Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

B. Penguasaan Konsep

Menurut Dahar 1998 konsep adalah suatu abstraksi yang memiliki suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, hubungan-hubungan yang mempunyai atribut yang sama. Setiap konsep tidak berdiri sendiri melainkan ber- hubungan satu sama lain, oleh karena itu siswa dituntut tidak hanya menghafal konsep saja, tetapi hendaknya memperhatikan hubungan antara satu konsep dengan konsep lainnya. Selanjutnya Syaiful dalam Ernawati 2009 menyatakan bahwa konsep diperoleh dari fakta-fakta, peristiwa, pengalaman generalisasi dan berpikir abstrak, kegunaan konsep untuk menjelaskan dan meramalkan. Konsep merupakan abstraksi dan ciri-ciri dari sesuatu yang dapat mempermudah komuni- kasi untuk berpikir, dengan demikian tanpa adanya konsep belajar akan sangat terhambat. Kemampuan abstrak itu disebut pemikiran konseptual. Sebagian besar materi pembelajaran yang dipelajari di sekolah terdiri dari konsep-konsep. Semakin banyak konsep yang dimiliki seseorang, semakin banyak alternatif yang dapat dipilih dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Penguasaan konsep merupakan suatu kemampuan yang didapat dari kegiatan belajar yang merupakan kegiatan kompleks. Setelah proses belajar dilakukan maka keberhasilan proses itu akan dapat dilihat dalam suatu tes penguasaan konsep. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Gagne Dimyati dan Mudjiono, 2002. Setelah belajar seseorang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Hasil dari rangkaian kegiatan kompleks adalah kapabilitas. Timbul- nya kapabilitas tersebut dari : 1 Stimulasi yang berasal dari lingkungan. 2 Proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar. Penguasaan konsep dasar yang baik akan membantu dalam pembentukan konsep-- konsep yang lebih kompleks untuk menemukan suatu prinsip. Dengan memiliki penguasaan konsep, seseorang akan mampu mengartikan dan menganalisis ilmu pengetahuan yang dilambangkan dengan kata-kata menjadi suatu buah pemikiran dalam memecahkan suatu permasalahan tertentu. Hal tersebut didukung oleh pendapat Sagala 2007. Penguasaan konsep adalah buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menghasilkan produk pengetahuan yang meliputi prinsip hukum dari suatu teori, konsep tersebut diperoleh dari fakta, peristiwa, dan pengalaman melalui generalisasi dan berfikir abstrak. Dengan adanya penguasaan konsep, siswa dapat memecahkan masalah dan memudahkan siswa untuk dapat mempelajari konsep-konsep yang lain, sehingga hasil belajar dapat optimal.

C. Lembar Kerja Siswa LKS

Media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah media berupa lembar kerja siswa LKS. Media pembelajaran adalah alat bantu untuk menyampaikan pesan kepada siswa yang digunakan oleh guru dalam proses pem- belajaran. Melalui penggunaan media pembelajaran akan memudahkan bagi guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Menurut Sriyono Sarinah, 2009 LKS adalah salah satu bentuk program yang berlandaskan atas tugas yang harus diselesaikan dan berfungsi sebagai alat untuk mengalihkan pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu mempercepat tumbuhnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Menurut Prianto dan Harnoko Sarinah, 2009 manfaat dan tujuan LKS antara lain: 1. Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar. 2. Membantu siswa dalam mengembangkan konsep. 3. Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar mengajar. 4. Membantu guru dalam menyusun pelajaran. 5. Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran. 6. Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajarai melalui kegiatan belajar. 7. Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis. Pada proses belajar mengajar, LKS digunakan sebagai sarana pembelajaran untuk menuntun siswa mendalami materi dari suatu materi pokok atau submateri pokok mata pelajaran yang telah atau sedang diajarkan. LKS digunakan untuk me- ningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. D. Validitas, Reliabilitas, Daya Beda Soal, dan Tingkat Kesukaran Soal

1. Validitas

Data evaluasi yang baik sesuai dengan kenyataan disebut data valid. Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk mengevaluasinya harus valid. Untuk itu, sebelum instrumen digunakan untuk mengambil data penelitian, maka terlebih dahulu harus dilakukan uji validitas instrumen. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan untuk mengambil data adalah instrumen tes, berupa soal pre test dan post test. Tabel 1. Makna validitas butir soal Angka Korelasi Makna 0,3 Valid Diterima 0,10 – 0,3 Tidak valid Direvisi 0,10 Tidak valid Ditolak Long,et al dalam Yulianti,2008

2. Uji reliabilitas

Reliabilitas atau taraf kepercayaan adalah syarat lain yang harus dimiliki oleh instrumen penelitian. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat menghasilkan hasil yang tetap, maka suatu instrumen harus diuji reliabilitasnya terlebih dahulu sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian. Tabel 2. Makna reliabilitas butir soal Angka korelasi Makna 0.900 – 0.999 Sempurna 0.700 – 0.899 Sangat Tinggi 0.400 – 0.699 Tinggi 0.200 – 0.399 Sedang 0.199 Tidak ada korelasi Subino dalam Yulianti, 2008

3. Daya beda soal

Daya beda soal D adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Tabel 3. Kategori daya beda Nilai D Kategori D bernilai negatif Sangat jelek dibuang 0,00 ≤ D 0,20 jelek 0,20 ≤ D 0,40 cukup 0,40 ≤ D 0,70 baik D 0,70 Baik sekali Arikunto,2009

4. Tingkat kesukaran soal

Soal yang baik P adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Tabel 4. Kategori tingkat kesukaran Nilai P Kategori P 0,30 Sukar 0,30 ≤ p ≤ 0,70 Sedang p 0,70 Mudah Arikunto,2009

E. Kerangka Berpikir

Upaya memperbaiki mutu pendidikan diprioritaskan dengan memperbaiki proses pembelajaran. Perbaikan proses pembelajaran tersebut salah satunya dengan me- lakukan penelitian kuasi eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui per- bandingan penguasaan konsep laju reaksi antara penerapan pembelajaran LC 5 phase dengan penerapan pembelajaran LC 3 phase. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah model pembelajaran LC 5 phase X 1 dan LC 3 phase X 2 . Sedangkan variabel terikatnya adalah penguasaan konsep laju reaksi oleh siswa Y. LC 5 phase dan LC 3 phase merupakan model pembelajaran yang dapat diterapkan pada pelajaran kimia, dan diharapkan mampu meningkatkan peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep kimia siswa yang dilihat dari hasil belajar siswa ranah kognitif melalui pemberian pre test dan post test. Dilihat dari tahap-tahap pembelajaran pada LC 5 phase dan LC 3 phase, secara teoritis tahap-tahap pem- belajaran pada LC 5 phase lebih mendetail dibandingkan dengan LC 3 phase, sehingga diharapkan rata-rata penguasaan konsep laju reaksi siswa yang diberi pembelajaran LC 5 phase akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan LC 3 phase. Berdasarkan keterangan tersebut maka kerangka berpikir dalam penelitian ini terangkum dalam gambar berikut: Gambar 1. Bagan kerangka berpikir LC 5 phase X 1 LC 3 phase X 2 1. Engagement phase persiapan 2. Exploration phase Eksplorasi 3. Explaination phase Penjelasan konsep 4. Elaboration phase Penerapan konsep 5. Evaluation phase Evaluasi 1. Exploration phase Eksplorasi 2. Explaination phase Penjelasan konsep 3. Elaboration phase Penerapan konsep Penguasaan konsep Y Penguasaan konsep Y Perbandingan

Dokumen yang terkait

Hubungan Antara Triceps Skinfold Thickness dengan Phase Angle yang Diukur dengan Bio Impedence Analysis sebagai Prediksi Mortalitas pada Pasien-Pasien Penyakit Ginjal Kronis dengan Hemodialisis regular

1 70 68

Pengaruh Model guided discovery learning terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi (quasi eksperimen di SMAN 72 Jakarta Utara)

5 19 165

Pengaruh model learning cycle 5e terhadap hasil belajar siswa pada konsep sistem ekskresi (penelitian kuasi eksperimen pada Kelas XI MAN 11 Jakarta)

0 4 269

PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM KOLOID (PTK Pada Siswa Kelas XI IPA SMA Surya Dharma 2 Bandar Lampung TP 2010-2011)

0 13 31

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP LAJU REAKSI SISWA SMA NEGERI 1 NATAR 2011/2012

0 7 62

PERBANDINGAN PENGUASAAN KONSEP LAJU REAKSI ANTARA MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL SISWA SMA N 5 BANDAR LAMPUNG 2011/2012

0 5 26

PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5 PHASE DENGAN SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF PADA MATERI REAKSI REDUKSI OKSIDASI

1 13 68

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT PADA SISWA SMAN 5 BANDAR LAMPUNG

0 12 42

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP LAJU REAKSI

0 6 35

PERBANDINGAN PENGUASAAN KONSEP TERMOKIMIA ANTARA MODEL LEARNING CYCLE 6 PHASE DENGAN LEARNING CYCLE 3 PHASE

0 8 45