Pengertian Tindak Pidana Perdagangan Orang Trafficking In Person

pemindahan atau penampungan atau penerimaan. Kedua, jalan atau cara, meliputi ancaman atau pemaksaan atau penculikan atau penipuan atau kebohongan atau kecurangan atau penyalagunaan kekuasaan. Dan ketiga, tujuan, yaitu prostitusi atau pornografi atau eksploitasi seksual atau kerja paksa dengan upah yang tidak layak atau perbudakan atau praktek-praktek lain yang serupa dengan perbudakan. Jika ketiga tahapan tersebut terpenuhi, maka satu kasus dapat dikatakan sebagai Trafficking In Person atau perdagangan manusia. Dan Persetujuan dari korban tidak lagi relevan bila salah satu dari tiga tahap yang tercantum tersebut digunakan. Trafficking, menurut International Catholic Migration Commission ICMC dan American Center for International Labor Solidarity ACILS tidak hanya merampas hak asasi tapi juga membuat korban rentan terhadap pemukulan, penyakit, trauma kejiwaan psikologi dan bahkan kematian. Pelaku trafficking menipu, mengancam, mengintimidasi dan melakukan tindak kekerasan fisik untuk menjerumuskan korban ke dalam prostitusi, pornografi, kerja paksa, perbudakan dan lain-lain. Pelaku trafficking menggunakan berbagai teknik untuk menanamkan rasa takut pada korban supaya bisa terus diperbudak oleh mereka. Menurut Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 2000 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapus Eksploitasi Seksual Komersial Pada Anak, Trafficking in Persons atau Perdagangan Manusia adalah: 1. Trafficking in Persons atau Perdagangan Manusia adalah rekruitmen, transportasi, penampungan atau penerimaan orang, dengan ancaman atau penggunaan kekuatan atau bentuk-bentuk pemaksaan lainnya, penculikan, penipuan, pemberdayaan, penyalahgunaan kekuasaan atau ketergantungan atau dengan pemberian atau penerimaan pembayaran atau imbalan lain dalam memperoleh persetujuan dari seseorang yang memiliki kendali atas orang lainnya, untuk tujuan eksploitasi. Eksploitasi setidak-tidaknya akan meliputi eksploitasi dalam bentuk pemelacuran orang lain atau dalam bentuk-bentuk eksploitasi seksual lainnya, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan, penghambatan, dan atau pengambilan organ tubuh. 2. Rekruitmen, transportasi, penampungan atau penerimaan seorang anak untuk tujuan eksploitasi akan dianggap sebagai Trafficking Perdagangan manusia bahkan apabila hal tersebut tidak melibatkan cara-cara sebagaimana dipaparkan dalam sub 1. 3. Anak berarti setiap orang yang umurnya belum mencapai 18 delapan belas tahun. Berdasarkan Keputusan Presiden tersebut, telah dapat dikategorikan bahwa Trafficking untuk tujuan seksual anak apabila memenuhi unsur-unsur: 1. Rekruitmen, transportasi, penampungan atau penerimaan orang, yang umurnya belum mencapai 18 delapan belas tahun. 2. Untuk tujuan eksploitasi dengan menjerumuskannya ke dalam prostitusi atau dalam bentuk eksploitasi seksual lainnya Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2007 Pasal 1 Ayat 1, menerangkan bahwa Trafficking in Persons atau Perdagangan Manusia adalah Tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan,penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan,penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi. Ada empat hal sifat dasar Trafficking in Persons, yaitu : a. Bersifat manipulatif atau penyalahgunaan, yaitu penyimpangan dari rencana semula atau hal yang diinformasikan kepada korban. Pada saat membujuk dikatakan akan diberikan pekerjaan layak tetapi pada kenyataannya dijadikan budak, dieksploitasi, dipekerjakan pada pekerjaan buruk, dijadikan obyek transplantasi, dan sebagainya. b. Ada transaksi, dalam trafiking terjadi transaksi uang antara calo, penjual dan pembeli atau pemakai. c. Tidak mengerti, yakni korban pada umumnya tidak mengerti bahwa ia akan menjadi korban dari tindak pidana, karena ketika akan bermigrasi dalam niatnya akan mencari pekerjaan atau tujuan lainnya yang tidak ada hubungan dengan sindikat tindak pidana. d. Ada migrasi, yaitu perpindahan korban yang melampaui batas negara atau batas propinsi. Karena faktor jarak dan melampaui batas-batas administrasi, maka trafiking biasanya dilakukan oleh sebuah sindikat.

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan dengan cara pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan masalah dengan melihat, menelaah, menginterprestasikan hal-hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas hukum yang berupa konsepsi, peraturan perundang-undangan, pandangan, doktrin-doktrin hukum dan sistem hukum yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas. Pendekatan yuridis empiris adalah pendekatan masalah dengan menelaah hukum dalam kenyatan baik berupa penilaian, pendapat, sikap yang berkaitan dengan amar putusan pengadilan dalam penetapan dan penerapan Undang-undang Nomor 21 tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang. B. Sumber dan Jenis Data Jenis data dilihat dari sumbernya dapat dibedakan menjaadi dua yaitu data yang diperoleh langsung dari masyarakat dan data yang diperoleh dari bahan pustaka. Sumber data yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini berupa data primer dan data sekunder. 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari lapangan terutama dari orang-orang yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti dalam penulisan skripsi. Data primer ini akan diambil dari Hakim Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang, Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Bandar Lampung, Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari penelusuran studi kepustakaan dengan mempelajari berbagai literatur, dokumen resmi dan peraturan perundang- undangan yang berkaitan dengan objek penelitian. Baik itu bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. 1 a. Bahan Hukum Primer terdiri dari : 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana selanjutnya disebut KUHAP. 2 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana selanjutnya disebut KUHP. 3 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang. b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan-bahan yang memberi penjelasan mengenai bahan-bahan primer, seperti : 1 Soerjono Soekanto,1986, Op.cit, hal.41

Dokumen yang terkait

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

0 64 103

Suatu Telaah Terhadap Proses Pengajuan Grasi Terhadap Putusan Pidana Mati Berdasarkan UU RI No. 22 Tahun 2002 Tentang Grasi (Studi Kasus PUTUSAN Pengadilan Negeri Lubuk Pakam No.513/PID. B/1997/PN. LP)

0 64 77

Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam Menggandakan Rekening Bank (Studi Kasus : No.1945 / Pid.B / 2005 / PN-MDN)

2 61 120

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

3 82 103

ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI TANJUNG KARANG NOMOR 780/PID/B/2010/PNTK TENTANG TINDAK PIDANA PSIKOTROPIKA

0 7 51

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA ABORSI DI BANDAR LAMPUNG (Studi Putusan PN Nomor 169/PID/B/2009/PNTK)

1 26 59

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PERBUATAN TIDAK MENYENANGKAN (Studi Putusan Pengadilan Nomor : 155/Pid/B/2012/PNTK)

1 12 61

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN MODUS PEMALSUAN DOKUMEN TENAGA KERJA (Studi Perkara Nomor: 697/PID/B/2012/PNTK)

0 16 45

DISPARITAS PIDANA DALAM PUTUSAN PERKARA TINDAK PIDANA PENCURIAN DI PENGADILAN NEGERI KLATEN Disparitas Pidana Dalam Putusan Perkara Tindak Pidana Pencurian Di Pengadilan Negeri Klaten (Studi Kasus Putusan No.97/Pid.B/2013/Pn.Klt Dan Putusan No.53/Pid.B/

0 2 20

Analisis Yuridis Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Trafficking (PUTUSAN NOMOR 100/Pid.B/2010/PN. Klt)

0 0 73