Universitas Indonesia
tersebut ditempatkan pada tempat yang khusus, yang berbeda dengan perjanjian internasional pada umumnya. Dan hal ini tampaknya diakui di dalam VCLT
berdasarkan Pasal 5. Akan tetapi, pada dasarnya instrumen pokok tersebut tetap merupakan perjanjian internasional, dan aturan hukum yang mengatur
mengenainya adalah hukum perjanjian internasional yang terdapat di dalam VCLT.
4.4.1 Menurut VCLT
Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, Pasal 54 VCLT hanya memperbolehkan pengunduran diri apabila hal tersebut dicantumkan di dalam
perjanjian internasional yang bersangkutan atau dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan persetujuan para pihak.
Selanjutnya, pada pasal 56 diberikan ketentuan mengenai perjanjian internasional yang tidak terdapat ketentuan mengenai pengunduran diri. Apabila
tidak tercantum di dalam perjanjian internasional mengenai pengunduran diri dari perjanjian internasional yang bersangkutan, maka pengunduran diri tersebut tidak
diperbolehkan, kecuali apabila para pihak mengakui adanya kemungkinan terhadap hal itu, atau sifat dari perjanjian internasional yang bersangkutan
menyiratkan hak pengunduran diri tersebut. Mengenai sifat dari perjanjian yang menyiratkan adanya kemungkinan
pengunduran diri terdapat pendapat yang berbeda-beda dari para Penulis. Pada bagian berikut akan dibahas pendapat para Penulis tersebut.
4.4.2 Menurut Para Penulis
Selain ketentuan di dalam VCLT, beberapa Penulis juga mendukung pandangan bahwa terhadap perjanjian internasional yang tidak memiliki ketentuan
mengenai pengunduran diri, tidak dapat dilakukan pengunduran diri, terutama pada perjanjian internasional yang dibuat dengan tujuan untuk memiliki jangka
waktu yang tidak terbatas. Lord McNair menyatakan bahwa praktek yang diadopsi oleh kebanyakan negara adalah terhadap suatu perjanjian internasional
Ketentuan hukum..., Justisia Sabaroedin, FH UI, 2012
Universitas Indonesia
yang ditujukan untuk jangka waktu yang tidak terbatas dan tidak terdapat ketentuan pengunduran diri, tidak dapat dilakukan pengunduran diri.
211
Mengenai hak pengunduran diri tersirat dari sebuah perjanjian internasional dapat dilihat dari ketentuan perjanjian internasional tersebut,
keadaan ketika perjanjian tersebut dibuat, dan sifat dari hal yang diperjanjikan.
212
Berkaitan dengan hal ini, Lord McNair mengutip tulisan Brierly.
213
Brierly menyatakan bahwa berkaitan dengan hak untuk pengunduran diri tersirat pada
perjanjian yang tidak mengandung ketentuan pengunduran diri, maka yang harus dilihat adalah kehendak para pihak. Brierly kemudian menyatakan bahwa untuk
perjanjian internasional yang dibuat untuk jangka waktu yang tidak terbatas, secara umum tidak dapat dilakukan pengunduran diri. Berkaitan dengan hal ini,
Brierly menyebutkan perjanjian internasional yang dibuat dengan tujuan untuk membentuk suatu keadaan yang permanen terhadap sesuatu permanent state of
things, maka terhadap perjanjian internasional tersebut tidak dapat dilakukan pengunduran diri. Akan tetapi, menurut Brierly, terdapat pula perjanjian
internasional yang berdasarkan sifat dari hal yang diperjanjikannya dapat dilakukan pengunduran diri meskipun tidak memiliki klausul pengunduran diri.
Contoh dari perjanjian semacam ini adalah modus vivendi, perjanjian persekutuan dan perdagangan.
Berkaitan dengan pandangan bahwa untuk perjanjian internasional yang dibentuk untuk jangka waktu yang tidak terbatas atau membentuk suatu keadaan
tertentu yang permanen, maka dapat dikatakan bahwa ASEAN Charter merupakan suatu perjanjian internasional yang bertujuan untuk jangka waktu yang tidak
terbatas.
214
Di dalam ASEAN Charter sendiri tidak terdapat ketentuan mengenai jangka waktu ataupun pengakhiran dari Charter tersebut sebagai sebuah
perjanjian internasional. ASEAN Charter merupakan perjanjian internasional yang
211
McNair, op.cit, hlm. 511.
212
Ibid.
213
Ibid.
214
Hasil wawancara dengan Dr. Termsak Chalermpalanupap, Director of Political and Security Cooperation ASEAN Secretariat, pada tanggal 5 Desember 2011, pukul 10.00 WIB.
Ketentuan hukum..., Justisia Sabaroedin, FH UI, 2012
Universitas Indonesia
berkaitan dengan pembentukan suatu kerjasama regional di bidang keamanan, politik, ekonomi, dan sosial budaya. Kerjasama semacam ini memiliki
kecenderungan untuk terjadi dalam jangka waktu yang tidak terbatas, terutama bagi negara-negara di wilayah Asia Tenggara yang memiliki ikatan khusus.
Dengan demikian, apabila dikaitkan dengan pendapat para Penulis mengenai perjanjian internasional yang memiliki jangka waktu tidak terbatas tidak dapat
dilakukan pengunduran diri, maka ASEAN Charter pun dapat disimpulkan tidak dapat dilakukan hak pengunduran diri.
Lord McNair dan Brierly memberikan dasar atas pengunduran diri terhadap perjanjian internasional yang tidak memiliki ketentuan pengunduran diri
pada umumnya. Namun, ASEAN Charter bukan merupakan perjanjian internasional biasa. ASEAN Charter merupakan konstitusi sebuah organisasi
internasional. Apakah terhadap jenis perjanjian internasional yang membentuk organisasi internasional juga berlaku ketentuan yang sama?
Sebagaimana yang telah disebutkan pada bab sebelumnya, terdapat sejumlah penulis yang memberikan kriteria mengenai perjanjian yang didasarkan
atas sifatnya dapat dilakukan pengunduran diri meskipun tidak tercantum ketentuan mengenai hal tersebut. Di dalam pembuatan draft VCLT, Sir Humphrey
Waldock mengusulkan di dalam usulan draft pasalnya, bahwa terdapat beberapa jenis perjanjian internasional yang meskipun tidak terdapat ketentuan mengenai
pengunduran diri tetap dapat dilakukan pengunduran diri.
215
Salah satu dari perjanjian internasional yang disebutkan oleh Sir Humphrey tersebut adalah
konstitusi organisasi internasional. Sir Humphrey menyebutkan bahwa dalam hal konstitusi organisasi internasional apabila tidak terdapat ketentuan mengenai
pengunduran diri di dalamnya maka terhadap konstitusi tersebut tetap dapat dilakukan pengunduran diri, kecuali apabila terdapat ketentuan yang menentang
hal tersebut di dalam konstitusi tersebut. Akan tetapi, usulan draft pasal yang diajukan oleh Sir Humphrey ini tidak diterima oleh para penyusun VCLT,
sehingga pernyataan Sir Humphrey tersebut tidak dapat dijadikan dasar. Berkaitan dengan perjanjian internasional yang membentuk suatu
organisasi internasional, Feinburg menyatakan bahwa terhadap konstitusi
215
Widdows, loc.cit, hlm. 85.
Ketentuan hukum..., Justisia Sabaroedin, FH UI, 2012
Universitas Indonesia
semacam itu tidak diberikan hak untuk mengundurkan diri, kecuali disebutkan diperbolehkan di dalam konstitusi perjanjian internasional yang bersangkutan.
216
Di dalam tulisannya, setelah mengutip beberapa contoh praktek dan pandangan para Penulis, Kelvin Widdows kemudian memberikan kesimpulan bahwa
dikarenakan adanya praktek dan pandangan Penulis yang berbeda-beda mengenai hal ini, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah dengan tidak membenarkan
adanya suatu hak tersirat untuk pengunduran diri, kecuali apabila para pihak telah menyatakan adanya kehendak untuk memperbolehkan hal tersebut dalam situasi
tertentu.
217
4.4.3 Menurut Praktek Pada Organisasi Internasional