Pemahaman Pemilih Perempuan Di Dalam Mencermati Dan Memilih Calon Legislative Tingkat II Kabupaten Madina Terkait Dengan Permasalahan Perempuan (Studi Deskriptif: Pemilih Perempuan di Desa Gunung Tua Raya Kabupaten Mandailing Natal pada Pemilu Legislatif

(1)

PEMAHAMAN PEMILIH PEREMPUAN DI DALAM MENCERMATI DAN MEMILIH CALON LEGISLATIF TINGKAT II KABUPATEN

MADINA TERKAIT DENGAN PERMASALAHAN PEREMPUAN (Studi Deskriptif: Pemilih Perempuan di Desa Gunung Tua Raya Kabupaten

Mandailing Natal pada Pemilu Legislatif 2009) D

I S U S U N Oleh:

ADELITA LUBIS 060906044

Dosen Pembimbing : Drs. Heri Kusmanto, M.A.

Dosen Pembaca:Warjio, S.S., M.A.

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh: Nama : Adelita Lubis

Nim : 060906044 Departemen : Ilmu Politik

Judul : PEMAHAMAN PEMILIH PEREMPUAN DI DALAM MENCERMATI DAN MEMILIH CALON LEGISLATIF TINGKAT II KABUPATEN MADINA TERKAIT DENGAN PERMASALAHAN PEREMPUAN

(Studi Deskriptif: Pemilih Perempuan di Desa Gunung Tua Raya Kabupaten Mandailing Natal pada Pemilu Legislatif 2009)

Ketua Departemen Ilmu Politik

(Drs Heri Kusmanto, MA) NIP: 132 215 084

Dosen Pembimbing Dosen Pembaca

(Drs. Heri Kusmanto, MA) (Warjio, SS, MA) NIP: 132 215 084 NIP: 132 306 950

Dekan FISIP

(Prof. DR. M. Arif Nasution, MA) NIP: 131 757 101


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah diperkenankan dihadapan penguji skripsi Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dilaksanakan pada:

Hari : Tanggal : Pukul : Tempat :

Tim Penguji :

Ketua :

Anggota I : Heri Kusmanto, MA NIP. 132 215 084

Anggota II : Warjio, SS, MA NIP. 132 316 810


(4)

ABSTRAKSI

Hampir di setiap negara yang ada di belahan dunia ini wanita selalu memiliki permasalahan. Begitu pula dengan perempuan Indonesia yang memiliki ragam permasalahan yang ada. Tentunya peranan pemerintah sangat diharapkan di dalam menyelesaikan permasalahan ini. Akan tetapi seringkali kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah tidak mampu menyelesaikan permasalahan perempuan dan bahkan bersifat bias gender.

Hal ini sebenarnya dapat dicegah apabila pemilih perempuan lebih cermat di dalam memilih calon-calon yang akan mewakilinya nanti baik di tingkat eksekutif maupun legislatif. Namun sayangnya seringkali partisipasi yang ditunjukkan pemilih perempuan hanya bersifat semu. Meskipun dalam setiap pemilihan umum jumlah pemilih perempuan yang memberikan suara di tiap-tiap TPS cukup besar namun tidak lantas menjadi satu alasan kuat bagi kita untuk menyimpulkan bahwa pemilih perempuan telah memiliki pemahaman mengenai calon yang dipilihnya itu. Apakah dengan banyaknya permasalahan perempuan lantas menjadikan pemilih perempuan termotivasi di dalam mencermati calon yang akan menampung aspirasinya nanti.

Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian di Desa Gunung Tua Raya mengenai pemahaman pemilih perempuan terhadap calon legislatif yang dipilihnya pada pemilu legislatif 2009.

Kata Kunci : Permasalahan Perempuan, Pemahaman Pemilih Perempuan Terhadap Calon.


(5)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ………. I

Bab 1 PENDAHULUAN………... 1

1.1. Latar Belakang .………...………....… 1

1.2. Perumusan Masalah ………. 7

1.3. Tujuan Penelitian ………. 7

1.4. Manfaat Penelitian …………..………. 8

1.5. Landasan Teori ……….... 8

1.5.1. Kesadaran Politik ………...……….... 8

1.5.2. Patriarki ……….………... 10

1.5.3. Partisipasi Politik …..………... 11

1.5.4. Perilaku Politik ……....……….... 15

1.6. Metode Penelitian …….……….……… 17

1.6.1. Jenis Penelitian ………...……….. 17

1.6.2. Lokasi Penelitian ………. 17

1.6.3. Teknik Pengumpulan Data ………...… 17

1.6.4. Populasi dan Sampel ……… 18

1.6.5. Teknik Analisis Data ……… 19

Bab 2 DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ……….. 20

2.1. Gambaran Umum Desa Gunung Tua Raya ………... 20

2.1.1. Letak Secara Geografis ……….... 20

2.1.2. Demografi ………. 21


(6)

Bab 3 PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ……….. 29

3.1. Karakteristik Responden ………...… 29

3.2. Identifikasi Pemahaman Permasalahan Perempuan di Desa Gunung Tua Raya ………... 29

3.3. Identifikasi Pengetahuan Pemilih terhadap Calon-Calon Anggota Legislatif yang Ada ………... 36

3.4. Identifikasi Sejauh Apa Pemilih Perempuan Mencermati Calon Legislatif yang Ada ……….. 43

Bab 4 KESIMPULAN DAN SARAN ………... 50

4.1. Kesimpulan ……… 50

4.2. Saran ……….. 51


(7)

ABSTRAKSI

Hampir di setiap negara yang ada di belahan dunia ini wanita selalu memiliki permasalahan. Begitu pula dengan perempuan Indonesia yang memiliki ragam permasalahan yang ada. Tentunya peranan pemerintah sangat diharapkan di dalam menyelesaikan permasalahan ini. Akan tetapi seringkali kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah tidak mampu menyelesaikan permasalahan perempuan dan bahkan bersifat bias gender.

Hal ini sebenarnya dapat dicegah apabila pemilih perempuan lebih cermat di dalam memilih calon-calon yang akan mewakilinya nanti baik di tingkat eksekutif maupun legislatif. Namun sayangnya seringkali partisipasi yang ditunjukkan pemilih perempuan hanya bersifat semu. Meskipun dalam setiap pemilihan umum jumlah pemilih perempuan yang memberikan suara di tiap-tiap TPS cukup besar namun tidak lantas menjadi satu alasan kuat bagi kita untuk menyimpulkan bahwa pemilih perempuan telah memiliki pemahaman mengenai calon yang dipilihnya itu. Apakah dengan banyaknya permasalahan perempuan lantas menjadikan pemilih perempuan termotivasi di dalam mencermati calon yang akan menampung aspirasinya nanti.

Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian di Desa Gunung Tua Raya mengenai pemahaman pemilih perempuan terhadap calon legislatif yang dipilihnya pada pemilu legislatif 2009.

Kata Kunci : Permasalahan Perempuan, Pemahaman Pemilih Perempuan Terhadap Calon.


(8)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia sebagai Negara merdeka dan berdaulat telah berkomitmen dan secara tegas memberi pengakuan yang sama bagi setiap warganya, baik perempuan maupun laki-laki akan berbagai hak-haknya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tanpa terkecuali. Bahkan perempuan juga memilki peranan penting di dalam urusan negara.

Dalam kehidupan sehari-hari kaum perempuan sering kali tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya berada pada posisi terdiskriminasi, menghadapi perlakuan tidak adil, dilecehkan, dan sebagainya yang sebenarnya harus diubah dan diperbaiki. Namun, sering kali juga mereka merasa bahwa hal itu merupakan sesuatu kewajaran dan bukan sesuatu yang patut yang dipersoalkan.

Seperti kebanyakan perempuan di negara-negara lain, Indonesia juga memiliki ragam permasalahan perempuan yang ada. Baik di ranah privat seperti dalam tataran keluarga maupun di ranah publik seperti dalam tataran bermasyarakat dan bernegara. Di ranah privat, permasalahan-permasalahan seperti kasus kekerasan suami terhadap istrinya, pemerkosaan ayah terhadap anak kandung maupun anak tirinya, dan kekerasan majikan terhadap pembantu rumah tangga masih sering kita dengar marak terjadi. Sementara di ranah publik,


(9)

kasus-kasus seperti pemerkosaan, pelecehan seksual, trafficking, diskriminasi dan eksploitasi di tempat kerja adalah yang paling banyak terjadi.1

Persoalan perempuan sendiri sebenarnya tidak berdiri sendiri ataupun tidak terjadi dengan sendirinya. Permasalahan perempuan terkadang mempunyai keterkaitan dengan perangkat lain seperti undang-undang/peraturan, norma, nilai-nilai sosial budaya, kebijakan pemerintah atau individu-individu di sekitar wanita itu sendiri.

Permasalahan ketidakadilan maupun ketimpangan yang terjadi di antara perempuan dan laki-laki juga masih menjadi permasalahan besar yang belum dapat diselesaikan. Banyak contoh kasus yang menunjukkan bahwa perempuan masih harus berusaha keras untuk mendapatkan posisi, baik di tataran keluarga maupun publik.

2

1

Darwin, Muhadjir M., Negara dan Perempuan; Reorientasi Kebijakan Publik, [Yogyakarta : Media Wacana, 2005], hal. 166.

2

Sihite, Romany, Perempuan, Kesetaraan, Keadilan; Suatu Tinjauan Berwawasan Gender, [Jakarta : PT RajaGrafindo, 2007], hal. 88.

Untuk faktor negara permasalahan perempuan seringkali muncul manakala negara tidak mempunyai keberpihakan yang kuat terhadap perempuan. Sistem pemerintahan yang hirarkis, hegemonis, dan patriarkis hanya akan meminggirkan perempuan secara sistematis melalui kebijakan, program, dan lembaga yang tidak responsif gender. Negara sebenarnya dapat berperan melindungi dan mencegah permasalahan-permasalahan perempuan yang ada apabila peranan itu dapat dijalankan dengan maksimal melalui hukum maupun undang-undang yang mengatur atau dengan kebijakan-kebijakan publik yang berpihak pada perempuan.


(10)

Pada beberapa kasus, perempuan-perempuan Indonesia masih belum dapat terlindungi karena lemahnya hukum yang mengatur dan melindungi perempuan. UU No. 23 Tahun 2004 tentang penghapusan tindak kekerasan dalam rumah tangga sebenarnya merupakan langkah maju dan jika terimplementasi dengan baik seharusnya dapat melindungi perempuan dari perlakuan dan ancaman kekerasan yang dialaminya. Namun dalam praktiknya UU tersebut belum cukup terimplementasi dengan baik. UU perlindungan bagi tenaga kerja perempuan (TKW) juga belum terlalu diatur dengan terperinci, hal ini disebabkan karena pembantu Rumah Tangga masih dikategorikan sebagai pekerja informal yang belum dianggap penting untuk diatur. UU No.39 Tahun 1999 yang mengatur tentang pelarangan perdagangan perempuan juga pada kenyataannya menunjukkan bahwa perdagangan perempuan dari waktu ke waktu semakin meningkat.3

3

Ibid., hal. 175.

Ini membuktikan bahwa sebenarnya masih lemahnya pengawasan negara terhadap permasalahan-permasalahan wanita yang ada.

Pemilu merupakan pintu gerbang demokrasi bagi mayarakat untuk terlibat secara langsung dalam memilih pemimpin yang kelak ikut menentukan arah kebijakan. Di samping itu, pemilu juga merupakan sarana bagi masyarakat untuk ikut dalam menentukan figur dan arah kepemimpinan negara dalam periode tertentu. Keberhasilan suatu pemilu sangat ditentukan dari faktor partisipasi politik seperti apa yang ditunjukkan masyarakat.


(11)

Partisipasi politik aktif dapat tercipta dalam suatu tatanan masyarakat manakala kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah setempat cukup tinggi. Kebijakan-kebijakan yang tidak lagi memihak kepada rakyat dapat membuat masyarakat bersikap skeptis terhadap perubahan yang lebih baik lagi di dalam negara dan berdampak pada sikap apatis yang ditunjukkan masyarakat.

Partisipasi aktif akan timbul apabila masyarakat memiliki tingkat kesadaran politik yang tinggi dan percaya pada sistem yang ada. Sementara partisipasi pasif tertekan terjadi manakala kesadaran politik ada dan kepercayaan terhadap sistem politik sangat rendah. Artinya adalah ketika kesadaran politik masyarakat tinggi sementara kepercayaan terhadap sistem politik sangat rendah. Sedangkan kesadaran politik pasif, terjadi apabila kesadaran politik masyarakat sangat rendah, tetapi kepercayaan terhadap sistem politik sangat tinggi.

Dalam hal ini pemilu juga dapat menjadi momen bagi pemilih perempuan untuk kritis dalam menentukan pilihan karena pilihan tersebut sangat menentukan arah kebijakan nantinya yang terkait dengan permasalahan perempuan. Akan tetapi sangat disayangkan dengan jumlah pemilih perempuan yang cukup besar hanya segelintir pemilih perempuan saja yang memiliki pemahaman mengenai calon yang akan dipilihnya baik dari prestasi yang dimiliki si calon maupun visi dan misi. Padahal calon-calon yang akan dipilih merupakan wakil yang nantinya akan memperjuangkan solusi untuk permasalahan-permasalahan yang ada.

Perempuan sebagai bagian dari rakyat Indonesia juga memiliki hak untuk berpartisipasi dalam politik baik dalam memilih maupun dipilih. Akan tetapi terkadang kurangnya akses terhadap setiap kegiatan politik yang ada menjadikan


(12)

partisipasi politik pemilih perempuan kerap kali hanya bersifat pasif yakni hanya sebatas memberikan suara pada pemilu tanpa melakukan analisa terhadap figur calon yang akan dipilih.

Badan legislatif merupakan salah satu badan yang memegang peran kunci menetapkan kebijakan publik, pengambil keputusan, dan menyusun berbagai piranti hukum. Lembaga inilah sebenarnya yang diharapkan dapat menjalankan fungsi dan perannya dengan maksimal di dalam mengatasi permasalahan perempuan yang ada.

Dalam kajian ini penulis memfokuskan penelitian pada Desa Gunung Tua Raya di Kabupaten Mandailing Natal. Penulis merasa tertarik karena di lokasi penelitian ini budaya patriarki, yang memang pada umumnya masih sering kita temui di daerah-daerah batak, masih mengakar kuat pada masyarakatnya. Sementara di awal pembahasan telah sama-sama kita lihat bahwa permasalahan-permasalahan wanita banyak yang terjadi sebagai akibat budaya patriarki.

Dalam bukunya getar gender edisi kedua Nunuk Muniarti sempat memaparkan sekilas mengenai posisi perempuan di adat istiadat Suku Batak. Dalam bukunya tersebut ia menjelaskan posisi perempuan memang seringkali dikesampingkan. Hal ini disebabkan karena dominasi lelaki yang begitu kuat di dalam adat batak, karena garis keturunan dan marga memang diturunkan dari pihak ayah atau lelaki. Hal ini mengakibatkan kaum lelaki seringkali diistimewakan.


(13)

Pemaparan di atas setidaknya memberikan kita sekilas mengenai gambaran bagaimana posisi perempuan di adat istiadat Suku Batak. Di lokasi penelitian ini sendiri kita masih dapat melihat dengan jelas permasalahan-permasalahan perempuan. Ketimpangan gender seperti yang dipaparkan oleh Nunuk Muniarti dalam bukunya memang masih dapat kita temui dengan jelas, bagaimana perempuan dan laki-laki seringkali dibedakan baik hak-hak maupun peranannya. Seringkali dalam beberapa contoh kasus anak laki-laki diutamakan, dan bukan hal yang janggal bila kita menjumpai suami yang menikah lagi karena istrinya tidak dapat melahirkan anak laki.laki karena sedemikian pentingnya lelaki di dalam suatu keluarga.

Permasalahan perempuan yang paling banyak ditemui di dalam lokasi penelitian ini adalah permasalahan ekonomi. Perubahan status kota kecamatan menjadi ibukota kabupaten mengakibatkan biaya kehidupan meningkat sementara mayoritas mata pencaharian penduduk di desa ini adalah bertani dan berkebun yang tergantung pada musim. Ketika memasuki musim penghujan biasanya pemasukan dari hasil berkebun (menderes karet) biasanya menjadi tidak ada sama sekali. Pada saat ini kaum lelaki biasanya cenderung tidak perduli dengan kondisi keuangan rumah tangga, sehingga yang terjadi adalah si istri bekerja keras, dan laki-laki berkumpul di lopo (kedai minum) sambil main catur atau kartu.4

4

Ibid.

Pada saat musim penghujan, kaum perempuan biasanya menambah penghasilan dengan menjadi buruh tani di kecamatan lain misal Kotanopan yang berjarak cukup jauh


(14)

sehingga seringkali si ibu terpaksa pergi ke sawah di waktu subuh dan kembali pada saat malam.

Lokasi penelitian ini terdiri dari 5 dusun yang terdapat di Desa Gunung Tua Raya yaitu Lumban Pasir, Gunung Tua Jae, Gunung Tua Julu, Iparbondar dan panggorengan. Pada pemilu lalu sendiri tercatat sebanyak 3449 pemilih perempuan memberikan hak suaranya di TPS yang ada. Akan tetapi meskipun banyak pemilih perempuan yang memberikan suaranya dalam setiap pemilihan umum hal ini tidak lantas menjadi satu alasan bagi kita untuk menyimpulkan bahwa kesemua pemilih perempuan tersebut mengenal dan mengetahui calon yang telah dipilihnya. Banyaknya permasalahan perempuan yang ada apakah juga lantas menjadikan pemilih perempuan lebih cermat di dalam memilih calon yang akan mewakilinya di badan legislatif.

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut diperlukanlah suatu penelitian yang lebih mendalam. Untuk itulah penelitian tentang kesadaran pemilih ini dilakukan dengan lokasi penelitian yang dipilih peneliti pada Dusun Iparbondar, Gunung Tua Julu, dan Lumban Pasir pada Desa Gunung Tua Raya. Lokasi penelitian ini dipilih karena peneliti melihat daerah ini memiliki permasalahan perempuan yang cukup beragam dan sesuai dengan penelitian mengenai kesadaran pemilih perempuan terkait dengan permasalahannya.


(15)

1.2. Perumusan & Pembatasan Masalah 1.2.1. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah pemilih perempuan memiliki pengetahuan tentang calon legislatif yang ada sebelum pada akhirnya menjatuhkan pilihannya.

Karena banyaknya jumlah sampel yang akan diteliti, maka peneliti hanya membatasi lokasi penelitian pada 3 dusun yang memiliki populasi perempuan yang cukup banyak. Yaitu Dusun Lumban Pasir, Gunung Tua Julu dan Iparbondar. 3 dusun ini dianggap cukup mewakili gambaran perempuan di Desa Gunung Tua Raya.

Selain itu pemilih perempuan yang diteliti dalam penelitian kali ini hanya dibatasi pada pemilih perempuan yang sudah berkeluarga. Adapun alasan peneliti hanya memilih pemilih perempuan yang sudah berkeluarga saja karena peneliti melihat permasalahan perempuan yang dihadapi di lokasi penelitian lebih banyak dialami dan dihadapi oleh ibu rumah tangga karena itu peneliti hanya menentukan pemilih perempuan yang ingin diteliti hanya yang sudah berkeluarga saja.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian kali ini adalah:

1. Untuk mengetahui pemahaman pemilih perempuan yang ada di lokasi penelitian ini terhadap calon yang akan dipilih nantinya.

2. Untuk melihat permasalahan-permasalahan perempuan apa saja yang ada di Desa Gunung Tua Raya Kabupaten Mandailing Natal.


(16)

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Manfaat bagi penulis, penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman penulis untuk berfikir secara akademis dalam melihat tingkat kesadaran pemilih perempuan di dalam menentukan pilihannya di dalam pemilihan umum.

2. Manfaat akademis, penelitian ini dapat menjadi sebuah referensi baru dalam pengembangan khasanah ilmu politik.

3. Manfaat Praktis, penelitian ini diharapkan menjadi sebuah referensi dan masukan bagi kaum perempuan untuk lebih aktif di dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan perempuan yang ada, salah satunya dengan cermat dan teliti di dalam menentukan pilihannya pada pemilihan umum.

1.5. Landasan Teori 1.5.1. Kesadaran Politik

Kesadaran politik dan partisipasi politik merupakan kedua hal yang berkaitan erat. Bahkan tidak jarang kedua istilah ini terkadang disamakan maknanya oleh masyarakat. Akan tetapi kedua hal ini sebenarnya merupakan hal yang berbeda satu sama lain. Partisipasi politik merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seorang individu yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan politik. Sementara kesadaran politik merupakan hal yang mendorong individu tersebut untuk melakukan partisipasi politik.


(17)

Kesadaran sendiri menurut K. Bertens dapat diartikan sebagai mengetahui atau turut mengetahui. Sehingga kesadaran politik secara umum dapat diartikan sebagai sikap yang dimiliki seorang individu setelah ia mengetahui hak dan kewajiban yang dimilikinya yang kemudian mendorongnya untuk melakukan tindakan yang terkait dengan permasalahan politik.

Kesadaran politik sendiri merupakan buah hasil dari pendidikan politik seorang individu. Pendidikan politik yang didapat seorang individu nantinya akan menimbulkan tanggung jawab politik dan kesadaran politik di dalam dirinya. Ketika seseorang memiliki kesadaran politik di dalam dirinya maka ia akan merasa wajib untuk memenuhi kewajiban yang dimilikinya sebagai seorang warga negara dan juga menuntut haknya.

Seorang warga negara yang memiliki kesadaran politik akan sadar untuk memberikan hak suaranya di dalam pemilu, memantau kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dan mengajukan kritik terhadap pemerintah manakala ia melihat pemerintah tidak memberikan hak-hak yang seharusnya ia dapat sebagai seorang warga negara.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya suatu kesadaran politik seorang individu. Seperti umur, jenis kelamin, status sosial dan status ekonomi. Sebagi contoh pemilih pemula pada umumnya tidak memiliki kesadaran politik yang besar untuk mencermati calon dibandingkan orang dewasa. Atau contoh lain kaum lelaki biasanya lebih aktif di dalam melakukan pengamatan situasi-situasi politik yang ada dibandingkan dengan kaum perempuan.


(18)

Status sosial dan ekonomi juga biasanya mempengaruhi seberapa jauh tingkat kesadaran politik yang dimiliki oleh seseorang. Status sosial dam ekonomi biasanya ditentukan oleh kedudukan seorang warga negara dalam pelapisan sosial baik oleh tingkat pendidikan maupun pekerjaan. Dengan status sosial ekonomi yang tinggi diperkirakan seseorang akan memiliki tingkat pengetahuan politik, minat dan perhatian pada politik serta sikap dan kepercayaan yang tinggi pada pemerintah. Tentu saja kesemua itu akan berpengaruh pada tingkat kesadaran politik yang ditunjukkan oleh seseorang individu.

1.5.2. Patriarki

Secara umum, patriarki dapat didefenisikan sebagai suatu sistem yang bercirikan laki-laki (ayah), dalam sistem ini, laki-laki merupakan yang berkuasa dalam hal penentuan segala sesuatu.5 Patriarki juga dapat diartikan sebagai nilai-nilai yang hidup di masyarakat yang memosisikan laki-laki sebagai superior dan perempuan sebagai subordinat.6

Pada waktu manusia berfikir sangat sederhana, mereka belajar dari yang mereka lihat dalam hidup. Mereka membutuhkan pembagian kerja untuk kelangsungan hidup. Mulailah pembagian kerja atas dasar biologis. Inilah awal lahirnya budaya patriarki. Sejarah budaya patriarki ini sendiri terjadi pada waktu laki-laki mengenal peternakan. Sifat peternakan yang menciptakan harta, membutuhkan pelimpahan harta sebagai warisan. Karena kebutuhan pelimpahan ini, laki-laki mulai mencari keturunannya untuk diberi hak waris. Sejak itu, anak

5

Muniarti, A.Nunuk, Getar Gender Buku Kedua; Perempuan Indonesia dalam Perspektif Agama,

Budaya dan Keluarga, [Magelang: Indonesia Tera, 2004], hal. 81.

6


(19)

dikenal dari garis keturunan ayah.7 Dalam proses berikutnya, pandangan manusia mengenai hak milik diperluas. Bukan hanya hak milik atas barang-barang, tetapi juga hak untuk mengambil keputusan dalam kehidupan. Pada waktu yang sama, maka terjadilah perampasan hak perempuan dalam hal pengambilan keputusan.8

Sesuai dengan istilah partisipasi, maka partisipasi berarti keikutsertaan warga negara biasa (yang tidak mempunyai kewenangan) dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik berupa kebijakan publik.

Perjalanan budaya patriarki makin kuat dan mantap, ketika terjadi perubahan sosial ke masyarakat feodal. Kemudian masyarakat ini berkembang menjadi masyarakat kapitalis dan kemudian dikunci dengan sistem militerisme. Akibat perubahan sosial itu, dalam masyarakat terdapat pandangan bahwa norma manusia yang dianggap benar apabila dipandang dari sudut laki-laki. Semua ini berlaku di berbagai aspek kehidupan, sosial, ekonomi, politik, kebudayaan bahkan agama. Keadaan inilah yang melahirkan segala macam diskriminasi terhadap perempuan, walaupun akibatnya mengenai laki-laki juga.

1.5.3. Partisipasi Politik

9

Di pihak lain, Budiarjo secara umum mengartikan partisipasi politik sebagai kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta dan aktif dalam kehidupan politik yaitu dengan jalan memilih pimpinan negara secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah.10

7

A. Nunuk Muniarti, op. cit., hal. 79. 8

Ibid. 9

Agustino, Leo, Perihal Ilmu Politik, [Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007], hal. 58. 10


(20)

Partisipasi politik perlu dibedakan dengan perilaku politik, meskipun partisipasi politik merupakan perilaku politik, akan tetapi perilaku politik belum tentu merupakan partisipasi politik.

Kegiatan yang termasuk dalam pengertian partisipasi politik mencakupi hal-hal sebagai berikut:

1. Partisipasi politik terwujud sebagai kegiatan atau perilaku luar individu warga negara biasa yang dapat diamati dan bukan berupa sikap dan orientasi.

2. Kegiatan itu diarahkan untuk mempenagruhi pemerintah selaku pembuat dan pelaksana keputusan politik.

3. Kegiatan yang berhasil maupun yang gagal dalam mempengaruhi keputusan politik pemerintah termasuk dalam partisipasi politik.

4. Kegiatan mempengaruhi politik pemerintah dapat dilakukan secara langsung tanpa perantara, dan secara tidak langsung.

5. Kegiatan mempengaruhi pemerintah dapat dilakukan melalui prosedur yang wajar tanpa kekerasan, dan dengan cara-cara yang tidak wajar.

6. kegiatan individu untuk mempengaruhi pemerintah ada yang dilakukan atas dasar kesadaran sendiri dan atas desakan atau paksaan dari pihak lain. Partisipasi politik dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Partisipasi sebagai kegiatan dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu partisipasi aktif dan partisipasi pasif.11

11


(21)

Partisipasi aktif mencakupi kegiatan warga negara mengajukan usul mengenai suatu kebijakan umum, mengajukan alternatif kebijakan umum yang berbeda dengan kebijakan pemerintah, mengajukan kritik dan saran perbaikan untuk meluruskan kebijaksanaan dan ikut serta dalam kegiatan pemilihan pimpinan pemerintahan. Di pihak lain partisipasi pasif antara lain berupa kegiatan mentaati peraturan/perintah, menerima dan melaksanakan begitu saja keputusan pemerintah.12

Sementara itu Milbrath dan Goel membedakan partisipasi menjadi beberapa kategori.13

Partisipasi politik berdasarkan sifatnya juga dapat dibedakan menjadi partisipasi yang bersifat sukarela (otonom) dan atas desakan orang lain (dimobilisasi). Nelsom membedakannya dengan dua sifat, yaitu “autonomous participation” (partisipasi otonom) dan “mobilized participation” (partisipasi yang dimobilisasikan). Sementara berdasarkan jumlah pelakunya partisipasi politik dapat dikategorikan menjadi dua, yakni partisipasi individual dan partisipasi kolektif.

Kategori pertama adalah apatis, yaitu orang yang menarik diri dari proses politik. Kedua adalah spektator. Kategori kedua ini berupa orang yang setidak-tidaknya pernah ikut dalam pemilihan umum. Ketiga gladiator, yaitu orang-orang yang secara aktif terlibat dalam proses politik, yakni sebagai komunikator dengan tugas khusus mengadakan kontak tatap muka, aktivis partai dan pekerja kampanye, serta aktivis masyarakat. Keempat pengkritik yaitu orang-orang yang berpartisipasi dalam bentuk yang tidak konvensional.

12

Sastroatmodjo, Sudijono, Perilaku Politik, [Semarang: IKIP Semarang Press, 1995], hal.74. 13


(22)

Pemberian suara dalam kegiatan pemilihan umum merupakan bentuk partisipasi politik yang terbiasa, yang seringkali lebih luas dibandingkan dengan partisipasi politik yang lain. Tinggi rendahnya partisipasi politik seseorang dipengaruhi oleh dua variabel penting, yakni kesadaran politik seseorang dan kepercayaan politik terhadap pemerintah.14

14

Sastroatmodjo, Sudijono, op. cit., hal 91.

Aspek kesadaran politik seseorang meliputi kesadaran terhadap hak dan kewajibannya sebagai warga negara baik hak-hak politik, hak ekonomi, maupun hak-hak mendapat jaminan sosial dan hukum. Selain itu, kesadaran warga negara terhadap kewajibannya dalam sistem politik, kehidupan sosial dan kewajiban lain ikut memberikan pengaruh terhadap tinggi rendahnya partisipasi seseorang dalam politik.

Faktor pertama itu sebenarnya juga menyangkut seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki seseorang akan lingkungan masyarakat dan politik di sekitarnya dan menyangkut minat dan perhatiannya terhadap lingkungannya. Faktor kedua menyangkut bagaimanakah penilaian, dan apresiasinya terhadap pemerintah, baik terhadap kebijakan-kebijakan maupun terhadap pelaksanaan pemerintahannya. Penilaian itu merupakan rangkaian dari kepercayaannya baik yang menyangkut apakah pemerintah itu dapat dipercaya atau tidak maupun apakah pemerintah dapat dipengaruhi atau tidak. Artinya, apabila pemerintah dipandang tidak dapat dipengaruhi dalam proses pengambilan keputusan politik untuk berpartisipasi secara aktif baginya merupakan hal yang sia-sia.


(23)

Status sosial dan status ekonomi juga terkadang memiliki kontribusi yang penting dalam mempengaruhi tinggi rendahnya partisipasi politik. Kedudukan sosial tertentu, misalnya orang yang memiliki jabatan atau keduduka n yang tinggi dalam masyarakat, akan memiliki tingkat partisipasi politik yang cenderung lebih tinggi daripada orang yang hanya memiliki kedudukan sosial yang rendah. Demikian pula dalam kaitannya dengan status ekonomi, seseorang yang memiliki status ekonomi tinggi dipandang lebih cenderung untuk berpartisipasi politik secara aktif, dibandingkan dengan yang statusnya lebih rendah. variabel lainnya ialah afiliasi politik orang tuanya dan pengalaman-pengalaman organisasi yang dimilikinya. Seringkali, afiliasi politik orang tua memiliki pengaruh yang besar terhadap aktif tidaknya seseorang dalam politik.

Kesadaran politik nantinya akan mempengaruhi partisipasi yang akan ditunjukkan oleh seseorang. Tingkat kesadaran politik yang tinggi yang diikuti dengan tingginya kepercayaan pada sistem yang ada akan menghasilkan suatu partisipasi politik yang aktif. Sementara di sisi lain apabila tingkat kesadaran politik tinggi namun kepercayaan akan sistem yang ada rendah maka partisipasi yang terjadi adalah partisipasi pasif tertekan dan apabila tingkat kesadaran politik masyarakat sangat rendah sementara kepercayaan sistem politik sangat tinggi maka terjadilah kategori kesadaran politik pasif.


(24)

1.5.4. Perilaku Politik

Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait dengan persoalan politik dalam arti luas. Masyarakat sebagai kumpulan individu memiliki harapan sekaligus tujuan yang hendak diwujudkan. Untuk mewujudkan harapan tersebut diperlukan adanya norma-norma atau kaidah-kaidah yang mengatur berbagai kegiatan bersama dalam rangka menempatkan dirinya di tengah-tengah masyarakat yang senantiasa ditegakkan.15

Perilaku politik dapat dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan kebijakan dan pelaksanaan keputusan politik.16

15

Sastroatmodjo, Sudijono, op. cit., hal. 1. 16

Surbakti, Ramlan, op. cit., hal. 131

Interaksi antara pemerintah dan masyarakat, antarlembaga pemerintah dan antara kelompok dan individu dalam masyarakat dalam proses pembuatan, pelaksanaan, dan penegakan keputusan politik pada dasarnya merupakan perilaku politik.

Perilaku politik berkenaan dengan tujuan suatu masyarakat, kebijakan untuk mencapai suatu tujuan, serta sistem kekuasaan yang memungkinkan adanya suatu otoritas untuk mengatur kehidupan masyarakat ke arah pencapaian tujuan tersebut. Perilaku politik merupakan tindakan yang dilakukan oleh suatu subjek. Subjek dapat berupa pemerintahan dan dapat juga masyarakat. Tindakan yang dilakukan oleh pemerintah berupa pembuatan keputusan-keputusan politik dan upaya pelaksanaan keputusan politik tersebut dan tindakan yang dilakukan oleh masyarakat berupaya untuk dapat mempengaruhi pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik oleh pemerintah sesuai dengan kepentingannya.


(25)

Kajian perilaku politik dapat dilakukan dengan menggunakan tiga unit dasar analisis, yaitu individu sebagai aktor politik, agregasi politik dan tipologi kepribadian politik. Yang dimaksud dengan agregasi politik adalah kelompok individu yang tergabung dalam suatu organisasi seperti partai politik. Sementara tipologi kepribadian politik adalah tipe-tipe kepribadian pemimpin.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku politik aktor politik ada empat. Pertama lingkungan sosial politik tak langsung, seperti sistem politik, sistem ekonomi, sistem budaya dan media massa.

Faktor kedua yang mempengaruhi adalah lingkungan sosial politik langsung yang mempengaruhi dan membentuk kepribadian aktor politik seperti keluarga, agama, sekolah dan kelompok pergaulan. Lingkungan sosial politik langsung itu memberikan bentuk-bentuk sosialisasi dan internalisasi nilai dan norma masyarakat pada aktor politik, serta memberikan pengalaman-pengalaman hidup.

Faktor ketiga yang mempengaruhi perilaku politik seseorang adalah struktur kepribadian yang tercermin dalam sikap individu, seperti penilaian seseorang terhadap suatu objek didasarkan pada minat dan kebutuhan seseorang terhadap objek itu.

Faktor keempat adalah faktor sosial politik langsung yang berupa situasi, yakni keadaan yang mempengaruhi aktor secara langsung ketika akan melakukan suau kegiatan, seperti cuaca, keadaan keluarga, kehadiran seseorang, keadaan ruang, susunan kelompok, dan ancaman dengan segala bentuknya.


(26)

Keempat faktor ini saling mempengaruhi aktor politik dalam kegiatan dan perilaku politiknya, baik langsung maupun tidak langsung. Dengan demikian, perilaku politik seseorang tidak hanya didasarkan pada pertimbangan politik saja, tetapi juga disebabkan banyak faktor yang mempengaruhi.

1.6. Metode Penelitian 1.6.1. Jenis Penelitian

Untuk memaparkan sejauh mana pemilih perempuan di desa Gunung Tua Raya memiliki pemahaman terhadap calon legislatif yang dipilihnya pada pemilu 2009 terkait dengan permasalahan-permasalahan perempuan yang ada maka penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pengambilan sampel nonprobabilistik (nonprobablistic sampling). Artinya dalam penelitian ini nantinya akan mempergunakan banyak data numerik dalam hal menganalisis permasalahan yang ada untuk membuat generalisasi dan prediksi17 dan dalam pengambilan sampel difokuskan pada karakteristik sampel yang akan diteliti18 yang dalam hal ini hanya dikhususkan pada pemilih perempuan.

1.6.2. Lokasi Penelitian

Untuk mendapatkan data dan juga informasi yang nantinya akan dipergunakan di dalam mengkaji permasalahan yang ada maka penulis melakukan penelitian di Desa Gunung Tua Raya Kabupaten Mandailing Natal.

17

Harrison, Lisa, Metodologi Penelitian Ilmu Politik, [Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009], hal. 86.

18


(27)

1.6.3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan pengumpulan data yang ada di lapangan nantinya maka penulis dalam hal ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu data primer dan data sekunder.19

1. Data Primer

Di dalam pengumpulan data nantinya yang akan dilakukan oleh penulis, penulis akan mempergunakan kuesioner dan riset. Artinya di dalam penelitian ini nantinya penulis akan mengajukan sejumlah pertanyaan yang berbasis kuesioner dan hasil dari kuesioner yang dikumpulkan penulis dan analisis yang dilakukannya akan menjadi survei.

2. Data Sekunder

Meliputi tinjauan pustaka (library research) yaitu dengan mempelajari buku-buku, jurnal, laporan penelitian, dan dokumen lembaga yang relevan dengan penelitian ini.

1.6.4. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditetapkan kesimpulannya. Dalam hal ini populasi yang

19

Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial, [Surabaya: Airlangga University Press, 2001], hal. 51.


(28)

digunakan dalam peneliti adalah pemilih perempuan yang telah berkeluarga dan masih produktif pada Dusun Iparbondar, Gunung Tua Julu dan Lumban Pasir yang ada di Desa Gunung Tua Raya yaitu berjumlah 941 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebahagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila subjek yang ingin diteliti berjumlah kurang dari 100 maka subjek penelitian dapat diambil keseluruhan sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya apabila jumlah subjek yang ingin diteliti besar maka peneliti tidak mungkin untuk meneliti semua yang ada di populasi sehingga dalam hal ini dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.

Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan dan pengambikan sampel adalah rumus yang dikemukakan oleh Taro Yamane,

n = N N. d² + 1 Keterangan:

n = Jumlah sampel N = Jumlah Populasi

d = Presisi, ditetapkan 10% dengan derajat kepercayaan 90%

Sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah: n = 941


(29)

n =

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Univariate Analysis. Teknik analisa data ini hanya memiliki satu variabel biasanya permasalahan yang disorot hanya berkisar pada hal menanyakan “berapa ataupun seberapa”.

941 10,41

n = 90,39 atau 90 orang

1.6.5. Teknik Analisis Data

20

Artinya dari hasil kuesioner yang nantinya akan didapat analisa hanya berkisar pada sejauh apa ataupun seberapa jauh pemilih perempuan memiliki pemahaman akan calon legislatif yang telah dipilihnya.

20


(30)

BAB 2

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Gambaran Umum Desa Gunung Tua Raya 2.1.1. Letak Secara Geografis

Desa Gunung Tua Raya merupakan bagian dari Kabupaten Madina dan Kecamatan Panyabungan Kota dengan luas wilayah sebesar 860,6 hektar. Desa Gunung Tua Raya sampai tahun 2002 terbagi atas 2 dusun yaitu Dusun Gunung Tua dan Ipar Bondar. Pada tahun 2002 diadakan pemecahan Desa Gunung Tua Raya menjadi 5 dusun yaitu Dusun Ipar Bondar, Dusun Gunung Tua Julu, Dusun Gunung Tua Jae, Dusun Gunung Tua Tonga dan Dusun Lumban Pasir. Pada tahun 2004 diadakan kembali pemekaran desa menjadi 6 dusun dengan penambahan Dusun Panggorengan.

Akan tetapi di dalam penelitian ini nantinya hanya difokuskan kepada 3 dusun. Hal ini dilakukan untuk menghindari terlalu luasnya cakupan. Sehingga penelitian hanya dilakukan pada 3 dusun yang memiliki jumlah penduduk perempuan terbanyak yakni Dusun Gunung Tua Julu, Lumban Pasir dan Iparbondar.

Adapun potensi dan sumber daya yang dimiliki oleh Desa Gunung Tua Raya meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya kelembagaan dan sumber daya sarana dan prasarana.

Tingkat perkembangan desa dapat dilihat dari keberhasilan kegiatan pembangunan ekonomi masyarkat, pendidikan masyarakat, kesehatan masyarakat


(31)

dan keamanan serta ketertiban yang terus meningkat seiring dengan pemekaran yang menjadi 6 desa.

Batas-batas wilayah Desa Gunung Tua Raya terdiri dari; 1. SebelahUtara :Kab.TapanuliSelatan

2. Sebelah Selatan :Prop.Sumatera Barat 3. Sebelah Barat :Samudera Indonesia 4. Sebelah Timur : Prop.Sumatera Barat

Adapun luas lahan wilayah Dusun Gunung Tua Julu, Lumban Pasir dan Iparbondar adalah sebesar 502,59 hektar. Untuk luas penggunaan lahan dapat dilihat lebih jelas pada tabel 1.

TABEL 2. 1

PENGGUNAAN LAHAN

No Dusun Luas (HA) Sawah Kebun Ternak Topografi

1 Iparbondar 165 150 - - Dataran

2 Gunung Tua Julu 271,87 266 - - Dataran 3 Lumban Pasir 65,72 61,72 3,894 - Dataran

Total 502,59 477,72 3,894 - Dataran

Sumber: Data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Madina

Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan lahan di kelurahan ini di dominasi dengan persawahan sebesar 99,19% dan perkebunan sebanyak 0,81%.


(32)

2.1.2. Demografi

Adapun banyak penduduk Dusun Gunung Tua Julu, Lumban Pasir dan Iparbondar tersebut adalah berjumlah 4789 jiwa dengan KK sebanyak 941 keluarga. Tidak terdapat kejadian-kejadian yang sangat mencolok dalam ketiga dusun ini baik dalam penyakit (kesehatan masyarakat) maupun tindakan kriminal. Tingkat kelahiran bayi sebesar 32 bayi / tahun, sedangkan tingkat kematian bayi 1% yang artinya kelahiran bayi masih dapat dimasukkan ke dalam kategori sehat. Untuk memperjelas komposisi penduduk Dusun Gunung Tua Julu, Lumban Pasir dan Iparbondar dapat dilihat berdasarkan jenis kelamin, agama, umur, pendidikan dan mata pencaharian.

1. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin

Komposisi penduduk di Dusun Gunung Tua Julu, Lumban Pasir dan Iparbondar berjenis kelamin perempuan memiliki persentase yang tinggi yakni sebesar 51,4% dan selebihnya merupakan penduduk berjenis kelamin laki-laki dengan persentase sebesar 48,6%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel nomor 2 sebagai berikut,

TABEL 2.2

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Desa Laki-Laki Perempuan

1 Ipar Bondar 702 726

2 Gunung Tua Julu 711 765


(33)

Total 2325 2464 Sumber: Data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Madina

Dari data di atas terlihat komposisi perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini diharapkan dapat memudahkan peneliti di dalam melakukan penelitian karena memang target populasi sampel merupakan pemilih perempuan.

2. Komposisi penduduk perempuan berdasarkan agama

Penduduk perempuan dalam Dusun Gunung Tua Julu, Lumban Pasir dan Iparbondar termasuk masyarakat yang homogen dalam hal agama. Ini dapat terlihat jumlah penduduk perempuan yang menganut agama Islam yaitu sekitar 100% dan keseluruhan masyarakat di ketiga dusun ini sendiri juga menganut agama Islam baik penduduk perempuan maupun penduduk laki-laki.

3. Komposisi penduduk perempuan berdasarkan umur

Komposisi penduduk perempuan di Dusun Gunung Tua Julu, Lumban Pasir dan Iparbondar berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel nomor 3 sebagai berikut,

TABEL 2.3 No Kelompok Umur Dusun

Iparbondar

Dusun Gunung Tua Julu

Dusun Lumban Pasir

1 0-12 Bulan 37 13 34


(34)

3 5-6 Tahun 48 14 72

4 7-12 Tahun 65 53 97

5 13-15 Tahun 72 52 98

6 16-19 Tahun 63 89 84

7 20-25 Tahun 91 86 107

8 26-35 Tahun 104 164 94

9 36-45 Tahun 78 138 88

10 46-50 Tahun 39 73 55

11 51-60 Tahun 37 35 42

12 61-75 Tahun 25 27 15

13 Lebih dari 76 Tahun - - -

Total 692 765 823

Sumber: Data yang diperoleh dari kantor kepala desa

Karena target dalam penelitian kali ini merupakan pemilih perempuan sehingga pemaparan kondisi penduduk juga dikhususkan hanya pada penduduk perempuan.

Dari klasifikasi umur ini dapat kita lihat bahwa di dua dusun yaitu Dusun Iparbondar dan Dusun Gunung Tua Julu mayoritas penduduknya berumur 26-35 tahun sementara pada Dusun Lumban Pasir mayoritas penduduknya berada pada usia 20-25 tahun.


(35)

4. Komposisi penduduk perempuan berdasarkan pendidikan Tabel 2. 4.

Komposisi Penduduk Perempuan Berdasarkan Pendidikan Terakhir No Tingkat Pendidikan Dusun

Iparbondar

Dusun Gunung Tua

Julu

Dusun Lumban Pasir

1 Taman Kanak-Kanak (TK)

- - -

2 Sekolah Dasar (SD) 73 74 82

3 SMP 198 216 177

4 SMA 139 176 109

5 Perguruan Tinggi 47 57 49

Total 457 523 417

Sumber: Data yang diperoleh dari kantor kepala desa

Untuk pendidikan terakhir penduduk perempuan di ketiga dusun ini,mayoritas hanya sampai pendidikan SMP seperti yang terlihat pada tabel. Hal ini diakibatkan karena masih banyaknya kesulitan ekonomi di mayoritas penduduknya sehingga membuat pendidikan terakhir di mayoritas penduduknya adalah tamatan SMP begitu juga dengan penduduk perempuannya.


(36)

5. Komposisi penduduk perempuan berdasarkan mata pencaharian Tabel 2.5.

Komposisi Penduduk Perempuan Berdasarkan Mata Pencaharian No Mata Pencaharian Dusun

Iparbondar

Dusun Gunung Tua

Julu

Dusun Lumban Pasir

1 Karyawan 72 24 15

2 PNS 27 21 26

3 Buruh 118 146 127

4 Petani 125 159 94

5 Pedagang 55 103 86

6 Ibu Rumah Tangga 26 37 28

7 Berkebun 15 12 18

Jumlah 438 502 394

Sumber: Data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Madina

Untuk penduduk perempuan di Dusun Iparbondar dan Gunung Tua Julu mayoritas penduduk perempuannya bermata pencaharian sebagai petani sementara untuk Dusun Lumban Pasir sebagian besar penduduk perempuannya bermata pencaharian sebagai buruh. Hal ini disebabkan karena memang lokasi penelitian cocok untuk melakukan aktifitas bertani sementara untuk Dusun Lumban Pasir banyak penduduk di daerah tersebut yang tidak memiliki lahan yang mengakibatkan banyak yang memilih buruh sebagai mata pencaharian tetap mereka.


(37)

2.1.3. Fasilitas Dusun

Fasilitas yang dapat digunakan oleh masyarakat secara bersama-sama merupakan sesuatu yang sangat diperlukan oleh masyarakat. Fasilitas peribadatan, kesehatan dan pendidikan merupakan fasilitas yang wajib dimiliki di dalam suatu daerah.

1. Prasarana pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang paling penting didalam meningkatkan kesejahteraan penduduk. Dengan adanya sarana pendidikan yang cukup memadai dapat membantu masyarakat setempat untuk meningkatkan mutu pendidikan. Untuk melihat lebih jelas prasarana dan sarana pendidikan dapat dilihat dari tabel nomor 6, yaitu:

Tabel 2.6

Prasarana dan Sarana Pendidikan di Desa Gunung Tua Raya No Sarana Pendidikan Negeri Swasta Total

1 Taman Kanak-Kanak (TK)

- 1 1

2 Sekolah Dasar (SD) 5 1 6

3 SMP 1 1 2

4 SMA - 1 1

5 Perguruan Tinggi - - -

6 SMK 1 - 1


(38)

(Sanggar Kegiatan Belajar)

Sumber: Data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Madina

2. Prasarana Peribadatan

Fasilitas peribadatan merupakan salah satu hal yang penting di dalam suatu daerah. Adapun prasarana peribadatan di Dusun Gunung Tua Julu, Lumban Pasir dan Iparbondar untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel nomor 7.

Tabel 2.7

Jumlah Prasarana Peribadatan Dusun Gunung Tua Julu, Lumban Pasir dan Iparbondar

No Rumah Ibadah Dusun Iparbondar

Dusun Gunung Tua

Julu

Dusun Lumban Pasir

1 Mesjid 1 1 1

2 Mushala 2 3 2

3 Gereja - - -

Total

Sumber: Data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Madina

3. Prasarana Kesehatan

Prasarana kesehatan merupakan hal yang penting di dalam suatu daerah karena kesehatan merupakan salah satu indikator penentu di dalam kesejahteraan


(39)

suatu masyarakat. Tentunya tingkat kesehatan suatu masyarakat juga akan mengalami peningkatan apabila prasarana kesehatan yang tersedia di suatu daerah juga memadai. Adapun prasarana kesehatan di Dusun Gunung Tua Julu, Lumban Pasir dan Iparbondar untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel nomor 8.

Tabel 2.8

Jumlah Prasarana Kesehatan Desa Gunung Tua Raya

No Sarana Kesehatan Jumlah

1 Rumah Sakit -

2 Klinik 2

3 Bidan 3

4 Puskesmas 1

5 Posyandu 6

3. Organisasi Masyarakat

Organisasi Masyarakat di Dusun Iparbondar, Gunung Tua Julu dan Lumban Pasir dapat dikatakan berjalan dengan baik. Masyarakat sangat antusias di dalam pengurusan organisasi. Adapun organisasi masyarakat seperti Koperasi, PKK (Pendidikan Kesejahteraan Keluarga), LPM (Lembaga Pemberdayaaan Masyarakat), BPD (Badan Perwakilan Desa).


(40)

4. Partai Politik

Partai politik juga merupakan hal yang tidak kalah penting di dalam suatu daerah sebagai wadah untuk memfasilitasi aspirasi masyarakat. Ada 5 partai yang terdapat di Dusun Iparbondar, Gunung Tua Julu, dan Lumban Pasir yaitu:

• Demokrat

• PDK (Partai Demokrasi Kebangsaan) • Golkar (Golongan Karya)

• PPP (Partai Persatuan Pembangunan) • PAN (Partai Amanat Rakyat).


(41)

Bab 3

PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

Pada bab ini akan dianalisa data yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada para responden di Dusun Iparbondar, Gunung Tua Julu dan Lumban Pasir dengan responden sebanyak 90 orang. Populasi pada penelitian ini adalah pemilih perempuan yang sudah berkeluarga dan masih berada pada usia produktif di Dusun Iparbondar, Gunung Tua Julu dan Lumban Pasir yang berjumlah 941 orang. Data yang disajikan dan dianalisa adalah karakteristik umum responden dan seberapa jauh pemilih perempuan di lokasi penelitian memiliki kesadaran politik yang dalam hal ini untuk mencermati dan memilih calon legislatif tk II Kabupaten Madina.

3.1 Karakteristik Responden

Berikut ini akan disajikan data yang berkaitan dengan identitas responden yaitu: berdasarkan usia, agama, pekerjaan utama, dan pendidikan terakhir.

Tabel 3.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

No Umur Jumlah Persentase

1. 17-20 5 5.6%

2. 21-25 12 13.3%

3. 26-30 14 15.6%


(42)

5. 36-40 16 17.8%

6. 41-45 11 12.2%

7. 46-50 6 6.6%

8. ≥50 14 15.6%

Jumlah 90 100%

Sumber : Data Kuesioner 2009

Di dalam penelitian ini, jumlah responden adalah 90 orang. Jika dilihat dari karakteristik umur responden pada tabel 3.1, maka umur mayoritas responden berkisar antara 36-40 tahun. Hal ini tentu saja dapat dikatakan cukup baik karena memang targetan responden yang diharapkan dalam penelitian ini adalah responden yang telah dewasa dan mampu memiliki pertimbangan-pertimbangan tersendiri sebelum akhirnya memutuskan untuk memberikan suara dalam pemilihan calon legislatif tk II.

Tabel 3.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah Persentase

1. Islam 90 100%

2. Kristen Protestan - -

3. Kristen Katolik - -

Jumlah 90 100%

Sumber : Data Kuesioner 2009

Berdasarkan data yang diambil di lapangan, untuk karakteristik responden berdasarkan agama semua responden dalam penelitian kali ini beragama Islam.


(43)

Tidak ada unsur kesengajaan di dalam pemilihan responden terkait dengan agama yang dianutnya, tetapi memang mayoritas penduduk di lokasi penelitian menganut agama Islam.

Tabel 3.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Utama

No Pekerjaan Utama Jumlah Persentase

1. Tidak Bekerja 7 7.8%

2. Karyawan 11 12.2%

3. PNS 17 18.9%

4. Buruh - -

5. Pedagang 15 16.7%

6. Petani 32 35.5%

7. Berkebun 1 1.1%

8. Ibu Rumah Tangga

7 7.8%

Jumlah 90 100%

Sumber : Data Kuesioner 2009

Pekerjaan utama merupakan hal yang cukup penting bagi seorang pemilih sebelum nantinya ia menjatuhkan pilihannya di dalam pemilu. Karena pekerjaan biasanya sangat erat hubungannya dengan orientasi pemilih dalam menjatuhkan pilihan. Dalam penelitian kali ini mayoritas responden memiliki pekerjaan utama sebagai petani, ini disebabkan karena lokasi penelitian memang cocok untuk melakukan kegiatan bertani. Setelah bertani, mayoritas pekerjaan utama oleh


(44)

responden dalam penelitian kali ini adalah PNS, hal ini disebabkan karena berubahnya status kecamatan dalam lokasi penelitian menjadi kota kabupaten yang secara otomatis membutuhkan banyak sumber daya manusia untuk mengisi kursi-kursi birokrasi yang ada.

Tabel 3.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir No Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase

1. SD / Sederajat 12 13.3%

2. SMP / Sederajat 17 19%

3. SMA / Sederajat 39 43.3%

4. Diploma (D1, D2, D3)

12 13.3%

5. Sarjana (S1, S2, S3) 10 11.1%

Jumlah 90 100%

Sumber : Data Kuesioner 2009

Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan juga merupakan faktor yang cukup penting di dalam menentukan tingkat partisipasi politik yang akan ditunjukkan oleh seseorang. Semakin tingginya tingkat pendidikan biasanya akan berpengaruh dalam hal rasionalitas yang digunakan pemilih saat menjatuhkan pilihannya di dalam pemilu. Dalam hal tingkat pendidikan terakhir, rata-rata responden penelitian merupakan tamatan SMA / Sederajat. Hal ini menunjukkan tingkat pendidikan responden masih dapat dikategorikan cukup tinggi dan


(45)

responden dianggap merupakan pemilih-pemilih yang mampu selektif di dalam menentukan pilihan pada pemilihan umum calon legislatif tk II.

3.2. Identifikasi Pemahaman Permasalahan Perempuan di Gunung Tua Raya Sesuai dengan judul penelitian skripsi ini, maka fokus penelitian pun akan difokuskan pada sejauh apa responden memahami permasalahan perempuan yang ada. Dalam bagian ini akan coba dipaparkan sejauh apa responden sadar akan permasalahan-permasalahan perempuan yang ada dan contoh-contoh permasalahan tersebut.

Tabel 3.5

Tanggapan Responden Apakah Memiliki Permasalahan Perempuan secara Umum

No Jawaban Jumlah Persentase

1. Ya 65 72.2%

2. Tidak 25 27.8%

Jumlah 90 100%

Sumber : Data Kuesioner 2009

Dari polling yang telah disebarkan kepada 90 orang responden yang ada maka diperoleh hasil sebanyak 65 orang responden (72.2%) memilih bahwa perempuan di Desa Gunung Tua Raya memang memiliki permasalahan pada umumnya dan hanya 25 orang responden saja (27.8%) yang mengatakan bahwa perempuan di Desa Gunung Tua Raya tidak memiliki permasalahan. Dari data yang ada maka dapat kita peroleh kesimpulan sementara bahwa perempuan di


(46)

Desa Gunung Tua Raya memang memiliki permasalahan pada umumnya dan mereka menyadari bahwa mereka memiliki permasalahan tersebut pula.

Tabel 3.6

Tanggapan Responden Mengenai Permasalahan yang Paling Banyak Dihadapi Perempuan

No Jawaban Jumlah Persentase

1. Ekonomi 29 44.6%

2. Ketimpangan antara hak laki-laki dan perempuan

11 16.9%

3. Kekerasan dalam rumah tangga 11 16.9% 4. Penyediaan air bersih untuk

kebutuhan hidup sehari-hari

14 21.6%

5. Lain-lain - -

Jumlah 65 100%

Sumber : Data Kuesioner 2009

Berdasarkan tabel 3.12 maka dapat kita lihat bahwa permasalahan yang paling banyak dihadapi oleh perempuan di Desa Gunung Tua Raya adalah permasalahan ekonomi dengan sebanyak 29 orang responden yang memilihnya (44.6%). Ini dikarenakan karena banyak responden yang merasa adanya peningkatan biaya hidup di Desa Gunung Tua Raya sendiri karena adanya perubahan status dari ibukota kecamatan menjadi ibukota kabupaten. Seperti data yang didapat di lapangan bahwa sebanyak 37.9% responden memilih biaya hidup di Desa Gunung Tua Raya yang mengalami peningkatan merupakan alasan utama


(47)

mereka memilih ekonomi sebagai permasalahan utama perempuan di Desa Gunung Tua Raya.

Permasalahan kedua yang paling banyak dihadapi oleh banyak perempuan di Desa Gunung Tua Raya adalah permasalahan penyediaan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Hal ini dianggap menjadi permasalahan karena air merupakan hal yang paling penting untuk dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti mandi, mencuci dan memasak. Akan tetapi hal ini tidak didukung dengan kondisi sumur sekitar yang tidak layak lagi untuk dipergunakan karena mengandung zat besi, sementara pihak pemerintah juga belum dapat menyediakan air PAM hingga saat ini. Ini terbukti sebanyak 35.7% responden yang memilih sumur di daerah tertentu terkontaminasi zat besi dan tidak layak dipergunakan sebagai alasan utama mengapa penyediaan air bersih menjadi permasalahan yang paling banyak dihadapi perempuan di Desa Gunung Tua Raya. Begitu juga dengan hal penyedian air PAM yang belum mampu disediakan oleh pemerintah juga dipilih sebesar 35.7% responden sebagai alasan mereka menjadikan penyediaan air bersih sebagai permasalahan yang dihadapi oleh banyak perempuan di Desa Gunung Tua Raya.

Sementara untuk permasalahan kekerasan dalam rumah tangga dan juga ketimpangan antara hak laki-laki perempuan menempati persentase yang seimbang yaitu masing-masing sebanyak 16.9%. Sebanyak 36.3% responden memilih seringnya ada pembedaan perlakuan dari masyarakat terhadap perempuan merupakan alasan mengapa mereka memilih ketimpangan hak dan kewajiban antara perempuan dan laki-laki merupakan permasalahan kebanyakan


(48)

perempuan di Desa Gunung Tua Raya. Hal ini didukung pula dengan seringnya posisi laki-laki dianggap lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan di mata adat. Karena memang di lokasi penelitian sistem patriarki masih kuat mengalir dalam masyarakat.

Untuk permasalahan kekerasan dalam rumah tangga, sebanyak 63.6% responden memilih masih tingginya tingkat kekerasan dalam rumah tangga sebagai alasan mengapa mereka memilih kekerasan dalam rumah tangga merupakan permasalahan perempuan yang paling banyak terjadi.

Tabel 3.7

Jawaban Responden mengenai Perlukah Permasalahan Perempuan Mendapat Bantuan dari Anggota DPRD tk II

No Jawaban Jumlah Persentase

1. Ya 67 74.4%

2. Tidak 23 25.6%

Jumlah 90 100%

Sumber : Data Kuesioner 2009

Setelah pada tabel sebelumnya dapat kita lihat bersama apakah responden memiliki pemahaman mengenai permasalahan perempuan yang ada. Maka dari tabel 3.13 maka dapat kita ambil kesimpulan sementara bahwa permasalahan perempuan sebenarnya dianggap oleh para responden membutuhkan bantuan dari pemerintah yang dalam penelitian ini difokuskan pada anggota DPRD tk II. Ini terbukti sebanyak 74.4 % responden menyatakan bahwa mereka membutuhkan


(49)

bantuan dari anggota DPRD tk II untuk penyelesaian permasalahan perempuan yang ada di Desa Gunung Tua Raya.

3.3. Identifikasi Pengetahuan Pemilih terhadap Calon-Calon Anggota Legislatif yang ada

Setelah kita mengetahui sejauh apa responden menyadari permasalahan-permasalahan perempuan yang ada maka pada bagian ini akan dilihat sejauh apa. pemilih perempuan di lokasi penelitian mengenal calon-calon yang ada sebelum pada akhirnya menentukan pilihan dalam pemilu.

Tabel 3.8

Partisipasi Masyarakat dalam Mengikuti Pemilihan DPRD Tk II

No Jawaban Jumlah Persentase

1. Ya 76 84.5%

2. Tidak 14 15.5%

Jumlah 90 100%

Sumber : Data Kuesioner 2009

Dari tabel 3.5 dapat kita lihat bahwa tingkat partisipasi masyarakat di lokasi penelitian sangat tinggi di dalam mengikuti pemilihan umum calon legislatif tk II. Dari 90 orang responden yang ada, sebanyak 76 orang responden (84.5%) mengikuti pemilihan calon legislatif tk II dan hanya sebanyak 14 orang responden (15.5%) saja yang tidak mengikuti pemilihan umum.

Salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam mengikuti pemilihan calon anggota DPRD tk II adalah tingginya keyakinan masyarakat bahwa calon anggota DPRD tk II yang dia pilih


(50)

dapat membawa perubahan Desa Gunung Tua Raya ke arah yang lebih baik. Berdasarkan hasil polling yang telah disebarkan sebanyak 76 orang responden (84.4%) menyatakan bahwa ia yakin terhadap calon anggota DPRD tk II yang ia pilih dapat membawa perubahan Desa Gunung Tua Raya ke arah yang lebih baik lagi.

Tabel 3.9

Tanggapan Responden mengenai Sudahkah Pemilu DPRD Tk II Menampung Aspirasi Rakyat

No Jawaban Jumlah Persentase

1. Ya 61 67.8%

2. Tidak 29 32.2%

Jumlah 90 100%

Sumber : Data Kuesioner 2009

Dari hasil polling yang telah berhasil disebarkan dapat diperoleh data yaitu sebanyak 61 orang responden (67.8%) memilih pemilu DPRD tk II sudah dapat menampung aspirasi masyarakat dan hanya 29 orang responden (32.2%) saja yang menyatakan bahwa pemilu DPRD tk II tidak dapat menampung aspirasi masyarakat. Hal ini berdampak pada tingginya tingkat partisipasi masyarakat mengikuti pemilu DPRD tk II yang cukup besar yang dapat kita lihat pada tabel 3.5 yang menunjukkan tingkat partisipasi pemilih perempuan di dalam mengikuti pemilu cukup besar.


(51)

Tabel 3.10

Pemahaman Responden Apakah Mereka mengetahui Peran dan Fungsi anggota DPRD Tk II

No Jawaban Jumlah Persentase

1. Ya 63 70%

2. Tidak 27 30%

Jumlah 90 100%

Sumber : Data Kuesioner 2009

Pemahaman masyarakat mengenai peran dan fungsi anggota DPRD tk II merupakan hal yang penting. Karena nantinya hanya masyarakat yang paham akan peran dan fungsi anggota DPRD tk II saja yang akan memiliki kesadaran untuk menggunakan peran dan fungsi itu dengan maksimal pula di dalam menyalurkan aspirasi mereka. Dari tabel 3.7 dapat kita lihat bersama bahwa mayoritas responden mengetahui peran dan fungsi anggota DPRD tk II, yaitu sebanyak 63 orang responden (70%) dan hanya sebanyak 27 orang responden saja (30%) yang menjawab tidak mengetahui peran dan fungsi anggota DPRD tk II. Dari data di lapangan diketahui bahwa mayoritas responden mengakui bahwa ia mengetahui calon legislatif inilah yang akan mewujudkan aspirasi dalam bentuk kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan.


(52)

Tabel 3.11

Pengetahuan Responden terhadap Kesemua Calon-Calon yang Ada pada Pemilu DPRD Tk II

No Jawaban Jumlah Persentase

1. Tahu 39 43.3%

2. Tidak Tahu 51 56.7%

Jumlah 90 100%

Sumber : Data Kuesioner 2009

Sebelum menjatuhkan pilihan dalam sebuah pemilu tentunya merupakan sebuah kewajiban bagi seorang pemilih untuk mengenal terlebih dahulu calon-calon yang akan bermain dalam sebuah pemilihan umum. Sehingga nantinya ia dapat memutuskan siapa yang dianggapnya layak untuk dipilihnya. Dalam penelitian kali ini berdasarkan tabel 3.8 dapat kita lihat bahwa sebanyak 51 orang responden (56.7%) tidak mengenal calon-calon yang ada pada pemilu DPRD tk II dan hanya sebanyak 39 orang (43.3%) saja yang mengaku bahwa ia mengenal calon-calon yang ada dalam pemilu DPRD tk II. Mayoritas responden mengakui banyaknya calon yang bermain dalam pemilu legislatif tk II mengakibatkan mereka tidak mengenal calon-calon secara keseluruhan. Hanya calon-calon yang berasal dari Desa Gunung Tua Raya saja yang diakui dikenal oleh mereka.


(53)

Tabel 3.12

Sumber Utama Responden di Dalam Mencari Informasi tentang Calon Anggota DPRD Tk II

No Jawaban Jumlah Persentase

1. Tetangga 27 30%

2. Keluarga 28 31.1%

3. Orang yang dituakan (contoh pemuka adat, pemuka agama

15 16.7%

4. Teman 17 18.9%

5. Lain-Lain 3 3.3%

Jumlah 90 100%

Sumber : Data Kuesioner 2009

Tabel memperlihatkan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 28 orang (31.1%) mendapatkan informasi tentang calon anggota DPRD tk II melalui keluarga. Hal ini disebabkan karena pada umumnya pendekatan yang dilakukan oleh calon biasanya tidak dilakukan melalui kampanye seperti halnya di kota-kota besar. Pendekatan yang dilakukan masih melalui tiap-tiap keluarga yang ada. Nantinya tiap-tiap keluarga ini pula lah yang akan kembali memperkenalkan kepada anggota keluarga mereka yang lainnya. Karena memang di lokasi penelitian ini sendiri sifat kekeluargaan yang ada masih sangat kuat. Sehingga saran yang diberikan suami, orang tua, ataupun saudara sangat kuat di dalam mempengaruhi keputusan si pemilih.


(54)

Tetangga ataupun teman merupakan elemen kedua terdekat dalam kehidupan seseorang setelah keluarga. Sehingga tidak jarang terkadang informasi yang dibutuhkan didapatkan melalui tetangga ataupun teman sekitar. Seperti pada penelitian kali ini tetangga ataupun teman menempati urutan kedua sebagai sumber yang paling banyak dipilih responden dalam untuk mengetahui informasi tentang calon-calon yang ada (dapat dilihat pada tabel 3.9). Artinya di sini pemilih perempuan di lokasi penelitian juga banyak mendiskusikan calon yang akan dipilih nantinya dengan tetangga ataupun teman-teman di sekitar.

Orang yang dianggap berpengaruh di dalam masyarakat (cth pemuka adat, pemuka agama) juga dianggap masih cukup berperan. Ini terbukti sebanyak 15 orang responden (16.7%) memilih mendapatkan sumber informasi mengenai calon anggota DPRD tk II dari orang-orang yang dituakan seperti pemuka adat atau pemuka agama. Hal ini memang didukung dengan lokasi penelitian yang masih kuat memegang adat istiadat.

Hanya 3 orang responden saja (3.3%) yang menjawab ia mendapatkan sumber informasi calon anggota DPRD tk II di luar dari pilihan yang telah disediakan peneliti yaitu tim sukses.

Tabel 3.13

Faktor yang Mempengaruhi Responden Menentukan Pilihannya

No Jawaban Jumlah Persentase

1. Tokoh/Figur 27 30%

2. Program 26 28.9%


(55)

4. Ikatan Kekeluargaan 11 12.2% 5. Saran dari orang yang dituakan

(contoh: Pemuka Adat, Pemuka Agama)

4 4.5%

6. Lain-Lain - -

Jumlah 90 100%

Sumber : Data Kuesioner 2009

Tidak dapat dipungkiri faktor tokoh/figur memang menjadi variabel penting dalam menarik dukungan massa pemilih. Seperti halnya dengan data yang didapat dalam penelitian kali ini, bahwa faktor tokoh/figur merupakan faktor yang paling banyak dipilih responden sebagai faktor utama untuk menentukan pilihannya (dapat dilihat pada tabel 3.10). Artinya popularitas yang dimiliki oleh seorang calon di masyarakat merupakan faktor yang paling besar mempengaruhi pemilih menjatuhkan pilihannya dan bukan karena daya tarik yang dimiliki partai tersebut.

Program kerja yang dijanjikan oleh seorang calon juga ternyata masih menjadi faktor yang tak kalah penting bagi seseorang untuk menentukan pilihannya, yaitu sebanyak 26 orang responden (28.9%) memilih faktor ini. Dari program kerja yang ditawarkan inilah nantinya akan menjadi pertimbangan bagi responden dalam memilih calon yang mampu menawarkan program kerja yang dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahannya.

Sementara untuk ikatan kekeluargaan antara seorang calon dengan pemilih ternyata kurang banyak berpengaruh di dalam mempengaruhi keputusan pemilih


(56)

untuk menetapkan pilihannya yaitu hanya sebanyak 11 orang responden (12.2%). Demikian pula dengan saran pemuka adat dan pemuka agama yang tidak terlalu banyak mempengaruhi responden menentukan pilihannya yaitu hanya sebanyak 4 orang (4.5%).

3.4. Identifikasi Sejauh Apa Pemilih Perempuan Mencermati Calon Legislatif yang Ada

Dalam pemaparan ini akan disajikan sejauh apa pemilih perempuan mengetahui dan mengenal terhadap calon anggota legislatif yang telah dipilihnya baik dari visi dan misi, maupun janji politik yang dimiliki

Tabel 3.14

Jawaban Responden mengenai Calon Legislatif Perempuan

No. Jawaban Jumlah Persentase

1. Setuju 71 78.9%

2. Tidak Setuju 19 21.1%

Jumlah 90 100%

Sumber : Data Kuesioner 2009

Dari tabel 3.14 maka diperoleh data bahwa sebanyak 71 orang responden (78.9%) memilih setuju mengenai calon legislatif perempuan. Artinya di sini tidak menjadi suatu permasalahan bagi responden apabila perempuan menjadi seorang anggota legislatif. Mereka menganggap bahwa calon legislatif perempuan biasanya lebih memahami permasalahan perempuan yang ada. Ini terbukti dari data polling yang disebar sebanyak 35.2% responden menjawab alasan khusus


(57)

mereka memilih setuju dengan calon legislatif perempuan adalah karena calon anggota DPRD tk II perempuan lebih memahami permasalahan perempuan.

Tabel 3.15

Jawaban Responden Apakah merupakan Suatu Keharusan Pemilih Perempuan Memilih Calon Legislatif Perempuan

No. Jawaban Jumlah Persentase

1. Setuju 37 41.1%

2. Tidak Setuju 53 58.9%

Jumlah 90 100%

Sumber : Data Kuesioner 2009

Meskipun pada tabel 3.14 hasil data menunjukkan bahwa responden setuju dengan adanya calon legislatif perempuan namun tidak berarti suatu keharusan bagi pemilih perempuan untuk memilih calon legislatif perempuan, hal ini dapat dilihat pada tabel 3.15 sebanyak 53 orang responden (58.9%) tidak setuju.

Tabel 3.16

Alasan Responden Memilih Setuju

No. Jawaban Jumlah Persentase

1. Kaum perempuan harus mendukung calon anggota DPRD tk II yang akan mencalonkan diri.

4 10.8%

2. Dengan adanya anggota DPRD tk II perempuan diharapkan pemerintah akan lebih peduli kepada permasalahan


(58)

perempuan.

3. Dengan adanya kaum perempuan yang menjadi anggota DPRD tk II merupakan keberhasilan tersendiri bagi kaum perempuan khususnya di Madina.

17 46%

4. Lain-Lain - -

Jumlah 37 100%

Sumber : Data Kuesioner 2009

17 orang responden (46%) responden menyatakan bahwa dengan adanya kaum perempuan yang menjadi anggota DPRD tk II merupakan keberhasilan tersendiri bagi kaum perempuan khususnya di Madina sehingga sudah menjadi suatu keharusan bagi pemilih pemilih perempuan untuk memilih calon anggota legislatif perempuan pula di dalam pemilu.

Tabel 3.17

Alasan Responden Memilih Tidak Setuju

No. Jawaban Jumlah Persentase

1. Tidak menjadi suatu keharusan kaum perempuan memilih kaum perempuan juga di dalam pemilu legislatif

29 54.7%

2. Banyak anggota calon DPRD tk II

perempuan yang tidak berkapabilitas/berkemampuan di dunia

politik


(59)

3. Dunia politik tidak cocok dengan perempuan 7 13.2%

4. Lain-lain - -

Jumlah 53 100%

Sumber : Data Kuesioner 2009

Setelah pada tabel 3.16 sebelumnya dapat kita lihat alasan khusus responden memilih setuju bahwa merupakan suatu keharusan bagi pemilih perempuan untuk memilih calon legislatif perempuan pula di dalam pemilu maka dalam tabel 3.17 ini dapat kita lihat alasan khusus responden memilih tidak setuju. Mayoritas responden menganggap bahwa tidak menjadi suatu keharusan bagi pemilih perempuan untuk memilih calon perempuan juga.

Tabel 3.18

Tanggapan Responden mengenai Penting atau Tidaknya Melihat Visi dan Misi Calon Anggota DPRD Tk II

No. Jawaban Jumlah Persentase

1. Ya 74 82.2%

2. Tidak 16 17.8%

Jumlah 90 100%

Sumber : Data Kuesioner 2009

Visi dan misi seorang calon merupakan hal yang paling penting untuk diamati. Karena visi dan misi inilah nantinya yang akan menjadi salah satu pertimbangan bagi si pemilih sebelum akhirnya menentukan pilihannya. Sama halnya dengan pernyataan tersebut, sebanyak 74 orang respoden (82.2%) juga


(60)

setuju bahwa sangat penting untuk melihat dan mencermati visi dan misi seorang calon.

Tabel 3.19

Pengetahuan Responden mengenai Visi dan Misi Calon yang Dipilih

No. Jawaban Jumlah Persentase

1. Ya 76 84.4%

2. Tidak 14 15.6%

Jumlah 90 100%

Sumber : Data Kuesioner 2009

Sejalan dengan data yang disajikan oleh tabel 3.18, pada tabel 3.19 ini juga dapat kita peroleh data bahwa sebanyak 76 orang responden (84.4%) menyatakan bahwa ia mengetahui visi dan misi calon yang akan dipilihnya.

Tabel 3.20

Sumber Responden di Dalam Mencari Tahu Visi dan Misi Calon Anggota Legislatif yang Telah Dipilih

No Jawaban Jumlah Persentase

1 Keluarga 27 35.52%

2 Tetangga/Teman 10 13.15%

3 Orang yang dituakan (contoh pemuka adat, pemuka agama)

3 3.97%

4 Tim Sukses 17 22.36%

5 Langsung dari calon yang akan dipilih


(61)

6 Lain-Lain -

Jumlah 76 100%

Sumber : Data Kuesioner 2009

Dari tabel 3.20 yang telah tersaji di atas dapat kita lihat mayoritas responden sebanyak 27 orang (35.52%) mendapatkan informasi terkait dengan visi dan misi yang dimiliki oleh calon yang telah dimilikinya melalui keluarga. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pendekatan yang dilakukan oleh calon biasanya dilakukan melalui tiap-tiap keluarga yang ada sehingga pada umumnya masyarakat di lokasi penelitian mendapatkan informasi mengenai segala sesuatu tentang si calon melalui keluarga.

Pada umumnya calon yang akan mengikuti pemilihan umum gencar di dalam melakukan pendekatan terhadap masyarakat sekitar baik melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan ataupun melalui tim sukses yang ada, seperti pada hasil yang ditunjukkan pada tabel 3.20 sebanyak 19 orang responden dan 17 orang responden memaparkan bahwa visi dan misi mengenai calon yang dipilih didapat langsung dari calon tersebut ataupun tim sukses.

Keluarga dan teman hanya dipilih koresponden sebanyak 10 orang (13.15%) sedangkan orang yang dituakan hanya dipilih sebanyak 3 orang koresponden.


(62)

Tabel 3.21

Pengetahuan Responden mengenai Visi dan Misi Calon yang Dipilih Terkait dengan Permasalahan Perempuan

No Jawaban Jumlah Persentase

1. Ya 29 38.2%

2. Tidak 47 61.8%

Jumlah 76 100%

Sumber : Data Kuesioner 2009

Meskipun pada tabel 3.19 mayoritas responden mengakui bahwa ia mengetahui visi dan misi calon yang telah dipilihnya. Namun terkait dengan permasalahan perempuan yang ada mayoritas responden memaparkan bahwa ia tidak merasa perlu untuk menyimak dan mencermati visi dan misi calon yang berkaitan dengan permasalahan perempuan. Hal ini dapat kita lihat pada tabel 3.20 yang menunjukkan sebanyak 47 orang responden (61.8%) menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui visi dan misi calon anggota yang akan dipilihya terkait dengan permasalahan perempuan. Dan hanya 29 orang responden saja ( 38.2%) yang menyatakan bahwa mereka mengetahui dan mencemati visi misi calon yang akan dipilihnya nanti terutama yang berkaitan dengan permasalahan perempuan. Meskipun telah dipaparkan sebelumnya bahwa mayoritas responden menyadari adanya permasalahan perempuan dan permasalahan tersebut memerlukan bantuan dari anggota legisatif.


(63)

Tabel 3.22

Pengetahuan Responden terhadap Janji-Janji Politik yang Ditawarkan oleh Calon yang Ada Terkait dengan Permasalahan Perempuan

No. Jawaban Jumlah Persentase

1. Ya 18 20%

2. Tidak 72 80%

Jumlah 90 100%

Sumber : Data Kuesioner 2009

Sejalan dengan tabel 3.21 yang menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak mengetahui visi dan misi calon yang terkait dengan permasalahan perempuan, maka dalam tabel 3.22 ini juga kita dapat melihat bahwa sebanyak 72 orang responden (80%) menyatakan bahwa mereka tidak pernah menyimak dan mendengar janji-janji politik yang berkaitan dengan permasalahan perempuan yang ditawarkan oleh calon anggota legislatif.


(64)

BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Permasalahan perempuan sangat menarik untuk diteliti terutama di daerah yang masih menerapkan budaya patriarki. Seperti pada lokasi penelitian ini yang bertempat di Desa Gunung Tua Raya Kabupaten Mandailing Natal. Permasalahan perempuan yang ada seharusnya menjadikan pemilih perempuan di lokasi penelitian ini aktif untuk mencermati calon yang akan dipilih dan melakukan posisi tawar dengan calon yang akan dipilih sebagai salah satu upaya untuk membantu memperbaiki kehidupan perempuan di lokasi penelitian dengan ragam permasalahannya. Hasil penelitian yang dilakukan mendapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Responden di lokasi penelitian ini menyadari bahwa perempuan pada umumnya di Desa Gunung Tua Raya memang memiliki permasalahan dan yang paling banyak dipilih responden adalah permasalahan ekonomi. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan status ibukota kecamatan menjadi ibukota kabupaten yang mengakibatkan meningkatnya biaya hidup sementara kemampuan ekonomi yang dimiliki mayoritas penduduk masih rendah.

2. Dari hasil polling yang telah disebar, responden menyatakan bahwa mereka menyadari membutuhkan bantuan anggota legislatif untuk penyelesaian permasalahan perempuan yang ada.


(65)

3. Mayoritas responden menyatakan bahwa mereka juga sepakat dengan adanya calon anggota legislatif perempuan. Hal ini disebabkan calon anggota legislatif perempuan biasanya lebih memahami permasalahan perempuan yang ada. Walaupun mayoritas responden menyatakan tidak setuju bahwa pemilih perempuan juga harus memilih calon perempuan juga di dalam pemilu.

4. Dari hasil polling yang telah disebarkan mayoritas responden menyatakan bahwa responden mengetahui visi dan misi calon anggota legislatif yang akan dipilihnya secara umum dan dianggap merupakan hal yang sangat penting. Akan tetapi terkait dengan permasalahan perempuan, peneliti menemukan responden kurang aktif untuk mengamati dan mencermati visi dan misi calon yang akan dipilih terkait dengan permasalahan perempuan.

5. Mayoritas responden juga menyatakan mereka tidak mengetahui dan berusaha mencari tahu janji-janji politik yang berkaitan dengan permasalahan perempuan.

6. Partisipasi politik di lokasi penelitian sendiri dapat dikategorikan sebagai partisipasi politik yang cukup aktif. Ini dapat dilihat banyaknya responden yang memberikan hak suaranya pada pemilihan umum yang lalu, dan aktifnya responden untuk melihat visi dan misi yang dimiliki calon yang akan dipilih dan mayoritas responden mengkui mereka memiliki keyakinan yang cukup tinggi bahwa calon


(66)

yang dipilih akan membawa perubahan Desa Gunung Tua Raya ke arah yang lebih baik lagi.

7. Kesimpulan akhir yang ditemukan dalam penelitian ini adalah keaktifan yang ditunjukkan responden untuk mencermati calon hanya didasarkan pada permasalahan-permasalahan umum dan bukan didasarkan pada permasalahan-permasalahan perempuan. Banyaknya permasalahan yang dihadapi di lokasi penelitian menjadikan permasalahan perempuan dianggap kurang penting. Ini dapat dilihat dari aktifnya responden untuk melihat visi dan misi calon secara umum namun terkait dengan permasalahan perempuan responden tidak terlalu mencermati baik visi dan misi maupun janji-janji politik yang diberikan.

4.2. Saran

1. Menggencarkan sosialisasi mengenai kesadaran politik kepada perempuan-perempuan yang ada di Desa Gunung Tua melalui pengajian, diskusi interaktif yang diadakan oleh kaum intelektual perempuan setempat.

2. Memberikan pemahaman kepada perempuan pentingnya untuk melakukan partisipasi politik yang aktif seperti mencermati calon, melakukan kontrak politik dan posisi tawar dengan calon yang ada khususnya menjelang pemilu sebagai upaya untuk menyelesaikan permasalahan yang dialami perempuan di Desa Gunung Tua Raya.


(1)

DAFTAR PERTANYAAN I. Kata Pengantar

Dengan Hormat,

Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir atau skripsi yang sedang saya lakukan di Departemen Ilmu Politik FISIP USU, maka saya melakukan penelitian dengan judul: “TINGKAT KESADARAN PEMILIH PEREMPUAN

DI DALAM MENCERMATI DAN MEMILIH CALON LEGISLATIF TINGKAT II KABUPATEN MADINA TERKAIT DENGAN PERMASALAHAN PEREMPUAN

(Studi Deskriptif: Pemilih Perempuan di Desa Gunung Tua Raya Kabupaten Mandailing Natal pada Pemilu Legislatif 2009)”

Adapun salah satu cara untuk mendapatkan data adalah dengan penyebaran kuesioner kepada para responden. Untuk itu, besar harapan saya kepada bapak/ ibu dan saudara/ saudari untuk mengisi kuesioner ini dengan jujur. Semua keterangan yang bapak/ ibu dan saudara/saudari berikan bersifat rahasia dan tidak akan diketahui oleh siapapun kecuali peneliti sendiri.

Atas kesediaan dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Adelita Lubis II. Petunjuk Pengisian

1. Kuesioner ini semata-mata untuk keperluan akademis, mohon dijawab dengan jujur.

2. Baca dan jawablah semua pertanyaan dengan teliti tanpa ada yang terlewatkan.

3. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang menurut anda tepat dan benar. 4. Selain pertanyaan Ya dan Tidak responden dapat memilih lebih dari satu

jawaban.

III. Karakteristik Responden

1. Nama :

2. Usia :

3. Agama : a. Islam d. Hindu

b. Kristen Protestan e. Budha c. Kristen Katolik

4. Pekerjaan Utama :

a. Tidak Bekerja e. Pedagang b. Karyawan f. Petani c. PNS f. Berkebun


(2)

5. Pendidikan Terakhir :

a. SD d. Diploma (D1, D2, D3) b. SMP e. Sarjana (S1, S2, S3) c. SMA

IV. Karakteristik Pertanyaan

6. Apakah anda mengikuti pemilihan umum calon DPRD tk II 2009 lalu? a. Ya

b. Tidak

7. Apakah menurut anda pelaksanaan pemilihan umum calon anggota DPRD tk II sudah dapat menampung aspirasi rakyat?

a. Ya b. Tidak

8. Apakah anda mengetahui peran dan fungsi anggota DPRD tk II? a. Ya

b. Tidak

9. Apakah anda mengenal sebagian besar calon-calon anggota DPRD tk II pada saat pemilu 2009 yang lalu?

a. Ya b. Tidak

10. Siapa sumber utama anda dalam mencari informasi tentang calon anggota DPRD tk II?

a. Keluarga b. Tetangga

c. Orang yang dituakan (cth: Pemuka adat, Pemuka agama) d. Teman

e. Lain-lain (Sebutkan)………... ……… 11. Apa faktor yang menyebabkan anda memutuskan untuk memilih calon

DPRD tk II pilihan anda? a. Tokoh/figur

b. Program

c. Hasil kerja/ prestasi d. Ikatan Kekeluargaan

e. Saran dari orang yang dituakan (cth: Pemuka adat, Pemuka agama) e. Lain-lain (Sebutkan)………...


(3)

12. Apakah anda yakin bahwa calon aggota DPRD tk II yang anda pilih dapat membawa perubahan Desa Gunung Tua Raya ke arah yang lebih baik lagi ke depannya?

a. Ya b. Tidak

V. Pemahaman Permasalahan Perempuan di Gunung Tua Raya secara Umum

13. Apakah anda merasa perempuan di Gunung Tua Raya mempunyai masalah secara umum?

a. Ya b. Tidak

14. Apabila anda menjawab ya, menurut anda apa permasalahan yang dihadapi perempuan di Gunung Tua Raya?

a. Ekonomi

b. Ketimpangan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan c. Kekerasan dalam rumah tangga

d. Penyediaan air bersih untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

e. Lain-lain (Sebutkan)………..……… ……… 15. Bagi anda yang memilih faktor ekonomi, apa yang menjadi alasan khusus

anda?

a. Faktor ekonomi merupakan permasalahan mendasar yang dihadapi oleh perempuan umumnya di Desa Gunung Tua Raya

b. Banyaknya keluarga di Desa Gunung Tua raya yang masih belum dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan rumah tangganya.

c. Biaya hidup di Desa Gunung Tua Raya mengalami peningkatan karena adanya perubahan status menjadi daerah ibukota kabupaten.

d. Lain-lain (Sebutkan)………... ……… 16. Bagi anda yang memilih ketimpangan antara hak dan kewajiban antara

laki-laki dan perempuann, apa yang menjadi alasan khusus anda?

a. Seringnya ada pembedaan perlakuan dari masyarakat terhadap perempuan

b. Di dalam adat posisi laki-laki sangat tinggi dibandingkan dengan perempuan

c. Hampir di setiap keluarga yang ada di Desa Gunung Tua Raya anak laki-laki dalam segala hal selalu mendapat perlakuan yang istimewa.

d. Lain-lain (Sebutkan)……… ………


(4)

17. Bagi anda yang memilih kekerasan dalam rumah tangga, apa yang menjadi alasan khusus anda?

a. Tingginya tingkat kekerasan dalam rumah tangga

b. Masyarakat menganggap pemukulan terhadap perempuan di keluarga masih dianggap wajar selama tidak menimbulkan luka parah.

c. Perempuan yang melaporkan kasus kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi pada dirinya cenderung dipersalahkan oleh masyarakat

d. Lain-lain (Sebutkan)……… ……… 18. Bagi anda yang memilih penyediaan air bersih untuk kebutuhan hidup

sehari-hari, apa yang menjadi alasan khusus anda?

a. Sungai tidak dapat lagi dipergunakan karena airnya sudah tercemar oleh sampah dan kotoran.

b. Sumur di daerah tertentu mengandung zat besi sehingga tidak layak dipergunakan.

c. Air PAM belum dapat disediakan oleh pemerintah untuk saat ini.

d. Lain-lain (Sebutkan)……… ……… VI. Kesadaran Mencermati Calon Legislatif

19. Apakah anda merasa permasalahan perempuan memerlukan bantuan dari anggota DPRD tk II di dalam penyelesaian permasalahan perempuan yang ada di Gunung Tua Raya?

a. Ya b. Tidak

20. Apakah menurut anda calon anggota DPRD tk II yang anda pilih nanti dapat menampung aspirasi perempuan?

a. Ya b. Tidak

21. Apakah menurut anda calon anggota DPRD tk II yang anda pilih dapat membantu menyelesaikan permasalahan perempuan yang ada di Gunung Tua Raya?

a. Ya b. Tidak

22. Apakah anda setuju dengan calon legislatif perempuan? a. Ya


(5)

23. Bagi anda yang memilih ya, apa yang menjadi alasan khusus anda?

a. Calon anggota DPRD tk II perempuan lebih perduli permasalahan perempuan yang ada.

b. Calon anggota DPRD tk II perempuan lebih memahami permasalahan perempuan yang ada.

c. Calon anggota DPRD tk II perempuan lebih bisa dipercaya.

d. Calon anggota DPRD tk II perempuan lebih dapat menampung aspirasi suara perempuan.

e. Lain-lain (Sebutkan)……… ……… 24. Bagi anda yang memilih tidak, apa yang menjadi alasan khusus anda?

a. Dunia politik tidak cocok dengan perempuan.

b. Kemampuan intelektual politik calon anggota DPRD tk II perempuan kalah jauh dibandingkan dengan calon anggota DPRD tk II laki-laki. c. Pengalaman politik dan organisasi calon anggota DPRD tk II perempuan kurang.

d. Lain-lain (Sebutkan)………... 25. Apakah menurut anda semestinya pemilih perempuan harus memilih calon

anggota DPRD tk II yang perempuan juga? a. Ya

b. Tidak

26. Bagi anda yang memilih ya, apa yang menjadi alasan khusus anda?

a. Kaum perempuan harus mendukung calon anggota DPRD tk II yang akan mencalonkan diri.

b. Dengan adanya anggota DPRD tk II perempuan diharapkan pemerintah akan lebih perduli kepada masalah perempuan.

c. Dengan adanya kaum perempuan yang menjadi anggota DPRD tk II merupakan keberhasilan tersendiri bagi kaum perempuan khususnya di Madina.

d. Lain-lain (Sebutkan)……… ……… 27. Bagi anda yang memilih tidak, apa yang menjadi alasan khusus anda?

a. Tidak menjadi suatu keharusan kaum perempuan memilih calon perempuan juga di dalam pemilu legislatif.

b. Banyak calon anggota DPRD tk II perempuan yang tidak berkapabilitas/berkemampuan di dunia politik .

c. Dunia politik tidak cocok dengan perempuan.

d. Lain-lain (Sebutkan)……… ………


(6)

28. Apakah anda merasa Apakah anda mengetahui visi dan misi dari calon anggota DPRP tk II yang anda pilih?

a. Ya b. Tidak

29. Jika jawaban anda ya, dari manakah sumber anda mengetahui informasi mengenai visi dan misi calon yang anda pilih?

a. Keluarga

b. Tetangga atau Teman

c. Orang yang dituakan (contoh pemuka adat, pemuka agama) d. Tim sukses

e. Langsung dari calon yang akan dipilih f. Lain-lain

30. Menurut anda penting kah untuk melihat visi dan misi dari seorang calon anggota DPRD tk II sebelum anda memutuskan untuk memilihnya?

a. Ya b. Tidak

31. Jika jawaban anda ya, apakah anda pernah mendengar visi dan misi calon-calon anggota DPRD tk II yang ada menyinggung mengenai permasalahan perempuan?

a. Ya b. Tidak

32. Apakah anda mendengar janji-janji politik yang ditawarkan oleh calon anggota DPRD tk II yang hendak anda pilih menyangkut dengan permasalahan perempuan yang ada di Gunung Tua Raya?

a. Ya b. Tidak

33. Jika jawaban anda ya, apakah anda pernah mendengar janji-janji politik apa saja yang ditawarkan calon-calon anggota DPRD tk II yang ada menyangkut dengan permasalahan perempuan yang ada di Gunung Tua Raya?

a. Memberikan pelatihan keterampilan khusus bagi perempuan.

b. Mengadakan sarana dan prasarana yang berhubungan langsung dengan kegiatan rumah tangga sehari-hari.

c. Memfasilitasi keperluan-keperluan pengajian perempuan (mis: pengadaan tempat permanen untuk pengajian, pengadaan mike untuk pengajian).


Dokumen yang terkait

Pengaruh Program Simpan Pinjam Perempuan Terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga ( Studi Kasus Pada PNPM-MP Kelompok SPP ) Di Desa Sinonoan Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal

2 61 114

Kinerja Lembaga Legislatif Perempuan Dalam Merespon Kepentingan Perempuan (Studi Kasus DPRD Provinsi Sumatera Utara 2009-2010)

15 83 85

Sikap Politik Calon Legislatif Perempuan Nomor Urut Satu Terhadap Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) No.22 & 24/PUU-VI/2008 (Studi Pada Calon Legislatif Perempuan DPRD Kota Medan) Tentang Suara Terbanyak.

0 23 109

Perempuan dan Politik (Studi Penetapan Kuota 30% Calon Anggota Legislatif Perempuan oleh PNI Marhaenisme dan Partai Sarikat Indonesia di Kota Medan).

0 14 91

Strategi Pemenangan Calon Anggota Legislatif Perempuan Pada Pemilu Legislatif 2009 (Studi Pada : Caleg Perempuan Terpilih Pada DPRD Kota Medan).

1 40 121

Partisipasi Calon Legislatif Perempuan di Sumatera Utara pada Pemilu 2009

0 28 95

Pemahaman Pemilih Perempuan Di Dalam Mencermati Dan Memilih Calon Legislative Tingkat II Kabupaten Madina Terkait Dengan Permasalahan Perempuan (Studi Deskriptif: Pemilih Perempuan di Desa Gunung Tua Raya Kabupaten Mandailing Natal pada Pemilu Legislatif

2 26 73

Peranan Relawan Demokrasi Terhadap Partisipasi Pemilih Pada Pemilu Legislatif 2014 Di Kabupaten Deli Serdang

1 40 96

Pemilih Di Kabupaten Kerinci. 1.2 Permasalahan Penelitian

0 0 21

Pengaruh Budaya Patriarki Terhadap Partisipasi Politik Perempuan di DPRD pada Pemilu Legislatif Kabupaten Nias Tahun 2014 I.IDENTITAS RESPONDEN

0 0 22