahun 2011 dan antara Toni dan CV.Saputro Jaya Agrindo juga terjalin kerjasama sewa lahan untuk peningkatan kuantitas bibit yang mereka tanam.
79
Penulis menggunakan metode purposive dalam memlilih Adi Endang sebagai salah satu responden penelitian ini karena Adi Endang merupakan anggota okulasi dari CV.Saputro Jaya
Agrindo dan Adi Endang sudah berpengalaman di dunia pembibitan karet sejak tahun 2002
80
Penulis menggunakan metode purposive dalam memlilih Irmet sebagai salah satu responden penelitian ini karena Irmet merupakan anggota okulasi dari CV.Saputro Jaya Agrindo
dan Walaupun tidak banyak, bibit karet okulasi yang dimiliki Irmet selalu dijual kepada CV.Saputro Jaya Agrindo
81
Penulis menggunakan metode purposive dalam memlilih Essy sebagai salah satu responden penelitian ini karena Essy adalah salah satu petani yang sudah menjalin kerja sama
dengan CV.Saputro Jaya Agrindo sejak tahun 2010 sampai dengan sekarang dan antara Essy dan CV.Saputro Jaya Agrindo telah terjalin kerja sama pencarian benih karet klatak untuk
disemaikan oleh CV.Saputro Jaya Agrindo untuk diokulasi.
2. Pemodal sebanyak 3 orang
Dikatakannya sebagai pemodal adalah orang-orang yang tidak memiliki kemampuan bertani tetapi mereka memiliki kemampuan dalam bidang
permodalan uang. Dengan modal uang yang dimiliki mereka, mereka melakukan suatu kerja sama dengan para petani untuk dipercayakan dalam mengelola
tanaman bibit karet miliknya untuk dijual atau dijadikan objek kerja sama dengan pihak CV. Saputro Jaya Agrindo. Dalam hal ini CV. Saputro Jaya Agrindo harus
melakukan suatu negosiasi atau komunikasi langsung kepada si pemodal tersebut untuk melakukan transaksi pembelian terhadap tanaman bibit karetnya.
Dengan berkembangnya pangsa pasar tanaman bibit karet di daerah Kabupaten Simalungun, masyarakat setempat pun tertarik menjalani usaha
penanaman bibit karet.Salah satu pihak yang tertarik dalam menjalani usaha penanaman bibit karet ini tidak hanya dari kalangan petani saja.Karena peluang
usaha ini cukup terbuka lebar, mereka dari kalangan pengusaha pemodal juga tertarik menanamkan sahamnya kepada para petani untuk menjalankan usaha
penanaman bibit karet tersebut. Adapun para pemodal yang menjalin kerjasama penjualan tanaman bibit karet kepada CV. Saputro Jaya Agrindo adalah :
a. David David adalah warga Huta pasar III, Desa Naga Jaya I, Kecamatan Bandar
Huluan, Kabupaten Simalungun.Beliau adalah seorang wirausaha di daerah tersebut.Beliau pertama kali tertarik terjun di dunia pertanian sekitar bulan
Februari tahun 2009. Pengakuan David dari hasil wawancara saya, beliau tertarik dalam penanaman bibit karet karena disaat tahun 2009, bibit karet sangatlah
langka.Hanya segelintir orang yang menanam bibit karet tersebut.Akan tetapi pasar bibit karet saat itu sangatlah besar. Permintaan akan bibit karet sangat
banyak sekitar 700.000 polibag di daerah Desa Naga Jaya I, Kecamatan Bandar Huluan, Kabupaten Simalungun. Yang mencari bibit karet tersebut berasal dari
Pekanbaru, Info tersebut sampai di telinga David. Usut punya usut permintaan bibit karet tersebut adalah proyek pengadaan bibit di Pekanbaru yang akan
dilakukan pada bulan September. Karena saat itu masih bulan Februari, David berencana ikut mensuplai proyek pengadaan bibit tersebut sesuai kemampuan
beliau.Karena beliau tidak memiliki kemampuan untuk menanam sendiri, beliau memakai jasa petani setempat dengan sistem bagi hasil.Dan dengan berjalannya
waktu, bibit yang beliau hasilkan dengan hasil kerjasama dengan petani ±10.000 polibag.Dengan hasil penjualan yang sangat menguntungkan, David sampai
sekarang masih menekuni usaha tersebut dengan bantuan para petani setempat. Dan pada tahun 2013 lalu pihak CV. Saputro Jaya Agrindo mendapatkan
permintaan proyek dari Provinsi Riau.Pihak CV. Saputro Jaya Agrindo diminta mensupplai bibit sebanyak ±300.000 polibag.Oleh karena itu, pihak CV. Saputro
Jaya Agrindo mencari orang yang mau bekerjasama dengan pihak mereka.Dan orang yang menjalin kerjasama salah satunya adalah David. David sebenarnya
mulai menjalin kerjasama dengan CV. Saputro Jaya Agrindo sejak 2010 sampai sekarang.Saat itu pemilik dari CV. Saputro Jaya Agrindo, Hendra Saputro Ongko
merupakan teman dekat dari David.
Penulis menggunakan metode Purposive dalam memilih David sebagai
salah satu responden penelitian ini. Dikarenakan adanya beberapa faktor yang melatarbelakanginya yaitu :
1 David merupakan teman dekat dari pemilik CV. Saputro Jaya Agrindo yaitu
Hendra Saputro Ongko. Karena mereka telah menjalin hubungan kerjasama dari tahun 2010 sampai sekarang, David paham dan mengetahui bagaimana
pihak CV. Saputro Jaya Agrindo melakukan prosedur proses perjanjian kepada para petani di Desa Naga Jaya I, Kecamatan Bandar Huluan,
Kabupaten Simalungun. Selain itu, David juga merupakan salah satu orang yang dipercayakan pihak CV. Saputro Jaya Agrindo dalam hal mencari petani-
petani yang memiliki keuletan dan kualitas dalam melakukan penanaman bibit-bibit karet.
2 Dalam hal kapasitasnya menyediakan bibit karet, David sanggup menyediakan
bibit hasil penanamannya sendiri rata-rata per periode penanaman ±2000 – 5000 polibag bibit karet. Karena beliau hanya menggunakan jasa para petani
untuk mengerjakan lahan milik beliau. 3
David bisa menyediakan bibit-bibit dari masyarakat petani-petani yang lebih kecil. Petani yang lebih kecil maksudnya adalah petani yang hanya mampu
menanam ±100 – 500 polibag bibit karet. Dan biasa mereka tinggal di daerah pelosok Kabupaten Simalungun. Karena David mempunyai banyak teman
channellink dalam hal teman yang mempunyai bibit karet untuk di jual.
Proses Kerjasama antara David dengan CV. Saputro Jaya Agrindo
Pada Tahun 2013 bulan Maret, CV. Saputro Jaya Agrindo mendapatkan permintaan pengadaan bibit dari Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau.Pihak CV.
Saputro Jaya Agrindo diminta menyuplai bibit karet ±300.000 polibag bibit karet.Oleh karena permintaan bibit karet cukup besar, CV. Saputro Jaya Agrindo
menjalin kerjasama dengan salah satu rekan usaha perusahaan yaitu David. Pihak CV. Saputro Jaya Agrindo yang diwakili langsung oleh pemilik perusahaan,
Hendra Saputro Ongko, datang langsung ke kediamanan David yang terletak di Huta pasar III, Desa Naga Jaya I, Kecamatan Bandar Huluan, Kabupaten
Simalungun. CV. Saputro Jaya Agrindo dating dengan maksud membicarakan kerjasama pembelian semua bibit karet yang dimiliki David.Pada saat itu, jumlah
bibit yang dimiliki oleh David berjumlah ±4000 polibag bibit karet.Setelah membicarakan banyak bibit, mereka bernegosiasi tentang harga. David membuka
harga Rp. 3400polibag bibit karet Klon PB 260 okulasi di atas truk.Pihak CV. Saputro Jaya Agrindo menawarkan harga tersebut menjadi Rp. 3200polibag bibit
karet Klon PB 260 okulasi di atas truk.Dan kata kesepakatan tersebut tidak dibuat didalam kalusula perjanjian. Mereka hanya membuat suatu status perjanjian di
dalam surat kuitansi bermaterai Rp. 6000,- yang berbunyi “Panjar Bibit Karet Okulasi Klon PB 260 Payung 1 dan Payung 2 Sebanyak ±4000 Polibag
Dengan Harga Rp. 3200,- Polibag Diatas Motor AngkutTruk” dan
ditandatangani oleh David dan surat kuitansi tersebut disimpan oleh pihak CV. Saputro Jaya Agrindo.
Ada beberapa faktor kenapa pihak CV. Saputro Jaya Agrindo dan David mengikatkan diri didalam suatu perjanjian yang mengikat mereka hanya dengan
kuitansi bermaterai Rp. 6000,- 1
Karena Kepercayaan Dalam suatu kerjasama khususnya dalam bidang jual beli karet diDesa Naga
Jaya I, Kecamatan Bandar Huluan, Kabupaten Simalungun, telah berkembang unsur kepercayaan diantara para petani dan pengusaha di dalam bidang jual
beli tanaman karet ini. Karena di desa tersebut, apabila salah satu pihak mengingkari perjanjian yang telah mereka buat, maka pihak yang mengingkari
tersebut mendapatkan sanksi social lebeling dari masyarakat tempat mereka tinggal.Hal ini yang kadang dimanfaatkan oleh para pihak luar daerah yang
tidak bertanggung jawab untuk melakukan unsur kecurangan dalam kegiatan jual beli tanaman karet di Desa Naga Jaya I, Kecamatan Bandar Huluan,
Kabupaten Simalungun. 2
Karena Kapasitas David memang dikenal di daerah Desa Naga Jaya I, Kecamatan Bandar
Huluan, Kabupaten Simalungun sebagai pemain karet. Jadi kemungkinan
David untuk mengingkari suatu perjanjian yang telah dibuat cukup kecil. Menurut pihak CV. Saputro Jaya Agrindo, David tidak mungkin mau merusak
nama baiknya karena kasus pelanggaran atau wanprestasi yang dibuatnya yang akan mengganggu dan mencoreng usahanya. David akan berupaya menjaga
citra nama baiknya sebagai pemain karet.
b. Hamzah
Hamzah adalah warga Huta pasar III, Desa Naga Jaya I, Kecamatan Bandar Huluan, Kabupaten Simalungun.Beliau adalah seorang wiraswasta dan
pebisnis di daerah tersebut.Beliau merupakan kakek dari Hendra Saputro Ongko selaku pemilik CV. Saputro Jaya Agrindo.Beliau pertama kali tertarik terjun di
dunia pertanian sekitar bulan Juni tahun 2011. Pengakuan Hamzah dari hasil wawancara saya, beliau tertarik dalam dunia pembibitan karet karena pada saat
tahun 2010, pihak CV. Saputro Jaya Agrindo menyewa sebidang tanah seluas 10 rante untuk ditanami benih karet. Dari hasil penyewaan itu, pihak CV. Saputro
Jaya Agrindo mendapatkan keuntungan yang lumayan besar. Oleh karena itu, Hamzah pun tertarik dengan usaha yang digeluti cucunya.Sejak itu, beliau terjun
ke dalam usaha Agribisnis tanaman karet.
Penulis menggunakan metode Purposive dalam memilih Hamzah sebagai
salah satu responden penelitian ini. Dikarenakan adanya beberapa factor yang melatarbelakanginya yaitu :
1 Hamzah merupakan kakek dari Hendra Saputro Ongko selaku pemilik dari
CV. Saputro Jaya Agrindo. Dan mereka sudah menjalin hubungan kerjasama sejak tahun 2011 sampai sekarang. Pihak CV. Saputro Jaya Agrindo dan
Hamzah bekerjasama dalam hal sewa lahan untuk kepentingan kuantitas bibit yang dihasilkan dan juga kerjasama jual beli tanaman bibit karet.
2 Dalam hal kapasitas menyediakan tanaman bibit karet, Hamzah masih kalah
banyak apabila dibandingkan oleh orang-orang yang juga bekerjasama dengan
pihak CV. Saputro Jaya Agrindo, tetapi Hamzah rutin menyediakan tanaman bibit karet kepada CV. Saputro Jaya Agrindo setiap periode penjualan.
Proses Kerjasama antara Hamzah dengan CV. Saputro Jaya Agrindo
Pada Tahun 2012 bulan September, CV. Saputro Jaya Agrindo menyiapkan tanaman baru bibit karet untuk ditanam sebagai persiapan menjelang
periode penjualan di antara bulan Juni – Desember tahun 2013.Oleh karena itu, sebagai persiapan, CV. Saputro Jaya Agrindo mencari tanaman bibit karet berupa
Stomp batang bawah dari para petani di sekitar Desa Naga Jaya I, Kecamatan Bandar Huluan, Kabupaten Simalungun. Pihak CV. Saputro Jaya Agrindo yang
diwakili langsung oleh pemilik perusahaan, Hendra Saputro Ongko, datang langsung ke kediamanan Hamzah yang terletak di Huta pasar II, Desa Naga Jaya
I, Kecamatan Bandar Huluan, Kabupaten Simalungun, untuk sekalian bersilaturahmi. CV. Saputro Jaya Agrindo datang dengan maksud membicarakan
kerjasama pembelian tanaman bibit karet Stomp yang dimiliki Hamzah. Pada saat itu, jumlah bibit yang dimiliki oleh Hamzah berjumlah ±300 batang bibit karet
Stomp. Setelah membicarakan banyak bibit, mereka bernegosiasi tentang harga. David membuka harga Rp. 1300,-batang bibit karet Stomp Klon PB 260 okulasi
di atas truk. Pihak CV. Saputro Jaya Agrindo menawarkan harga tersebut menjadi Rp. 1100batang bibit karet Stomp Klon PB 260 okulasi di atas truk.Tetapi
Hamzah menawar lagi menjadi Rp. 1200batang bibit karet Stomp Klon PB 260 okulasi di atas truk.Dan akhirnya mereka berdua sepakat dengan harga
tersebut.Dan kata kesepakatan tersebut tidak dibuat didalam kalusula perjanjian. Mereka hanya membuat suatu status perjanjian di dalam surat kuitansi bermaterai
Rp. 6000,- yang berbunyi “Panjar Tanaman Bibit Karet Stomp Okulasi Klon PB 260 Sebanyak ±300 Batang Dengan Harga Rp. 1200,- batang Diatas
Motor AngkutTruk” dan ditandatangani oleh Hamzah dan surat kuitansi
tersebut disimpan oleh pihak CV. Saputro Jaya Agrindo. Ada beberapa faktor kenapa pihak CV. Saputro Jaya Agrindo dan
Hamzah mengikatkan diri didalam suatu perjanjian yang mengikat mereka hanya dengan kuitansi bermaterai Rp. 6000,-
1 Karena kepercayaan
Antara Hamzah dengan pemilik CV. Saputro Jaya Agrindo yaitu Hendra Saputro Ongko masih ada hubungan keluarga yaitu antara Kakek dan
Cucunya. Oleh karena itu, Hendra Saputro Ongko selaku perwakilan dari CV. Saputro Jaya Agrindo percaya menjalin kerjasama jual beli tanaman Stomp
dengan Hamzah, kakeknya sendiri tanpa harus membuat klausula kontrak kerjasama secara tertulis terlebih dahulu.
2 Karena banyak bibit
Dan pihak CV. Saputro Jaya Agrindo melihat, tidak perlu dibuat suatu klausula kontrak perjanjian secara tertulis karena tanaman bibit karet Stomp
yang disediakan oleh Hamzah tidak banyak walaupun selalu ada.
c. Irianto
Irianto adalah warga Komp. Perumahan Bridgestone, Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun. Beliau adalah seorang pegawai dari PT.
Bridgestone Rubber Estate.Jabatan beliau adalah asisten manager.Beliau pertama
kali tertarik terjun di dunia pertanian sekitar bulan Januari tahun 2011. Pengakuan Irianto dari hasil wawancara saya, beliau tertarik dalam dunia pembibitan karet
karena pada saat tahun 2010, permintaan tanaman bibit karet okulasi PB Klon 260 sangat banyak, apalagi beliau merupakan karyawan PT.Bridgestone Rubber Estate
yang notabene adalah perusahaan pengolahan bahan baku karet yang terkenal dan terbesar di Asia Tenggara. Oleh karena itu, benih karet yang berasal dari
PT.Bridgestone Rubber Estate cukuplah terkenal. Jadi beliau memanfaatkan situasi dengan mencoba peruntungan menanam bibit karet okulasi PB Klon 260
yang diurus langsung oleh keponakannya, Usman Azis dan adik dari Irianto yaitu Suratno.
Penulis menggunakan metode Purposive dalam memilih Irianto sebagai
salah satu responden penelitian ini. Dikarenakan adanya beberapa factor yang melatarbelakanginya yaitu :
1 Irianto merupakan salah satu pemodal besar di daerah Dolok Melangir, jadi
karena kemampuan dalam menyiapkan modal untuk penanaman bibit-bibit karet baru dalam jumlah yang cukup besar, maka pihak CV.Saputro Jaya
Agrindo tertarik menjalin kerjasama penjualan tanaman bibit karet okulasi PB Klon 260 sampai sekarang.
Proses kerjasama antara Irianto dengan CV.Saputro Jaya Agrindo
Pada bulan oktober, pihak CV. Saputro Jaya Agrindo sedang mengirim tanaman bibit karet okulasi PB Klon 260 sebagai barang pengadaan proyek di
Provinsi Riau. Karena tanaman bibit karet okulasi PB Klon 260 yang dimiliki oleh pihak CV.Saputro Jaya Agrindo masih daun muda dan belum boleh dikirim
kerena akan melanggar spesifikasi klausula kontrak, maka pihak CV.Saputo Jaya Agrindo berniat mencari tanaman bibit karet okulasi PB Klon 260 payung 1 dan 2
untuk menutupi kekurangan sementara bibit karet yang harus dikirim. Dan akhirnya pihak CV.Saputo Jaya Agrindo yang diwakili langsung oleh Hendra
Saputro Ongko bertemu dengan Suratno, adik dari Irianto. Karena Irianto merupakan karyawan dari PT. Bridgestone Rubber Estate, maka usaha penjualan
bibit karet okulasi PB Klon 260 yang digelutinya dijalankan oleh adiknya, Suratno beserta keponakannya, Usman Azis.
Pada saat itu, jumlah bibit yang dimiliki oleh Irianto berjumlah ±30.000 polibag bibit karet.Setelah membicarakan banyak bibit, mereka bernegoisasi
tentang harga.Irianto membuka harga Rp. 3.400polibag bibit karet Klon PB 260 okulasi di atas truk.Pihak CV.Saputo Jaya Agrindo menawarkan harga tersebut
menjadi Rp. 3.300polibag bibit karet klon PB 260 okulasi diatas truk.Dan kata kesepakatan tersebut tidak dibuat dalam klausula perjanjian. Mereka hanya
membuat suatu status perjanjian di dalam surat kuitansi bermaterai Rp. 6000,-
yang berbunyi: “Panjar bibit karet okulasi Klon PB 260 payung 1 dan 2 dengan harga Rp.3.200polibag di atas motor angkuttruk.”
Dan kemudian ditanda tangani oleh Bapak Irianto dan surat kuitansi tersebut disimpan oleh pihak
CV.Saputo Jaya Agrindo. Pihak CV.Saputo Jaya Agrindo tidak merincikan berapa banyak bibit yang akan mereka ambil dari pihak Irianto, karena pihak CV.Saputo
Jaya Agrindo tidak yakin akan harga yang cukup tinggi yang diajukan pihak Irianto dan pihak CV.Saputo Jaya Agrindo tidak mematok berapa banyak bibir
karet okulasi PB Klon 260 yang dapat mereka ambil. Setelah pengiriman 10.000
bibit karet okulasi PB Klon 260 dan telah dilunasi oleh pihak CV.Saputo Jaya Agrindo, pihak CV.Saputo Jaya Agrindo tidak berniat meneruskan kerjasama jual
beli tanaman bibit karet karena pihak CV.Saputo Jaya Agrindo melihat tidak adanya keuntungan yang diperoleh oleh pihak CV.Saputo Jaya Agrindo
dikarenakan beratnya biaya transportasi dan muat karena jauhnya jarak yang ditempuh oleh pihak CV.Saputo Jaya Agrindo untuk menuju ke tempat atau lahan
yang dimiliki oleh Irianto. Mendengar berakhitnya kerjasama jual bibit karet yang terjadi dengan pihak CV.Saputo Jaya Agrindo, maka Irianto bertemu langsung
dengan Hendra Saputro Ongko, mereka berdiskusi tentang sebeb mengapa pihak CV.Saputo Jaya Agrindo tidak berniat meneruskan kerjasama. Dan setelah
diketahui sebabnya karena harga yang diajukan. Suratno cukuplah tinggi, dan mereka membuat kesepakatan baru tentang harga yaitu Rp. 3.200polibag bibit
karet Klon PB 260 okulasi di atas truk.Dan kata kesepakatan tersebut tidak hanya dibuat dalam klausula perjanjian. Hanya diatas kuitansi bermaterai Rp. 6000,-
yang berbunyi : “panjar bibit karet okulasi Klon PB 260 payung 2 dan 3 sebanyak 10.000 batang dengan harga Rp.3.200batang”
dengan uang panjar sebesar Rp. 5.000.000,- yang diatndatangani oleh keponakan Irianto, Usman Aziz
dan surat kuitansi terseut disimpan oleh pihak CV.Saputo Jaya Agrindo.
3. Agen sebanyak 3 orang.
Dikatakannya sebagai Agen adalah orang-orang yang membantu dan juga dipercayakan si pemilik tanaman bibit karet untuk menjual tanaman bibit karetnya
kepada orang lain. Dalam hal ini CV. Saputo Jaya Agrindo membeli bibit karet melalui agen sebanyak 3 orang yaitu Jay, Boy, dan Siswandi.
a. Jay
Jay adalah warga Bahtobu, Desa Naga Jaya I, Kecamatan Bandar Huluan, Kabupaten Simalungun.Jay merupakan salah satu anggota dari CV.Saputo Jaya
Agrindo.Pekerjaan Jay dalam perusahaan tersebut adalah merawat tanaman bibit karet yang ditanam oleh pihak perusahaan.Ia bekerja di perusahaan tersebut sejak
tahun 2013. Karena keseharian Jay akrab dalam dunia pertanian, ia juga mencoba menjadi agen bibit karet untuk memenuhi kebutuhan pribadinya sendiri. Apabila
ada orang yang hendak mencari bibit karet, ia sering mencari dan menjualnya kepada orang tersebut.
82
b. Boy
Boy adalah warga Bahtobu, Desa Naga Jaya I, Kecamatan Bandar Huluan, Kabupaten Simalungun. Boy merupakan salah satu anggota senior dari CV.Saputo
Jaya Agrindo. Pekerjaan Boy dalam perusahaan tersebut adalah merawat tanaman bibit karet yang ditanam oleh pihak perusahaan.Ia bekerja di perusahaan tersebut
sejak tahun 2009. Karena ia merupakan anggota senior dari CV.Saputo Jaya Agrindo, maka ia dipercaya oleh pihak perusahaan sebagai orang yang mensortir
82
Penulis menggunakan metode Purposive dalam memilih Jay sebagai salah satu responden pada penelitian ini karena Jay merupakan anggota tetap lapangan dari Hendra Saputro
Ongko selaku pemilik dari perusahaan CV.Saputo Jaya Agrindo. Oleh karena itu soal pekerjaan dari perusahaan CV.Saputo Jaya Agrindo, atas permintaan Hendra Saputo Ongko, jay selalu
membantu dan mencari bibit-bibit karet okulasi Klon PB 260 untuk pemenuhan pengadaan bibit perusahaan dan Dalam hal kapasitas menyediakan tanaman bibit karet, Jay masih kalah
pengalaman apabila dibandingkan oleh orang-orang yang juga merupakan agen bibit karet di Desa Nagai Jaya I, Kecamatan Bandar Huluan, Kabupaten Simalungun, yang juga bekerjasama dengan
pihak CV.Saputo Jaya Agrindo, akan tetapi Jay merupakan agen yang pandai dalam bernegoisasi tentang harga dan jaminan dengan para petani-petani bibit karet yang ada di Kabupaten
Simalungun.
dan menentukan layak tidaknya bibit karet yang dijual petani kepada pihak CV.Saputo Jaya Agrindo. Oleh karena itu apabila pihak CV.Saputo Jaya Agrindo
kekurangan bibit, maka Boy menjadi agen untuk menari bibit karet yang berkualitas dari petani-petani di Kabupaten Simalungun
83
c. Siswandi
Siswandi adalah warga Bahtobu, Desa Naga Jaya I, Kecamatan Bandar Huluan, Kabupaten Simalungun.Siswandi merupakan salah satu teman dari
Hendra Saputro Ongko selaku pemilik dari CV.Saputo Jaya Agrindo.Siswandi merupakan agen besar tanaman bibit karet di Desa Naga Jaya I, Kecamatan
Bandar Huluan, Kabupaten Simalungun.
84
Unsur pokok dalam perjanjian jual beli adalah barang dan harga, dimana antara penjual dan pembeli harus ada kata sepakat tentang harga dan benda yang
menjadi objek jual beli.Suatu perjanjian jual beli yang sah lahir apabila kedua belah pihak telah setuju tentang harga dan barang. Sifat konsensual dari perjanjian
jual beli tersebut ditegaskan dalam pasal 1458 KUHPerdata yang dinyatakan bahwa“ jual beli dianggap sudah terjadi antara kedua belah pihak seketika setelah
mereka mencapai kata sepakat tentang barang dan harga, meskipun barang ini belum diserahkan maupun harganya belum dibayar ”.
85
83
Penulis menggunakan metode Purposive dalam memilih Boy sebagai salah satu responden pada penelitian ini karena Boy merupakan anggota senior dari Hendra Saputro Ongko
selaku pemilik dari perusahaan CV.Saputo Jaya Agrindo. Oleh karena Boy merupakan orang yang paling berpengaruh dalam kualitas dan kuantitas bibit yang dimiliki oleh pihak CV.Saputo Jaya
Agrindo
84
Penulis menggunakan metode Purposive dalam memilih Siswandi sebagai salah satu responden pada penelitian ini karena Siswandi merupakan salah satu teman dekat dari Hendra
Saputro Ongko selaku pemilik dari CV.Saputo Jaya Agrindo. Dan Siwandi adalah orang dengan pergaulan yang luas. Di Kecamatan Bandar Huluan, Kabupaten Simalungun, Siswandi adalah
orang yang cukup dikenal masyarakat dan petani-petani setempat.
85
R.Subekti2, Op.cit, hlm. 2
Apabila terjadi kesepakatan mengenai harga dan barang namun ada hal lain yang tidak disepakati yang terkait dengan perjanjian jual beli tersebut, jual
beli tetap tidak terjadi karena tidak terjadi kesepakatan. Akan tetapi, jika para pihak telah menyepakati unsur esensial dari perjanjian jual beli tersebut, dan para
pihak tidak mempersoalkan hal lainnya, klausul-klausul yang dianggap berlaku dalam perjanjian tersebut merupakan ketentuan-ketentuan tentang jual beli yang
ada dalam perundang-undangan KUHPerdata atau biasa disebut unsur naturalia.
86
. Atas pelaksanaan dari perjanjian jual beli dianggap telah terjadi
antarakedua belah pihak, seketika setelahnya orang-orang ini mencapai sepakattentang kebendaan tersebut dan harganya, meskipun kebendaan itu
belumdiserahkan, maupun harganya belum dibayar Pasal 1458 KUHPerdata.Barang dan harga inilah yang menjadi unsur pokok dari perjanjian
jual beli tersebut sebagai penjual, masyarakat petani, memiliki kewajiban untukmenyerahkan barang setelah menerima uang dari CV.Saputro JayaAgrindo
Dalam hal harga pembelian bibit karet ini berkisar Rp. 2.500-3.300 per polibag.Akan tetapi pihak pembeli masih bisa melakukan suatu penawaran dari
harga yang sudah ditetapkan dari pihak penjual sesuai yang dituliskan pada Pasal 1465 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.Dan pembayaran yang dilakukan CV.
Saputro Jaya Agrindo kepada para penjual tidak seluruhnya kontan akan tetapi ada juga dengan pembayaran panjar dahulu, namun setelah obyek daripada jual beli
ini telah diangkut semua ke dalam truk maka pada saat itulah dilakukan pelunasan dikurangi dari harga panjar yang telah diserahkan sebelumnya.
86
Ahmadi Miru1, Op.cit, hlm. 127.
sebagai pembeli. Sedangkan CV.Saputro JayaAgrindo, berkewajiban membayar atas barang yang telah diterima dari masyarakat petani.
C. Tanggung Jawab Para Pihak dalam Penyelesaian Masalah-masalah