Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu

(1)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

ANALISIS KEANDALAN DAN PENENTUAN PERSEDIAAN OPTIMAL KOMPONEN SLUDGE SEPARATOR DI PT. PERKEBUNAN

NUSANTARA IV UNIT PABATU

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari TUGAS SARJANA

Syarat-syarat Penulisan Tugas Sarjana

Oleh:

CHARLES H. NABABAN NIM: 060423009

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(2)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

ANALISIS KEANDALAN DAN PENENTUAN PERSEDIAAN OPTIMAL KOMPONEN SLUDGE SEPARATOR DI PT. PERKEBUNAN

NUSANTARA IV UNIT PABATU

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Penulisan Tugas Sarjana

Oleh :

CHARLES H. NABABAN NIM: 060423009

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

(Ir. H A Jabbar M Rambe, M.Eng) (Ir. Dini Wahyuni, MT)

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(3)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan berkat, kasih, dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas sarjana ini tepat pada waktunya. Adapun Tugas sarjana ini diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan studi pada Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Judul dari tugas sarjana ini adalah “Analisis Keandalan dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu”. Penulis memilih judul ini karena penulis ingin membantu perusahaan untuk mengetahui sejauh mana kondisi suatu mesin apakah mesin tersebut masih handal atau tidak yang berkaitan erat dengan penentuan kebutuhan komponen berdasarkan laju kerusakannya sehingga dapat ditentukan kebutuhan

spare part per tahunnya. Tugas sarjana ini merupakan sarana bagi penulis untuk

melakukan studi terhadap salah satu permasalahan nyata dalam perusahaan.

Penulis menyadari bahwa sepenuhnya tugas sarjana ini masih banyak kekurangan dikarenakan keterbatasan waktu dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kebaikan tugas sarjana ini. Semoga tugas sarjana ini bermanfaat bagi kita semua.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Medan, November 2009

Penulis,


(4)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

UCAPAN TERIMAKASIH

Selama penyusunan laporan tugas sarjana ini, penulis banyak mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini dengan hati yang tulus penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak/Ibu Dosen Departemen Teknik Industri atas ilmu dan nasehat yang diberikan selama mengikuti perkuliahan.

2. Ketua Departemen Teknik Industri yaitu Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT dan Staff pegawai Departemen Teknik Industri.

3. Bapak Ir. Abdul Jabbar M. Rambe, M.Eng. sebagai dosen pembimbing I dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini, yang telah menyediakan waktu dan perhatian untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas sarjana ini. 4. Ibu Ir. Dini Wahyuni, MT. Sebagai dosen pembimbing II dalam penyelesaian

tugas sarjana ini, yang telah banyak membantu dan membimbing penulis. 5. Bapak Rudy Simatupang selaku pembimbing penulis di PT. Perkebunan

Nusantara IV Unit Pabatu dan seluruh karyawan PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian tugas sarjana ini.

6. Bapak Ir. Mohd Nur Hutabarat selaku Manager PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu yang telah mengizinkan dan membantu penulis dalam melakukan penelitian tugas sarjana ini.


(5)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

7. Kedua orang tua saya M. Nababan dan A. Br. Pasaribu yang selalu memberikan dukungan doa, moral dan material kepada saya sehingga saya selalu termotivasi dalam menyelesaikan tugas sarjana ini.

8. Abang Iparku M. Hutahaean dan kakakku Ida Br. Nababan, Kakakku Lenni Br Nababan, adekku Sahala Tua Nababan, dan Kirim Wilson Nababan yang telah memberikan dukungan moral dan material kepada penulis dalam menyelesaikan tugas sarjana ini.

9. Kawan seperjuangan dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di PT. Perkebunan Nusantara Unit Pabatu (Rizki, K Marta, Raja, dan Aulia), dan rekan satu angkatan B Darma, Dorkas, Romas, Yanti, Parhan, Anto, jozz dll.

Demikian ucapan terimakasih ini saya sampaikan, semoga Tuhan memberkati.


(6)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL ... xxii

DAFTAR GAMBAR ... xxiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xxvii

RINGKASAN ... xxviii

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I-1 1.2. Perumusan Masalah ... I-2 1.3. Tujuan Penelitian ... I-3 1.4. Manfaat Penelitian ... I-3 1.5. Pembatasan Masalah... I-4 1.6. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana ... I-4

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2 2.3. Lokasi Perusahaan ... II-2 2.4. Pemasaran ... II-5


(7)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

2.4.2. Segmen Pasar ... II-6 2.4.3. Strategi Pemasaran ... II-6 2.5. Organisasi dan Manajemen Perusahaan ... II-7 2.5.1. Struktur Organisasi ... II-7 2.5.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-9 2.6. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam kerja ... II-9 2.6.1. Jumlah Tenaga Kerja ... II-9 2.6.2. Jam Kerja ... II-10 2.7. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Yang Digunakan ... II-12 2.7.1. Sistem Pengupahan ... II-12 2.7.2. Fasilitas yang Digunakan ... II-12 2.8. Proses Produksi ... II-13 2.8.1. Standar Mutu Bahan Baku Produk ... II-13 2.8.1.1. Standard Mutu Bahan Baku ... II-13 2.8.1.2. Standard Mutu Produk ... II-15 2.8.2. Bahan-bahan yang Digunakan ... II-15 2.8.2.1. Bahan Baku ... II-15 2.8.2.2. Bahan Penolong ... II-16

2.8.2.3. Tambahan ... II-17 2.8.3. Uraian Proses Produksi ... II-18 2.8.3.1. Proses Pengolahan MInyak Sawit ... II-18


(8)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

2.8.3.2. Proses Pengolahan Inti Sawit ... II-30 2.8.4. Mesin dan Peralatan ... II-35

III LANDASAN TEORI

3.1. Ruang Lingkup Kegiatan Perawatan ... III-1 3.1.1. Pengertian Perawatan ... III-1 3.1.2. Tujuan Kegiatan Perawatan ... III-2 3.1.3. Jenis-jenis Tindakan Perawatan (Maintenance) ... III-2 3.2. Teori Keandalan (Reliability) ... III-4 3.2.1. Defenisi Keandalan (reliability) ... III-4 3.2.2. Manfaat Keandalan (reliability) ... III-6 3.2.3. Metoda Analisis ... III-6 3.2.4. Konsep Reliability ... III-6 3.3. Pola Distribusi Reliability ... III-9 3.4. Siklus Hidup dan Laju Kerusakan Komponen ... III-12 3.5. Uji Kecocokan Distribusi ... III-14 3.6. Sistem Persediaan ... III-17 3.6.1. Pengertian dan Ruang Lingkup Persediaan ... III-17 3.6.2. Fungsi Persediaan ... III-18 3.6.3. Klasifikasi Masalah Persediaan ... III-19 3.6.4. Jenis-jenis Sistem Persediaan ... III-21


(9)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

3.7. Identifikasi Material Menggunakan Analisis Klasifikasi ABC ... III-22 3.8. Hubungan Reliability dengan Persediaan ... III-24 3.9. Penentuan Persediaan Suku Cadang Berdasarkan Reliability .... III-25

IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian ... IV-3 4.2. Studi Pendahuluan ... IV-3 4.3. Studi Literatur ... IV-3 4.4. Identifikasi Masalah ... IV-4 4.5. Objek Penelitian ... IV-4 4.6. Pengumpulan Data ... IV-5 4.7. Pengolahan Data ... IV-6 4.7.1. Pemilihan Komponen Kritis Dengan Metoda ABC ... IV-8 4.7.2. Pengujian Distribusi Waktu Antar Kerusakan ... IV-8 4.7.3. Penentuan Parameter Distribusi Waktu Antar Kerusakan Dan Fungsi-fungsi Keandalan ... IV-9 4.7.4. Penentuan Jumlah Persediaan ... IV-10 4.7.5. Penentuan Jumlah Pemesanan (Q*) dan Titik

Pemesanan Kembali ... IV-10 4.8. Analisa Data ... IV-11 4.8. Kesimpulan Dan Saran ... IV-11


(10)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Data Waktu Terjadinya Kerusakan Komponen Mesin

Sludge Separator ... V-1 5.1.2. Daftar Harga Komponen Mesin Sludge Separator ... V-3 5.2. Pengolahan Data ... V-4 5.2.1. Penentuan Komponen Kritis Dengan Metoda ABC ... V-5 5.2.2. Penentuan Fungsi Keandalan/reliability ... V-10

5.2.2.1. Nilai Keandalan Berdasarkan Distribusi

Kumulatif ... V-10 5.2.2.2. Penentuan Parameter Distribusi Weibull ... V-11

5.2.2.2.1. Penentuan Parameter Distribusi Weibull

Untuk Komponen Bowl Spindle,

Pn 67347-00 ... V-12

5.2.2.2.2. Penentuan Parameter Distribusi Weibull

Untuk Komponen Paring Disc,

Pn, 528537-02 ... V-14

5.2.2.2.3. Penentuan Parameter Distribusi Weibull

Untuk Komponen Friction pad &

Screw 76282 lbg 4 ... V-16


(11)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

Untuk Komponen Nozzle Q 1,60 mm

Pn 534149.83 ... V-18

5.2.2.3. Uji Distribusi Weibull ... V-20

5.2.2.3.1. Uji Kerusakan Distribusi Weibull

Untuk Spare Part Bowl Spindle

Pn 67347-00 ... V-22

5.2.2.3.2. Uji Kerusakan Distribusi Weibull

Untuk Spare Part Paring Disc

Pn 528537-02 ... V-23

5.2.2.3.3. Uji Kerusakan Distribusi Weibull

Untuk Spare Part Friction Pad &

Screw 76282 Lbg 4 ... V-25

5.2.2.3.4. Uji Kerusakan Distribusi Weibull

Untuk Spare Part Nozzle Q 1,60 mm

Pn 534149.83 ... V-27

5.2.2.4. Penentuan Konsep Keandalan ... V-29

5.2.2.4.1. Konsep Keandalan Bowl Spindle

5.2.2.4. Penentuan Konsep Keandalan ... V-30

5.2.2.4.1. Konsep Keandalan Bowl Spindle

Pn 67347-00 ... V-30


(12)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

Pn 528537-02 ... V-35

5.2.2.4.3. Konsep Keandalan Friction Pad &

Screw 76282 Lbg 4 ... V-40

5.2.2.4.4. Konsep Keandalan Nozzle Q 1,60 mm

Pn 534149.83 ... V-45

5.2.2.5. Jumlah Kebutuhan Komponen ... V-50

5.2.2.5.1. Jumlah Kebutuhan Untuk Bowl

Spindle Pn 67347-00 ... V-50

5.2.2.5.2. Jumlah Kebutuhan Untuk Paring

Disc Pn 528537-02 ... V-51

5.2.2.5.3. Jumlah Kebutuhan Untuk Friction

& Screw 76282 Lbg 4 ... V-52

5.2.2.5.4. Jumlah Kebutuhan Untuk Nozzle Q

1,60 mm Pn 534149.83... V-53

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis Data Kerusakan Spare Part ... VI-1 6.2. Analisis Parameter Distribusi Kerusakan ... VI-2 6.3. Analisis Keandalan Spare Part ... VI-3 6.4. Analisis Pemesanan Optimal dan Titik Pemesanan Kembali .... VI-4 6.4.1. Komponen Bowl Spindle Pn 67347-00 ... VI-4


(13)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

6.4.2. Komponen Paring Disc Pn 528537-02... VI-5 6.4.3. Komponen Friction Pad & Screw 76282 Lbg 4 ... VI-6 6.4.4. Komponen Nozzle Q 1,60 mm, Pn 534149.83 ... V-8

VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan ... VIII-1 8.2. Saran ... VIII-2

DAFTAR PUSTAKA


(14)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Jarak Unit Kebun Pabatu ... II-4 2.2. Luas Areal Unit Kebun Pabatu Tahun 2008 ... II-4

2.3. Jumlah Tenaga Kerja PT. Perkebunan Nusantara IV Pada

Tanaman Kelapa Sawit Unit Kebun Pabatu ... II-9 2.4. Jumlah Tenaga Kerja PT. Perkebunan Nusantara IV Di Pabrik

Pengolahan Kelapa Sawit Unit Kebun Pabatu ... II-10 2.5. Spesifikasi Fraksi TBS ... II-14 2.6. Standar Kematangan Buah... II-14 2.7. Standar Koalitas Minyak Dan Inti ... II-15 5.1. Daftar Komponen Mesin Sludge Separator ... V-2 5.2. Daftar Rata-rata Penggunaan Dan Biaya Per Unit Spare Part

Mesin Sludge Separator Yang Sering Mengalami Kerusakan ... V-3 5.3. Analisa Spare Part ... V-6 5.4. Analisa Persentase Nilai Komponen ... V-7 5.5. Kalisifikasi Komponen Menurut Konsep ABC ... V-9 5.6. Menentukan Nilai Parameter Komponen Bowl Spindle

Pn 67347-00 ... V-13 5.7. Menentukan Nilai Parameter Komponen Paring Disc,

Pn 528537-02 ... V-15 5.8. Menentukan Nilai Parameter Komponen Friction Pad & Screw


(15)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

76282 Lbg 4 ... V-17 5.9. Menentukan Nilai Parameter Komponen Nozzle Q 1,60 mm,

Pn 534149.83 ... V-19 5.10. Uji Kerusakan Distribusi Weibull 2 Parameter Untuk Komponen

Bowl Spindle Pn 67347-00 ... V-22 5.11. Uji Kerusakan Distribusi Weibull 2 Parameter Untuk Komponen

Paring Disc Pn 528537-02 ... V-24 5.12. Uji Kerusakan Distribusi Weibull 2 Parameter Untuk Komponen

Nozzle Q 1,60 mm Pn 534149.83 ... V-26 5.13. Uji Kerusakan Distribusi Weibull 2 Parameter Untuk Komponen

Bowl Spindle Pn 67347-00 ... V-28 5.14. Nilai-nilai Fungsi Keandalan Komponen Bowl Spindle

Pn 67347-00 ... V-31 5.15. Nilai-nilai Fungsi Keandalan Komponen Paring Disc

Pn 528537-02 ... V-36 5.16. Nilai-nilai Fungsi Keandalan Komponen Friction Pad & Screw

76282 Lbg 4 ... V-41 5.17. Nilai-nilai Fungsi Keandalan Komponen Nozzle Q 1,60 mm

Pn 534149.83 ... V-46 6.1. Hasil Uji Distribusi Spare Part Mesin Sludge Separator ... VI-2 6.2. Nilai Parameter Distribusi Spare Part Mesin Sludge Separator .... VI-2


(16)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

6.3. Analisis Keandalan Untuk Persediaan Optimal Per Tahun ... VI-3 6.4. Persediaan Sealam Lead Time Untuk Pemesanan Kembali ... V-9


(17)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Unit Kebun Pabatu ... II-8 3.1. Kurva Reliability ... III-10 3.2. Siklus Hidup Komponen ... III-13 3.3. Kurva Hubungan Persediaan Dengan Reliability... III-25 4.1. Block Diagram Tahapan Penelitian ... IV-2

4.2. Flow Chart Pengolahan dan Pengumpulan Data ... IV-7

5.1. Grafik Analisa Pareto ... V-10 5.2. Grafik Distribusi Weibull Untuk Fungsi Kepadatan

Probabilitas Komponen Bowl Spindle Pn 67347-00 ... V-32 5.3. Grafik Distribusi Weibull Untuk Fungsi Distribusi

Kumulatif Komponen Bowl Spindle Pn 67347-00 ... V-32 5.4. Grafik Distribusi Weibull Untuk Fungsi Keandalan

Komponen Bowl Spindle Pn 67347-00 ... V-33 5.5. Grafik Distribusi Weibull Untuk Fungsi Laju

Kerusakan Komponen Bowl Spindle Pn 67347-00 ... V-33 5.6. Grafik Distribusi Weibull Untuk Fungsi Kepadatan

Probabilitas Komponen Paring Disc Pn 528537-02 ... V-37 5.7. Grafik Distribusi Weibull Untuk Fungsi Distribusi


(18)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

GAMBAR HALAMAN

5.8. Grafik Distribusi Weibull Untuk Fungsi Keandalan

Komponen Bowl Paring Disc Pn 528537-02 ... V-38 5.9. Grafik Distribusi Weibull Untuk Fungsi Laju

Kerusakan Komponen Paring Disc Pn 528537-02 ... V-38 5.10. Grafik Distribusi Weibull Untuk Fungsi Kepadatan

Probabilitas Komponen Friction Pad & Screw 76282 Lbg 4 ... V-42 5.11. Grafik Distribusi Weibull Untuk Fungsi Distribusi

Kumulatif Komponen Friction Pad & Screw 76282 Lbg 4 ... V-42 5.12. Grafik Distribusi Weibull Untuk Fungsi Keandalan

Komponen Friction Pad & Screw 76282 Lbg 4 ... V-43 5.13. Grafik Distribusi Weibull Untuk Fungsi Laju

Kerusakan Komponen Friction Pad & Screw 76282 Lbg 4 ... V-43 5.14. Grafik Distribusi Weibull Untuk Fungsi Kepadatan

Probabilitas Komponen Nozzle Q 1,60 mm Pn 534149.83 ... V-47 5.15. Grafik Distribusi Weibull Untuk Fungsi Distribusi

Kumulatif Komponen Nozzle Q 1,60 mm Pn 534149.83... V-47 5.16. Grafik Distribusi Weibull Untuk Fungsi Keandalan

Komponen Nozzle Q 1,60 mm Pn 534149.83 ... V-48 5.17. Grafik Distribusi Weibull Untuk Fungsi Laju


(19)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1 Uraian Tugas Dan Tanggung Jawab Masing-masing Jabatan

Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu... L-1 2 Mesin Dan Peralatan Yang Digunakan Pada Proses Pengolahan

Kelapa Sawit Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu ... L-9 3. Gambar Spesifikasi Mesin Sludge Separator... L-18 4. Data Terjadinya Kerusakan Komponen Mesin Sludge Separator .. L-22 5. Tabel Uji Kecocokan Distribusi Kolmogorov-Smirnov... L-28 6. Surat Permohonan Tugas Sarjana... L-29 7. Berita Acara Laporan Tugas Sarjana Pembimbing I... L-31 8. Berita Acara Laporan Tugas Sarjana Pembimbing II... L-32 9. Surat Keputusan Tugas Akhir Mahasiswa... L-33 10 Surat Balasan Pabrik PT. Perkebunan Nusantara

IV Unit Pabatu... L-34


(20)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

RINGKASAN

PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Pabatu merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang pengolahan kelapa sawit menjadi CPO. Kelancaran proses produksi merupakan tuntutan utama yang harus dipenuhi agar target perusahaan dapat tercapai. Namun proses produksi pada perusahaan ini sering mengalami kendala dalam bentuk tidak berjalannya sistem dengan semestinya. Hal ini disebabkan adanya kerusakan pada mesin atau menunggu datangnya unit pemesanan/suku cadang yang dipesan untuk menggantikan spare part yang mengalami kerusakan. Akibat dari hal ini waktu penyelesaian produk yang telah disepakati tidak terpenuhi.

Selama ini PT. Perkebunan Nusantara IV unit Pabatu dalam penerapan sistem perawatan perusahaan belum menerapkan konsep keandalan. Mesin mendapatkan perawatan setelah mesin mengalami kerusakan (corrective

maintenance), selain itu dalam menentukan jumlah persediaan suku cadang

perusahaan tidak memiliki konsep persediaan tersendiri. Pemesanan dilakukan berdasarkan perkiraan-perkiraan saja yaitu berdasarkan pada permintaan yang selama ini terjadi.

Penelitian ini dilakukan terhadap mesin sludge separator dengan memperhitungkan nilai fungsi laju kerusakan, fungsi keandalan komponen kritis saat berproduksi dalam kondisi dan jangka waktu tertentu. Data yang dikumpulkan adalah data pemakaian dan data kerusakan suku cadang sepanjang tahun 2007-2008 serta harga pembelian per unit suku cadang Oleh karena itu untuk memecahkan permasalahan ini perlu dilakukan suatu metode perawatan terencana (corrective maintenance) dengan pendekatan metode reliability (keandalan) dalam menentukan jumlah persediaan suku cadang yang optimal yang harus dipesan. Data tersebut diolah menggunakan metode reliability dengan menerapkan fungsi laju kerusakan distribusi Weibull untuk menentukan jumlah persediaan komponen kritis dalam jangka waktu satu tahun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua komponen kritis berdistribusi Weibull. Berdasarkan komponen kritis yang telah ditentukan dengan metode ABC dikaitkan dengan fungsi laju kerusakan pada metode reliability maka persediaan untuk komponen kritis selama periode waktu satu tahun (360 hari) untuk masing-masing komponen kritis adalah Bowl Spindle sebanyak 3 unit (Pemesanan Optimal (Q*) = 1unit/pesan, titik Pemesanan kembali (r) = 1 unit) = 3,2838, Paring Disc sebanyak 2 unit (Q* = 1 unit/pesan, r = 1 unit) = 2,6546, Friction Pad & Screw sebanyak 4 unit (Q*= 3 unit/pesan, r = 1 unit) = 1,5576, V Nozzle Q 1,60 mm 3 unit (Q*= 1 unit/pesan, r = 1 unit) = 2,0970.

Hasil analisa dari keempat komponen berada pada kondisi wear out

(

β >1

)

hal ini menunjukkan bahwa laju kerusakan setiap komponen diatas meningkat seiring dengan kenaikan waktu. Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan alternatif solusi bagi PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu dalam kegiatan perawatan mesin produksi.


(21)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang pengolahan kelapa sawit menjadi CPO. Proses produksi pada perusahaan ini sering mengalami kendala dalam bentuk tidak bekerjanya sistem yang disebabkan adanya kerusakan mesin produksi atau menunggu datangnya unit mesin/komponen yang dipesan/dibeli untuk menggantikan komponen yang rusak. Sementara itu kelancaran proses produksi merupakan tuntutan utama yang harus dipenuhi agar target perusahaan dapat tercapai.

Perusahaan dalam proses produksi menggunakan banyak jenis dari mesin produksi. Pada penelitian ini objek yang diamati adalah mesin sludge separator, karena mesin ini yang paling sering mengalami kerusakan, dan mengakibatkan terjadinya gangguan dalam aliran proses produksi. Dalam aliran proses produksi mesin sludge separator memiliki peranan yang tinggi yaitu memisahkan minyak dari cairan dan ampas dari sludge separator yang berasal dari mesin desanding

cyclone. Kerusakan mesin ini mengakibatkan sludge tidak dapat dikutip

minyaknya dan terjadinya bottleneck pada desanding cyclone.

Selama ini PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu (persero) tidak memiliki peranan sistem perawatan yang baik. Mesin dan peralatan mendapatkan penanganan setelah mengalami kerusakan (corrective maintenance) tanpa


(22)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

memperhatikan faktor keandalan dari komponen/spare part mesin tersebut. Selain itu bila terjadi kerusakan pada spare part mesin, perusahaan tidak memiliki persediaan yang cukup untuk menggantikan spare part yang mengalami kerusakan. Selama ini penentuan jumlah parsediaan spare part mesin hanya dengan menggunakan perkiraan berdasarkan permintaan masa lalu.

Untuk itu perlu dilakukan pengendalian persediaan spare part yang ditentukan berdasarkan tingkat keandalan, kebutuhan dan ongkos-ongkos persediaann dari komponen/spare part. Dilihat dari segi biaya, bahwa barang yang menunggu di gudang terlalu lama merupakan beban bagi suatu perusahaan yaitu ongkos dari gudang itu sendiri, depresiasi barang dan gudang.

Investasi persediaan spare part memerlukan biaya yang tinggi, tetapi dilain pihak spare part harus siap sedia di gudang untuk kelangsungan proses pelayanan perbaikan (maintenance) dan pergantian tanpa gangguan kekurangan. Bila tingkat persediaan rendah akan mengganggu kelancaran produksi yang menyebabkan kerugian yang lebih tinggi.

1.2. Perumusan Masalah

Mesin produksi memiliki komponen-komponen spare part yang dalam aktifitas operasionalnya akan mengalami kerusakan sampai jangka waktu tertentu. Kerusakan mesin produksi dapat mengganggu kelancaran proses produksi yang akan menyebabkan kerugian sebab tidak tercapainya target perusahaan. Faktor keandalan perlu diperhatikan dari system perawatan, untuk itu perlu dilakukan analisis keandalan dari mesin untuk mengetahui sejauh mana kondisi mesin.


(23)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

Analisis keandalan ini berkaitan erat dengan penentuan persediaan optimal dari komponen mesin. Sebab dengan melakukan analisis keandalan ini nantinya akan mendapatkan ekspektasi kebutuhan jumlah komponen pertahunnya. Dengan mengetahui jumlah kebutuhan komponen dapat ditentukan jumlah persediaan komponen yang optimal yang disimpan di gudang dengan ongkos persediaan yang minimal.

Cadangan komponen dugunakan untuk memungkinkan perbaikan sistem dilakukan secepat mungkin tanpa adanya waktu menunggu akibat pengadaan komponen. Persediaan suku cadang diperlukan baik untuk perawatan terrencana maupun perrencanaan korektif. Disini diperlukan suatu kebijaksanaan penyediaan komponen yang optimal yang memungkinkan komponen tersedia saat dibutuhkan.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian adalah:

1. Mendapatkan gambaran tentang keandalan mesin sludge separator

2. Menetukan jumlah kebutuhan komponen untuk mendukung persediaan

optimal komponen mesin sludge separator.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain:

1. Membantu mahasiswa mengaplikasikan ilmu-ilmu Teknik Industri dalam permasalahan nyata di perusahaan.


(24)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

2. Menjadi bahan masukan bagi perusahaan tentang pentingnya melakukan tindakan perawatan di lantai produksi.

3. Memberikan gambaran bagi perusahan tentang model prilaku kerusakan mesin yang terjadi di perusahaan.

1.5. Pembatasan Masalah

Faktor yang akan selalu menjadi penghalang dan tidak dapat dihindari dalam pelaksanan penelitian adalah faktor waktu, dana, dan keterbatasan fasilitas. Untuk itulah dilakukan pembatasan masalah agar hasil yang diperoleh tidak menyimpang dari tujuan yang diinginkan. Batasan yang digunakan adalah:

1. Objek yang diteliti adalah mesin sludge separator karena perusahan menggunakan jumlah unit mesin yang sangat banyak.

2. Tidak dikaji apa yang menjadi penyebab terjadinya kerusakan.

I.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Agar lebih mudah untuk dipahami dan ditelusuri maka sistematika penulisan tugas sarjana ini akan disajikan dalam beberapa bab sebagai berikut :

BAB I

: PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup dan asumsi yang digunakan.


(25)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini memuat secara singkat dan padat berbagai atribut dari perusahaan yang menjadi objek penelitian, jenis produk dan spesifikasinya, bahan baku, proses produksi, mesin dan peralatan yang digunakan dalam menunjang proses produksi, serta organisasi dan manajemen.

BAB III : LANDASAN TEORI

Menguraikan teori-teori dan pemikiran ilmiah yang diperlukan dalam pemeahan masalah dengan mengacu pada literatur yang digunakan meliputi pengertian perawatan dan ruang lingkup perawatan, konsep keandalan, teori persediaan, dan pemodelan yang dapat menunjang pemecahan masalah..

BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN

Mengemukakan langkah-langkah dan tahapan-tahapan yang akan diambil dalam pemecahan masalah dalam bentuk pengembangan model untuk menentukan model persediaan optimal.

BAB V : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini memuat data-data hasil penelitian yaitu data kerusakan komponen mesin yang diperoleh dari perusahaan, harga komponen, sebagai bahan untuk melakukan pengolahan data dan menjadi dasar pembahasan masalah.

BAB VI : ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

Bab ini memuat perencanaan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam memecahkan masalah serta menganalisis hasil pengukuran,


(26)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

perhitungan persediaan, ekspektasi keandalan dengan pendekatan metode reliability.

BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan hasil penelitian serta rekomendasi saran-saran yang perlu bagi perusahaan sebagai tindak lanjut hasil penelitian.


(27)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1.Sejarah Perusahaan

Unit Kebun Pabatu berasal dari Hak Konsesi Pabatu Gunung Hataran dan Dolok Merawan milik Handless Vereninging Amsterdam yang diambil alih dan dinasionalisasikan oleh Pemerintah Indonesia dari BOCM pada tahun 1957 dengan luas areal keseluruhan saat itu 6.173,53 hektar. Pada awalnya sampai dengan tahun 1938, Unit Kebun Pabatu adalah perkebunan tembakau yang dikonversi oleh BOCM menjadi perkebunan sawit.

Berdasarkan konstatering No: 110/-PPT/B, Menteri Dalam Negeri Cq. Direktorat Jendral Agraria melalui Surat Keputusan No: 19/HGU/DA/-1976 tanggal 26 Juni 1976, memberikan Hak Guna Usaha kepada PNP-VI atas areal seluas 5.770,07 hektar yang terdiri atas pemeriksaan yang dilakukan oleh Panitia B yang menetapkan bahwa areal tersebut bebas dari penduduk rakyat. Pada tahun 2005 dan 2007 berdasar Keputusan Kepala BPN Nasional dalam SK No: 40/HGU/BPN/2005 tanggal 15 April 2005 dan No: 20-HGU-BPN RI-2007 tanggal 29 Mei 2007 luas areal Kebun Pabatu menjadi 5.754,04 Ha. Unit Kebun Pabatu ditopang oleh Sumber Daya Manusia yang berjumlah: Karyawan Pimpinan 20 orang, Tenaga Pendidik 6 orang, Karyawan Pelaksana 1.470 orang dan Pengamanan 1 orang.


(28)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Perkebunan Nusantara IV (persero) Unit Kebun Pabatu Tebing Tinggi adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit menjadi PKO (Palm Kernel Oil). Kemudian CPO dan PKO tersebut akan dijual kepada perusahaan yang membutuhkan seperti: PT. MUSIM MAS, PT. SAN – Belawan, dan PT. PACIFIC PALMINDO sebagai bahan baku yang akan diolah lebih lanjut.

PT. Perkebunan Nusantara IV (persero) Unit Kebun Pabatu melaksanakan proses produksi dengan jaminan produksi yang memuaskan yang merupakan misi utama dari perusahaan tersebut serta memperhatikan keselamatan dan kesejahteraan para karyawannya dan keharmonisan perusahaan dengan lingkungan sekitarnya.

2.3. Lokasi Perusahaan

Unit Kebun Pabatu berjarak ± 07 Km dari kota Tebing Tinggi dan ± 87 km dari Kota Medan serta ± 40 Km dari Kota Pematang Siantar. Unit Kebun Pabatu berada pada ketinggian ± 300 meter di atas permukaan laut dengan topografi bergelombang, curah hujan berdasarkan data stasiun penakar curah hujan Unit Kebun Pabatu periode s/d Juni 2006 sebesar rata-rata ± 232 mm per tahun dan kelembaban udara 63,70 %.

Batas-batas kebun sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kec.Tebing Tinggi.


(29)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

3. Sebelah Timur berbatasan dengan PTPN-III Kebun Gunung Pamela dan Kebun Bandar Jambu

4. Ditengah-tengah dan pinggir areal kebun terdapat 12 Desa/13 kampung, yaitu

A. Desa ;

1. Desa Kedai Damar, Kec Tebing Tinggi. 2. Desa Penonggol, Kec. Tebing Tinggi. 3. Desa Gunung Kataran, Kec.Tebing Tinggi. 4. Desa Pabatu I, Kec. Dolok Merawan. 5. Desa Pabatu II, Kec. Dolok Merawan 6. Desa Pabatu III, Kec. Dolok Merawan. 7. Desa Pabatu VI, Kec. Dolok Merawan. 8. Desa Naga Kasiangan, Kec. Tebing Tinggi. 9. Desa Bah Damar, Kec. Dolok Merawan. 10. Kelurahan Pabatu, Kodya. Tebing Tinggi. 11. Desa Penggalian, Kec. Tebing Tinggi. 12. Desa Mainu Tongah, Kec. Dolok Merawan.

B. Kampung ;

1. Kampung Baris (Desa Naga Kasiangan). 2. Kampung Gaya Baru (Desa Naga Kasiangan). 3. Kampung Seratius dua (Desa Naga Kasiangan ). 4. Kampung Silahua (Desa Pabatu I).

5. Kampung Kelambir (Desa Pabatu I). 6. Kampung Bangun Jawa (Desa Pabatu VI).


(30)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

7. Kampung Bah Jering (Desa Pabatu VI). 8. Kampung Baru (Desa Pabatu VI).

9. Kampung Paritokan (Desa Mainu Tongah) 10. Kampung Mainu (Desa Mainu Tongah) 11. Kampung Tengah (Desa Mainu Tongah) 12. Kampung Panglong (Desa Penggalian)

13. Kampung Pasar Tengah dan Padang Merbau (Kelurahan Pabatu)

Jarak Unit Kebun Pabatu ke tempat-tempat penting sekitar kebun dan rincian kondisi tanaman, dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Jarak Unit Kebun Pabatu

Uraian Jarak

(km)

Pabatu – Bah Jambi 60

Pabatu–Pematang Siantar 40

Pabatu-Medan 88

Pabatu – Belawan 114

Sumber: PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu

Luas areal Kebun Pabatu tahun 2008 setiap afdeling mulai dari tanaman menghasilkan sampai tanaman berumur 20 tahun keatas terdapat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Luas Areal 2008

AFD TM TBM.III TBM.II TBM.I Lain-lain Jumlah

I 326 396 40 200 962

II 515 240 25 780

III 165 440 133 48 786

IV 363 336 4 703

V 851 7 858

VI 813 8 821

VII 781 63 844

Jumlah 3814 1412 173 355.4 5754.4


(31)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

Ket: TM :Tanaman Menghasilkan

TBMIII :Tanaman berumur 0 – 10 tahun

TBMII :Tanaman berumur 10-20 tahun

TBMI :Tanaman berumur 20 tahun keatas

2.4. Pemasaran

2.4.1. Daerah Pemasaran dan Distribusi Pasar

Pemasaran produk merupakan salah satu bidang yang terpenting dalam perusahaan. Bidang pemasaran mempengaruhi maju mundurnya suatu perusahaan sebab apabila pemasaran produk tersebut berjalan dengan lancar maka perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang optimal.

Pabrik pengolahan sawit dan minyak inti PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu dalam memasarkan produknya tidak menangani secara langsung pelanggan atau konsumen. Pada umumnya perusahaan ini memasarkan produknya ke tiga perusahaan, yaitu: PT MUSIM MAS, PT. SAN–Belawan, dan PT. PACIFIC PALMINDO.

Pelaksanaan rencana penjualan atau pemasaran produk Crude Palm Oil dan Palm Kernel Oil PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Pabatu dan produk lainnya berdasarkan rencana kerja dan anggaran perusahaan. Pengiriman produk dilakukan oleh pihak perusahaan dengan memakai jasa perumka, dan pihak ketiga dengan menggunakan mobil tangki dan kereta api. Pengiriman produk diikat dengan surat perjanjian sehingga perusahaan tersebut harus


(32)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

bertanggung jawab penuh terhadap jumlah dan mutu produk yang dikirim mulai dari pabrik sampai barang yang dimaksud diterima di tempat tujuan.

2.4.2. Segemen Pasar

Suatu organisasi yang beroperasi dalam pasar selalu menyadari bahwa pada hakekatnya pelanggan dalam pasar tidak dapat dilayani secara menyeluruh. Pasar terdiri dari pembeli, dan setiap pembeli berbeda dalam satu hal atau banyak hal. Perbedaan itu dapat berupa keinginan, sumber daya, lokasi maupun perilaku pembeli. Untuk itu perlu dilakukan pemisahan pasar atau disebut juga segmentasi pasar.

Minyak sawit dan minyak inti merupakan barang setengah jadi yang harus dilakukan proses pengolahan lebih lanjut. Oleh karenanya segmen pasarnya adalah industri-industri pengolahan minyak sawit dan minyak inti menjadi produk-produk jadi.

2.4.3. Strategi Pemasaran

Persaingan merupakan faktor yang sangat perlu diperhatikan. Untuk meningkatkan pasar maka perusahaan berusaha untuk meningkatkan teknologi yang digunakannya dalam menghasilkan produk. Perusahaan juga harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Mutu produksi yang sesuai dengan standar minyak mentah Indonesia. b. Melayani pelanggan dengan waktu pelayanan yang tepat.


(33)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

d. Promosi produk ke dalam dan luar negeri yang dilakukan oleh Kantor Perusahaan Bersama.

2.5. Organisasi dan Manajemen Perusahaan 2.5.1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan bagan yang menggambarkan hubungan kerja antara dua orang atau lebih pada suatu tugas yang saling berkaitan untuk pencapaian suatu tujuan tertentu. Struktur organisasi bagi suatu perusahaan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan dan memperlancar jalannya roda perusahaan. Pendistribusian tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawab serta hubungannya satu sama lain pada intinya dapat digambarkan pada suatu struktur organisasi, sehingga para pegawai dan karyawan akan mengetahui dengan jelas apa tugasnya, dari mana ia mendapatkan perintah dan kepada siapa ia harus bertanggung jawab. Dengan adanya struktur organisasi dan uraian tugas yang telah ditetapkan, akan menciptakan suasana kerja yang baik karena akan terhindar dari tumpang tindih dalam perintah dan tanggung jawab.

PTP Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Pabatu mempunyai struktur organisasi yang berbentuk fungsional-lini, dimana untuk posisi top manajerial menggunakan fungsional, sedangkan untuk level bawah menggunakan fungsi lini. Jadi setiap bawahan menerima perintah baik secara lisan maupun tulisan dari seorang atasan yang terkait didalamnya. Struktur organisasi PTPN IV PKS Pabatu dapat dilihat pada gambar 2.1.


(34)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010. MANAJER

K.D. Teknik

Assisten Teknik Sipil Assisten

Teknik II Assisten

Teknik I Assisten Afd I

K.D.Tanaman

K.D. Pengolahan Kelapa Sawit

dan Inti

Assisten Pengolahan II Assisten

Transport

Assisten TU / Gudang Assisten AfdIII

Assisten AfdIV Assisten AfdV

Assisten AfdVII

Assisten Pengolahan I Assisten AfdVI Assisten Afd II

Asisten SDM dan

Umum

Pa. Pam K.D. Tata Usaha

Sawit

Ket : Hubungan lini Fungsional


(35)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

2.5.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Uraian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan di PTP Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Pabatu secara garis besar dapat dilihat pada Lampiran 1.

2.6. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja 2.6.1. Jumlah Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Adapun jumlah karyawan di PTP Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Pabatu diklasifikasikan berdasarkan karyawan pimpinan, karyawan pelaksana, dan tenaga pendidik. Data jumlah karyawan PTP Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Pabatu dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Jumlah Tenaga Kerja PTP Nusantara IV (Persero) PadaTanaman Kelapa Sawit Unit Kebun Pabatu

AFD/BAG Karyawan Pimpinan Karyawan Pelaksana Total

Lk Pr Jlh Lk Pr Jlh

I 1 - 1 65 96 163 165

II 1 - 1 96 58 154 166

III 1 - 1 90 71 161 162

IV 1 - 1 38 32 70 71

V 1 - 1 93 32 125 126

VI 1 - 1 106 29 135 136

VII 1 - 1 72 41 113 114

PPIS 1 - 1 71 3 74 75


(36)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

Tabel 2.4 Jumlah Tenaga Kerja PTP Nusantara IV (Persero) di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Unit Kebun Pabatu

AFD/BAG

Karyawan Pimpinan

Karyawan Pelaksana

Total

AFD/BAG

Karyawan Pimpinan

Karyawan Pelaksana

Total

KDP/KDT 2 - 2 - - - 2

PKS 2 - 2 100 6 106 108

Teknik 2 - 2 213 27 240 242

M. Unit 1 - 1 - - - 1

Dinas TU 1 - 1 19 6 25 26

SDM & U 1 - 1 16 17 33 34

Dinas Tan 2 - 2 5 3 8 10

C. Gudang 1 - 1 7 3 10 11

Pam. 1 - 1 41 - 41 42

Guru SMP 2 3 5 - - - 5

Jumlah 22 3 25 1040 430 1470 `1497

Sumber: PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu

2.6.2. Jam Kerja

Sesuai dengan peraturan DEPNAKER (Departemen Tenaga Kerja) bahwa jam kerja seseorang karyawan adalah 40 jam kerja per minggu, selebihnya diperkirakan jam lembur. Sedangkan pengaturan jam kerja karyawan di PTP Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Pabatu adalah sebagai berikut:

1. Semua karyawan kecuali bagian pengolahan dan pengamanan hari kerjanya adalah Senin – Sabtu, dengan ketentuan jam kerja sebagai berikut:

a. Senin – Kamis

− Jam 06.30 – 09.30 WIB Waktu Kerja (dinas)

− Jam 09.30 – 10.30 WIB Waktu Istirahat

− Jam 10.30 – 15.00 WIB Waktu Kerja (dinas) b. Jum’at


(37)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

− Jam 09.30 – 10.30 WIB Waktu Istirahat

− Jam 10.30 – 12.00 WIB Waktu Kerja (dinas) c. Sabtu

− Jam 06.30 – 09.30 WIB Waktu Kerja (dinas)

− Jam 09.30 – 10.30 WIB Waktu Istirahat

− Jam 10.30 – 12.00 WIB Waktu Kerja (dinas)

2. Bagian pengolahan, jam kerja dibagi atas dua shift setiap harinya dan jam kerja ini melihat situasi buah (TBS) yang tersedia yaitu:

a. Jika buah banyak, diterapkan:

− Shift I :jam 06.30 – 16.00 WIB

− Shift II :jam 16.00 – 06.30 WIB

3. Bagian pengamanan (security), jam kerja dibagi atas tiga shift setiap harinya yaitu:

− Shift I :jam 06.00 – 14.00 WIB

− Shift II :jam 14.00 – 22.00 WIB

− Shift III :jam 22.00 – 06.00 WIB

Untuk bagian security terdiri dari 14 orang pershift dengan pergantian shift seminggu sekali.

2.7. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan 2.7.1. Sistem Pengupahan

Sistem pengupahan pada PT.Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Pabatu ditentukan menurut tingkat golongannya. Bekerja merupakan


(38)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

kegiatan yang dilakukan oleh karyawan dalam hubungan kerja dengan mendapat gaji pokok. Banyak cara atau sistem pembayaran gaji/upah yang digunakan perusahaan, setiap perusahaan memakai sistem yang berbeda-beda. Dengan dasar tersebut akan membawa keuntungan bagi perusahaan tanpa merugikan karyawan.

Gaji pokok merupakan imbalan berupa uang yang diterima setiap bulan oleh karywan dari perusahaan atas tugas atau pekerjaan yang dilakukan, tidak termasuk tunjangan, santunan sosial, dan penerimaan lain yang tidak tetap.

2.7.2. Fasilitas Yang Digunakan

1. Jaminan Sosial Tenaga Kerja

PTP Nusantara IV Unit Kebun Pabatu memberikan asuransi jaminan sosial tenaga kerja jika terjadi sesuatu yang menyebabkan kecelakaan tenaga kerja. 2. Pemberian Cuti

Perusahaan memberikan cuti tahunan atau cuti hari besar agama dan cuti sakit kepada karyawan.

3. Tunjangan Hari Besar Agama

Perusahaan memberikan tunjangan hari besar agama kepada karyawan. 4. Fasilitas Kerja

Fasilitas yang disediakan perusahaan diantaranya: a. Perumahan untuk karyawan

b. Rumah sakit c. Listrik dan air d. Sekolah


(39)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

Untuk menunjang kelancaran tugasnya perusahaan juga menyediakan peralatan-peralatan yang dibutuhkan oleh karyawan untuk meningkatkan keselamatan kerja seperti :

a. Safety shoes

b. Hand gloves

c. Alat pemadam api d. Helm

e. Masker

f. Kacamata pelindung, dll.

2.8. Proses Produksi

2.8.1. Standar Mutu Bahan Baku dan Produk 2.8.1.1. Standard Mutu Bahan Baku

Tandan buah sawit yang diterima di pabrik hendaknya memenuhi persyaratan bahan baku, yaitu tidak menimbulkan kesulitan dalam proses ekstraksi minyak dan inti sawit. Sebelum buah diolah tandan yang telah tiba di pabrik perlu dilketahui mutunya dengan cara visual, yang dapat dilakukan di tempat penerimaan buah. Pengujian atau sortasi panen sebaiknya dilakukan pada setiap truk yang tiba di pabrik, akan tetapi hal ini dianggap tidak ekonomis. Oleh sebab itu sortasi panen dapat dilakukan secara acak, yaitu 10% terhadap truk yang diterima atau minimum satu truk untuk setiap afdeling. Jika jumlah 10% sampling dianggap terlalu besar dapat diatasi dengan mengambil 50% isi truk. Penilaian


(40)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

terhadap mutu TBS didasarkan pada standard fraksi tandan dimana spesifikasi fraksi TBS seperti terlihat pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5. Spesifikasi fraksi TBS

Parameter Standard (%)

Fraksi 00 Nihil

0 Nihil

Buah Normal : (F1,F2,F3,F4,F5) 100%

% Brondolan Pengutipan Maksimal

Tandan Kosong 0

Buah Busuk 0

Tandan Bertangkai Panjang 0

Sumber: PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu

Kegiatan pengolahan menginginkan buah dengan fraksi 1, 2, dan 3. Hal ditetapkan karena fraksi ini memiliki mutu minyak yang baik dengan tingkat ekstraksi minyak yang optimal dimana standard kematangan buahnya seperti pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6. Standar Kematangan Buah Fraksi Persyaratan Sifat-sifat

fraksi

Jumlah Brondol

Fraksi 00 (F-00) (0,0%) Sangat Mentah Tidak ada warna

Fraksi 0 (F-0) Maks.3,0% Mentah 1-12,5% buah luar

Fraksi 1 (F-1) Kurang matang 12,5-25% buah luar

Fraksi 2 (F-2) 85,0% Matang 25-50% buah luar

Fraksi 3 (F-3) Matang 50-75% buah luar

Fraksi 4 (F-4) Maks.

10,0%

Lewat matang 75-100% buah luar

Fraksi 5 (F-5) Maks.2,0% Terlalu matang Buah ikut membrondol

% Brondolan 9,5%


(41)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

2.8.1.2. Standar Mutu Produk

Standar mutu produk minyak dan inti sawit seperti pada Tabel 2.7.

Tabel 2.7. Standard kualitas minyak dan inti

Karakteristik Batas-batas

Kualitas Minyak sawit

Kualitas Asam Lemak Bebas < 3,5% dan < 4,0%

Kadar air < 0,1%

Kadar kotoran < 0,10%

Deteration of Bleach Ability Index

(DOBI)

Min. 2,4%

Bilangan peroksida < 5 mek

Bilangan Anisidine < 10 mek

Total oksigen < 20 mek

Kadar Fe < 3 ppm

Kadar Cu < 0,3 ppm

Bleachability < 2 R

Kualitas Inti sawit < 20 Y

Kadar air Maks.7%

Kadar Kotoran Maks.6 %

Inti pecah < 25 %

Inti berubah warna < 40 %

Sumber: PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu

2.8.2. Bahan-bahan yang Digunakan 2.8.2.1. Bahan Baku

Di dalam proses produksi pada Pabrik (PKS) Kebun Pabatu, bahan baku yang digunakan adalah Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit yang diperoleh dari Beberapa afdeling yang membudidayakan tanaman kelapa sawit di


(42)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

lingkungan kebun Pabatu ataupun dari kelapa sawit milik rakyat. Tanaman kelapa sawit (Elaieis Quinensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis golongan palma yang termasuk tanaman tahunan. Kelapa sawit yang dikenal ialah jenis Dura, psifera dan tenera. Ketiga jenis ini dapat dibedakan berdasarkan penampang irisan buah, yaitu jenis Dura memiliki tempurung yang tebal, jenis psifera memiliki biji yang kecil dengan tempurung yang tipis, sedangkan tenera yang merupakan hasil persilangan dura dengan psifera menghasilkan buah tempurung tipis dan inti yang besar.

Buah sawit berukuran kecil antara 12-18 gram/butir yang duduk pada bulir. Setiap bulir terdiri dari `10-18 butir tergantung pada kesempurnaan penyerbukan. Beberapa bulir bersatu membentuk tandan. Buah sawit dipanen dalam bentuk tandan buah sawit. Tanaman kelapa sawit sudah mulai menghasilkan pada umur 24-30 bulan. Buah yang pertama keluar masih dinyatakan dengan buah pasir, artinya belum dapat diolah dalam pabrik karena masih mengandung minyak yang rendah.

Dalam satu pot dijumpai bunga betina dan bunga jantan yang berbeda, sehingga penyerbukannya disebut penyerbukan silang. Jumlah bunga betina dan bunga jantan yang terbentuk dipengaruhi oleh sifat tanaman dan pengaruh lingkungan seperti penyinaran, pemupukan dan perlakuan lainnya. Umur buah tergantung pada jenis tanaman, umur tanaman dan iklim, umumnya buah telah dapat dipanen setelah berumur 6 bulan terhitung sejak penyerbukan.


(43)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

2.8.2.2. Bahan Penolong

Bahan Penolong adalah bahan-bahan yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu produk atau suatu bahan yang ditambahkan pada produk dimana keberadaanya tidak mengurangi nilai dari produk tersebut tetapi menambah nilai dari produk itu. Bahan penolong yang digunakan di PTPN 4 Pabatu adalah BWT digunakan untuk menetralkan PH air untuk pabrik. BWT yang digunakan adalah BWT 3273 berfungsi sebagai anti karat pada internal boiler, anti

foam (pembusaan) dan mengutamakan kualitas steam. BWT 2811 berfungsi

sebagai gerakan cepat secara kimia menghilangkan oksigen yang digunakan dan sistem air industri lainnya (oxyigen scavenger). BWT 2556 berfungsi sebagai inhibitor korosif, efektif menetralkan gas acid (asam) boiler corrosion inhibitor.

BWT 8173 pulv berfungsi sebagai flocculant untuk proses pemisahan liquid-solid

dan alat penyaring (filter aid), BWT 8507 berfungsi untuk mengatur tingkat alkalinitas pada air boiler. BWT 7203 berfungsi sebagai anti karat pada internal boiler untuk membantu mengutamakan kualitas steam, membantu menghilangkan pembetukan karat dalam dinding sisi air. Caustik soda, berfungsi sebagai bahan regenerasi resin pada tangki katoda. Asam sulfat berfungsi sebagai bahan regenerasi regin pada tangki anoda. Tawas berfungsi sebagai penjernihan awal air.

2.8.2.3. Bahan Tambahan

Bahan Tambahan adalah bahan yang digunakan pada proses produksi dan ditambahkan ke proses pembuatan produk. Bahan tambahan ini dibutuhkan jauh lebih kecil dibanding bahan baku, fungsi bahan tambahan ini adalah membantu


(44)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

proses produksi agar dapat dihasilkan produk yang sesuai dengan keinginan. Bahan tambahan yang digunakan untuk mengolah Tandan Buah Segar (TBS) menjadi produk adalah steam (uap) dan air panas. Steam ini disuplai dari

back-preasure vessel (bpv) yaitu suatu tangki penampung uap bekas turbin uap. Uap

dihasilkan dari panas air daripada boiler (ketel uap) yang digunakan untuk memutar turbin untuk menghasilkan tenaga listrik dan uap bekas ditampung pada

bpv. Air panas diperoleh dari hasil pemanasan air bersih oleh uap bekas pada

suatu tangki yang disebut hot water tank, dari tangki ini air panas disalurkan pada setiap unit yang memerlukan.

2.8.3. Uraian Proses Produksi

2.8.3.1. Proses Pegolahan Minyak Sawit

PTPN 4 Kebun Pabatu bahan baku utamanya adalah buah sawit yang masih segar, sebelum menjadi CPO dan inti sawit melalui berapa proses. Proses nya adalah sebagai berikut :

1. Stasiun penerimaan buah (Fruit Reception Station)

Stasiun penerimaan buah ini berfungsi untuk menerima Tandan Buah Segar yang berasal dari kebun. Pada stasiun ini Tandan Buah Segar melalui tahapan proses sebagai berikut :

a. Penimbangan Buah.

b. Penumpukan dan pemindahan buah. 2. Penimbangan Buah (Fruit Weighting)


(45)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

Tandan Buah Segar yang baru dipanen dari kebun diangkut dengan

menggunakan truk ke pabrik. Setelah tiba di lokasi pabrik terlebih dahulu ditimbang pada jembatan timbang (Weighting Bridge). Penimbangan dilakukan dua kali. Pertama, untuk mengetahui berat kendaraan dalam keadaan berisi muatan (bruto). Kedua, untuk mengetahui berat kendaraan setelah dibongkar muatan (tarra).

3. Penumpukan dan pemindahan buah (transfer and loading ramp)

Setelah melalui jembatan timbang kemudian truk membongkar muatannya di loading ramp. Buah sawit yang sudah disortasi kemudian dituang ke penampungan buah (fruit hoppers) yang dibuat kemiringan 1350 terhadap dasar alas kisi-kisi. Fruit hoppers dilengkapi dengan pintu-pintu yang dapat digerakkan secara vertikal (turun naik) oleh tenaga elektris. Fungsi loading ramp adalah sebagai berikut :

a. Tempat penampungan dan penumpukan TBS Sementara, sebelum diolah. b. Tempat melakukan sortasi terhadap TBS yang masuk ke pabrik.

c. Memudahkan pengisian TBS ke dalam lory.

d. Menjamin penyediaan bahan baku untuk kontinuitas proses. 4. Stasiun Perebusan

TBS yang berada dalam lory rebusan diangkut dari Stasiun Penerimaan Buah dengan bantuan transfer carier yang bergerak pada jaringan rel. Lory rebusan ini selain sebagai alat angkut juga sebagai wadah untuk merebus buah. Badan lory tersebut terbuat dari plat baja berlubang kecil dengan diameter 2 cm dan jarak antar lubang 5 cm. Dengan adanya lubang pada lory, uap (steam) lebih


(46)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

mudah masuk dan dapat memasak secara merata. Lory rebusan ini berisi penuh dan merata dengan kapasitas rata 2,5 ton/lory. Tujuan perebusan ini adalah sebagai berikut :

a. Menghentikan aktivitas enzim

Dalam buah yang dipanen terdapat enzim lipase dan oksidase yang tetap bekerja dalam buah sebelum enzim itu dihentikan dengan pelaksanaan tertentu. Enzim dapat dihentikan dengan cara fisika dan kimia. Cara fisika yaitu dengan cara pemanasana pada suhu yang dapat mendegradasi protein. Enzim lipase bertindak sebagai katalisator dalam pembentukan trigliserida dan kemudian memecahkan kembali menjadi asam lemak bebas (ALB). Aktivitas enzim semakin tinggi apabila buah mengalami kememaran (luka). Untuk mengurangi aktivitas enzim sampai di PKS diusahakan agar kememaran buah dalam persentase yang relatif kecil. Enzim pada umumnya tidak aktif lagi pada suhu 500C, oleh sebab itu perebusan pada suhu 1200C akan menghentikan kegiatan enzim.

b. Melepaskan buah dari Spiklet

Minyak dan inti sawit terdapat dalam buah maka untuk mempermudah proses ekstraksi pengutipan minyak dan inti sawit, buah perlu dilepaskan dari spiklet. Buah dapat terlepas dari Spiklet melalui cara hidrolisa hemiselulosa dan pektin yang terdapat pangkal buah. Hidrolisa dengan reaksi biokimia telah terjadi sebagian di lapangan yaitu pada proses pemasakan buah yang ditandai dengan buah yang berondol. Reaksi hidrolisis dan hemiselulosa dan pektin terdapat dalam


(47)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

ketel rebusan yang dipercepat oleh pemanasan. Panas uap tersebut dapat meresap ke dalam buah karena adanya tekanan

c. Menurunkan Kadar Air

Sterilisasi buah dapat menyebabkan penurunan kadar air buah dan inti,

yaitu dengan cara penguapan baik pada saat perebusan maupun saat sebelum pemipilan. Penurunan kandungan air buah menyebabkan penyusutan buah sehingga terbentuk rongga-rongga kosong yang mempermudah proses pengempaan. Interaksi penurunan kadar air dan panas dalam buah akan menyebabkan minyak sawit antara sel dapat bersatu dan mempunyai viskositas yang rendah sehingga mudah keluar dari dalam sel sewaktu proses pengempaan berlangsung.

d. Pemecahan emulsi

Minyak dalam buah berbentuk emulsi dapat lebih mudah keluar dari sel jika berubah dari fase emulsi menjadi minyak. Perubahan ini terjadi dengan bantuan pemanasan, yang mengakibatkan penggabungan fraksi yang memiliki polaritas yang sama dan berdekatan, sehingga minyak dan air masing-masing terpisah. Peristiwa ini akan mempermudah minyak keluar dari buah. Penetrasi uap yang sempurna pada buah, terutama pada buah yang paling dalam, akan mempertinggi efisiensi ekstraksi minyak.

e. Membantu proses pelepasan inti dari cangkang

Perebusan yang sempurna akan menurunkan kadar air biji hingga 15%. Kadar air biji yang turun hingga 15% akan menyebabkan inti susut sedangkan tempurung biji tetap, maka terjadi inti yang lekang dari cangkang. Hal ini akan


(48)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

membantu fermentase di dalam Nut Silo, sehingga pemecahan biji dapat berlangsung dengan baik, demikian juga pemisahan inti dan cangkang dalam proses pemisahan kering atau basah dapat menghasilkan inti yang mengandung kotoran lebih kecil.

5. Stasiun Penebah

Pada stasiun penebah, buah dituang dari lori ke rebusan ke automatic

feeder dengan menggunakan hosting crane. Automatic feeder ini berfungsi untuk

menampung serta mengatur pemasakan buah ke dalam alat penebah (threser/stripper drum) dalam threser. Buah yang masih melekat pada tandan akan lepas dan dipisahkan dengan menggunakan prinsip bantingan. Alat penebah ini berupa drum yang terpasang secara horizontal dan berputar dengan kecepatan ± 23 rpm. Akibat perputaran drum, tandan bergerak ke atas searah dengan perputarannya. Kemudian tandan akan jatuh terbanting sehingga buah atau brondolan terlepas dari tandannya. Keberhasilan perebusan jika tidak didukung pemipilan yang baik maka kehilangan minyak akan tinggi. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemipilan yang lebih sempurna dan keberhasilan pemipilan juga tergantung pada proses perebusan.

6. Stasiun Pengempaan (screw press)

Stasiun pengempaan adalah stasiun pertama dimulainnya pengambilan minyak dari buah dengan jalan melumat dan mengempal. Pada stasiun ini dilakukan 2 tahap pengolahan yaitu :


(49)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

a. Pengadukan (digesting)

Brondolan yang dihasilkan pada proses penebah, dialirkan ke dalam digester. Peralatan ini digunakan untuk melumatkan brondolan sehingga daging buah (pericrape) terpisah dari biji (noten) dan menghancurkan sel-sel yang mengandung minyak. Dalam waktu cepat agar minyak dapat diperas sebanyak-banyaknya pada saat pegempaan.

Alat ini sering disebut ketel aduk yag terdiri dari bejana yang dilengkapi dengan alat perajang, dan pemanas untuk mempersiapkan bahan agar lebih mudah dikempa dalam screw press. Digester dilengkapi dengan alat pengaduk yang berfungsi untuk merajang buah sehingga terjadi pelepasan daging buah dan biji sambil pemecahan kantong-kantong minyak. Volume digester berpengaruh terhadap kehilangan minyak.

Digester yang penuh akan memperlama proses pengadukan dengan tekanan lawan yang kuat sehingga perajangan sempurna karena ketinggian buah dalam digester akan menimbulkan tekanan di dasar digester semakin tinggi dan tahanan lawan terhadap pisau semakin tinggi, dan pemecahan kantong minyak dan pemisahan serat dengan serat lain semakin sempurna. Pengadukan dilakukan dengan kondisi proses sebagai berikut:

 Ketel adukan selalu dalam keadaan penuh minimal ¾ dari volumenya.

 Temperatur pemanasan (uap) 90-950

 Waktu pengadukan 15-20 menit


(50)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

 Jika kondisi ini tidak terpenuhi, masa adukan akan sulit diproses pada saat pengempaan, akibatnya kehilangan minyak dalam ampas akan meningkat. b. Pengempaan ( pressing)

Massa adukan yang berasal dari alat pengaduk (digester) dialirkan ke dalam alat pengempa (screo press) yang berfungsi untuk mengempa massa adukan sehingga terjadi pemisahan antara massa padat (biji, serat dan kotoran) dengan cairan minyak kasar. Tujuan dari proses pengempaan ini adalah untuk mengambil minyak yang ada dalam massa adukan semaksimal mungkin dengan cara memompa pada tekanan tertentu. Tekanan kempa yang dibutuhkan 50-60 kg/cm2.

Alat pengempa yang digunakan adalah jenis kempa ulir ganda (double

screw press). Alat ini terdiri dari sebuah silinder (press cylinder) yang

berlubang-lubang yang didalamnya terdapat 2 buah ulir (feet screw dan main screw) yang berputar yang berlawan arah dengan kecepatan yang sama. Mekanisme pengempaan adalah masuknya adonan ke dalam cylinder press dan mengisi worm. Volume setiap space worm berbeda, semakin mengarah ke ujung as screw volume semakin kecil, sehingga pepindahan massa akan menyebabkan minyak terperas. Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain:

a. Kapasitas olah alat yang tinggi, dan dapat menghemat tempat jika dibandingkan dengan hidrolic press.

b. Karena kapasitas yang tinggi maka biaya operasi per ton TBS sangat rendah. c. Kebutuhan operator untuk mengoperasikan lebih sedikit dibandingkan dengan


(51)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

d. Kebutuhan tenaga (power) yang rendah untuk memeras buah. 7. Stasiun Pemurnian Minyak

Stasiun ini berfungsi untuk mendapatkan minyak sawit mentah (crude

palm oil (CPO) yang sudah dimurnikan dari impurities atau kotoran lainnya.

Stasiun pemurnian minyak adalah stasiun terakhir untuk pengolahan minyak sawit mentah (CPO). Pemurnian minyak bertujuan agar tidak terjadi penurunan mutu akibat adanya reaksi hidrolisis dan oksidasi. Hidrolisis dapat terjadi karena cairan bersuhu panas dan cukup banyak air demikian juga oksidasi akan terjadi dengan adanya Nos yang berupa bahan organik dan anorganik seperti Fe dan Cu berperan sebagai katalisator yang mempercepat terjadinya reaksi yang cepat.

Pada stasiun pemurnian/klarifikasi minyak, terjadi beberapa tahapan proses:

a. Pengenceran

Pengenceran bertujuan untuk mengenceran minyak sehingga pemisahan pasir dan serat-serat yang terdapat dalam minyak dapat berjalan dengan baik. Pengenceran berlangsung dengan baik bila suhu air pengenceran 80-900C. Suhu ini kadang-kadang tidak mendapat perhatian yang serius karena tangki air panas berada di tempat yang lebih tinggi dari digester sehingga pengamatannya lebih sulit. Jumlah air pengencer yang digunakan sangat bervariasi sehingga sulit diketahui jika tidak menggunakan flow meter. Jumlah air pengencer yang digunakan yaitu sebanding dengan crude oil yang keluar dari screw press. Pemakaian air yang terlalu banyak akan menyebabkan penurunan kualitas unit pengolahan PKS terutama pada alat klarifikasi. Hal ini diatasi dengan


(52)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

memperpendek retention time pada setiap alat pengolahan yang dapat berakibatkan penurunan efisiensi ekstraksi. Air pengencer yang diberikan bermanfaat untuk:

− Menurunkan viskositas cairan sehingga zat yang memiliki BJ > 1,0 akan mudah mengendap sedangkan zat yang memiliki BJ < 1,0 akan mengapung.

− Mempermudah pemisahan fraksi yang terdapat dalam cairan minyak

berdasarkan polaritas.

− Memecahkan emulsi minyak yang dalam bentuk butiran halus.

b. Sand Trap Tank

Keberhasilan proses pengendapan tergantung pada retention time. Bentuk

sand trap tank adalah silinder sedangkan mekanisme kerjanya adalah

memberikan aliran sirkulasi yang dapat mempercepat proses pengendapan pasir atau padatan yang BJ nya lebih besar dari minyak.

c. Ayakan Getar

Pemakaian ayakan getar bertujuan untuk memisahkan non oil solid yang berukuran besar, sehingga pada proses selanjutnya didapatkan minyak yang memenuhi standar. Ayakan getar dikenal dengan tipe vibro yang mempunyai mekanisme pemisahan yang bekerja dengan cara getaran melingkar dan atas bawah, yang terdiri dari 2 tingkat ayakan dengan ukuran 30 dan 40 mesh.

d. Crude Oil tank

Crude oil tank (COT) Berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel


(53)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

dikatakan bahwa retention time nya relatif singkat sehingga lebih berfungsi untuk mengendapakan pasir atau lumpur partikel besar.

Fungsi utama oil tank adalah menampung minyak dan ayakan sebelum dipompakan pada oil settling tank, yang ditempatkan tepat di bawah ayakan getar sehingga minyak dan ayakan getar langsung ditampung.

e. Oil Setling Tank

Minyak yang berada di lapisan atas crude oil tank dipompakan ke oil

setling tank untuk diendapkan. Fungsi dari setling tank adalah mengendapkan

kotoran-kotoran yang terdapat dalam minyak. Proses pegendapan ini dapat berlangsung secara sempurna apabila suhu minyak dapat dipertahankan pada suhu 800C. Pada suhu ini kekentalan lebih rendah sehingga fraksi-fraksi yang BJ ≥ 1 akan berada di bagian bawah tangki dan mengendap.

Campuran minyak yang terdapat dalam oil setling tank terdiri dari 3 lapisan, yaitu: lapisan minyak, lapisan sludge, dan lapisan lumpur. Makin lama cairan minyak berada dalam oil setling tank maka pemisahan akan semakin sempurna dan lumpur pun akan mengendap di bagian dasar tangki. Kemudian diteruskan ke continious setling tank yaitu tipe bak bersambung yang dapat memisahkan lumpur sambil mengalir dari satu bak ke bak lain. Pemisahan dapat berlangsung baik jika kecepatan alir lebih lambat dari kecepatan mengendap. Pemisahan sludge berjalan dengan baik yaitu pada bak pertama cairan memisah menjadi dua fase yaitu fase ringan dan fase berat. Fase berat mengalir dari bak yang satu ke bak lainnya melalui dasar tangki sedangkan fase ringan mengalir dari bagian atas.


(54)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

8. Pemisahan pasir

Pemisahan pasir dilakukan melalui 3 tahap yaitu:

a. Sand cyclone

Alat ini ditempatkan pada pipa aliran antara setling tank dengan sludge

separator yang berperan untuk mengurangi jumlah pasir dan peralatan kasar. Alat

ini terbuat dari logam atau porselin yang dapat memisahkan lumpur atau pasir secara gravitasi dengan bantuan pompa.

b. strainer

Alat ini ditempatkan sebelum cairan diolah dalam sludge operator. Alat ini memisahkan pasir dengan sistem saring. Alat penyaring terdiri dari fibre yang jarang-jarang sehingga pasir dan lumpur akan tersaring.

c. Sludge Tank

Sludge yang berasal dari oil setling tank dipompakan pada sludge tank dengan melalui desander, untuk membuang pasir-pasir halus yang terdapat pada sludge. Keberhasilan cairan minyak dalam sludge tank dipengaruhi pengoperasian

desander, karena alat ini dapat berfungsi apabila pembuangan pasir dilaksanakan

secara kontinu sludge yang berasal dalam sludge tank mendapatkan pemanasan dengan mengguanakan pipa uap tertutup agar minyak tidak goncang. Untuk mempercepat pemecahan gumpalan minyak dengan sludge dapat dilengkapi dengan alat stirrer dengan catatan tidak boleh terjadi pembentukan emulsi kembali.


(55)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

9. Sludge Centrifuge

Sludge yang masuk ke dalam sludge centrifuge terdiri dari bahan mudah menguap. Tujuan dari proses ini adalah memisahkan minyak dari air dan kotoran, dengan kata lain memisahkan minyak dari fraksi yang berat jenis nya 1. Air dan kotoran yang dipisahkan disebut dengan air drab dengan kadar minyak 7 - 10%. Fraksi ringan dikembalikan ke oil setling tank. Suhu minyak dalam sludge sparator dipertahankan diatas 900C yang dapat dibantu dengan pemberian uap gas. Cairan yang telah dibebaskan dari pasir-pasir halus dipompakan lagi ke oil setling

tank.

10. Oil Tank

Cairan yang berada di permukaan tangki CST dialirkan ke dalam oil tank. Minyak ini masih mengandung air dan kotoran-kotoran ringan. Alat COT dilengkapi dengan pipa coil pemanas, yang digunakan untuk menaikkan suhu minyak hingga 900C. Tujuan pemanasan minyak adalah untuk mempermudah pemisahan minyak dengan air dan kotoran ringan dengan cara pengendapan, yaitu zat yang memiliki berat jenis lebih berat dari minyak akan mengendap pada dasar tangki. Suhu minyak dalam oil tank sangat berpengaruh pada perlakuan selanjutnya karena tidak terjadi lagi pemanasan, sehingga dianggap suhu pada oil

tank adalah sumber panas untuk pengolahan lanjutan seperti pada oil purifier dan vacum dryer.

11. Oil Purifier

Alat purifier ini sering disebut oli centrifuge, yang berfungsi memurnikan minyak dari kotoran-kotoran. Prinsip kerja dari alat ini memisahkan fraksi yang


(56)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

BJ ≥ 1 artinya kotoran tergolong dalam fraksi berat. Semakin besar dibuat ukuran kapasitas olah alat itu sendiri, maka semakin menurun kemampuan untuk memurnikan minyak.

12. Sludge separator

Kesulitan yang dialami dalam pengolahan sludge terutama dalam mekanisme peroperasian sludge sparator dan pengantian nozzle maka dipikirkan cara pemisahan lumpur. Keberhasilan dalam pengoperasian sludge sparator dipengaruhi oleh :

− Komposisi umpan yang akan diolah, karena ratio antara minyak antara air dan lumpur mempengaruhi terhadap daya pisah terhadap alat tersebut.

Fungsi alat sludge sparator tersebut.

− Penimbangan kapasitas alat dengan jumlah sudut gaya yang diolah. 13. Pengeringan Minyak

Minyak yang masih mengandung air 0,6 - 1,0% perlu dikeringkan agar air tersebut tidak lagi berfungsi sebagai bahan pereaksi dalam reaksi hidrolisis. Maka untuk menghilangkan air tersebut perlu dilakukan pengeringan khusus. Pengeringan ini dapat dilakukan dengan panas dalam udara terbuka, pemanasan dalam ruangan tertutup dan dalam ruangan hampa. Mekanisme pemanasan minyak dapat mempengaruhi mutu minyak dan dapat diketahui dari hasil pengeringan.


(57)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

2.8.3.2. Proses Pegolahan Inti Sawit

1. Cake Breaker Conveyor (CBC)

Ampas press yang keluar dari screw press terdiri dari serat dan biji yang masih mengandung air yang tinggi dan berbentuk gumpalan, oleh sebab itu perlu dipecah dengan alat pemecah ampas yang disebut dengan cake breaker Conveyor (CBC). Alat ini berperan memecah gumpalan ampas dan mengangkutnya ke kolom fibre cyclone. Untuk mempermudah pemecahan gumpalan dan mempersiapkan ampas yang sesuai dengan persyaratan bahan bakar maka dilakukan pemanasan CBC sehingga kadar air ampas menurun dan mudah diproses lebih lanjut.

Pemecahan gumpalan ampas pres yang sempurna dapat mendukung proses pemisahan serat dengan biji dalam depericarper yang merupakan penentu dalam efisiensi pemecahan biji dalam alat pemecah biji. Untuk mempercepat penguapan air pada CBC dilakukan pemanasan ampas di sepanjang mantel CBC, akan tetapi pengeringan ini kurang sempurna karena panjang CBC terlalu pendek dan hisapan

fibre cyclone kurang kuat sehingga kelembaban udara di atas permukaan ampas

tetap tinggi yang tidak mendukung terhadap proses evaporasi uap, dan akan menghasilkan serap basah yang dapat menurunkan kalor bakar serat.

2. Polishing Drum

Ampas presan yang terdiri dari serat, biji dan inti dipecah oleh cokbreaker sehingga lebih mudah blower untuk memisahkan fraksi ringan dan fraksi berat. Fraksi ringan terdiri dari serat, inti pecah halus, pecahan tempurung tipis dan


(58)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

debu. Fraksi berat adalah biji utuh,biji pecah, inti utuh dan inti pecah. Pemisahan fraksi ini bergantung dari efesiensi penggunaan blower.

Fraksi berat diolah dalam depericarper, yang bertujuan untuk menghilangkan serat-serat yang masih melekat pada biji dan menggangu jalannya proses pemecahan biji pada nut cracker, yaitu daya pentalnya (collsion) berkurang yang berakibat pada proses pemecahan biji lebih lama, yang sekaligus mengurangi kapasitas olah unit.

1. Fermentasi Biji

Biji mengandung pektin, yang terdapat antara tempurung dengan inti. Untuk mempermudah pemecahan biji dalam cracker, maka pektin yang berfungsi sebagai perekat inti pada tempurung perlu dirombak dengan proses kimia seperti fermentasi. Fermentasi adalah salah satu proses biokimia yang dikembangkan pada pegolahan biji sawit. Pemeraman biji sering dialiri dengan udara panas hingga suhu silo berkisar antara 40-600C. Pemanasan dengan suhu rendah bertujuan untuk membantu proses hidrolisa, bila suhu terlalu tinggi dapat menyebabkan pektin mengering dan sulit dihidrolisa, sehingga pemecahan biji di

cracker kurang berhasil yaitu meningkatnya inti pecah, inti lekat dalam

tempurung yang dapat menurunkan kualitas.

2. Nut Grading

Alat pemecah biji disebut dengan Nut cracker. Biji yang telah diperam dalam Nut silo akan dipecahakan dalam Nut cracker. Sebelum pemecahan biji terlebih dahulu dilakukan seleksi berdasarkan ukuran biji dengan menggunakan alat Nut grading yaitu drum berputar terdiri dari ukuran lobang yang berbeda-


(59)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

beda. Biji yang telah diseleksi terdiri dari 3 fraksi yaitu kecil (8 - 14 mm), sedang (15 - 17 mm), dan besar (18 mm).

3. Pemecahan biji

Mekanisme pemecahan biji adalah dengan menggunakan Ripple Mill, yaitu dengan cara menekan biji dengan rotor pada dinding bergerigi dan menyebabkan pecahnya biji. Ripple Mill terdiri dari 2 unit yaitu Pengolahan Fraksi Tenera dan Fraksi Dura. Fraksi Dura merupakan fraksi yang memiliki tempurung yang tebal sedangkan tenera merupakan hasil persilangan Dura dengan Psifera menghasilkan buah bertumpurung tipis dan inti yang besar. Efesiensi pemecahan biji dipengaruhi kecepatan putaran rotor sebagai resultan gaya,

jarak antara rotor dengan pilar bergerigi dan ketajaman gerigi plat disusun sedemikian rupa sehingga berperan sebagai penahan dan pemecah.

Biji yang berada dalam alat mengalami frekuensi benturan yang cukup tinggi baik dengan plat bergerigi maupun antar rotor. Sehingga frekuensi pukulan ini dapat menembakkan biji lebih mudah lekang. Untuk mempermudah kontiniutas biji yang masuk dan tetap seimbang dengan kapasitas olah maka alat ini dilengkapi dengan penangkap logam. Alat ini dapat memecah biji tanpa melalui pemeramam dengan nut silo asalkan dalam proses perebusan dilakukan dengan sempurna yaitu tekanan rebusan 3 kg/cm2 dengan sistem 3 puncak selama 90 menit, yang setara dengan kadar air 15%. Efesiensi pemecahan biji dipengaruhi oleh :

a. Kondisi Ripple Mill. Keadaan Plat yang bergerigi tumpul dan bengkok akan menyebabkan pemecahan tidak efektif.


(60)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

b. Jarak rotor dengan plat. Jarak yang terlalu rapat akan menyebabkan persentase biji yang remuk cukup tinggi dan bila jarak terlalu renggang, maka pemecahan biji tidak sempurna.

c. Putaran rotor. Putaran yang terlalu cepat akan menghasilkan biji yang hancur terlalu rendah dan menyebabkan banyak biji yang tidak pecah.

4. Pemisahan inti dengan tempurung

Hasil olahan cracker sebelum memasuki hidrosiklon mengalami pemisahan fraksi halus oleh winnowing. Sampah halus akan terpisah dan fraksi berat akan dicampur dengan air yang kemudian inti dipisahkan dari tempurung berdasarkan berat jenis. Untuk memperbesar selisih berat jenis inti dengan tempurung maka campuran dilewatkan melalui siklon, sehingga inti akan keluar dari atas permukaan cyclone dan tempurung dari bagian bawah yang kemudian masing-masing fraksi diangkut ke pengolahan yang lebih lanjut.

5. Pengeringan Inti

Air merupakan media untuk proses reaksi biokimia seperti pembentukan asam lemak bebas, pemecahan protein dan hidrolisa karbohidrat yang cukup banyak terkandung terutama dalam inti sawit yang dihasilkan dengan pemisah secara basah alat pengeringan inti yang dipakai adalah tipe rectangulair. Alat ini mengeringkan inti dengan udara panas, yaitu mengalirkan udara melalui heater yang terdiri dari spiral berisi uap panas dengan suhu 1300C (heater panas), 850C (heater tengah), dan 600C heater bawah. Untuk memperoleh mutu inti yang sesuai dengan keinginan konsumen maka pemanasan pada ketiga tingkat tersebut dibuat suhu yang berbeda-beda yaitu suhu atas, tengah, dan bawah untuk pengeringan


(1)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

Friction pad&screw 71628 lbg 4 28 15 24 2

Level tube Pn. 516240-82 14

Nave Pn. 65152

Nozle Q 1,60 mm Pn. 534149.83 23 17

Oil deflector Pn. 65194

Paring disc Pn. 528537-02 25 20

Pipa st.steel Q “2 x 4mm x 6m

Protecting cup Pn. 65199

Seal ring Pn. 38411

Seal ring Pn. 64104

Seal ring Pn. 67034

Seal ring Pn. 67411

Seal ring Pn. 71866

Slave bottom bearing 521651.2 17

Spring casing Pn. 65191

Spring Pn. 66191

Stop sleve Pn. 65188

Trow of collar Pn. 65200

Worm Pn 67348

Worm whell Pn. 528102.91

Kawat las nikko steel RD 260 Q 4mm

Kawat las nikko steel NSN 308 L


(2)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010. DATA KERUSAKAN KOMPONEN TAHUN 2006 SLUDGE SEPARATOR (Lanjutan) Komponen

mesin

kodifikasi Jan feb mar apr mei jun jul agt sept okt nov Des

Contactor SK 65-220V

Novuse breaker 50 A-3P 28

Thermal over load 25-35 A


(3)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

Ball bearing pn. 6015 M 18

Ball bearing pn. 6014 M 18

Thrust ball bearing pn. 225147 M 18 30

Radial ball bearing pn. pn. 6213 M 18 8 30

Radial ball bearing pn. pn. 2308 M

Bearing SKF 6206

Bearing SKF 6305

Bearing SKF 6308

Ball bearing housing 65195-00

Ball valve ful bore Q 2” flends VLC

Bal valve reduced bore Q 2” flends VLC

Bowl spindle pn. 67347-00 23 12

Bushing Pn. 532680-01 18

Coupling vully Pn. 65155-00

Distributor inset Pn. 531445.02 18

Distribution tube Pn. 536224.01

Elastic Plate Pn. 60571-00 31

Elbow st. steel Q 2”

Erosion guard (lower) 535892.80 1

Erotion guard (upper) 531444.01

Friction pad & screw lubang 4 10 18 30

Friction block Pn. 74316 18


(4)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010. DATA KERUSAKAN KOMPONEN TAHUN 2007 SLUDGE SEPARATOR (Lanjutan) Komponen

mesin

kodifikasi Jan feb mar apr mei jun jul agt sept okt nov Des

Friction pad&screw 71628 lbg 3

Level tube Pn. 516240-82

Nave Pn. 65152 21

Nozle Q 1,60 mm Pn. 534149.83 31 11

Oil deflector Pn. 65194

Paring disc Pn. 528537-02 7 13 22

Pipa st.steel Q “2 x 4mm x 6m

Protecting cup Pn. 65199

Seal ring Pn. 38411 10

Seal ring Pn. 64104

Seal ring Pn. 67034 10

Seal ring Pn. 67411

Seal ring Pn. 71866 10 29

Slave bottom bearing 521651.2

Spring casing Pn. 65191

Spring Pn. 66191 31

Stop sleve Pn. 65188

Trow of collar Pn. 65200

Worm Pn 67348

Worm whell Pn. 528102.91

Kawat las nikko steel RD 260 Q 4mm

Kawat las nikko steel NSN 308 L


(5)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

Contactor SK 65-220V

Novuse breaker 50 A-3P

Thermal over load 25-35 A


(6)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.