Teknik Pengumpulan Data Metode Peneltian

14 BAB II POLIGAMI BERDASARKAN HUKUM ISLAM DAN UU NO 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA A. Pengertian, Dasar Hukum dan Syarat-syarat Poligami 1. Pengertian Poligami Kata monogami dapat dipasangkan dengan poligami sebagai antonim. Monogami adalah perkawinan dengan istri tunggal, artinya seorang laki-laki menikah dengan seorang perempuan. Sedangkan poligami adalah perakwinan dengan dua orang perempuan atau lebih dalam waktu yang sama. 1 Dengan demikian makna umum poligami ini mempunyai dua kemungkinan pengertian, seorang laki-laki menikah dengan banyak perempuan atau seorang perempuan menikah dengan banyak laki-laki. Kemungkinan pertama disebut poligini dan kemungkinan kedua disebut poliandri. Hanya saja yang berkembang pengertian itu mengalami pergeseran sehingga poligami dipakai untuk makna laki-laki beristri banyak, sedangkan poligini sendiri tidal lazim dipakai. 2 Sedangkan pendapat yang lain mengatakan bahwa Poligami berasal dari kata bahasa Yunani dari kata “Poly” atau ”polus”, yang berarti banyak 1 Lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa Poligami diartikan sebagai sistem perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau mengawini beberapa lawan jenisnya dalam waktu yang bersamaan, dan juga disebutkan pengertian dari poligini dan poliandri. Poligini adalah sistem perkawinan yang membolehkan seorang peria memiliki beberapa wanita sebagai istrinya dalam waktu yang bersamaan, sedangkan poliandri adalah sistem perkawinan yang membolehkan seorang wanita mempunyai suami lebih dari satu orang dalam waktu yang bersamaan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998, h. 779. 2 Kuzari Achmad, Nikah Sebagai Perikatan …, h.159. dan “gamein” atau gamos” yang berarti kawin atau perkawinan. Bila pengertian ini digabung maka akan diperoleh pengertian yang berarti poligami ialah suatu perkawinan yang lebih dari satu orang. 3 Namun dalam Islam, poligami mempunyai arti perkawinan yang lebih dari satu, dengan batasan umumnya dibolehkan hanya sampai empat wanita. Walau ada yang memahami ayat tentang poligami dengan batasan lebih dari empat atau bahkan lebih dari sembilan isteri. Perbedaan ini disebabkan perbedaan dalam memahami dan menafsirkan firman Alla SWT dalam surat An- Nisa’ ayat 3. 4 Pada dasarnya dalam Undang-Undang Perkawinan No. 11974 menganut adanya asas monogami dalam perkawinan. Hal ini disebut dengan tegas dalam pasal 3 Ayat 1 yang menyebutkan bahwa pada asasnya seorang pria hanya boleh mempunyai seorang istri dan seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami, akan tetapi asas monogami dalam UU Perkawinan tidak bersifat mutlak, artinya hanya bersifat pengarahan pada pembentukan perkawinan monogami dengan jalan mempersulit dan mempersempit penggunaan lembaga poligami dan bukan menghapus sama sekali sistem poligami. 5 3 Badriyah Fayumi, Euis Amalia, Yayan Sopyan, Sururin, Tien Rohmatin, Isu-isu Gender Dalam Islam, Jakarta: Pusat Studi Wanita PSW UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002, h.40. 4 Khoiruddin Nasution, Riba dan Poligami, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996, h.84. 5 Lihat Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Penjelasannya.