Literasi Informasi Mahasiswa S2 Pascasarjana pada Layanan Digital Perpustakaan USU

(1)

LITERASI INFORMASI MAHASISWA S2 PASCASARJANA

PADA LAYANAN DIGITAL PERPUSTAKAAN USU

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Dalam bidang Studi Perpustakaan dan Informasi

OLEH

FRANSISKA TIMORIA SAMOSIR 060709035

DEPARTEMEN STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Samosir, Fransiska Timoria, 2010. Literasi Informasi Mahasiswa S2 Pascasarjana pada Layanan Digital Perpustakaan USU.

Penelitian ini bertujuan mengetahui literasi informasi mahasiswa S2 pascasarjana pada Layanan Digital Perpustakaan USU dengan menggunakan model literasi informasi Seven Pillars.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa S2 pascasarjana pada Layanan Digital Perpustakaan USU, berjumlah 4.772 orang. Teknik penentuan sampel digunakan slovin sehingga sampel berjumlah 98 orang. Dan teknik pengambilan sampel adalah purpossive sampling yaitu mengambil sampel yang merupakan benar-benar mahasiswa S2 pascasarjana pengguna Layanan Digital Perpustakaan USU. Penelitian ini dilakukan bulan April 2010.

Hasil analisis data menunjukkan literasi informasi yang dimiliki mahasiswa S2 pascasarjana pada Layanan Digital Perpustakaan USU dengan menggunkan model Seven Pillars berada pada pilar keenam yaitu kemampuan mengorganisasikan informasi, menerapkan dan mengkomunikasikan informasi yaitu 74,38 %.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Kasih atas segala rahmat, kasih dan penyertaan-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesikan penulisan skripsi dengan judul “Literasi Informasi Mahasiswa S2 Pascasarjana pada Layanan Digital Perpustakaan USU.” Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana dalam bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi.

Penulis menyadari bahwa dalam penyajian skripsi ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Penulis mengucapkan terima kasih yang teristimewa dan sebesar-besarnya kepada Bapak tercinta Perenus Samosir dan Ibu Eylen Nainggolan S.pd, abang Andre Dohar Samosir S.pd, kakak Donna S.pd dan adik atas segala doa, dukungan dan kasih sayang serta pengorbanan selama ini kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini dapat selesai karena adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu secara moral maupun material. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof,. Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D, selaku Dekan Fakultas

Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Jonner Hasugian, M.Si, selaku Ketua Departemen Studi

Ilmu Perpustakaan dan Informasi di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Himma Dewiyana, ST, M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang

telah membantu membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Hotlan Siahaan, S.Sos. selaku dosen pembimbing II yang telah


(4)

5. Seluruh Staff pengajar Departemen Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi yang telah banyak memberikan ilmu dibidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi bagi penulis.

6. Kepada staff pegawai (b’Yudi) yang telah membantu dalam megurus

surat-surat yang berhubungan dengan penyusunan skripsi.

7. Kepada staff Layanan Digital Perpustakaan USU yang telah banyak

memberikan data dan informasi yang dibutuhkan penulis selama penulisan skripsi ini.

8. Buat teman kos 15 L (k’tina, k’kitty, k’lenni, k’ika, ardha, novel dan kos Gaol (erni, wira, henny) yang menemani hari-hariku dan setia mendengar keluh kesahku selama penulisan skripsi.

9. Sahabat-sahabat terdekat penulis DC ( t’ardha, elis, abang apri, tata, tina hite) yang menemaniku sejak awal kuliah hingga saat ini dan memberi motivasi dan semangat selama penulisan skripsi ini.

10. Buat teman satu perjuangan khususnya inggit, ony yang telah bersama-sama melewati hari-hari selama penulisan skripsi dan adik Nova 07. 11. Buat teman-teman satu angkatan 2006 mano (inggit, nia, chichi,

minda, dila); alay (ony, tia, isna, nita, citra); tkk (richard, shela, anggi), wina, k’ida, Ike Amd, tina, lina dan lain-lain disadari atau tidak telah memberi semangat dalam penulisan skripsi ini.

12. Buat k’Listika S.Sos., k’Mike S.Sos., k’Harley S.Sos., yang telah membantu memberikan bahan bacaan dan masukan untuk penulisan skripsi ini.

13. Buat seluruh mahasiswa S2 pascasarjana pada Layanan Digital yang telah memberikan waktunya mengisi kuisioner penelitian ini.

Medan, 1 Juni 2010 Penulis

Fransiska Timoria Samosir 060709035


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Literasi Informasi ... 5

2.1.1 Pengertian Literasi Inforamasi ... 5

2.1.2 Tujuan Literasi Informasi ... 9

2.1.3 Manfaat Literasi Informasi ... 10

2.1.4 Kriteria Literasi Informasi ... 12

2.1.5 Keterampilan Literasi Informasi ... 14

2.2 Manfaat Kompetensi Literasi Informasi pada Perguruan Tinggi ... 19

2.3 Model Literasi Informasi pada Perguruan Tinggi ... 20

2.4 Standar Literasi Informasi pada Perguruan Tinggi ... 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Lokasi Penelitian ... 31

3.3 Populasi dan Sampel ... 31

3.3.1 Populasi... 31

3.3.2 Sampel ... 32

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 32

3.5 Jenis dan Sumber Data ... 32

3.6 Instrumen Penelitian ... 33

3.6.1 Kuisioner ... 33

3.7 Analisis Data ... 33

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1 Gambaran Umum Layanan Digital ... 35

4.1.1 Layanan Akses Internet ... 35

4.1.2 Bantuan Penelusuran ... 35

4.2 Karakteristik Responden ... 36

4.3 Analisis Deskriptif ... 37

4.3.1 Tingkat Literasi Informasi Mahasiswa Pascasarjana pada Layanan Digital Perpustakaan USU ... 37


(6)

4.3.2 Kemampuan Mengetahui Kebutuhan Informasi (Pilar Pertama) ... 37 4.3.3 Kemampuan Mengetahui Sumber Informasi yang Relevan dengan Kebutuhan (Pilar Kedua) ... 40

4.3.4 Kemampuan Membangun Strategi Penelusuran (Pilar Ketiga) ... 42

4.3.5 Kemampuan Menentukan Lokasi dan Mengakses Informasi (Pilar Keempat) ... 45 4.3.6 Kemampuan Membandingkan dan Mengevaluasi Informasi (Pilar Kelima) ... 48 4.3.7 Kemampuan Mengorganisasian, Menerapkan dan

Mengkomunikasikan informasi(Pilar Keenam) ... 50 4.3.8 Kemampuan Membangun dan Membuat Pengetahuan Baru (Pilar Ketujuh) ... 54 4.4 Rangkuman Analisis Data ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan... 61 5.2 Saran ... 63

Daftar Pustaka ... 63 Lampiran


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel karakteristik responden ... 36

Tabel 2. Kemampuan mengidentifikasi informasi ... 38

Tabel 3. Kemampuan merumuskan topik ... 38

Tabel 4. Kemampuan mengetahui jenis sumber informasi... 40

Tabel 5. Kemampuan memperhatikan kriteria sumber informasi ... 41

Tabel 6. Kemampuan merumuskan topik permasalahan untuk mencocokkan dengan sumber informasi ... 42

Tabel 7. Kemampuan memahami teknik atau strategi pencarian pada mesin pencari ... 43

Tabel 8. Kemampuan mengetahui lokasi informasi ... 45

Tabel 9. Kemampuan menggunakan strategi penelusuran ... 46

Tabel 10. Kemampuan membandingkan informasi ... 48

Tabel 11. Kemampuan mengevaluasi informasi ... 49

Tabel 12. Kemampua n mengorganisasikan informasi ... 51

Tabel 13. Kemampuan menggunakan informasi ... 52

Tabel 14. Kemampuan mengkomunikasikan informasi ... 53

Tabel 15. Kemampuan menghasilkan tulisan ... 54

Tabel 16. Kemampuan mempublikasikan hasil tulisan ... 55

Tabel 17. Tabel rata-rata persentase literasi informasi mahasiswa S2 pascasarjana pada Layanan Digital Perpustakaan USU ... 58


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Seven Pillars Model ... 22 Gambar 2. Gambar grafik literasi informasi ... 56


(9)

ABSTRAK

Samosir, Fransiska Timoria, 2010. Literasi Informasi Mahasiswa S2 Pascasarjana pada Layanan Digital Perpustakaan USU.

Penelitian ini bertujuan mengetahui literasi informasi mahasiswa S2 pascasarjana pada Layanan Digital Perpustakaan USU dengan menggunakan model literasi informasi Seven Pillars.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa S2 pascasarjana pada Layanan Digital Perpustakaan USU, berjumlah 4.772 orang. Teknik penentuan sampel digunakan slovin sehingga sampel berjumlah 98 orang. Dan teknik pengambilan sampel adalah purpossive sampling yaitu mengambil sampel yang merupakan benar-benar mahasiswa S2 pascasarjana pengguna Layanan Digital Perpustakaan USU. Penelitian ini dilakukan bulan April 2010.

Hasil analisis data menunjukkan literasi informasi yang dimiliki mahasiswa S2 pascasarjana pada Layanan Digital Perpustakaan USU dengan menggunkan model Seven Pillars berada pada pilar keenam yaitu kemampuan mengorganisasikan informasi, menerapkan dan mengkomunikasikan informasi yaitu 74,38 %.


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Informasi adalah kebutuhan yang harus dipenuhi setiap orang, karena informasi sudah menjadi kebutuhan utama setiap individu terutama dalam dunia pendidikan. Salah satunya dalam dunia perguruan tinggi. Mahasiswa dituntut untuk memperoleh informasi berupa bahan-bahan yang berhubungan dengan perkuliahan untuk mendukung dan menunjang kegiatan perkuliahan mereka atau dengan kata lain mengembangkan dan memperluas materi secara mandiri. Ketika mencari informasi yang cepat, tepat dan relevan maka seorang mahasiswa harus memiliki kemampuan dalam memperoleh informasi tersebut.

Kemampuan dalam mengidentifikasi, mencari, menemukan, mengevaluasi dan memanfaatkan informasi disebut literasi informasi. Literasi informasi sangat diperlukan karena merupakan bekal pembelajaran seumur hidup (long life education) bagi mahasiswa karena dengan memiliki kemampuan tersebut dapat menyelesaikan masalah secara kritis, logis, dan tidak mudah percaya terhadap informasi yang diterima dan dapat berinteraksi terhadap informasi yang berbeda-beda. Literasi informasi juga merupakan kunci keberhasilan mahasiswa di era globalisasi informasi.

Semua orang dihadapkan dengan berbagai informasi yang dikemas dalam berbagai bentuk yang bisa diakses dengan mudah dan cepat di era globalisasi informasi. Hal ini menimbulkan ledakan informasi dan disinilah diperlukan kemampuan literasi informasi oleh mahasiswa agar mampu mengikuti perkembangan informasi.

Perguruan tinggi juga memiliki standar literasi informasi yang disusun oleh Association of College and Research Libraries (ACRL). Standar ACRL digunakan untuk akademis perguruan tinggi seperti mahasiswa, dosen, pustakawan, staff dan lain-lain. Pada standar tersebut terdapat indikator untuk mengetahui apakah seseorang mahasiswa dikatakan memiliki literasi informasi.


(11)

Kemampuan untuk mendapatkan informasi dalam pemenuhan kebutuhan informasi tidak muncul dengan sendirinya, sehingga kemampuan untuk mendapatkan informasi adalah kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Tingkat kemampuan yang berbeda inilah yang menentukan seberapa baik hasil dari analisis informasi yang ditemukan atau produk informasi yang dihasilkan.

Kemampuan untuk memperoleh, menganalisis, mengolah dan menyajikan informasi merupakan kemampuan yang dimiliki setiap orang tetapi belum tentu semua orang tersebut dikatakan literat terhadap informasi. Seseorang dikatakan literat terhadap informasi apabila dia tahu memenuhi kebutuhan informasinya, mendapatkan informasi yang tepat sesuai kebutuhannnya dan mampu menyajikan kepada orang lain. Aktifitas-aktifitas ini juga didukung oleh kemampuan mencari informasi dengan menggunakan teknologi informasi.

Seseorang dikatakan mampu mencari informasi dengan baik apabila dia mampu menentukan topik dari kebutuhan informasinya dan mengetahui sumber-sumber informasi untuk memperoleh informasi seperti internet, jurnal, database, dan lain-lain. Sehingga tujuan dari literasi informasi itu adalah untuk mengetahui bagaimana menemukan informasi dan menggunakan informasi tersebut dalam memenuhi kebutuhan informasinya.

Program studi pascasarjana adalah program studi yang memiliki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Mahasiswa pascasarjana ini membutuhkan informasi dalam mendukung kegiatan perkuliahannya. Informasi yang dibutuhkan pun memiliki tingkat keakuratan dan kerelevanan yang lebih tinggi. Namun dalam kenyataanya di Layanan Digital Perpustakaan USU mereka masih menggunakan bantuan pustakawan. Padahal idealnya mereka harus expert (ahli) dalam mencari informasi, mengingat tingkat pendidikan mereka adalah pascasarjana, minimal literasi mereka adalah diatas rata-rata mahasiswa sarjana.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewiyana (2009:32) di Layanan Digital Perpustakaan USU diketahui bahwa 4 dari 11 pengguna layanan digital belum mengetahui strategi penelusuran informasi menggunakan internet. Bahkan mereka tidak mengetahui keberadaan jurnal elektronik yang disediakan oleh


(12)

Layanan Digital Perpustakaan USU, sehingga mereka terkadang merasa kesulitan mencari informasi dengan menggunakan internet ditambah lagi dengan keterbatasan waktu yang mereka miliki. Untuk mereka disediakan bantuan penelusuran oleh pustakawan, dimana pengguna cukup memberitahukan informasi/topik yang dibutuhkan dan pustakawan akan mencari informasi tersebut.

Layanan digital adalah salah satu fasilitas yang disediakan oleh Perpustakaan USU bagi mahasiswa pascasarjana. Layanan digital khusus bertujuan menyediakan akses informasi berbasis elektronik seperti penelusuran sartikel ilmiah, e-journal dan lain-lain. Pengguna juga dapat membawa laptop sendiri ke layanan digital ini. Layanan digital juga menyediakan bantuan penelusuran kepada pengguna layanan digital. Bantuan penelusuran adalah bantuan yang diberikan kepada pengguna pascasarjana yang tidak mampu mencari informasi dan tidak memiliki waktu ke perpustakaan dan melakukan pencarian informasi.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap kemampuan literasi informasi mahasiswa S2 pascasarjana dalam memperoleh informasi dan memenuhi kebutuhan informasinya. Penulis ingin melihat bagaimana kemampuan pengguna mahasiswa S2 pascasarjana mencari, menganalisis informasi, teknik yang digunakan, dan sumber informasi apa saja yang dipilih dalam memenuhi kebutuhan informasinya. Penulis menggunakan Seven Pillars model dalam menilai sejauhmana mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital memiliki literasi informasi. Oleh sebab itu penulis memilih judul “Literasi Informasi Mahasiswa S2 Pascasarjana pada Layanan Digital Perpustakaan USU”.


(13)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka yang menjadi rumusan masalah sekaligus pertanyaan penelitian adalah, Bagaimanakah literasi informasi mahasiswa S2 pascasarjana pada Layanan Digital Perpustakaan USU?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui literasi informasi mahasiswa S2 pascasarjana pada Layanan Digital Perpustakaan USU.

1.4 Manfaat Penelitian

- Untuk Layanan Digital Perpustakaan USU yaitu sebagai bahan masukan dan kebijakan dalam meningkatkan kemampuan literasi informasi mahasiswa S2 pascasarjana.

- Untuk peneliti yaitu sebagai bahan rujukan untuk membahas dan melakukan penelitian lanjutan mengenai literasi informasi

- Untuk penulis yaitu menambah ilmu pengetahuan penulis mengenai

literasi informasi mahasiswa pascasarjana pada Layanan Digital Perpustakaan USU.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan kajian pengguna tentang literasi informasi yang mencakup kemampuan menentukan informasi yang dibutuhkan, mengakses, mengevaluasi dan menggunakan informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien.


(14)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Literasi Informasi

2.1.1 Pengertian Literasi Inforamasi

Literasi informasi pertama kali ditemukan oleh pemimpin American Information Industry Association Paul G.Zurkowski pada tahun 1974 dalam proposalnya yang ditujukan kepada The National Commission on Libraries and Information Science (NCLIS) di Amerika Serikat. Paul Zurkowski menggunakan ungkapan tersebut untuk menggambarkan "teknik dan kemampuan" yang dikenal dengan istilah literasi informasi yaitu kemampuan untuk memanfaatkan berbagai alat-alat informasi serta sumber-sumber informasi primer untuk memecahkan masalah mereka. Istilah literasi informasi selalu dikaitkan dengan computer literacy, library skills dan critical thinking yang merupakan sebagai pendukung terhadap perkembangan literasi informasi (Wikipedia, 2008:1)

Pengertian literasi informasi secara umum adalah kemelekan atau keberaksaraan informasi. Menurut kamus bahasa inggris pengertian literacy adalah kemelekan huruf atau kemampuan membaca dan information adalah informasi. Maka literasi informasi adalah kemelekan terhadap informasi. Walaupun istilah literasi informasi belum begitu familiar dan menjadi istilah yang asing di kalangan masyarakat. Seseorang dikatakan melek informasi berarti literat terhadap informasi. Walaupun saat ini literasi informasi biasanya selalu dikaitkan dengan penggunaan perpustakaan dan penggunaan teknologi informasi.

Menurut Dictionary for Library and Information Science oleh Reitz (2004:356) mendefenisikan literasi informasi sebagai berikut:

Information literacy is skilll in finding the information one needs, including and understanding of how libraries are organized, familiarity with resource they provide (including information formats and automated search tools), and knowledge of commonly used techniques. The concept also includes the skills required to critically evaluate information content and employ it affectively, as well as understanding of the technological infrastructure on which information transmission is based, including its social, political, and cultural context and impact.


(15)

Berdasarkan pendapat di atas dikatakan bahwa literasi informasi adalah kemampuan dalam menemukan informasi yang dibutuhkan, mengerti bagaimana perpustakaan diorganisir, familiar dengan sumber daya yang tersedia (termasuk format informasi dan alat penelusuran yang terautomasi) dan pengetahuan dari teknik yang biasa digunakan dalam pencarian informasi. Hal ini termasuk kemampuan yang diperlukan untuk mengevaluasi informasi dan menggunakannya secara efektif seperti pemahaman infrastruktur teknologi pada transfer informasi kepada orang lain, termasuk konteks sosial, politik dan budaya serta dampaknya.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Shapiro. Menurut Shapiro (1996:31)

Information literacy is refer to a new liberal art that extends from knowing how to use computers and access information to critical reflection on the nature of information itself, its technical infrastructure, and its social, cultural and even philosophical context and impact.

Berdasarkan pendapat di atas dikatakan bahwa literasi informasi ditujukan sebagai sebuah seni liberal baru dalam rangka mengetahui bagaimana menggunakan komputer, mengakses informasi dan berpikir secara kritis dalam informasi mereka, infrastruktur teknologi dalam kontes sosial, budaya, konteks filosofi dan dampaknya.

Menurut Bundy dalam Hasugian (2009:200) “Literasi informasi adalah seperangkat keterampilan yang diperlukan untuk mencari, menganalisis dan memanfaatkan informasi”. Tidak jauh berbeda dengan pengertian di atas dalam laporan penelitian America Library Association’s Presidental Commite on Information Literacy (1989:1) dikatakan bahwa “information literacy is a set of abilities requiring individuals to recognize when information is needed and have the ability to locate, evaluate, and use effectivelly the needeed information”.

Berdasarkan pendapat di atas dikatakan bahwa literasi informasi adalah seperangkat kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki seseorang untuk mengetahui kapan informasi dibutuhkan, kemampuan untuk menempatkan, mengevaluasi dan menggunakan secara efektif kebutuhan informasinya.


(16)

Bila dikaitkan dengan perguruan tinggi, maka penerapan literasi informasi dapat diterapkan oleh mahasiswa, dosen, para peneliti dalam menentukan apa yang mereka butuhkan dan bekerjasama dengan pustakawan dalam menentukan strategi penelusuran informasi.

Berdasarkan perspektif pendidikan oleh Bruce (2003:3) dikatakan bahwa “Information Literacy defines as the ability to access, evaluate, organise and use information in order to learn, problem-solve, make decisions in formal and informal learning contexts, at work, at home and in educational settings”.

Berdasarkan pendapat di atas dikatakan bahwa literasi informasi merupakan sebuah kemampuan dalam mengakses, mengevaluasi, mengorganisir dan menggunakan informasi dalam proses belajar, pemecahan masalah, membuat suatu keputusan formal dan informal dalam konteks belajar, pekerjaan, rumah maupun dalam pendidikan.

Pertemuan yang diadakan di Mesir pada tanggal 6-9 November 2005 dalam Alexandria Proclamation yang diedit oleh Garner (2006:3) dikatakan bahwa literasi merupakan inti pembelajaran seumur hidup dan merupakan dasar bagi manusia di era digital ini. Dalam laporan ini dikatakan bahwa literasi informasi adalah:

- Kemampuan dasar dalam menentukan kebutuhan informasi,

menempatkan, mengevaluasi, membuat dan menerapkan informasi dalam konteks budaya dan sosial.

- Sebagai kunci dan pedoman seseorang dalam mengakses informasi secara

efektif serta penggunaan dan pembuatan konten dalam mendukung pembangunan ekonomi, pendidikan, kesehatan, pelayanan manusia dan aspek lainnya.

- Kemampuan dasar dalam mempelajari teknologi informasi

Ini merupakan kemampuan yang sangat penting karena dengan memahami teknologi informasi maka akan semakin mudah seseorang memenuhi kebutuhan informasinya.


(17)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nasution (2009:57) sebelumnya mengenai literasi informasi di perguruan tinggi pada mahasiswa jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi USU menunjukkan bahwa program studi yang di dalam kurikulumnya mengandung literasi informasi akan menjadikan mahasiswa menjadi literat terhadap informasi. Ini dapat dilihat dari kemampuan mahasiswanya dalam mengidentifikasi, mengakses, mengevaluasi dan mengkomunikasikan informasi.

Penelitian yang sama juga dilakukan pada University of Colorado yang dilakukan oleh Angeley (2000:1) yang mengatakan bahwa untuk meningkatkan kemampuan literasi mahasiswa diperlukan kolaborasi antara peranan perpustakaan, kurikulum literasi informasi dan fakultas yang mendukung seseorang memiliki literasi informasi. Sehingga dia menyimpulkan bahwa perpustakaan dan fakultas bekerja sama mengenai sistem temu kembali atau mengevaluasi informasi sesuai disiplin ilmu mereka dan mengajarkan kemampuan

tersebut kepada peserta didiknya. Hal yang sama juga diungkapkan dalam

penelitian-penelitian yang dilakukan pada berbagai universitas lainnya yaitu Outhern Association of Colleges and Schools, the Western Association of Colleges and Schools, Western University dan lain-lain.

Berdasarkan berbagai defenisi literasi informasi yang diuraikan di atas maka defenisi literasi informasi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mencari, menemukan, menganalisis, mengevaluasi, mengkomunikasikan informasi yang berfungsi dalam pemenuhan kebutuhan informasi yang akan memecahkan berbagai masalah. Literasi informasi juga didukung oleh peranan perpustakaan dalam memperkenalkan istilah literasi informasi dan memperoleh kemampuan literasi informasi tersebut. Penguasaan teknologi informasi juga akan sangat memudahkan seseorang memiliki literasi informasi. Oleh karena itu literasi informasi merupakan proses pembelajaran seumur hidup yang akan menjadi bekal seseorang dalam mencari informasi bukan hanya dalam pendidikan.


(18)

2.1.2 Tujuan Literasi Informasi

Literasi informasi merupakan kemampuan yang sangat penting dimiliki seseorang terutama dalam dunia perguruan tinggi karena pada saat ini semua orang dihadapkan dengan berbagai jenis sumber informasi yang berkembang sangat pesat, namun belum tentu semua informasi yang ada dan diciptakan tersebut dapat dipercaya dan sesuai dengan kebutuhan informasi para pencari informasi. Literasi informasi akan memudahkan seseorang untuk belajar secara mandiri dimana pun berada dan berinteraksi dengan berbagai informasi.

Literasi informasi juga sangat berguna dalam dunia perguruan tinggi untuk mendukung pendidikan dan dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi yang mengharuskan peserta didik untuk menemukan informasi bagi dirinya sendiri dan memanfaatkan berbagai sumber informasi. Selain itu dengan memiliki literasi informasi maka para peserta didik mampu berpikir secara kritis dan logis serta tidak mudah percaya terhadap informasi yang diperoleh sehingga perlu mengevaluasi terlebih dahulu informasi yang diperoleh sebelum menggunakannya.

Menurut Doyle dalam Wijetunge (2005:33) dengan memiliki keterampilan literasi informasi maka seorang individu mampu:

a. Menentukan informasi yang akurat dan lengkap yang akan menjadi

dasar dalam membuat keputusan.

b. Menentukan batasan informasi yang dibutuhkan.

c. Memformulasikan kebutuhan informasi.

d. Mengidentifikasi sumber informasi potensial. e. Mengembangkan strategi penelusuran yang sukses.

f. Mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien. g. Mengevaluasi informasi.

h. Mengorganisasikan informasi.

i. Menggabungkan informasi yang dipilih menjadi dasar pengetahuan

seseorang.

j. Menggunakan informasi secara efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut UNESCO (2005:1) literasi informasi memampukan seseorang untuk menafsirkan informasi sebagai pengguna informasi dan menjadi penghasil informasi bagi dirinya sendiri. UNESCO juga mengatakan bahwa tujuan literasi informasi adalah:


(19)

a. Memampukan seseorang agar mampu mengakses dan memperoleh informasi mengenai kesehatan, lingkungan, pendidikan, pekerjaan mereka dan lain-lain.

b. Memandu mereka dalam membuat keputusan yang kritikal mengenai

kehidupan mereka.

c. Lebih bertanggung jawab terhadap kesehatan dan pendidikan mereka. Literasi informasi dibutuhkan di era globalisasi informasi agar pengguna memiliki kemampuan untuk menggunakan informasi dan teknologi komunikasi dan aplikasinya untuk mengakses dan membuat informasi. Misalnya kemampuan dalam menggunakan alat penelusuran internet.

Berdasarkan tujuan yang diuraikan di atas, maka literasi informasi memiliki tujuan dalam membantu seseorang dalam memenuhi kebutuhan informasinya baik untuk kehidupan pribadi (pendidikan, kesehatan, pekerjaan) maupun lingkungan masyarakat.

2.1.3 Manfaat Literasi Informasi

Jelaslah bahwa dengan memiliki literasi informasi kita memiliki kemudahan-kemudahan dalam melakukan berbagai hal yang berhubungan dengan kegiatan informasi. Menurut Gunawan (2008:3) literasi informasi bermanfaat dalam persaingan di era globalisasi informasi sehingga pintar saja tidak cukup tetapi yang utama adalah kemampuan dalam belajar secara terus-menerus.

Menurut Adam (2009:1) bahwa terdapat beberapa manfaat literasi informasi yaitu:

1. Membantu mengambil keputusan.

Literasi informasi berperan dalam membantu memecahkan suatu persoalan. Kita harus mengambil keputusan ketika memecahkan masalah, sehingga dalam mengambil keputusan tersebut seseorang harus memiliki informasi yang cukup.

2. Menjadi manusia pembelajar di era ekonomi pengetahuan.

Kemampuan literasi informasi memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan seseorang menjadi manusia pembelajar. Semakin terampil dalam mencari, menemukan, mengevaluasi dan menggunakan informasi, semakin terbukalah


(20)

kesempatan untuk selalu melakukan pembelajaran sehingga dapat belajar secara mandiri.

3. Menciptakan pengetahuan baru.

Suatu negara dikatakan berhasil apabila mampu menciptakan pengetahuan baru. Seseorang yang memiliki literasi informasi akan mampu memilih informasi mana yang benar dan mana yang salah, sehingga tidak mudah saja percaya dengan informasi yang diperoleh.

Menurut Hancock (2004:1) manfaat literasi informasi adalah: 1. Untuk pelajar

Pelajar dan guru akan dapat menguasai pelajaran mereka dalam proses belajar mengajar dan siswa tidak akan tergantung kepada guru karena dapat belajar secara mandiri dengan kemampuan literasi informasi yang dimiliki. Hal ini dapat dilihat dari penampilan dan kegiatan mereka di lingkungan belajar. Mahasiswa yang literat juga akan berusaha belajar mengenai berbagai sumber daya informasi dan cara penggunaan sumber-sumber informasi.

2. Untuk masyarakat

Literasi informasi bagi masyarakat sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari mereka dan dalam lingkungan pekerjaan. Mereka mengidentifikasi informasi yang paling berguna saat membuat keputusan misalnya saat mencari bisnis atau mengelola bisnis dan berbagi informasi dengan orang lain.

3. Untuk pekerja

Kemampuan dalam menghitung dan membaca belum cukup dalam dunia pekerjaan, karena pada saat ini terjadi ledakan informasi sehingga pekerja harus mampu menyortir dan mengevaluasi informasi yang diperoleh. Bagi pekerja, dengan memiliki literasi informasi akan mendukung dalam melaksanakan pekerjaan,


(21)

memecahkan berbagai masalah terhadap pekerjaan yang dihadapi dan dalam membuat kebijakan.

Berdasarkan beberapa pendapat yang diuraikan di atas maka dapat dikatakan bahwa literasi informasi bermanfaat di era globalisasi informasi bagi semua orang baik pelajar, pekerja, dan dalam lingkungan masyarakat. Setiap orang yang memiliki literasi informasi maka dapat menciptakan pengetahuan baru dengan menggabungkannya dengan pengetahuan yang sebelumnya ada dan memudahkan dalam pengambilan keputusan ketika menghadapi berbagai masalah maupun ketika membuat suatu kebijakan.

2.1.4 Kriteria Literasi Informasi

Literasi informasi merupakan kemampuan yang sangat diperlukan dalam memenuhi kebutuhan seseorang. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut terdapat beberapa kriteria dalam literasi informasi. Menurut Shapiro dalam Pendit (2007:7) bahwa terdapat 7 (tujuh) keterampilan yang dibutuhkan dalam era digital yaitu:

a. Tool literacy: kemampuan memahami dan menggunakan teknologi informasi secara konseptual dan praktikal, termasuk di dalamnya kemampuan menggunakan perangkat lunak, keras, multimedia yang relevan dengan bidang kerja atau studi.

b. Resources literacy: kemampuan memahami bentuk, format, lokasi, dan cara mendapatkan sumber daya informasi terutama jaringan informasi yang terus berkembang.

c. Social structural literacy: pemahaman tentang bagaimana informasi dihasilkan oleh berbagai pihak di dalam sebuah masyarakat.

d. Research literacy: yaitu kemampuan menggunakan peralatan berbasis teknologi informasi sebagai alat riset.

e. Publishing literacy: kemampuan untuk menyusun dan menerbitkan publikasi dan ide ilmiah ke kalangan masyarakat dengan memanfaatkan komputer dan internet.

f. Emerging technology literacy: kemampuan yang memungkinkan seseorang untuk terus menerus menyesuaikan diri dan mengikuti perkembangan tekhnologi dan bersama-sama dengan komunitasnya ikut menentukan arah pemanfaatan tekhnologi informasi untuk kepentingan pengembangan ilmu.

g. Critical literacy: kemampuan melakukan evaluasi secara kritis terhadap untung rugi menggunakan teknologi telematika dalam kegiatan ilmiah.


(22)

Sedangkan menurut Breivik dalam Kuhlthau (1987:12) kriteria literasi informasi yaitu:

a. Skill and knowledge (kemampuan dan pengetahuan)

Literasi informasi dimulai dengan sebuah pengetahuan mengenai sumber informasi dan peralatan dalam memperoleh informasi misal indeks untuk mengakses informasi. Kemampuan dibutuhkan untuk menentukan strategi dan teknik apa yang digunakan dalam mengakses informasi ketika informasi dibutuhkan.

b. Attitudes (Sikap)

Karakteristik yang kedua adalah sikap. Sikap ini meliputi ketekunan, perhatian secara detail dan keragu-raguan (misalnya penyebab menerima informasi yang diperoleh).

c. Time and labor intensive (waktu dan intensitas penggunaan)

Salah satu karakteristik yang paling penting adalah waktu dan penggunaan informasi. Kegunaan dari kemampuan ini adalah untuk mengetahui apakah informasi digunakan secara efektif atau tidak. d. Need driven (pengendali kebutuhan)

Maksudnya adalah bagaimana seseorang mengidentifikasi informasi yang akan dicari dan bagaimana memecahkan masalah dalam pencarian dan penggunaan informasi.

e. Computer literacy (literasi komputer)

Karakteristik yang dibutuhkan dalam mendukung kemampuan literasi yaitu bagaimana menggunakan teknologi komputer dalam mencari informasi.

Berdasarkan dua pendapat di atas dapat dikatakan bahwa apabila kriteria tersebut dapat terpenuhi oleh seseorang maupun suatu negara maka tingkat keterpakaian terhadap informasi akan tinggi dan tidak ada lagi yang buta terhadap informasi. Namun untuk memenuhi kriteria tersebut diperlukannya bantuan seperti pustakawan. Oleh karena itu pustakawan juga harus mengerti kriteria tersebut dan menguasai literasi informasi.


(23)

2.1.5 Keterampilan Literasi Informasi

Literasi sangat diperlukan agar dapat hidup sukses dan berhasil dalam era masyarakat informasi dan dalam penerapan kurikulum berbasis kompetensi di dunia pendidikan. Dengan memiliki literasi informasi maka seseorang akan terus berusaha belajar untuk memperoleh informasi dan menciptakan pengetahuan-pengetahuan baru. Untuk itu ada beberapa langkah-langkah dalam memperoleh kemampuan tersebut.

Menurut Gunawan (2008:9) ada 7 (tujuh) langkah dalam memperoleh kemampuan literasi informasi. Tujuh langkah keterampilan tersebut adalah:

1. Merumuskan masalah

Langkah awal dalam perumusan masalah adalah mengidentifikasi masalah. Langkah-langkah dalam perumusan masalah adalah:

- Melakukan analisis situasi

Analisis situasi adalah mencari informasi yang dapat diperoleh melalui perpustakaan, toko buku, internet dan pusat-pusat informasi lainnya.

- Brainstroming

Brainstroming adalah teknik yang digunakan dalam mengembangkan dan menciptakan ide-ide baru untuk penyelesaian suatu masalah.

- Mengajukan pertanyaan

Kegiatan ini bertujuan untuk mendorong berpikir secara kritis.

- Memvisualisasikan pemikiran (mind mapping)

Kegiatan memvisualisasikan pemikiran dilakukan dengan penggambaran hubungan diantara konsep-konsep.

2. Mengidentifikasi sumber informasi

Sumber-sumber informasi terdiri dari sumber informasi tercetak (buku, jurnal, majalah, laporan penelitian) dan sumber elektronik (melalui internet yaitu jurnal elektronik, buku elektronik, dan informasi-informasi elektronik lainnya). Ada beberapa kriteria penilaian sumber informasi:


(24)

a. Relevansi

Relevansi adalah menilai sejauh mana informasi yang dikandung sesuai dengan topik yang dibahas dan dapat dilihat dari kedalaman dan sumber referensi yang jelas.

b. Kredibilitas

Kredibilitas adalah menentukan sejauh mana sumber informasi dapat dipercaya. Kredibilitas dapat dilihat dari:

- Kredibilitas pencipta dan penanggung jawab

Dilihat dari sejauh mana suatu lembaga dan pencipta menghasilkan karya dan bagaimana latar belakang dari penanggung jawab dan pencipta bisa dilihat dari biografi penanggung jawab.

- Proses pembuatan

Proses pembuatan dapat dilihat dari proses penelaan. Suatu karya akan semakin berkualitas apabila melewati suatu proses penelaan dari para ilmuwan.

- Pemanfaatan

Pemanfaatan sumber informasi dapat dilihat dari seberapa sering orang menggunakan sumber informasi tersebut atau dengan kata lain tingkat pemanfaatannya.

c. Kemuktahiran

Kemutakhiran sumber informasi dapat dilihat dari tahun terbit, keterangan kapan revisi terakhir kali, keterangan kapan revisi secara berkala dan daftar pustaka. Sedangkan kalau melalui sumber internet, kemutakhiran dapat dilihat kapan situs tersebut dibuat dan kapan terakhir kali di up date.

3. Mengakses informasi

Langkah langkah dalam mengakses informasi adalah: a. Mengetahui kebutuhan informasi.

b. Mengidentifikasi alat penelusuran yang relevan seperti di

perpustakaan OPAC, Katalog, WEBPAC dan di internet seperti search engine, meta search engine.


(25)

c. Menyusun strategi penelusuran misalnya dengan operator boolean. 4. Menggunakan informasi

Sumber informasi yang ditawarkan di era globalisasi informasi sangat banyak tetapi belum semua informasi tersebut sesuai dengan kebutuhan informasi. Sehingga perlu melakukan seleksi terhadap informasi dengan kriteria sebagai berikut:

a. Relevan

Informasi dikatakan relevan jika sesuai dengan masalah yang dibahas. b. Akurat

Informasi yang akurat adalah informasi yang tidak menyesatkan. Sehingga untuk membutikannya perlu diperiksa terlebih dahulu.

c. Objektif

Suatu karya dikatakan objektif apabila berdasarkan fakta dan fenomena yang dapat diamati.

d. Kemutakhiran

Kemutakhiran informasi dapat dilihat dari waktu pengumpulan informasi, waktu publikasi, waktu pemberian hak cipta atau paten, dan waktu publikasi sumber-sumber yang mendukung bila berbentuk tulisan.

e. Kelengkapan dan kedalaman suatu karya

Kelengkapan dan kedalaman suatu karya dapat dilihat dari sejauh mana kemampuan pencipta informasi menguasai bidang tersebut. 5. Menciptakan karya

Penciptaan suatu karya harus berdasarkan persyaratan COCTUC yaitu: a. Clarifity (kejelasan)

Suatu karya ditulis harus berdasarkan langkah-langkah, tidak berbelit-belit/langsung ke topik permasalahan, disusun secara logis dan menggunakan sudut pandang yang konsisten.

b. Organization (organisasi)

Pengorganisasian suatu karya dilakukan dengan cara penyusunan ide-ide yang akan dibahas dalam karya tersebut.


(26)

c. Coherence (koherensi dan pertalian)

Pertalian suatu karya dapat dilihat dari hubungan yang jelas antara ide-ide maupun gagasan-gagasan yang dibahas dalam topik tersebut. d. Transision (transisi)

Transisi diperlukan agar suatu informasi mudah dimengerti. Transisi disebut juga dengan penghubung. Transisi dibuat antara kalimat-kalimat, paragraf ke paragraf dan ide ke ide. Transisi juga bisa dilakukan dengan menggunakan kata ganti.

e. Utility (kesatuan)

Suatu karya yang baik adalah apabila memiliki satu kesatuan misalnya kalimat demi kalimat dan paragraf demi paragraf.

f. Conciseness (kepadatan)

Kepadatan suatu karya dapat dilakukan dengan cara menghindari penggunan kata-kata atau frase-frase berlebihan dan berbelit-belit. Plagiarisme merupakan hal yang harus dihindari dalam menciptakan suatu karya. Hal ini dilakukan dengan mencantumkan sumber informasi yang diambil setiap kali digunakan.

6. Mengevaluasi

Kegiatan mengevaluasi suatu karya dapat dilakukan dengan membaca karya yang akan dievaluasi. Kita harus membaca secara teliti agar dapat melihat kesalahan-kesalahan yang mungkin timbul baik pada bagian pendahuluan, isi dan penutup.

7. Menarik pelajaran

Pelajaran dapat diperoleh berdasarkan kesalahan-kesalahan, kegagalan-kegagalan dan pengalaman baik pengalaman sendiri maupun orang lain. Pelajaran ini juga dilakukan dengan membuat sebuah catatan mengenai apa saja yang telah dilakukan dan dipelajari.


(27)

Hal yang sama juga dijabarkan oleh Campbell dalam Jesus (2008:11) bahwa ada beberapa langkah-langkah dalam memperoleh kemampuan literasi informasi yaitu:

1. Merumuskan kebutuhan informasi

Merumuskan kebutuhan informasi merupakan tahap awal dalam melakukan penelusuran informasi. Kegunaan dari indentifikasi informasi adalah seseorang akan mengetahui apa kegunaan informasi yang dicari misalnya untuk pendidikan, kesehatan dan hubungan dengan masyarakat.

2. Mengalokasikan dan mengevaluasi kualitas informasi.

Mengalokasikan informasi dapat dilakukan dengan cara manual atau pun membuatnya ke dalam database agar suatu saat diperlukan bisa ditemu kembali. Kualitas dari informasi dapat dilihat dari penggunaan informasi tersebut dan kredibilitas dari informasi tersebut. Apabila kriteria informasi dipenuhi oleh suatu informasi maka kualitasnya semakin baik.

3. Menyimpan dan menemu kembalikan informasi.

Seseorang harus mampu menyimpan informasi yang sudah diperoleh agar suatu saat informasi tersebut mudah ditemukan kembali ketika akan digunakan. Penyimpanan dapat dilakukan dengan menggunakan sistem manual maupun elektronik. Sistem manual dapat dilakukan dengan menggunakan rak-rak perpustakaan sedangkan sistem elektronik dapat dilakukan dengan menggunakan komputer.

4. Menggunakan informasi secara efektif dan efisien.

Kemampuan ini digunakan agar seseorang mampu menggunakan informasi yang diperoleh secara efektif dan efisien.

5. Mengkomunikasikan pengetahuan.

Kemampuan ini bertujuan untuk memampukan seseorang dalam menciptakan pengetahuan baru dan menyebarkan atau mengkomunikasikan kepada orang lain yang membutuhkan informasi tersebut.


(28)

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa untuk memperoleh literasi informasi seseorang harus menguasai dan mempelajari langkah-langkah dalam memperoleh kemampuan literasi informasi. Apabila langkah-langkah literasi informasi tersebut dikuasai maka kemampuan literasinya akan semakin meningkat.

2.2 Manfaat Kompetensi Literasi Informasi pada Perguruan Tinggi

Pendidikan berperan dalam menjadikan seseorang literat terhadap informasi sehingga semua orang dapat memperoleh informasi sesuai dengan kebutuhannya. Saat ini literasi informasi merupakan menjadi komponen yang penting di perguruan tinggi. Breivik (1991:1) menyarankan agar literasi informasi menjadi bagian penting dalam pendidikan. Proses tersebut akan berjalan dengan baik bila didukung oleh kompetensi literasi informasi.

Menurut ACRL (2000:4) literasi informasi pada perguruan tinggi bermanfaat dalam pembelajaran sepanjang hayat yang akan menjadi dasar dalam pekerjaan dan karier di masa yang akan datang.

Menurut Gunawan (2008:3) literasi informasi dibutuhkan dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi yang mengharuskan peserta didik untuk memanfaatkan sumber informasi dalam berbagai format.

Hal yang sama juga dikatakan oleh California State University dalam Hasugian (2009:204) bahwa manfaat kompetensi literasi informasi dalam dunia perguruan tinggi yaitu:

a. Menyediakan metode yang telah teruji untuk dapat memandu

mahasiswa ke berbagai sumber informasi yang terus berkembang. Sekarang ini individu berhadapan dengan informasi yang beragam dan berlimpah. Informasi tersedia melalui perpustakaan, sumber-sumber komunitas, organisasi khusus, media dan internet.

b. Mendukung usaha nasional untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Lingkungan belajar yang proaktif mensyaratkan setiap mahasiswa memiliki kompetensi literasi informasi. Dengan keahlian informasi tersebut maka mahasiswa akan selalu dapat mengikuti perkembangan bidang ilmu yang dipelajarinya.

c. Menyediakan perangkat tambahan untuk memperkuat isi perkuliahan.

Dengan kompetensi literasi informasi yang dimilikinya maka mahasiswa dapat mencari bahan-bahan yang berhubungan dengan perkuliahan sehingga dapat menunjang isi perkuliahan tersebut.


(29)

d. Meningkatkan pembelajaran seumur hidup. Meningkatkan pembelajaran seumur hidup adalah misi utama dari institusi pendidikan tinggi. Dengan memastikan bahwa setiap individu memiliki kemampuan intelektual dalam berfikir secara kritis yang ditunjang dengan kompetensi informasi yang dimilikinya maka individu dapat melakukan pembelajaran seumur hidup secara mandiri.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas maka diketahui bahwa literasi informasi merupakan kunci utama di perguruan tinggi dalam meningkatkan pengetahuan peserta didik. Dengan Literasi informasi maka mahasiswa akan mampu belajar secara mandiri, berhadapan dengan berbagai sumber informasi dan menjadi bekal dalam pelaksanaan pembelajaran sepanjang hayat di era globalisasi informasi ini.

2.3 Model Literasi Informasi pada Perguruan Tinggi

Literasi informasi adalah kemampuan dalam memenuhi kebutuhan informasi. Ada banyak model literasi informasi yang digunakan untuk mengetahui dan mengukur literasi informasi seseorang. Namun ada beberapa model literasi informasi yang sering digunakan di perguruan tinggi yaitu the big six, the seven pillars dan the empeworing eight. Setiap model memiliki langkah-langkah. Model-model literasi tersebut adalah:

1. The Big 6 (An Information Problem-Solving Process)

Model literasi ini dikembangkan oleh dua pakar bernama Robert E. Berkowitz dan Michael B. Eisenberg pada tahun 1987. Berkowitz dan Eisenberg menamai model literasi informasi ini dengan the Big 6. Model literasi ini telah banyak digunakan di seluruh dunia antara lain Amerika Serikat, Italia, Belanda, Afrika Selatan, Taiwan, Selandia Baru dan Indonesia.

The Big 6 terdiri dari 6 keterampilan dan 12 langkah. Tiap-tiap keterampilan memiliki beberapa langkah yaitu:

1. Task define

- Define the information problem - Identify information needed 2. Information Seeking Strategies

- Determine all possible sources - Select the best sources


(30)

3. Location and Access

- Locate sources (intellectually and physically) - Find information within sources

4. Use of Information

- Engage (e.g., read, hear, view, touch) - Extract relevant information

5. Synthesis

- Organize from multiple sources - Present the information

6. Evaluation

- Judge the product (effectiveness)

- Judge the process (efficiency) (Eisenberg, 2007:1)

Berdasarkan pendapat yang diuraikan di atas diketahui bahwa model literasi the big 6 memiliki 6 keterampilan yaitu merumuskan masalah; strategi pencarian informasi yang mencakup menentukan dan memilih sumber informasi yang tepat; mengalokasi dan mengakses informasi sehingga dibutuhkan alat pencarian informasi misalnya OPAC; memanfaatkan informasi yang bisa dilakukan dengan membaca, mendengar, meraba; mensintesis informasi yang dapat dilakukan dengan cara menggorganisasi dan mempresentasikan informasi tersebut dan terakhir mengevaluasi informasi yaitu dalam mengevaluasi hasil yaitu efektifitasnya dan proses yaitu efisiensinya. Model the big 6 ini sangat bagus digunakan dalam memecahkan masalah, pelaksanaan tugas dan pengambilan keputusan.

2. Seven Pillars

Seven Pillars model dibuat oleh SCONULL dan pertama kali keluar pada tahun 1999. Model ini mengkombinasikan ide mengenai kemampuan yang meliputi mengklarifikasi dan mengilustrasikan hubungan antara informasi keterampilan dan keahlian TI, dan gagasan tentang kemajuan. Ada beberapa keterampilan yaitu:

1. Recognize information need

2. Distinguish ways of addressing gap 3. Contruct strategies for locating 4. Locate and accsess

5. Compare and evaluate

6. Organise, apply, and communicate


(31)

Gambar 1. Seven Pillars Model

Berdasarkan pendapat yang diuraikan di atas model literasi informasi seven pillars memiliki tujuh tahapan yaitu mengidentifikasi kebutuhan informasi, mengetahui sumber informasi yang relevan dengan kebutuhan, membangun

strategi penelusuran informasi, menentukan lokasi informasi dan mengakses informasi yang sesuai dengan topik, membandingkan informasi yang diperoleh dengan informasi yang telah ada serta mengevaluasi, menerapkan serta

mengkomunikasikan atau menyebarkan informasi yang diperoleh kepada audien dan terakhir membangun atau membuat sebuah pengetahuan baru dari informasi yang diperoleh.

3. Empeworing Eight

Pada tahun 2004 diadakan workshop mengenai literasi informasi di Kolombo yang kemudian dilanjutkan pada tahun 2005 di Patiala. Workshop ini dihadiri oleh beberapa negara yaitu Indonesia, India, Bangladesh, Maldiva, Malaysia, Nepal, Pakistan, Singapura, Sri Lanka, Vietnam dan Thailand. Dan hasil dari seminar ini melahirkan konsep baru dari model literasi informasi yaitu Empeworing eight. Model literasi ini banyak digunakan di negara-negara Asia


(32)

karena mencerminkan kondisi orang Asia. Dan sekarang model ini menjadi hak milik intelektual NILIS Sri Langka dengan beberapa keterampilan yaitu:

1. Identifity

- Define the topic or subject

- Determine and understand the audience

- Choose the relevant format for the finished product - Identify the key words

- Plan a search strategy

- Identify different types of resources where information maybe found

2. Explore

- Locate resources appropriate to the chosen topic - Find information appropriate to the chosen topic - Do interviews, field trips or other outside research 3. Select

- Choose relevant information

- Determine which sources are too easy, too hard, or just right - Record relevant information through note making or making a

visual organizer such as a chart, graph, or outline, etc - Identify the stages in the process

- Collect appropriate citations 4. Organise

- Sort the information

- Distinguish between fact, opinion, and fiction - Check for bias in the sources

- Sequence the information in a logical order

- Use visual organizers to compare or contrast information 5. Create

- Prepare information in their own words in a meaningful way - Revise and edit, alone or with a peer

- Finalize the bibliographic format 6. Present

- Practise for presentation activity

- Share the information with an appropriate audience

- Display the information in an appropriate format to suit the audience

- Set up and use equipment properly 7. Assess

- Accept feedback from other students

- Self assess one's performance in response to the teacher’s assessment of the work

- Reflect on how well they have done - Determine if new skills were learned


(33)

8. Apply

- Review the feedback and assessment provided

- Use the feedback and assessment for the next learning activity/ task

- Endeavour to use the knowledge gained in a variety of new situation

- Determine in what other subjects these skills can now be used - Add product to a portfolio of productions (Wijetunge, 2005:36) Berdasarkan pendapat yang diuraikan di atas diketahui bahwa model Empeworing 8 terdiri dari delapan tahapan yaitu mengidentifikasi masalah yang meliputi identifikasi topik, audien, format informasi, kata kunci, strategi penelusuran dan sumber sumber informasi; eksplorasi meliputi kegiatan dalam memilih dan menemukan sumber informasi yang sesuai dengan topik yang dapat dilakukan dengan interview; memilih informasi yang relevan; mengorganisir informasi meliputi menyusun informasi secara logis; menciptakan informasi yang dapat dilakukan dengan menciptakan informasi sendiri, merevisi dan membuat daftar bibliografi; menyajikan yaitu menyebarkan informasi yang diperoleh kepada peserta; menaksir yaitu menerima masukan dari orang lain dan menentukan apa yang terbaik dimasa yang akan datang; terakhir menerapkan yaitu menerapkan informasi tersebut dalam berbagai situasi misal pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain.

4. Kuhlthau Information Seeking

Dikembangkan oleh Carol Kuhlthau yaitu seorang profesor dibidang ilmu perpustakaan dan informasi pada University New Jesery. Pada jenis model ini menunjukkan bagaimana proses setiap penelitian dan bagaimana mengembangkan setiap tahap. Menurut Kuhlthau ada beberapa keterampilan yaitu:

1. Initiation 2. Selection 3. Exploration 4. Formulation 5. Collection


(34)

Berdasarkan pendapat yang diuraikan di atas diketahui bahwa model Kuhlthau terdiri dari enam keterampilan meliputi mempersiapkan topik yang akan dicari, menyeleksi informasi yang diperoleh, eksplorasi yaitu memilih sumber informasi yang relevan dengan kebutuhan, formulasi kebutuhan informasi, mengumpulkan informasi yang sesuai dengan topik dan terakhir melakukan penelusuran informasi.

2.4 Standar Literasi Informasi pada Perguruan Tinggi

Standar ini dikaji oleh Komite Standar ACRL dan disetujui oleh Dewan Direksi Association of College and Research Libraries (ACRL) pada 18 Januari 2000. ACRL telah mengeluarkan lima standard literasi informasi dalam dunia perguruan tinggi dan kelima standar tersebut memiliki 20 indikator.

Standar literasi ini berisi daftar sejumlah kemampuan yang digunakan dalam menentukan kemampuan seseorang dalam memahami informasi. Dalam standar ini terdapat cara bagaimana mahasiswa dapat berinteraksi dengan informasi. Standar ini juga digunakan oleh fakultas, pustakawan dan staff lainnya dalam mengembangkan metode untuk mengukur pembelajaran mahasiswa sesuai dengan misi institusi tersebut.

Menurut Bundy (2004:34) perguruan tinggi yang telah menggunakan standar ACRL dalam menentukan kemampuan literasi informasi mahasiswa antara lain:

a. Australian National University

Standar ini digunakan dalam mengukur kemampuan mahasiswanya dalam menganalisis dan mengevaluasi sumber informasi yang diperoleh.

b. Charles Sturt University

Standar ini digunakan perpustakaan universitas tersebut untuk mengajarkan literasi informasi dan mempromosikan kemampuan tersebut kepada pengguna perpustakaan sebagai pembelajaran penting di masa yang akan datang.


(35)

c. RMIT University

Standar ini digunakan untuk mengembangkan program-program perpustakaan termasuk tutorial online dan mempromosikan konsep literasi informasi kepada staff akademi.

c. Universitas Sumatera Utara

Standar literasi informasi ini juga pernah dipakai oleh Nasution (2009:57) dalam mengetahui literasi informasi mahasiswa Ilmu Perpustakaan dan Informasi USU. Dari standar ini diketahuilah bahwa mahasiswa Ilmu Perpustakaan dan Informasi memiliki literasi informasi yang cukup baik. Standar ACRL (2000:8) tersebut yaitu:

1. Mahasiswa yang literat informasi mampu menentukan jenis dan sifat

informasi yang dibutuhkan.

a. Mahasiswa mendefinisikan dan menyampaikan kebutuhan

informasinya.

b. Mahasiswa mengidentifikasi berbagai jenis dan bentuk sumber

informasi yang potensial.

c. Mahasiswa mempertimbangkan biaya dan keuntungan yang

diperoleh dari informasi yang dibutuhkan.

d. Mahasiswa mengevaluasi kembali sifat dan batasan informasi

yang dibutuhkan.

2. Mahasiswa yang literat informasi mengakses kebutuhan informasi

secara efektif dan efisien.

a. Mahasiswa memilih metode penelitian dan sistem temu kembali

informasi yang paling tepat untuk mengakses informasi yang dibutuhkan.

b. Mahasiswa membangun dan menerapkan strategi penelusuran yang

efektif.

c. Mahasiswa melakukan sistem temu kembali secara online atau

pribadi dengan menggunakan berbagai metode.

d. Mahasiswa memperbaiki strategi penelusuran jika diperlukan.

e. Mahasiswa mengutip, mencatat dan mengolah informasi dan

sumber-sumbernya.

3. Mahasiswa yang literat mengevaluasi informasi dan sumber-sumber

secara kritis dan menjadikan informasi yang dipilih sebagai dasar pengetahuan.

a. Meringkas ide utama yang dikutip dari informasi yang

dikumpulkan.

b. Mahasiswa menentukan dan menerapkan kriteria awal untuk

mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya.

c. Mahasiswa mampu mensintesis ide utama untuk membangun


(36)

d. Mahasiswa membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan lama untuk menentukan nilah tambah, kontradiksi, atau karakteristik informasi unik lainnya dari informasi.

e. Mahasiswa menentukan apakah pengetahuan baru memberi

dampak terhadap sistem nilai individu dan mengambil langkah-langkah untuk menyatukan perbedaan.

f. Mahasiswa menentukan bila query perlu direvisi.

4. Mahasiswa yang literat menggunakan dan mengkomunikasikan

informasi dengan efektif dan efisien.

a. Mahasiswa menerapkan informasi baru dan yang lama untuk

merencanakan dan menciptakan hasil.

b. Mahasiswa merevisi proses pengembangan untuk hasil.

c. Mahasiswa mengkomunikasikan hasil secara efektif kepada orang

lain.

5. Mahasiswa yang literat informasi memahami isu ekonomi, hukum dan

sosial sekitar penggunaan dan pengaksesan informasi secara etis dan hukum

a. Mahasiswa memahami isu-isu ekonomi, hukum dan aspek sosial

mengenai informasi dan teknologi informasi.

b. Mahasiswa mematuhi hukum, peraturan, kebijakan intitusi, dan

etika yang berhubungan dengan pengaksesan dan penggunaan sumber informasi

c. Mahasiswa mengetahui penggunaan sumber-sumber informasi

dalam mengkomunikasikan informasi.

Hasil yang dicapai pada standar pertama dalam hal mendefenisikan dan menyampaikan kebutuhan informasinya adalah mahasiswa mampu berdiskusi dengan pengajar, mengikuti diskusi-diskusi termasuk diskusi kelas dan elektronik dalam merumuskan kebutuhan informasi; menjelajahi sumber informasi; mengidentifikasikan kebutuhan informasi dan mengidentifikasikan konsep dan kata kunci untuk menjelaskan informasi yang dibutuhkan.

Hasil yang dicapai dalam hal mengidentifikasi berbagai jenis bentuk sumber informasi adalah mahasiswa mengetahui bagaimana proses informasi dihasilkan, disusun dan disebarkan; mengidentifikasi nilai dan perbedaan setiap sumber informasi (misalnya buku, situs web); mengidentifikasi kemutakhiran informasi; dan dapat membedakan mana sumber informasi primer dan sumber informasi sekunder serta cara penggunaanya.

Hasil yang dicapai dalam hal mempertimbangkan biaya dan keuntungan diperoleh dari informasi yang dibutuhkan adalah mahasiswa mampu membuat


(37)

keputusan dalam memperluas proses pencarian (misalnya meminjam ke perpustakaan lain, menggunakan kata kunci lain); belajar sebuah bahasa baru dan kemampuan baru; dan membuat proses perencanaan dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan.

Hasil yang dicapai dalam mengevaluasi dan menentukan jenis dan batasan sumber informasi adalah mampu memperjelas dan memperbaiki masalah.

Hasil yang dicapai pada standar kedua dalam memilih metode penelitian yang sesuai untuk mengakses informasi penelitian adalah mampu mengidentifikasi metode penelitian; meneliti ruang lingkup, isi dan sistem penelusuran.

Hasil yang dicapai dalam hal menerapkan dan memilih strategi penelusuran adalah mahasiswa mampu mengidentifikasi kata kunci, sinonim dan istilah lainnya; menyeleksi kosa kata terkendali dan menerapkan strategi penelusuran (misalnya menggunakan opertor boolean, truncation dan proximity)

Hasil yang dicapai dalam hal temu kembali secara pribadi maupun online adalah mahasiswa mampu menggunakan sistem temu kembali untuk mendapatkan sumber informasi; menggunakan layanan lain untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan; dan menggunakan surat, survei dan wawancara dalam mendapatkan informasi primer.

Hasil yang dicapai dalam hal memperbaiki strategi penelusuran jika diperlukan adalah mahasiswa mampu menilai kerelevansian informasi yang diperoleh dengan kebutuhan informasi, melakukan penelusuran ulang dan menggunakan strategi baru dalam penelusuran informasi.

Hasil yang dicapai dalam hal mengutip, mencatat dan mengolah informasi dan sumber-sumbernya adalah mahasiswa mampu mencatat kutipan informasi yang terkait untuk dipakai sebagai rujukan dan menggunakan berbagai teknologi informasi untuk mengelola informasi yang diperoleh.

Hasil yang dicapai pada indikator ketiga dalam meringkas ide utama yang dikutip dari informasi yang dikumpulkan adalah mahasiswa mampu menentukan ide utama dan mengenali materi dari informasi yang dibutuhkan.


(38)

Hasil yang dicapai dalam menentukan dan menerapkan kriteria awal untuk mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya adalah mahasiswa mampu mengevaluasi informasi dari segi reabilitas, validitas, ketepatan waktu; mengenali konteks budaya, konteks fisik dan konteks lainnya yang berkaitan dengan terciptanya informasi.

Hasil yang dicapai dalam mensintesis ide utama untuk membangun konsep baru adalah mahasiswa mampu mengenali hubungan antar konsep dan menggabungkannya serta kemampuan dalam memanfaatkan komputer dan teknologi lain (seperti multimedia, audio visual).

Hasil yang dicapai dalam membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan lama untuk menentukan nilah tambah, kontradiksi, atau karakteristik informasi unik lainnya dari informasi adalah mahasiswa mampu menarik kesimpulan dari informasi yang diperoleh serta melakukan pengujian terhadap teori yang diperoleh berdasarkan disiplin ilmunya dan memadukan antara pengetahuan yang sebelumnya dengan informasi yang diperoleh.

Hasil yang dicapai dalam menentukan apakah pengetahuan baru memberi dampak terhadap sistem nilai individu adalah mahasiswa mampu menentukan apakah informasi yang diperoleh bisa dimanfaatkan atau tidak.

Hasil yang dicapai dalam membuktikan kebenaran dari pemahaman dan interpretasi informasi melalui diskusi dengan individu lain, para ahli dan praktisi adalah mahasiswa mampu mengikuti diskusi-diskusi, komunikasi elektronik (misalnya: milis, jaringan sosial) dan mencari berbagai pendapat para ahli melalui berbagai mekanisme (misalnya wawancara dan email).

Hasil yang dicapai dalam menentukan apakah query adalah mahasiswa mampu meninjau ulang strategi penelusuran dan sarana pencari informasi jika diperlukan.

Hasil yang dicapai dalam menerapkan informasi baru dan yang lama untuk merencanakan dan menciptakan hasil adalah mahasiswa mampu menciptakan pengetahuan baru dan mengintregasikan informasi yang baru dan yang sebelumnya sudah ada dalam mendukung tujuan penulisan karya.


(39)

Hasil yang dicapai pada standar empat dalam merevisi proses pengembangan untuk hasil karya adalah mahasiswa mampu membuat sebuah catatan aktifitas harian yang berkaitan dengan pencarian dan pengevaluasian informasi serta mengevaluasi keberhasilan dan kegagalan.

Hasil yang dicapai dalam mengkomunikasikan informasi kepada orang lain secara efektif adalah mahasiswa mampu memilih media dan bentuk komunikasi dalam menciptakan dan menampilkan suatu karya.

Hasil belajar yang dicapai pada standar lima dalam memahami isu-isu ekonomi, politik, sosial mengenai informasi dan teknologi informasi adalah mahasiswa mampu mendiskusikan isu-isu yang berkaitan dengan kerahasiaan dan keamanan pada media elektronik dan cetak dan memahami hak cipta.

Hasil belajar yang dicapai dalam mematuhi hukum, peraturan, kebijakan intitusi, dan etika yang berhubungan dengan pengaksesan dan penggunaan sumber informasi adalah mahasiswa mampu berpartisipasi dalam diskusi-diskusi elektronik; menggunakan kata sandi dan bentuk pengenalan lainnya yang resmi untuk mengakses sumber informasi; dan menunujukkan pemahaman mengenai plagiarisme.

Hasil belajar yang dicapai dalam mengetahui penggunaan sumber-sumber informasi dalam mengkomunikasikan informasi adalah mahasiswa mampu memilih gaya pencatatan dokumen dan menggunakan secara konsisten dan mendapatkan izin tertulis dalam hal hak cipta (ACRL, 2008:8).

Indikator-indikator di atas berguna bagi akademis seperti mahasiswa, dosen pustakawan dan staff lainnya dalam menentukan dan mengetahui apakah seseorang dapat dianggap memiliki kemampuan literasi informasi. Dengan memiliki kompetensi standar literasi tersebut maka mahasiswa akan lebih peka terhadap kebutuhan informasi.

Sehingga untuk memperoleh kompetensi tersebut sangatlah diperlukan peranan institusi dan perpustakaan dalam meningkatkan kemampuan pemahaman informasi untuk meningkatkan pembelajaran dan efektifitas institusi.


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini maka penulis membutuhkan metode penelitian yang tepat untuk mendukung penelitian. Adapun penelitian yang digunakan penelitian deskriptif. Menurut Sugiyono (2002:6) “penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri yaitu tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain”.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bagian Layanan Digital Perpustakaan USU Jalan Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan 20155. Karena pada perpustakaan USU tepat pada layanan digital menyediakan layanan kepada mahasiswa S2 pascasarjana. Dimana tidak semua perpustakaan menyediakan layanan digital bagi mahasiswa S2. Sehingga penulis ingin melihat bagaimana literasi mereka dalam mencari informasi dimana pada pengamatan awal mahasiswa S2 pascasarjana masih membutuhkan bantuan pustakawan dalam mencari informasi.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah data yang dibutuhkan dalam mendukung kegiatan penelitian. Menurut Sugiyono (2002:52) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Populasi Penelitian ini adalah mahasiswa pascasarjana pengguna Layanan Digital Perpustakaan USU. Jumlah pengguna layanan digital mahasiswa S2 pascasarjana berjumlah 4.772 (Lakip Perpustakaan 2009). Sehingga populasi penelitian ini adalah 4.772.


(41)

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari data populasi. Untuk menentukan ukuran sampel maka digunakan rumus Slovin yaitu:

n = N 1+N.e² =

3.4 Teknik Pengumpulan Data 4772

1+4772. (10 %)² = 97,9

~

98 Keterangan N=Populasi n=sampel

e=tingkat kesalahan

Tingkat kesalahan yang digunakan adalah 10%

Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Menurut Sugiyono (2002:62) “purposive sampling adalah teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu saja”.

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian dapat dilakukan dengan cara:

1. Kuisioner, yaitu pengumpulan data dengan cara memberikan daftar

pertanyaan kuisioner untuk diisi oleh responden.

2. Studi kepustakaan dan dokumen melalui berbagai bahan pustaka

seperti buku, jurnal, majalah, laporan tahunan dan dokumen lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

3.5 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data penelitian ini adalah:

1. Data primer: data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. Data primernya adalah kusioner yang langsung diberikan kepada responden.


(42)

2. Data sekunder: data yang diperoleh dan bersumber dari buku, jurnal, majalah dan laporan penelitian dan dokumen lain yang berhubungan dengan penelitian.

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah adalah alat yang digunakan dalam pengumpulan data yang tergantung dari sifat penelitiannya. Ada beberapa jenis instrumen penelitian yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan kuisioner sebagai instrumen penelitian.

3.6. Kuisioner

Kuisioner adalah pertanyaan penelitian yang diberikan kepada responden. Menurut Arikunto (2006:150) ”kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang dia ketahui”. Dan jenis kuisioner yang dibuat adalah kuisioner langsung yaitu dimana pertanyaan langsung diberikan kepada responden.Pemberian kuisioner dilakukan selama 10 hari dan terjarin antara 6-10 orang perharinya,.

3.7 Analisis Data

Data yang dikumpulkan dari penyebaran kuisioner dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif. Data yang diperoleh diambil dengan menyusun kedalam tabel kemudian dihitung persentasenya, Penghitungan persentase dengan menggunakan tafsiran data dengan menggunakan rumus. Setelah data dipersesntasekan kemudian dikelommpokkan atau ditabulasikan.

Adapun rumus dalam menghitung persentase data yaitu: P = F

n

Keterangan P = Persentase

F= Jumlah jawaban yang diperoleh n= jumlah responden (Hadi, 1981:421)


(43)

Untuk menafsirkan besarnya persentase yang dibuat dari tabel tabulasi data, maka penulis menggunakan penafsiran sebagai berikut:

1-25 % Sebagian kecil

26-49% Hampir setengah

50 % Setengah

51-75 % Sebagian besar

76-99% Pada umumnya

100% Seluruhnya (Supardi,1979:20)

Penulis menggunakan skala guttman dalam pembuatan atau penyusunan kuisioner yaitu:

a. Ya


(44)

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL

4.1 Gambaran Umum Layanan Digital

Layanan digital adalah bagian dari pelayanan referensi yang terletak di Lantai 1 Perpustakaan USU. Layanan digital ini bertujuan menyediakan akses dan informasi berbasis elektronik kepada pengguna termasuk penelusuran artikel ilmiah, e-journal, USU Repository, CD dan lain-lain. Layanan digital ini ditujukan bagi mahasiswa S2, S3, dosen dan peneliti. Jam buka layanan digital pada hari Senin-Jumat pukul 08.00-22.00 WIB dan pada hari Sabtu mulai pukul 08.00-18.00 WIB.

4.1.1 Layanan Akses Internet

Layanan digital menyediakan 28 (dua puluh delapan) buah terminal komputer yang terkoneksi ke internet, digunakan secara bebas (free) dan tanpa batasan waktu. Layanan ini bermanfaat bagi pengguna yang tidak memiliki komputer pribadi dan akses internet. Layanan ini juga bermanfaat bagi dosen yang ingin meng-update bahan saja. Layanan digital ini juga menyediakan ruang dan meja yang dilengkapi WiFi dan kabel LAN. Layanan ini digunakan oleh pengguna yang membawa laptop atau notebook sendiri. Pengguna layanan digital ini menggunakan layanan internet untuk mencari informasi yang berhubungan dengan bidang ilmunya, men-download bahan ajar, meng-update bahan ajar, download antivirus dan lain-lain.

4.1.2 Bantuan Penelusuran

Bantuan penelusuran adalah bantuan yang diberikan pustakawan (staff layanan digital) terhadap pengguna yang tidak mampu mencari sendiri informasi yang dibutuhkan. Ketidakmampuan ini disebabkan oleh tidak memiliki keahlian dalam mencari informasi sendiri dan tidak memiliki waktu yang cukup untuk mencari informasi. Bantuan penelusuran ini diperuntukkan untuk mahasiswa pascasarjana S2, S3, dosen, dan peneliti. Pengguna layanan digital menggunakan bantuan penelusuran untuk mencari informasi mengenai artikel ilmiah yang ada di


(45)

internet. Untuk memanfaatkan bantuan penelusuran pengguna terlebih dahulu mengisi form mengenai subjek atau artikel ilmiah yang dibutuhkan. Kemudian hasil temuan dapat disimpan atau dicetak atau dikirim ke email yang bersangkutan.

4. 2 Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang terjaring pada penelitian ini ada sebanyak 98 orang yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Tabel Penyebaran Kuisioner

No Program Studi Jumlah

1 Ilmu Kimia 4

2 Biologi/ Mikrobiologi 6

3 Ilmu Manajemen 22

4 Ilmu Akutansi 7

5 Pusat Studi Lingkungan 3

6 Ilmu Hukum 16

7 Lingusitik 8

8 Kenotariatan 2

9 Fisika 5

10 Studi Pembangunan 3

11 Biomedik 2

12 Akutansi Pemerintahan 1

13 Tekhnik Telekomunikasi 1

14 Ekonomi 5

15 Psikologi 3

16 Ekologi Lingkungan 1

17 Teknik Mesin 3

18 Teknik informatika 1

19 Mars 2

20 Matematika 1


(46)

No Program Studi Jumlah

22 PPDS 1

Jumlah 98

4.3 Analisis Deskriptif

4.3.1 Tingkat Literasi Informasi Mahasiswa Pascasarjana pada Layanan Digital Perpustakaan USU

Tujuan penelitian ini adalah adalah untuk mengetahui tingkat literasi informasi mahasiswa pascasarjana pada layanan digital dengan model Seven Pillars. Model Seven Pillars terdiri dari 7 (tujuh) tahapan yaitu:

1. Kemampuan mengenal kebutuhan informasi

2. Kemampuan mengetahui sumber informasi

3. Kemampuan membangun strategi untuk menentukan lokasi informasi

4. Kemampuan menentukan lokasi dan akses informasi

5. Kemampuan membandingkan dan mengevaluasi informasi yang diperoleh

6. Kemampuan mengorganisir, menerapkan dan mengkomunikasikan

informasi kepada orang lain

7. Kemampuan menciptakan informasi.

4.3.2 Kemampuan Mengetahui Kebutuhan Informasi (Pilar Pertama)

Ketika mahasiswa pascasarjana datang berkunjung ke layanan digital berarti mahasiswa pasacasarjana menyadari akan kebutuhan informasi sehingga datang ke layanan digital untuk mencari informasi.

Salah satu yang menentukan seseorang dikatakan literat terhadap informasi adalah kemampuan mengenal kebutuhan informasi. Kemampuan mahasiswa mengenal kebutuhan informasi diukur dengan kuisioner nomor 1 yaitu apakah sebelum melakukan pencarian informasi mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital terlebih dahulu mengindentifikasi informasi yang dibutuhkan dan kuisioner nomor 2 apakah mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital merumuskan terlebih dahulu topik permasalahan ketika akan mencari informasi. Jawaban responden terhadap pertanyaan tersebut dapat dilihat dari tabel 2 dan tabel 3.


(47)

Tabel 2. Kemampuan mengidentifikasi informasi

Nomor pertanyaan 1 Jawaban Responden

Ya persentase Tidak persentase

Kemampuan mengidentifikasi informasi sebelum melakukan pencarian informasi

98 100% - -

Berdasarkan tabel di atas dapat diinterpretasikan seluruh mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital (100%) memiliki kemampuan mengidentifikasi informasi sebelum melakukan pencarian informasi.

Dengan datangnya mahasiswa pascasarjana ke layananan digital berarti dia sudah mengidentifkasi informasi yang dibutuhkan sebelum mencari informasi di tempat informasi itu berada. Hal ini sesuai dengan tahapan pertama model literasi Seven Pillar. Seorang mahasiswa dikatakan literat apabila memiliki kemampuan mengidentifikasi informasi sebelum melakukan pencarian informasi. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa seluruh mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital mampu mengidentifikasi informasi sebelum melakukan pencarian informasi.

Kegiatan mengidentifikasi informasi adalah kegiatan dalam mengetahui informasi apa yang dibutuhkan seseorang. Ketika mengindentifikasi informasi maka seseorang harus mengetahui apa dan tujuan dari informasi yang dicari. Identifikasi informasi yang tidak tepat akan menghasilkan informasi yang tidak berguna.

Tabel 3. Kemampuan merumuskan topik

Nomor pertanyaan 2 Jawaban Responden

Ya Persentase Tidak Persentase

Kemampuan merumuskan terlebih dahulu topik ketika akan mencari informasi


(48)

Berdasarkan tabel di atas dapat diinterpretasikan bahwa pada umumnya mahasiswa S2 pascasarjana (86,7%) menyatakan merumuskan terlebih dahulu topik ketika akan mencari informasi dan sebagian kecil (13,3%) menyatakan tidak merumuskan topik terlebih dahulu ketika akan melakukan pencarian informasi.

Hal ini sesuai dengan pilar pertama model literasi Seven Pillar. Seorang mahasiswa yang literat akan mengetahui kebutuhan informasinya dengan merumuskan terlebih dahulu topik permasalahan ketika akan melakukan pencarian informasi. Sehingga dengan kemampuan tersebut mahasiswa akan mengetahui topik apa yang akan dicari.

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital pada umumnya memiliki kemampuan merumuskan terlebih dahulu topik permasalahan ketika akan mencari informasi. Sebagian kecil tidak memiliki kemampuan merumuskan terlebih dahulu topik permasalahan ketika akan mencari informasi. Berdasarkan hasil tersebut dilihat masih ada beberapa mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital membutuhkan bantuan penelusuran dalam hal merumuskan topik permasalahannya.

Kegiatan merumuskan topik adalah kegiatan menentukan informasi apa yang akan dibahas. Dalam merumuskan topik, kegiatan yang dilakukan adalah menentukan judul dari topik permasalahan yang akan dicari, menentukan kata kunci yang akan digunakan dan subjek dari informasi yang akan dicari.

Berdasarkan poin pertama dan poin kedua pada pilar pertama literasi informasi maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital telah mengidentifikasi kebutuhan informasinya maka selanjutnya dia akan berusaha untuk mengetahui topik permasalahan dari informasi agar dapat menemukan informasi yang tepat.


(49)

4.3.3 Kemampuan Mengetahui Sumber Informasi yang Relevan dengan Kebutuhan (Pilar Kedua)

Pengetahuan akan sumber-sumber informasi dapat diperoleh dari situs-situs, iklan, surat kabar dan lain-lain.

Salah satu yang menentukan seseorang dikatakan literat terhadap informasi adalah kemampuan mengetahui sumber informasi yang relevan dengan kebutuhan. Kemampuan mengetahui sumber informasi yang relevan dengan kebutuhan informasi diukur dengan kuisioner nomor 3 yaitu apakah mahasiswa pascasarjana pada layanan digital mengetahui jenis sumber informasi yang sesuai dengan informasi yang dibutuhkan dan nomor 4 yaitu apakah mahasiswa pascasarjana pada layanan digital memperhatikan kriteria sumber informasi seperti kesesuaian topik, sumber informasi terpercaya dan terbaru yang dapat dilihat dari tabel 4 dan tabel 5.

Tabel 4. Kemampuan mengetahui jenis sumber informasi

Nomor pertanyaan 3 Jawaban Responden

Ya persentase Tidak Persentase

Kemampuan mengetahui jenis sumber informasi yang sesuai dengan informasi yang dibutuhkan.

88 89,7% 10 10,3%

Berdasarkan tabel 4 dapat diinterpretasikan bahwa pada umumya (89,7%) mahasiswa S2 pascasarjana mengetahui jenis sumber informasi sesuai dengan kebutuhan informasi dan sebagian kecil (10,3%) mahasiswa tidak mengetahui jenis sumber informasi sesuai dengan kebutuhan informasi.

Hal ini sesuai dengan pilar kedua model literasi Seven Pillar. Seorang mahasiswa yang literat akan memiliki kemampuan mengetahui jenis sumber informasi sesuai dengan kebutuhan informasi. Berdasarkan data di atas


(50)

disimpulkan bahwa pada umumnya mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital memiliki kemampuan mengetahui jenis sumber informasi yang sesuai dengan kebutuhannya. Sebagian kecil tidak memiliki kemampuan mengetahui jenis sumber informasi sesuai dengan kebutuhan informasi.

Sumber informasi terdiri dari bermacam-macam baik bentuk elektronik maupun bentuk tercetak. Bentuk cetak dapat diperoleh pada perpustakaan, toko buku dan pusat-pusat informasi lainnya. Bentuk cetak misalnya buku, jurnal majalah, ensiklopedi, kamus, laporan penelitian dan lain-lain. Bentuk elektronik dapat diperoleh pada layanan internet. Bentuk elektronik misalnya jurnal online, artikel online, buku online , CD-ROM dan lain-lain.

Tabel 5. Kemampuan memperhatikan kriteria sumber informasi

Nomor pertanyaan 4 Jawaban Responden

Ya Persentase Tidak Persentase

Kemampuan memperhatikan kriteria sumber informasi seperti kesesuaian topik, sumber

informasi terpercaya dan terbaru

91 92,8% 6 7,2%

Berdasarkan tabel di atas dapat diintrerpretasikan pada umumnya (92,8%) mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital memperhatikan kriteria sumber informasi misalnya kesesuaian topik, sumber informasi terpercaya dan terbaru dan sebagian kecil (7,2%) tidak memperhatikan kriteria sumber informasi.

Hal ini sesuai dengan pilar kedua literasi informasi. Seorang mahasiswa dikatakan literat apabila memiliki kemampuan mengetahui kriteria sumber informasi. Berdasarkan data di atas disimpulkan bahwa pada umumnya mahasiswa telah memiliki kemampuann memperhatikan kriteria sumber informasi.

Kriteria sumber informasi terdiri dari tiga yaitu relevan (kesesuaian) yaitu sejauh mana informasi yang dikandung suatu sumber informasi sesuai dengan masalah yang dibahas. Kriteria yang kedua kredibilitas (kepercayaan) yaitu


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis mengambil kesimpulan yaitu persentase rata-rata literasi informasi mahasiswa S2 pascasarjana pada Layanan Digital Perpustakaan USU adalah 74,38%. Sehingga pilar literasi informasi mahasiswa S2 pascarjana pengguna Layanan Digital Perpustakaan USU berada pada pilar keenam yaitu kemampuan mengorganisasikan informasi, menerapkan dan mengkomunikasikan informasi.

Rincian hasil penelitian ini sebagai berikut:

1. Kemampuan yang dimiliki mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital dalam mengetahui kebutuhan informasi sudah baik. Dimana seluruh mahasiswa telah memilih langkah awal yang benar sebelu m melakukan pencarian informasi yaitu mengidentifikas i informasi sebelum melakukan pencarian (100%). Kemampuan merumuskan topik permasalahan terlebih dahulu ketika akan mencari informasi (86,7%).

2. Ke ma mpuan me nget ahui su mber info rmas i ya ng re leva n, dapat disimpulkan pada umumnya mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital mengetahui sumber informasi yang sesuai dengan informasi yang dibutuhkan (89,7%). Mahasiswa juga memperhatikan kriteria sumber informasi seperti kesesuian topik, sumber informasi terpercaya dan terbaru (92,8%).

3. Kemampuan membangun strategi penelusuran, dapat disimpulkan dimana pada umumnya mahasiswa pascasarjana pada layanan digital mampu merumuskan topik permasalahan untuk mencocokkan dengan sumber informasi yang dipilih (87,7%). Kemampuan memahami teknik atau strategi pencarian


(2)

disimpulkan hampir setengah mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital mengetahui lokasi informasi misalnya web (URL), nama e-journal sebelum melakukan pencarian informasi (42,8%). Kemampuan menggunakan startegi penelusuran misalnya operator boolean (and, or, not) (26,5%).

5. Kemampuan membandingkan dan mengevaluasi informasi dapat disimpulkan pada umumnya mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital mampu membandingkan informasi yang sudah diperoleh dengan informasi yang ditemukan (89,7%). Dan kemampuan mengevaluasi informasi sebelum men-download-nya atau menyimpannya (85,7%). 6. Kemampuan mengorganisasikan, menerapkan dan mengkomunikasikan

informasi dapat disimpulkan pada umumnya mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital mengelompokkan informasi yang diperoleh pada saat menyimpannya (78,5%). Kemampuan menggunakan informasi yang diperoleh untuk memcahkan masalah misalnya mengerjakan tugas (96,9%). Kemampuan mengkomunikasikan informasi kepada orang lain misalnya mendiskusikan (78,6%).

7. Kemampuan menciptakan pengetahuan baru dalam hal menciptakan karya dapat disimpulkan sebagian besar mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital menciptakan suatu karya dari informasi yang diperoleh (59,1%). Kemampuan mempublikasikan karya ilmiah tidak baik yaitu hanya sebagian kecil (15,3%) mahasiswa S2 pascasarjana pada layanan digital yang mempublikasikan karyanya.


(3)

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, penulis mengajukan saran Diharakan kepada pustakawan melakukan pendidikan pemakai terutama untuk pilar keempat dalam hal mengetahui lokasi informasi misalnya alamat web, journal berada dan strategi penelusuran informasi misalnya dengan menggunakan operator boolean dan strategi penelusuran lainnya..

DAFTAR PUSTAKA


(4)

Angeley, Robin dan Purdue, Jeff. 2000. Information Literacy: an Overview.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Association of College & Research Libraries (ACRL). 2000. Information Literacy Competency Standards for Higher Education.

tanggal 3 Januari 2010.

Breivik, Patricia S. 1991. Literacy in an Information Society. <www.libraryinstruction.com/informationliteracy2.htm>. Diakses tanggal 30 Februari 2010.

Bruce, Christine, Philip, Candy dan Kelmut, Klaus. 2003. Seven Faces of Information Literacy: Towards Inviting Students Into New Experiences. <http://crm.hct.ac.ae/events/archive/2003/speakers/bruce.pdf>. Diakses tanggal 3 Maret 2010.

Bundy, Alan. 2004. Australian and New Zealand Information Literacy

Framework: Principles, Standards and Practice.

Dewiyana, Himma. 2009. Hubungan Promosi dan Pemasaran Jasa dengan Pemanfaatan Layanan Digital Perpustakaan USU. Medan: USU.

Eisenberg, Mike. 2007. What is the Big 6. tanggal 3 Maret 2010.

Garner. 2006. High-Level Colloquium on Information Literacy and Lifelong Learning September 2009.

Gunawan, Agustin Widya, dkk. 2008. “ 7 Langkah Literasi Informasi: Knowledge Managemen”. Jakarta: Universitas Atmajaya.


(5)

Hadi, Sutrisno. 1981. Metode Research. Yogyakarta: Yayasan Penelitian Fakultas Psikologi UGM.

Hancock, Vicke.E. 2004. Information Literacy for Lifelong Learning. <http://www.ericdigests.org/lifelong.htm>. Diakses tanggal 3 Maret 2010. Hasugian, Jonner. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Medan:

USU Press

Jesus, Lau and Ralph, Catts. 2008. Towards Information Literacy Indicators

Diakses

tanggal 30 Februari 2010.

Kuhlthau, Carol Collier. 2004. Seeking Meaning: a Process Approach to Library and Information Service. America: Libraries Unlimited.

Kuhlthau, Carol Collier.1987. Information Skills for Information Society a Review of Research: an Eric Information Analysis Product. tanggal 3 Maret 2010.

Nasution, Listika. 2009. Literasi Informasi Program Studi Ilmu Perpustakaan (S-1) Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara: Smester VII/T.A 2009/2010. Medan: USU.

Pendit, Putu Laxmana. 2007. Perpustakaan Digital Perguruan Tinggi: Tantangan Peningkatan Kualitas Jasa. http//www.infolit.com. Diakses tanggal 20 Februari 2010

Reitz M, Joan. 2004. Dictionary Library and Information Science. Amerika: Libraries Unlimited.

Society of College, National and University Libraries (SCONUL). 2007. Information Skill in Higher Education: a SCONUL Position paper.

Diakses tanggal 22 Februari 2010


(6)

Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung. Alfabeta.

Supardi, A. 1979. Statistik. Bandung: Fakultas Tarbiah IAIN Sunan Gunung Jati. UNESCO. 2005. Information Literacy.

Diakses tanggal 3 Maret 2010.

Wijetunge, Pradeepa dan Alahakoon, Uditha. 2005. Empowering 8: the Information Literacy Model Developed in SriLanka to Underpin Changing Education Paradigms of Sri Lanka

Diakses tanggal 30 Agustus 2009. Wikipedia. 2008. Information Literacy.

Maret 2010