Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam Menggandakan Rekening Bank (Studi Kasus : No.1945 / Pid.B / 2005 / PN-MDN)

(1)

Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam

ANALISIS KASUS TINDAK PIDANA PENGGELAPAN

DENGAN MENGGUNAKAN JABATAN DALAM

MENGGANDAKAN REKENING BANK

(Studi Kasus : No.1945 / Pid.B / 2005 / PN-MDN)

SKRIPSI

Disusun dan diajukan Untuk melengkapi Persyaratan

memperoleh gelar sarjana S1 Hukum

Universitas Sumatera Utara

Disusun Oleh:

Nama

: ILMI AKBAR LUBIS

Nim

: 040200165

DEPARTEMEN : HUKUM PIDANA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS KASUS TINDAK PIDANA PENGGELAPAN

DENGAN MENGGUNAKAN JABATAN DALAM

MENGGANDAKAN REKENING BANK

(Studi Kasus : No. 1945 / Pid.B / 2005 / PN-Mdn)

Diajukan oleh:

NAMA

: ILMI AKBAR LUBIS

NIM

: 040200165

Disetujui dan Disahkan oleh:

Ketua Jurusan

ABUL KHAIR ,S.H,M.Hum

NIP.131842854

Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

Prof.DR.Syafruddin Kallo,S.H.M.Hum

Nurmalawaty ,S.H.M.Hum


(3)

Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan yang tiada henti-hentinya akan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kesempatan penulis untuk dapat menyelesaikan Penulisan skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera utara, shalawat dan salam tak lupa penulis panjatkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan jalan dan menuntun umatnya dari jalan yang gelap menuju jalan yang terang yang disinari oleh Nur Iman dan islam

Penulis menyadari bahwa di dalam pelaksanaan pendidikan ini banyak mengalami kesulitan-kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan, arahan, serta petunjuk dari dosen pembimbing, maka penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kelemahan serta kekurangan-kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya suatu masukan serta saran yang bersifat membangun di masa yang akan datang.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menerima bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima ksih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof.Dr.Runtung, S.H.,M.Hum sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan dosen Penasehat Akademik yang telah memperhatikan dan membimbing penulis selama masa perkuliahan.

2. Bapak Abul Khair S.H., M.Hum sebagai Ketua Jurusan Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof.Dr.Suhaidi,SH,M.H sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Hukum USU

4. Bapak Prof.DR.Syafruddin Kallo,S.H.M.Hum sebagai Dosen Pembimbing I

5. Ibu Nurmalawaty, S.H.M.Hum sebagai Dosen Pembimbing II dan sekretaris Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara atas perhatian dan bimbingan ibu kepada penulis selama penulisan skripsi.

6. Bapak Syafruddin Hasibuan, S.H.M.H,DFM , sebagai Pembantu Dekan II Fakultas Hukum USU

7. Bapak Muhammad Husni, S.H, M.Hum sebagai Pembantu Dekan III Fakultas Hukum USU.

8. Bapak DR.Mahmud Mulyadi, S.H.M.Hum, Ibu DR.Marlina, dr.Rita Mawarni.Spf, Ibu Liza Erwina, S.H. Ibu Rosnidar Sembiring S.H, M.Hum, Bapak Zulkifli Sembiring, Bpk Mirza Nasution, S.H.M.Hum., serta seluruh Dosen Mata Kuliah Jurusan Hukum Pidana.

9. Seluruh Staf Depatemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

10.Seluruh Bapak dan Ibu staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

11.Ayahanda Iswan Syahbana Lubis B.sc, dan Ibunda Nezilla Nasution yang Tercinta, Sembah Sujud Ananda Haturkan atas curahan dan belaian kasih


(4)

sayang yang tulus dan dengan susah payah dan segala upaya telah membesarkan dan mendidik Ananda Hingga Ananda Dapat meyelesaikan Studi di Perguruan Tinggi, serta seluruh keluarga Besarku khusunya untuk ayah dan Ibunda ke-II papa dr.Amrin Hakim.Spbd dan Ibunda Iran Esly Lubis yang telah memberikan dorongan semangat kepada penulis selama mengikuti perkuliahan hingga selesainya Skripsi ini..

12.Kakakku Ilma Virginia Lubis, kakak saksi dari segala perjuangan adikmu ini, kakak saksi suka-dukaku tempat aku mengadu segala keluh kesahku .kakak yang menemani aku dalam segala hal dari mulai Pendaftaran SPMB sampai Urusan-urusan Kampusku. Terima kasih kak doaku segala yang terbaik untukmu kak. Adikku Faisal Rahmi Lubis makasi ya dek atas semuanya walaupun ical nakal-dan suka melawan tapi kami tetap sayang sama ical

13.Sepupuku-sepuku ; kak Rina-(quen Rina) yang paling cantik dan baik hati aku sayang kali padamau kakakku-pokoknya habis nanti anggi wisuda kakakku harus seperti “Luna maya. Ivan-ceper sepupuku yang paling keren…yang selalu bersama dari kecil hingga sekarang…ngebut teruss bro…and jangan ganti-ganti cewek lagi ya…,bang dody-kak intan (in7) makasi bang buat dukungannya…bang ican…abangku yang paling banyak nyumbang buku ke aku…karena sesama anak Hukum.bang usup, bang fei sering-sering kerumah la…bryan,albino.

14.Teman-teman angkatan 2004 ,M.sutria chayoo bro…Novan-bear(nov-tongs) /mat-lipan,(akhirnya meledak juga Bom-nya ya knob) Echie-bebek, talita-cantiq, dara-manisku-ibu kost, fitri zakiyah “kembang surga”a.k.a.kembang gang rukun. Taufik umar lubis.yowa abardani-tikus, heri-cacing, surya-syukron (TA), putri-nengo’(putrid nenek bango) ,tyas…w…erni (q_noy).,Kimar-lubis bukannya sombong neh…sory jarang ketemu.., dini-kuyuzz…ayo bu..kamu bisa! Thomas K.D makasi latihan Vokalnya…eh salah makasi suppurtnya , Josia , alex…you rock guys…Mellisa Tahanx ya mel Infonya and supportnya Dosen Pidana Kita emang palin baik-Baik mel.and Also temen-temen lain yang gak bisa disebutin satu persatu kalian akan selalu ada dihatiku..I love you All…

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semuanya yang telah memberikan bantuan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat walaupun penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari berbagai kekurangan.

Semoga Allah SWT melimpahkan Rahmat dan Hidayah-nya bagi kita semua.Amin ya Robbalalamin.

Medan, 3 Maret 2008 Penulis


(5)

Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam ABSTRAKSI

Skripsi ini Berjudu l “Analisis Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam Menggandakan Rekening Bank” (Studi Kasus Nomor: 1945 / Pid.B / 2005 /PN-Mdn). Skripsi ini Merupakan tugas Akhir Saya sebagai Penulis untuk memenuhi syarat-syarat dan tugas dalam memperoleh gelar sarjana hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Hal ini merupakan masalah serius dan sangat penting bagi perkembangan Huku m Pidana di masa yang akan datang dan juga perkembangan untuk dunia perbankan di masa yang akan datang. Penulis menganggap masalah ini tidak bisa dianggap masalah yang sepele yang mungkin bisa saja dianalogikan sebagai Tindak Pidana Penggelapan biasa yang sudah ada sebelumnya dan pengaturannya ada dalam KUHP. Sekarang Tindak Pidana ini terjadi Pada Pejabat bank buka tindak mungkin di masa yang akan datang Tindak Pidana ini terjadi Pada Pejabat-pejabat Besar Negeri ini mengingat Penegakan hukum untuk Tindak Pidana seperti ini belumlah jelas pengaturannya di Negara Indonesia ini. Untuk itu penulis mengambil langkah untuk menulis dalam Skripsi tentang bagaimana mengatasi Masalah Tindak Pidana ini di masa yang akan datang baik dengan menggunakan sarana Penal (Hukum Pidanma ) maupun dengan Menggunakan sarana Non-Penal (di luar sarana Hukum Pidana) atau dengan kata lain dengan tidak menggunakan Hukum Pidana .

Permasalahan yang akan dibahas yaitu mengenai faktor yang mendorong Bank sebagai lembaga keuangan yang dijadikan sebagai sarana dan Modus Operandi dalam Tindak Pidana Penggelapan, konsep pertanggung jawaban Pelaku Tindak Pidana Penggelapan di Bidang perbankan, Upaya Penaggulangan Tindak Pidana Penggelapan dengan menggunakan jabatan ini dan juga Analisis kasus Tindak Pidana Penggelapan dengan Menggunakan Jabatan dalam Menggandakan rekening. Untuk analisis Kasus ini Penulis melakukan Penelitian di Pengadilan Negeri Medan. Dengan jenis Penelitian normative juridis yaitu suatu penelitian yang dilakukan dan ditujukan pada peraturan-peraturan tertulis dan bahan lain.

Seiring dengan Perkembangan zaman Maka Perkembangan ilmu Pengetahuan dan teknologi pun semakin berkembang Pesat seolah tiada batas, hal ini rupanya tanpa disadari oleh manusia Mengalami kemajuan Juga dalam Bidang Jenis atau Genre Tindak Pidana.Kemajuan ini Tentunya bermakna negative bagi manusia, seperti terjadinya Tindak Pidana Penggelapan dengan Menggunakan Jabatan ini. Dahulu Tindak Pidana Penggelapan ini merupakan Tindak Pidana yang Konvensional tapi sekarang Tindak Pidana ini semakin mengalami kemajuan dalam hal modus operandinya dan juga subjek / pelaku, jika dahulu Pelaku dari Tindak Pidana Penggelapan ini adalah Masyarakat awam atau sipil, maka sekarang Tindak Pidana Penggelapan ini Sudah Berakar dan membias kepada kalangan professional yaitu pelaku dari Tindak Pidana ini adalah para Profesional Perbankan dalam hal ini Pejabat Bank seprti dala ksusu yang penulis angkat pelaku dari Tindak Pidana Penggelapan ini adalah Teller dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) cabang setia-Budi Medan.Tak hanya Subjek ataupun pelaku dari Tindak Pidana Penggelapan ini saja yang mengalami kemajuan yang sigifikan kemajuan yang sama dapat kiya lihat dalam hal Modus Operandi dalam


(6)

menjalankan Tindak Pidana Penggelapan ini, tidak tanggung-tanggung Modus yang dipergunakan oleh Pelaku Tindak Pidana Penggelapan dalam Kasus ini adalah dengan jalan Menggandakan Rekening Bank. Bagaimana bisa? Itulah pertanyaan yang pertama muncul dari para Praktisi Hukum dan Juga masyarakat awam, mengingat Pembukaaan rekening di suatu bank memiliki prosedur yang sangat ketat dan akurat dan tidak pernah pada umumnya dua rekening bank dengan nama yang sama.


(7)

Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……… i

DAFTAR ISI………v

ABSTRAKSI………..iii

BAB I PENDAHULUAN………...1

A. Latar Belakang..…...………..…1

B. Permasalahan………..…....3

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan………..…….4

D. Keaslian Penulisan………..…..….5

E. Tinjauan Kepustakaan…………..………...……..….6

1. Defenisi Tindak Pidana Penggelapan………..………….6

2. Subjek / Pelaku Tindak Pidana Penggelapan dan Objek tindak Pidana Penggelapan………...……….…10

3. Pengertian Tindak Pidana Perbankan………...………..…12

4. Bentuk / Jenis Modus Oprandi dalam Tindak Pidana Penggelapan dalam Bidang Perbankan………..………..15

5. Keterkaitan Teknologi di dalam jasa Perusahaan Perbankan Dalam Jasa Perusahaan Perbankan Dalam Tindak Pidana Penggelapan di Bidang Perbankan………..……….23

6. Jenis-Jenis / Bentuk Pekerjaan di Bank………….……….28

F. Metode Penelitian………..…….………...31

G. Sistematika Penelitian……….……….…....32

BAB II FAKTOR YANG MENDORONG BANK SEBAGAI SALAH SATULEMBAGA KEUANGAN SEBAGAI SARANA ATAUPUN MODUS OPERANDI DALAM TINDAK PIDANA DI BIDANG PERBANKAN……….………..34

A. Azas-azas Etik Perbankan dalam Hubungan Bankir Dengan Nasabah……….………..34


(8)

B. Peran Serta Dan Wewenang Lembaga-lembaga keuangan Bank dalam Mengawasi lalu-lintas dan menjalankan Usaha Bank………...44

C. Law enforcement / sistem Pnegakan Hukum Perbankan Di

Indonesia………49

D. Hubungan Hukum Antara Bank dengan Pemegang Rekening

Pada Suatu Bank……….………...50

E. Pengawasan Terhadap Bank Sebagai Lembaga yang

Dipercayakan Pemerintah Untuk Mengatur lalu-lintas Moneter / Keuangan Dalam rangkaMenjaga stabilitas ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat……….64

BABIIIKONSEPPERTANGGUNGJAWABAN DANASERTAPENERAPAN

SANKSI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA

PENGGELAPAN BIDANGPERBANKAN………..77

A. Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana

Penggelapan Dalam Perbankan……….………...77 B. Sifat Hukum Pidana Kontemporer Dan Delik Penyertaan dalam Tindak

Pidana Penggelapan uang dengan Menggandakan Rekening Bank………...…..97 C. Ketentuan-ketentuan Sanksi Pidana Yang Mengatur Tentang Tindak

Pidana Penggelapan dalam Jabatan Perbankan………..100

BAB IVUPAYA PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENGGELAPA SEBAGAI SALAH SATU TINDAK PIDANA DIBIDANG PERBAN KAN MELALUI KEBIJAKAN HUKUM PIDANA………..……..110

A. Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Penggelapan sebagai

salah satu Tindak Pidana di Bidang Perbankan Melalui Kebijakan hukum Pidana (PENAL POLICY)……… ……….………112


(9)

Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam

B. Sarana Non-Penal Policy sebagai Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Penggelapan dengan Menggunakan Jabatan Dalam

Menggandakan Rekening……….…………...119

BAB V KASUS POSISI DAN ANALISIS KASUS……….132

A. Kasus Posisi……….……….132

B. Analisis Kasus………..………...140

BAB VI PENUTUP………..………..………....153

A. Kesimpulan……….……….153

B. Saran………..………...155

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kejahatan merupakan bayang-bayang peradaban semakin maju peradaban manusia, maka kejahatan pun berkembang bahkan lebih maju dari peradaban manusia itu sendiri. Kejahatan penggelapan pada hakikatnya merupakan kejahatan yang konvensional, dan seiring dengan berkembang dan majunya peradaban manusia maka kejahatan penggelapan inipun mengalami kemajuan dalam modus operandi pelaku maupun korbannya.

Seiring dengan perkembangan peradaban manusia dan juga perkembangan teknologi maka tindak pidana penggelapan inipun tidak lagi menggunakan cara-cara ataupun modus operandi konvensional seperti dulu dan salah satu cara-cara yang cukup modern itu adalah penggelapan dengan menggunakan rekening dengan cara menggandakan suatu rekening bank atas nama yang berbeda tapi dengan pemilik yang sama. Bank merupakan salah suatu bentuk usaha yang memiliki keleluasaan dalam menghimpun dan menyalurkan dana, sehingga sangat strategis untuk digunakan sebagai sarana melakukan tindak pidana di bidang keuangan/ perbankan. Selain itu fasilitas transfer dana secara elektronis yang ada pada bank-ank di tanah air ini memberi peluang ataupun kesempatan oleh para pelaku tindak pidana di bidang perbankan khususnya penggelapan untuk secara cepat dan relatif murah serta aman ke rekening pihak lain, baik dalam maupun luar negeri.

Perkembangan hukum perbankan di Indonesia dalam tahun-tahun belakangan ini mengalami kemajuan yang kurang menggembirakan, namun pemerintah Indonesia tidak berdiam diri, ternyata berbagai upaya telah dan sedang


(11)

Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam

dilakukan agar industri perbankan nasional mengalami perbaikan dan kemajuan yang pada gilirannya menuju kepada perbaikan. Selain itu keterkaitan dan kepercayaan masyarakat kepada dunia perbankan merupakan pilar dan unsur utama yang harus selalu dijaga dan dipelihara.

Dengan demikian maka bagi pemerintah dan lembaga perbankan perlu sekali untuk tetap selalu membangkitkan pemahaman yang benar dari masyarakat terhadap industri perbankan yang benar dari masyarakat terhadap industri perbankan, hal ini diatur dan merupakan satu kewajiban yang tercantum dalam Undang-Undang Perbankan No.7 tahun 1992 jo.UU No.10 tahun 1998 bahwa: “bank perlu menyediakan serta memberikan informasi kepada nasabah guna mencapai kemanfaatan yang maksimal dari kegiatan perbankan Indonesia”. Telah terbentuk suatu sistem perbankan yang berlaku secara umum dan menyeluruh yaitu sifat serta fungsi pokok dari kegiatan bank yang hampir sama, di balik itu pula terdapat keterkaitan kehidupan dan kegiatan bank secara global yang melewati batas negara jadi tidak terbatas dalam suatu lingkup wilayah negara tertentu melainkan secara luas meliputi ekonomi dunia.

Keurgensian hal tersebut diatas, salah satunya dikarenakan lembaga perbankan secara parsial adalah rawan terhadap berbagai bentuk perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai pelanggaran hukum dimana aksesnya tidak saja hanya berupa orang/subjek yang bersangkutan, namun juga terhadap bank-bank lainnya dan nasabah (baik nasabah penyimpan maupun nasabah debitur) serta pemerintah atau negara.

Namun demikian, untuk menentukan viktimisasinya tergantung pada bentuk dan jenis tindak pidana perbankan yang terjadi.


(12)

Penulis dalam hal ini memfokuskan kajian kepada perbuatan melanggar hukum di bidang perbankan berupa suatu tindak pidana penggelapan dengan menggandakan rekenin bank. Secara kriminogen, faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana perbankan tidak saja dikarenakan masih belum sempurnanya peraturan perundang-undangan di bidang perbankan maupun kepidanaan, akan tetapi masih banyak sederet faktor-faktor penyebab lainnya, seperti lemahnya peranan Bank Indonesia sebagai Bank Central yang salah satu tugasnya ialah mengawasi industri perbankan, kelemahan sistem manajemen perbankan, kekurang profesionalan bankir dan bahkan persaingan antar bank itu sendiri. Konsekuensi logisnya baik pelaku/Modus operandi, korban maupun jenis dari tindak pidana perbankan tersebut cukup bervariatif kesemuanya itu berkembang seiring dengan laju pesatnya industri perbankan dan teknologi di bidang perbankan.

Disamping itu, perkembangan tindak pidana perbankan tersebut selain banyak menimbulkan dampak yang sangat merugikan terhadap para pihak yang menjadi korbannya, juga akan menimbulkan kesan negatif masyarakat terhadap lembaga perbankan Indonesia.

B. Permasalahan

Sehubungan dengan latar belakang penulisan judul seperti yang diutarakan diatas maka yang menjadi pokok pembahasan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1) Apa saja faktor yang mendorong bank sebagai lembaga keuangan dijadikan sebagai sarana tindak pidana penggelapan uang dan modus


(13)

Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam

operandi yang digunakan untuk melakukan tindak pidana penggelapan pada bidang perbankan?

2) Bagaimana konsep pertanggungjawaban pidana serta penerapan sanksi terhadap para pelaku tindak pidana penggelapan di bidang perbankan serta upaya penanggulangannya?

3) Bagaimana upaya yang dilakukan untuk menanggulangi tindak pidana penggelapan di bidang perbankan ini?

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan

Skripsi ini sebagai suatu karya ilmiah kiranya bermanfaat bagi perkembangan hukum di Indonesia khususnya tentang hukum yang mengatur mengenai tindak pidana perbankan dan juga tindak pidana/delik umum (penggelapan) sebagaimana yang diatur dalam KUHP, dan yang diharapkan penulis dalam penulisan seperti ini adalah:

1) Mengetahui faktor yang mendorong bank sebagai sarana dalam tindak pidana penggelapan di bidang perbankan.

2) Untuk mengetahui dan mengindentifikasi konsep pertanggung jawaban pidana dalam tindak pidana di bidang perbankan dan tindak pidana penggelapan.

3) Mengetahui upaya-upaya apa saja yang dapat dilakukan dalam menanggulangi tindak pidana penggelapan di bidang perbankan.

Adapun Manfaat yang diharapkan dari penulisan ini terdiri dari dua manfaat yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis, dan kedua manfaat ini adalah sebagai berikut:


(14)

1. Manfaat teoritis

a) Menambah wawasan dan ilmu pebgetahuan dalam bidang hukum pidana, khususnya yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang perbankan mengenai tindak pidana penggelapan dengan menggunakan jabatan.

b) Dapat memberi masukan kepada masyarakat, lembaga Perbankan, pemerintah, aparat penegak hukum tentang eksistensi Undang-undang serta Pasal-pasal yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang perbankan yang terdapat dalam berbagai Undang-undang.

2. Manfaat praktis

a) Dapat dijadikan sebagai pedoman dan bahan rujukan bagi rekan mahsiswa, masyarakat, lembaga perbankan, praktisi hukum, dan pemerintah dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang perbankan.

b) Dapat memberi masukan bagi pemerintah, aparat penegak hukum, lembaga perbankan dan masyarakat tentang hal-hal yang harus dilakukan dalam upaya menanggulangi tindak pidana di bidang perbankan.

D.Keaslian Penulisan

Topik permasalahan diatas sengaja dipilih setelah melakukan penelitian di Judicium untuk memperoleh Referensi Skripsi yang telah ada, dan saya menyatakan bahwa Skripsi ini adalah Karya Ilmiah asli. Oleh karena sepengetahuan penulis pokok bahasan ini adalah hal baru dalam sistem hukum positif Indonesia masih dan masih hangat didiskusikan oleh para pakar Hukum Pidana di tingkat daerah maupun nasional.


(15)

Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam

Kalaupun ada, menurut pengamatan penulis berbeda dalam substansi pembahasan, pendekatan dan penulisannya dengan Skripsi ini, permasalahan tindak pidana penggelapan dengan menggandakan rekening bank telah memberikan suatu nuansa atau warna baru dalam perkembangan tindak pidana seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan teknologi.

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Defenisi tindak pidana penggelapan

Perumusan dari Tindak Pidana ini termuat dalam Pasal 372 KUHP dari title XXIV buku II KUHP sebagai berikut: dengan sengaja memiliki dengan melanggar hukum suatu barang yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain dan yang ada di bawah kekuasaanya (onder zich hebben) secara lain daripada dengan melakukan suatu kejahatan. Unsur memiliki barang dengan melanggar hukum sudah cukup dibahas pada tindak pidana pencurian1

Ditambahkan bahwa barang harus ada di bawah kekuasaan si pelaku dengan cara lain daripada dengan melakukan kejahatan. Dengan demikian, tergambar bahwa barang itu oleh empunya dipercayakan atau dapat dianggap dipercayakan atau dapat dianggap dipercayakan kepada si pelaku. Maka, pada pokoknya dengan perbuatan penggelapan, si pelaku tidak memenuhi kepercayaan

.

Suatu tindak pidana baru bisa atau baru dapat dipidana apabila telah memenuhi unsur-unsur yang memenuhi kualifikasi delik itu. Dalam hal ini unsur yang paling urgensi atau yang paling penting adalah : barang di bawah kekuasaan si pelaku. Unsur ini adalah unsur pokok dari penggelapan barang yang membedakan dari tindak-tindak pidana lain mengenai kekayaan orang.

1

Wirjono Prodjodikoro, tindak-tindak pidana tertentu di Indonesia, PT.Refika Aditama, Jakarta, 2003, halaman 31.


(16)

yang dilimpahkan atau dapat dianggap dilimpahkan kepadanya oleh yang berhak atas suatu barang.

Jadi, tidaklah cukup apabila kebetulan suatu barang de facto ada di bawah kekuasaan si pelaku. Apabila, misalnya seekor ayam milik si A masuk ke dalam pekarangan si B dan bercampur dengan ayam-ayam milik si B, maka ayam itu de facto ada di bawah kekuasaan si B. Akan tetapi, oleh karena tidak ada unsur di bawah kekuasaan dari tindak pidana penggelapan barang, maka apabila si B memperlakukan ayam itu sebagai miliknya dengan misalnya menggiring ayam itu ke kandang ayam si B, perbuatan si B masuk istilah pencurian, bukan penggelapan barang.

Sebaliknya, untuk menggelapkan barang tidak perlu bahwa si pelaku de facto selalu dapat menguasai barang itu. Misalnya, seorang A diserahi oleh B menyimpan suatu barang milik si B, dan kemudian si A menyerahkan lagi barang itu kepada C untuk disimpan. Pada waktu itu, si A de Facto tidak menguasai barang itu, tetapi apabila ia kemudian menyuruh si C untuk menjual barang itu kepada D tanpa persetujuan si B, maka si A tetap dianggap menguasai barang itu, dan oleh karenanya dapat dikatakan menggelapkan Barang itu.

Berdasarkan penjelasan umum di atas, maka jenis tindak pidana penggelapan ini adalah sebagai berikut :

A. Barang milik orang lain

Unsur ini agak menimbulkan kesulitan dalam hal sejumlah uang tunai yang dipercayakan oleh yang empunya kepada orang lain untuk disimpan atau untuk dipergunakan melakukan pembayaran tertentu, apakah si penyimpan diharuskan memisahkan sejumlah uang itu dari uangnya sendiri? Apakah uang itu


(17)

Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam

tidak boleh diganggu, kecuali untuk melakukan pembayaran tertentu itu? kalau ini diharuskan, maka misalnya seorang jutawan yang diserahi menyimpan uang sejumlah hanya seribu rupiah dalam saku bajunya, dan pada waktu itu juga ia mempergunakan uang itu untuk misalnya membayar harga pembelian barang di suatu toko karena kebetulan dompetnya tertinggal di rumah, maka si jutawan itu dapat dipersalahkan menggelapkan uang itu.

Bahwa ini tidak wajar, mudah dapat dimengerti. Akan tetapi sebaliknya, juga tidak wajar apabila dikatakan bahwa setiap penyimpanan uang tunai tidak memungkinkan penggelapan uang itu oleh si penyimpan dalam hal ini, tidak boleh menjadi persoalan apakah sejumlah uang sewujud yang disimpan itu tetap menjadi milik orang yang menyimpannya, atau ia hanya berhak atas pembayaran kembali uang sejumlah yang sama tidak sewujud yang sama.

Kalau ini dijadikan ukuran, akan timbul lagi ketidakwajaran kedua hal ekstrem yang dimaksudkan di atas, mengingat peristiwa dengan seorang jutawan tadi, maka menurut hemat saya harus ada kalanya dianggap uang yang disimpan itu tidak boleh diganggu, tetapi juga harus ada kalanya uang itu dapat dipakai dulu dan ini bergantung kepada maksud penyimpanan uang itu, dan kepada kekayaan orang yang diserahi menyimpan uang itu.

Maksud yang tegas bahwa uang itu tidak boleh diganggu dapat dikatakan ada apabila orang yang menyimpan uang itu merupakan seseorang yang disuruh belaka yang ditugasi melakukan pembayaran tertentu dengan uang itu.

Ukuran keadaan orang yang menyimpan uang dapat dijelaskan demikian, bahwa tidak ada penggelapan apabila si penyimpan uang setelah mempergunakan uang itu untuk keperluan pribadi, demikian kekayaannya bahwa ia kemudian


(18)

sewaktu-waktu mampu untuk membayar kembali uang itu dari uang miliknya sendiri. Akan tetapi, dalam praktek ukuran ini mungkin masih agak kabur. Maka, pada akhirnya rasa keadilan lah yang menentukan hal ini.

B. Penggelapan khusus (gequalificeerde verduistering)

Di atas sudah dikemukakan bahwa dasar pokok dari tindak pidana penggelapan adalah bahwa si pelaku mengecewakan kepercayaan yang diberikan kepadanya oleh pemilik barang.

Pasal 374 dan 375 KUHP masing-masing merumuskan jenis penggelapan barang, dimana tergambar lebih tebal kepercayaan yang dilimpahkan kepada si pelaku. Maka, oleh karenanya maksimum hukuman dipertinggi, yaitu oleh Pasal 374 dijadikan hukuman penjara lima tahun, dan oleh Pasal 375 dijadikan enam tahun, sedangkan Pasal 372 hanya mengancam dengan maksimum hukuman penjara empat tahun.

Pasal 374 merumuskan tiga macam hubungan antara si pelaku dan yang mempercayakan barangnya, yaitu hubungan buruh-majikan (persoonlijke diensttreeking), hubungan berdasar pekerjaan si pelaku sehari-hari (beroep), dan hubungan di mana si pelaku mendapat upah untuk menyimpan barang.

Dalam hubungan buruh-majikan, tidak perlu barangnya kepunyaan si majikan. Mungkin, si pelaku sebagai buruh harus mengurus barang-barang atas perintah pengurus suatu perusahaan, sedangkan barang-barang itu bukan milik perusahaan melainkan milik para buruh lainnya.

Dalam hubungan pekerjaan si pelaku sehari-hari, misalnya seorang pemborong yang menggelapkan barang-barang milik pihak yang memberikan pekerjaan pemborongan.


(19)

Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam

Berdasarkan penjelasan tentang jenis tindak pidana penggelapan diatas, sekarang kita mencoba menghubungkan pengertian dari tindak pidana penggelapan diatas dengan tindak pidana penggelapan di bidang perbankan berikut ini ;

Sebagaimana telah dijelaskan terdahulu, bank merupakan lembaga keuangan yang penting sekali. Lembaga bank sebagai prasarana Institusional dan sebagai agent of development mempunyai peranan yang vital dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi.

Dalam berbagai peraturan yang mengatur pembinaan dan pengembangan usaha bank masih terdapat kelemahan dan kekurangan, khususnya dalam pengamanannya. Kekurangan dan kelemahan dalam peraturan itu memberikan kesempatan bagi segolongan orang yang mempunyai itikad tidak baik untuk melakukan pelanggaran hukum yang dianggap tercela dan perlu diancam dengan hukuman oleh peraturan-peraturan tersebut di atas.

Perbedaan pendapat adalah suatu hal yang wajar dalam fenomena kehidupan sosial, karena dari sinilah akan didapatkan hikmah yang pada akhirnya tercapai suatu kebenaran. Ada pula suatu pendapat yang bernada ideologis menyatakan, bahwa perbedaan pendapat itu demokratis. Dan masih banyak lagi kata filosofis yang menyiratkan bahwa pola pemikiran manusia adalah berbeda satu dengan lainnya.

Konsepsi tentang pola pikir demikian juga berlaku dalam disiplin ilmu hukum, dimana tidak jarang diketemukan adanya perbedaan pendapat mengenai pengertian / defenisi suatu hal.Misalnya : defenisi hukum, hukum pidana, tindak pidana. Serta masih banyak contoh lainnya.


(20)

Hal tersebut diatas juga terjadi terhadap peristilahan pada perbuatan melanggar hukum di bidang perbankan. Beragam istilah kita jumpai dalam literature hukum perbankan maupun hukum pidana.Sebagian menentukan istilah tindak pidana perbankan. Namun ada pula yang mengistilahkannya dengan kejahatan di bidang perbankan atau banking crime2

Sedangkan yang memakai istilah “kejahatan perbankan”, dalil, yang dikemukakan cenderung bermuara kepada peristilahan kejahatan kerah putih

(white collar crime) yang dicetuskan oleh Edward A.Ross dan kemudian

dipopulerkan oleh E.H. Sutherland di tahun 1949. Secara konseptual, istilah kejahatan kerah putih ini digunakan terutama untuk mengindentifikasikan kejahatan yang dilakukan oleh kalangan pengusaha/eksekutif ataupun pejabat yang akibatnya merugikan kepentingan umum. Oleh karena itu pelaku perbuatan melanggar hukum di bidang perbankan dapat dikatakan hampir semuanya berasal

Namun demikian untuk kepentingan ilmu pengetahuan dalam menguraikan perbuatan melanggar hukum di bidang perbankan, perlu perumusan untuk mencapai kesepakatan.

Bagi sebagian ahli yang memilih istilah “tindak pidana di bidang perbankan”, argumentasi yang dikemukakan bahwa pengertian dari istilah ini mencakup ruang lingkup yang luas. Hal ini dikarenakan tindak pidana di bidang perbankan terdiri atas perbuatan-perbuatan yang berhubungan dengan kegiatan dalam menjalankan usaha pokok bank, terhadap mana perbuatan dapat diberlakukan peraturan-peraturan pidana dalam Undang-undang Perbankan, juga Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Undang-undang Lalu Lintas Devisa.

2


(21)

Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam

dari kalangan pengusaha / eksekutif dan pejabat, maka praktis istilah yang dipakai adalah kejahatan perbankan.

Selain kedua istilah yang sudah disebut di atas dikenal pula kejahatan bisnis. Peristilahan ini digunakan oleh Michael Clarke untuk menyebutkan perbuatan melanggar hukum di bidang perbankan. Hal ini dikarenakan kejahatan bisnis adalah suatu kegiatan yang memiliki orientasi bisnis dan tidak identik dengan kegiatan suatu sindikat kriminal sebagaimana lazimnya kejahatan-kejahatan konvensional.

Adapun tentang pengertian tindak pidana perbankan, H.A.K. Moch.Anwar, SH. Mengartikannya sebagai tindak pidana yang hanya terdiri atas perbuatan-perbuatan pelanggaran atas ketentuan pokok perbankan, pelanggaran mana diancam dan dilarang dengan hukuman oleh Undang-undang tersebut3

2. Pelaku dan korban Tindak Pidana Penggelapan di bidang perbankan

.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis cenderung memilih istilah “tindak pidana di bidang perbankan”. Hal ini dikarenakan arti sebenarnya yang terkandung ialah tidak hanya mencakup setiap perbuatan yang melanggar ketentuan UU perbankan saja, melainkan juga UU Bank Indonesia, KUHP, UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dan UU Lalu Lintas Devisa.

Berbicara tentang pelaku tindak pidana di bidang perbankan, maka seyogianya dicermati eksistensi subjek hukum pidana dalam tatanan normative peraturan perundang-undangan kepidanaan. Dengan kata lain, ada persepsi hanya memfokuskan kepada ketentuan Pasal 59 KUHP yang hanya mengenal manusia sebagai subjek hukum pidana. Akan tetapi persepsi juga diarahkan pada ketentuan undang-undang tentang tindak pidana ekonomi, undang-undang pemberantasan

3


(22)

tindak pidana korupsi, undang-undang Bank Indonesia, undang-undang perbankan, dan lain sebagainya ; yang menentukan bahwa subjek hukum pidana, disamping orang juga badan hukum.

Berdasarkan tipologi, tindak pidana penggelapan di bidang perbankan sebagian besar dapat diidentikkan dengan pelaku tindak pidana ekonomi, pelaku kejahatan korporasi, pelaku kejahatan bisnis, pelaku kejahatan di lingkungan professional, pelaku kejahatan kerah putih, dan pelaku kejahatan computer.

Melalui penjelasan di atas tentang pelaku tindak pidana penggelapan di bidang perbankan tersebut, maka selanjutnya kita akan melihat karakteristik pelaku tindak pidana penggelapan di bidang perbankan ini, yang antara lain sbb:

1. Memiliki pemahaman yang cukup bagus atas seluk-beluk industri perbankan.

2. Memiliki keahlian di bidang tertentu, seperti melobi, menganalisis, memanajemen, memalsu, menguasai computer, dan lain sebagainya. 3. Ada kalanya pelaku memiliki jabatan

4. Agresif, ambisius

Berdasarkan karakteristik yang telah dijelaskan diatas, maka dapatlah diidentifikasi siapa saja yang berpeluang dan mempunyai peluang besar untuk melakukan tindak pidana penggelapan di bidang perbankan. dalam hal ini tindak pidana penggelapan di bidang perbankan berpotensi dilakukan oleh:

1. Oknum pejabat dan pegawai di lingkungan perbankan dan atau instansi yang terkait.

2. Pihak terafiliasi sebagai mana dimaksud dalam Pasa 1 ayat (15) undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan.


(23)

Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam

3. Nasabah debitur yang beritikad buruk

4. Anggota masyarakat yang memiliki akses untuk melakukannya.

Setiap tindak pidana yang terjadi sudah tentu menimbulkan korban, berbicara tentang korban tindak pidana dibidang perbankan, maka korban tindak pidana tersebut bergantung kepada jenis dan bentuk tindak pidana yang terjadi dan korban dari tindak pidana penggelapan di bidang perbankan, adalah sebagai berikut dari pihak nasabah, hal ini terkait dengan tindak pidana perbankan di bidang rahasia bank. Nasabah dalam hal ini maksudnya nasabah penyimpan dana dan nasabah debitur. Oleh karena perbankan di Indonesia menganut teori rahasia bank yang bersifat nisbi, maka di dalam praktek ada kalanya pihak bank menyalah-gunakan peluang ini untuk kepentingannya sehingga merugikan kepentingan dan kredibilitas nasabah.

3. Jenis dan bentuk tindak pidana di bidang perbankan.

Mengacu kepada beberapa ketentuan peraturan kepidanaan yang adapat diterapkan dan atau diberlakukan terhadap tindak pidana di bidang perbankan, maka dapat dikualifisir perihal jenis dan bentuk dari tindak pidana tersebut sebagai berikut:

1. Jenis tindak pidana perbankan di bidang perizinan usaha / legalitas bank, yang dapat berbentuk:

a. Menjalankan usaha seupa bank b. Menjalankan usaha bank tanpa izin c. Menjalankan usaha bank dalam bank

2. Jenis Tindak Pidana perbankan di bidang rahasia bank, yang dapat berbentuk:


(24)

a. Pemaksaan kepada bank atau pihak terafiliasi untuk membocorkan rahasia bank.

b. Kesengajaan membocorkan rahasia bank c. Pemutihan uang ( money laundering)

d. Penggelapan pemeriksaan rekening dan pajak

e. Pembuatan laporan yang tidak benar (window dressing)

3. Jenis tindak pidana perbankan di bidang pengawasan perbankan, dimana bentuknya dapat berupa:

a. Tindak pidana window dressing

b. Tindak pidana keterangan palsu

4. Jenis tindak pidana perbankan di bidang kolusi manajemen, yang dapat berbentuk:

a. tindak pidana korupsi b. tindak pidana penyuapan

c. tindak pidana penyalahgunaan jabatan dan wewenang

d. Tindak pidana yang berkaitan dengan ketentuan Bank Indonesia tentang batas maksimum pemberian kredit

5. Jenis tindak pidana perbankan di bidang jasa-jasa perbankan, yang dapat berbentuk:

a. tindak pidana yang berkaitan dengan perizinan usaha bank b. Tindak pidana yang berkaitan dengan peraturan lalu lintas devisa c. Tindak pidana penyuapan

d. Tindak pidana pemalsuan


(25)

Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam

f. Tindak pidana penggelapan g. Tindak pidana penipuan h. Persaingan curang i. Tindak pidana korupsi

j. Tindak pidana yang berkaiatan dengan penyalahgunaan komputer dan atau alat elektronik lainnya

Jenis dari tindak pidana perbankan dimaksud adalah berbeda dengan bentuknya. Namun demikian persamaannya treletak pada pengkualifikasiannya dimana bentuk-bentuk dari suau jenis tindak pidana perbankan dapatlah serupa dengan bentuk-bentuk pada jenis tindak pidana perbankan lainnya. Misalnya bentuk tindak pidana korupsi pada jenis tindak pidana perbankan di bidang kolusi manajemen perbankan adalah serupa dengan bentuk korupsi dalam jenis tindak pidana perbankan di bidang jasa-jasa perbankan.

4. Jenis-jenis pekerjaan di dalam perbankan

Walaupun nama bagian atau departemen dapat berbeda-beda sesuai dengan Policy bank, jenis-jenis pekerjaan yang ada di bank dapat dikelompokan sesuai dengan Departemen yang ada, sebagai berikut4

1. Front Office Departemen

:

Menawarkan pekerjaan sebagai teller, staf bagian Funding ( penghimpun dana) meliput i giro, deposito, tabungan dan dana dari pihak ketiga lainnya, staf bagian services, meliputi kliring, inkaso, transfer pengiriman valuta asing/remittance, safe deposit box, dan lain-lain.

2. Customer service department

4


(26)

Menawarkan pekerjaan sebagai staf customer service atau Officer Phone Banking.

3. Trade Finance Departement

Menawarkan pekerjaaan sebagai staf bagian ekspor, Impor, Bank Garansi, pajak, dan lain-lain. Bagian Ekspor meliputi penerima L/C (advising), negosiator L/C. Bagian Impor meliputi penerbit L/C (opening Import L/C ), pengolahan data, dan lainnya. Bagian pajak biasanya berhubungan dengan bagian Impor, yaitu PIB (pemberitahuan Impor Barang), mengurus pembayaran pajak Impor (import Tax).

4. Business Promotion Departement

Menawarkan pekerjaan sebagai Account Officer atau Marketing Officer. Di departemen ini biasanya juga terdapat skretaris yang membantu menangani masalah administrasi, filling, dan lain sebagainya.

5. Treasury departement.

Treasury terdri dari tiga bagian, yaitu Front Office (atau Dealin Room),

Middle Office dan back Office (atau Settlement). Front Office menawarkan pekerjaan sebagai dealer, baik di pasar Uang (Money Market) maupun

Corporate Dealer, yang berhubungan dengan nasabah. Middle Office

menawarkan pekerjaan sebagai Staff risk Management (manajemen Risiko) dan Treasury Administration. Back Office menawarkan pekerjaan sebagai

Staff settlement.

6. Loan administration department

Menawarkan pekerjaan sebagai staf di bagian Lending (Pinjaman ) dan bagian Legal atau bagian hukum. Bagian Lending meliputi pekerjaan


(27)

Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam

pengolahan data, dan administrasi pinjaman. Bagian Legal meliputi pekerjaan sebagai Legal Officer dan Legal Documentation. Di beberapa Bank, pekerjaan bank Garansi ditangani oleh Departement ini.

7. Credit Analisys Departement

Menawarkan pekerjaan sebagai Credit Analyst yang menganalisis kelayakan kredit yang akan atau sudah diberikan.

8. Information Technology department (atau Bagian EDP)

Menawarkan pekerjaan sebagai staf pengolah data, programmer. Bagi bank yang sudah menyediakan layanan Internet Banking, biasanya juga membutuhkan staf sebagai web- programmer.

9. Accounting Departement

Departement ini menawarkan pekerjaan sebagai staf akuntan. 10.Personnel department ( atau bagian sumber daya Manusia)

Departemen ini menawarkan pekerjaan sebagai staf payroll, bagian training dan recruitment.

11.Corporate Planning Departement

Department ini menawarkan Pekerjaan sebagai corporate Planning Officer yang menangani Budgeting, ALMA (Asset and liability management) dan Compliance Officer yang menjaga agar bank patuh kepada peraturan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

12.General Affair department

Department ini menawarkan pekerjaan sebagai staf bagian Purchasing

(pembelian), pengurusan dokumen (misalnya Paspor, Exit Permit dan KITAS untuk Ekspatriat). Bagian transportasi yang menangani kendaraan


(28)

operasional kantor, pemakaian BBM, asuransi kendaraan, dan lain-lain. Banyak bank yang sudah melakukan Outsourcing untuk jasa-jasa maintenance, seperti Office Boy, servis telpon atau mesin Fotokopi. Satpam biasanya dikelola oleh pihak pengelola (building management) atau perusahaan security.

13.Internal Audit Departement

Departemen ini menawarkan pekerjaaan sebagai internal auditor. Sesuai fungsinya, internal auditor akan memeriksa kepatuhan setiap bagian yang ada di bank terhadap peraturan internal perusahaan dan peraturan eksternal Khusunya PBI (Peraturan Bank Indonesia )

F. Metode penelitian

Di dalam pengumpulan data dan informasi untuk penulisan skripsi ini penulis telah mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk dapat mendukung penulisan skripsi ini, dan hasil yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Adapun data-data atau Metode Penelitian yang dipergunakan oleh penulis di dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1) Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara normative yuridis, merupakan penelitian yang dilakukan dan ditujukan pada peraturan-peraturan tertulis atau bahan-bahan lain.


(29)

Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam

2) lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pengadilan Negeri Medan dengan Pertimbangan tempat tersebut memenuhi suatu karakterisik untuk mendapat gambaran mengenai masalah yang akan diteliti.

3) Metode pengumpulan data

Dalam penulisan skripsi ini digunakan metode sebagai berikut: a. Library research (penelitian kepustakaan)

Yakni melakukan penelitian dengan berbagai sumber bacaan seperti: peraturan perundang-undangan, buku-buku, majalah, internet, pendapat sarjana dan bahan lainnya.

b. Field research (penelitian lapangan).

Yaitu dengan melakukan penelitian secara langsung ke lapangan, sehingga penulis dapat melakukan studi putusan, dalam hal ini penulis melakukan penelitian ke Pengadilan Negeri Medan.

4) Analsis data

Analisa data yang dilakukan adalah secara kualitatif yaitu apa yang diperoleh dari penelitian di lapangan secara tertulis dipelajari secara utuh dan menyeluruh (komprehensif).

G.Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan

Bab ini merupakan yang memberikan suatu ilustrasi ataupun gambaran yang bersifat general (umum) serta disajikan secara sistematis yang mana bab ini terdiri dari latar belakang,


(30)

permasalahan, tujuan dan manfaat Penulisan, keaslian Penulisan, metode penelitian, dan sitematika penulisan.

Bab II: Faktor yang mendorong bank sebagai lembaga keuangan sebagai sarana ataupun modus operandi dalam tindak pidana Penggelapan di bidang Perbankan.

Bab ini terdiri dari pembahasan mengenai peran serta dan wewenang lembaga perbankan, juga mengenai hubungan antara Bank dengan Penabung (nasabah) dalam menjalankan Indutri di bidang perbankan dan juga dalam terjadinya Tindak Pidana di bidang Perbankan

Bab III : Konsep Pertanggungjawaban Pidana serta Penerapan sanksi terhadap pelaku Tindak Pidana Penggelapan di bidang Perbankan. Menjelaskan tentang bagaimana Konsep Pertanggungjawaban seorang Pelaku tindak Pidana Penggelapan di bidang perbankan dan juga kaitannya dengan sifat Tindak Pidana lainnya dan

Pandangan hukum Pidana di Indonesia. Konsep

pertanggungjawaban ini dilihat dari KUHP yang ada di Indonesia, rancangan KUHP Dan Undang-undang Khusus yang mengatur tentang tindak Pidana khusus di bidang perbankan ini.

Bab IV : Upaya Penaggulangan Tindak Pidana Penggelapan di Bidang Perbankan dengan menggunakan sarana atau kebijakan hukum Pidana.


(31)

Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam

Menjelaskan pentingnya pemberantasan Tindak Pidana di bidang perbankan ini baik dengan menggunakan sarana Penal dan Juga sarana non-Penal

Bab V : Kasus Posisi dan analisis Kasus

Analisa terhadap Putusan Hakim Pengadilan Negeri terhadap kasus Tindak Pidana Penggelapan dengan menggunakan jabatan

Bab VI : Merupakan bagian paling akhir dari Skripsi ini yang berisikan beberapa Kesimpulan dan saran dari hasil Penulisan dan dengan kaitannya dengan masalah yang diidentifikasikan serta saran yang mudah-mudahan berguna bagi kemajuan dan perkembangan Huku m Pidana di masa yang akan datang.


(32)

BAB II

FAKTOR YANG MENDORONG BANK DALAM TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DI BIDANG PERBANKAN

A. Azas-azas etik perbankan dalam hubungan bankir dengan nasabah

Yang diartikan dengan etik perbankan ialah kebiasaan yang baik atau peraturan-peraturan dalam dunia perbankan yang diterima dan ditaati oleh bankir-bankir nasional dan kemudian mengendap menjadi normatif5

1. Etik Perbankan di bidang kepercayaan masyarakat

.

Dalam melaksanakan etik perbankan nasional telah dijelaskan, bahwa kita tidak bisa memisahkan diri dari moral pancasila. Tindak tanduk kita sehari-hari dalam pekerjaan di Bank juga harus berpedoman pada kelima sila dari Pancasila. Justru dengan melaksanakan etik perbankan akan tercapai sistem perbankan nasional yang sehat di negara kita.

Sebelum kita memahami etik perbankan apakah bank itu terlebih dahulu perlu diketahui apakah sebenarnya Bank itu? Undang-undang mengartikan bank sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran .lembaga keuangan adalah semua badan yang melalui kegiatan-kegiatanya di bidang keuangan menarik uang dari masyarakat dan meyalurkannya kepada masyarakat.

Dari uraian diatas dapatlah kita simpulkan, bahwa salah satu aspek dari etik perbankan ialah kepercayaan yang harus dimilikinya dalam rangka melaksanakan kepercayaan masyarakat tersebut.

Menurut George AQ.Allan, First Educational Director Institute of Banking, maka banker yang berhasil (successful) memiliki:

5


(33)

Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam

1 Satuperlima keahlian di bidang akuntansi 2 Duaperlima keahlian di bidang hukum 1. Tigaperempat ahli ekonomi

2. Empatperlima gentleman

Total menjadi sepuluh perlima yang disebut double size.

Kalau kita teliti satu persatu pengetahuan uyang dibutuhkan Oleh banker menurut George A.Allan, maka ini bukanlah pekerjaan yang mudah. Bankir nasional itu harus belajar terus dan belajar itu sebagai suatu kebiasaan. Penulis sependapat dengan George A.Allan, bahwa banker harus mengetahui bidang akuntansi, hukum dan ekonomi. Namun bagi tingkat masyarakat Indonesia dewasa ini banker nasional sebaiknya juga memilki unsur-unsur kependidikan.

Dalam arti bahwa banker harus bersedia memberikan penerangan yang bersifat mendidik kepada nasabah jika diminta, harus kita ketahui, bahwa masih banyak pengusaha-pengusaha kita membutuhkan penerangan dan pendidikan dalam berbagai bidang usaha-usaha. Juga masih banyak pengusaha-pengusaha kurang mengetahui jasa-jasa yang dapat diberikan oleh Bank. Jika usaha-usaha nasabah berjalan baik dengan sendirinya bank-bank turut menikmatinya. Nasabah-nasabah pun akan lebih banyak menyimpan uangnya di bank.

Penerangan ataupun nasehat meliputi antara lain bidang administrasi, pembukuan, marketing dan lain-lain. Menurut pengamatan penulis, masih banyak nasabah-nasabah bank selaku pengusaha belum memilki administrasi maupun organisasi penjualan yang sehat. Sering nasabah-nasabah bank belum dapat mendisiplinir dirinya dalam rangka mengatur keuangannya. Mungkin di


(34)

Negara George A.Allan hal-hal yang kita jelaskan di atas tidak merupakan masalah pokok seperti di Negara kita.

2. Etik Pemegang Saham

Tiap-tiap pemegang saham sesuatu bank harus mengetahui bahwa keputusan-keputusan rapat pemegang saham tidak boleh menyimpang dari anggaran-anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Kalaupun ada penyimpangan harus disetujui bersama.

Lazim oleh direksi bank dalam rapat pemegang saham diajukan neraca dan perhitungan laba-rugi dari tahun yang lalu untuk dipertimbangkan dalam rapat pemegang saham tersebut ditetapkan pembagian keuntungan dan besarnya deviden.dalam rapat tersebut usul-usul diajukan oleh direksi , dewan komisaris dan para pemegeng saham untuk ditolak atau disahkan.

Bagi pemegang saham dalam penetapan pembagian keuntungan harus juga berpedoman kepada moral Pancasila khususnya keadilan sosial. Dalam penentuan program kerja titik tolak pemegang saham bank hanya sebanyak mungkin mencari keuntungan, melainkan harus bertitik tolak dari masalah-masalah sosial ekonomi.

Tiap-tiap pemegang saham bank nasional harus sadar, bahwa usaha perbankan bukan hanya mencari keuntungan sebesar-besarnya, tetapi kepentingan segi-segi sosial masyarakat tidak boleh diabaikan.

3. Etik perbankan dalam hubungan antara pimpinan dan karyawan

Sesuatu bank merupakan proses kegiatan dalam suatu kesatuan. Dengan demikian maka perilaku pimpinan dan karyawan bank merupakan juga suatu kesatuan. Tegasnya, kalau rencana dan tujuan sudah ditetapkan, dan


(35)

Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam

kebijaksanaan banking operation sudah ditentukan, maka banking operation ini sering macet atau tidak sehat, bila pimpinan bank kurang bersih dari godaan materi. Dengan sendirinya ia tidak lagi memiliki kekuatan dan keberanian untuk memebersihkan para karyawan yang kurang jujur melaksanakan tugasnya. Tidak mungkin terdapat suatu banking operation yang sehat jika pimpinan dan karyawan-karyawan tidak bersih dari berbagai godaan, seperti yang sudah kita jelaskan diatas. Jika bawahan mengetahui, bahwa pimpinan bekerja curang, bawahan memandang remeh dan tidak acuh melaksanakan perintahnya. Hal ini akan mengganggu kelancaran mekanisme bank operation.

4. Etik Perbankan dalam hubungan bankir dan nasabah. 1.Prinsip saling menguntungkan.

Baik bank maupun nasabah dalam pelaksanaan persetujuan kredit harus berpedoman pada prinsip saling menguntungkan. Bank memberikan kredit, karena akan memeperoleh keuntungan dari hasil pinjaman. Nasabah menerima kredit dengan tujuan pinjaman tersebut digunakan di sektor produksi untuk memperoleh keuntungan. 2.Persetujuan yang harus dilaksanakan

a. Penulis sebagai nasabah bank pernah memperoleh fasilitas kredit yang setiap saat (sesuai dengan persetujuan) dapat ditarik. Penulis mengeluarkan cek kepada seorang pengusaha sebagai pembayaran dari suatu transaksi. Pengusaha tersebut Penulis kenal baik, sehingga ia percaya dan menerima cek tersebut. Kemudian si penjual menguangkannya. Apa yang terjadi? Cek ditolak oleh bank dengan alas an yang dicari-cari


(36)

Coba bayangkan, nama penulis dirusak oleh bank itu. Dengan sendirinya penjual barang tersebut tidak akan percaya pada penulis, apapun alasan yang diberikan. Si penjual barang itu mungkin butuh uang pada saat itu sebab harus memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjiannya. Mungkin ia sendiripun tidak akan dipercaya oleh rekannya lagi jika tidak dapat melunasi kewajiban tepat pada waktunya. Mungkin juga rekannya ini berjanji pula kepada pengusaha lainnya melunasi kewajibannya pada esok harinya. Sebenarnya bank yang tidak memenuhi persetujuan mengorbankan bukan hanya satu orang, tetapi sekian banyak orang secara berantai. Suatu persetujuan yang tidak memenuhi kemungkinan akan merusak kepercayaan baik hubungan antara-antara pengusaha maupun antara pengusaha-pengusaha itu sendiri, dan bukan hanya merusak kepercayan antara pengusaha, melainkan juga akan menimbulkan efek berantai yang negatif. Perusahaan yang satu mungkin mengalami stagnasi di bidang produksinya, karena kekurangan biaya, demikian juga perusahaan lainnya . Ini menunjukan betapa pentingnya dipenuhi sesuatu perjanjian.

a. Seorang debitur bank dengan pinjaman yang relatif besar berjanji melunasi hutangnya tepat pada waktunya kepada bank. Seandainya hal ini tidak terlaksana, bank tersebut akan kewalahan. Mungkin juga ia telah mengadakan suatu perjanjian dengan beberapa calon-calon debitur akan memberikan fasilitas kredit, dengan harapan dana untuk fasilitas kredit yang berasal dari pinjaman yang


(37)

Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam

diterima. Jika likuiditas bank tersebut tidak mencukupi, terpaksa kredit fasilitas ditunda atau batal. Bank ini akan di golongkan : 1. Tidak dapat memenuhi persetujuan.

2. tidak mengatur dananya .

3. kurang baik memberikan servis kepada nasabah.

Memang seharusnya bank menseleksi para debiturnya, namun demikian bisa saja terjadi bahwa seseorang debitur lalai melunaskan kewajibannya. Oleh karena itu harus ada peraturan-peraturan dan perjanjian-perjanjian yang harus dilaksanakan tepat pada waktunya. Suatu perjanjian yang macet dapat merusak mekanisme bisnis itu sendiri.

b. Telah kita jelaskan, bahwa Negara kita terpengaruh oleh berbagai nilai-nilai yang datang dari luar. Di dunia barat, business ethics mengutamakan janji atau sesuatu persetujuan harus dilaksankan tepat pada waktunya. Waktu oleh dunia usahawan barat dan Jepang dinilai sama dengan uang. Uang sangat penting, demikian juga waktu.

Dewasa ini di kota-kota besar usahawan-usahawan Indonesia sudah menilai waktu sebagai sesuatu yang termasuk business ethics. Namun dalam praktek hal ini tidak mudah dilaksanakan.

Sebagai contoh : pernah seorang pengusaha Indonesia merencanakan suatu persetujuan dengan industrialis Jepang untuk menjadi agen tunggal sesuatu jenis barang bagi seluruh Indonesia. Umumnya penetapan agen tunggal sesuatu jenis barang yang


(38)

berharga, menuntut pemenuhan syarat-syarat yang tidak begitu mudah. Pembicaraan dan surat-menyurat antara si pengusaha Indonesia dan Pengusaha jepang tersebut sudah berjalan baik, tinggal pelaksanaan persetujuan saja. Sesuai dengan persetujuan tersebut, kedua belah pihak membubuhkan tanda tangan di depan notaries, juga jam dan tanggal/hari sudah ditetapkan. Tapi pihak pengusaha Indonesia terlambat satu jam datang di depan notaries . Industrialis jepang tersebut demikian kesal atas kelambatan itu, sehingga pelaksanaan persetujuan agen tunggal dibatalkan. Keuntungan jutaan rupiah yang diharapkan dengan sendirinya amblas. Alasan jepang tersebut ialah bahwa pengusaha Indonesia yang bersangkutan tidak dapat memenuhi janji.

3. Jangan menerima gift, upeti atau uang pelicin

Kebiasaan memberikan gift atau upeti lahir dari suatu masyarakat yang feudal dalam masyarakat yng berstruktur feudal, dimana raja sebagai cakrawati Negara dianggap juga sebagai wakil sang nata pengusaha khayangan di dunia, maka pemberian gift atau upeti bukan saja merupakan suatu yang halal atau wajar, tetapi juga menjadi suatu kewajiban yang suci.

Oleh berbagai penulis dikemukakan, bahwa masyarakat kita dewasa ini dalam pergaulan hidup masih dianggap mengandung pewarisan kebudayaan yang feodalistis itu. Demikian juga kebiasaan gift atau upeti tersebut masih melekat dikalangan pejabat-pejabat bank-bank nasional. Para pejabat bank-bank-bank-bank dalam memberikan kredit sering


(39)

Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam

memperoleh gift dari para nasabahnya. Sulit menentukan maksud dan tujuan gift tersebut. Apakah gift itu semata-mata ditujukan sebagai uang pelicin agar permohonan kreditnya segera terlaksana ? apakah gift itu ditujukan mengelabui mata pejabat berhubung jaminan tidak memenuhi syarat? apakah gift itu hanya sebagai uang terima kasih atas servis yang diberikan oleh bank? apakah gift itu bertujuan merusak nama bank? apakah gift bertujuan subversi ekonomi? Ini akan menjadi suatu masalah bagi kita, seandainya pejabat bank itu sengaja tutup mata terhadap jaminan yang tidak cukup atau pinjaman berikut bunga dan biaya-biaya lainnya tidak dikembalikan tepat pada waktunya. Atau tidak memeperdulikan apakah sasaran kredit sesuai dengan keinginan pemerintah, ataupun motif lainnya seperti sudah kita jelaskan diatas. Dengan alasan inilah setiap gift berupa upeti bertentangan dengtan etik perbankan.

Sekarang kasus ini kita tinjau dari segi moral pancasila. Maka timbul pertanyaan, siapa yang dirugikan ? yang dirugikan ialah bank dan rakyat Indonesia. Yang beruntung dan merusak ialah si peminjam bersama para pejabat bank. Jika kredit yang diberikan itu bermilyar rupiah dan ini tidak dapat dikembalikan, maka ini berarti bahwa bangsa dan Negara digorogoti secara besar-besara. Jelas kasus ini bertentangan dengan moral pancasila.

Bagaimana seandainya gift diberikan hanya sebagai uang tanda terima kasih pejabat ? Adalah tugas dan kewajiban pejabat meladeni para nasabah. Pejabat menerima gaji yang cukup untuk melayani para


(40)

nasabah bank. Kami kira sebaiknya setiap gift jangan dibiasakan diterima. Lain halnya undangan makan bersama antara para nasabah dan pejabat bank. Penulis telah banyak bergaul dengan pengusaha-pengusaha pribumi maupun non-pribumi. Umumnya dalam hati kecilnya, jika pengusaha-pengusaha ini telah memberikan sesuatu gift kepada para pejabat, mereka berpendapat se-akan-akan pejabat dapat dibeli atau diatur sesuai dengan kehendak mereka.

Gift ada baiknya diterima pada hari-hari mendekati hari raya Idul Fitri, hari Natal dan Tahun Baru. Tiap-tiap pengusaha Indonesia berterima kasih kepada bank, sebab melalui jasa dan dana yang dipinjamkan oleh bank usahanya berkembang. Bangsa Indonesia memilki budi pekerti yang tinggi. Ia merasa berhutang budi kepada bank dan ingin memberi sesuatu sebagai balas jasa. Namun sebaiknya pada hari-hari besarlah diberikan atensi jasa tersebut .

4. Memberi nasehat

Seandainya seorang pejabat bank memberikan nasehat-nasehat kepada seseorang nasabah bank, dan nasehat-nasehat tersebut ternyata memuaskan dan nasabah bank memperoleh keuntungan, maka timbul pertanyaan apakah nasabah tersebut mempunyai keharusan untuk memberi gift sebagai balas jasa kepada pejabat bank yang bersangkutan? Dalam tiap bank pejabatnya senantiasa memberikan nasehat jika diminta, sebab sudah merupakan servis bank itu tidak mengikat dengan suatu persetujuan tertentu, bahwa pejabat akan diberikan honorarium sekian persen dari hasil keuntungan, jika kelak nasehat itu membawa


(41)

Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam

keuntungan. Demikian tidak ada alasan mengapa nasabah itu harus memberi gift.

Ditinjau segi ekonomi perusahaan mungkin saja gift yang diberikan kepada pejabat sebagai hasil dari keuntungan tidak akan memberatkan beban perusahaan. Mungkin saja orang berpendapat, bahwa gift dapat diterima selama tidak ada fihak yangt dirugikan, termasuk bank. Namun bank dalam hal ini dapat disamakan sebagai guru. Kalau anak didik guru menjadi pintar dan berhasildi masyarakat, maka ini bukan mengharuskan si anak didik memberikan balas jasa kepada si guru.mendidik anak adalah kewajiban guru.

5. Mendidik nasabah

Bank harus mendidik nasabahnya agar memberikan informasi yang jelas tentang usahanya. Tugas bank dapat disamakan dengan dokter. Dokter memberikan diagnose yang baik, jika si pasien memberikan keterangan yang benar tentang penyakit yang dideritanya. Demikian juga halnya dengan nasabah, harus memberikan informasi yang benar tentang kesehatan dan penyakit usahanya. Dalam hal ini nasabah antara lain harus memberikan:

a. Keterangan keuangan secara kwantitatip harus jelas, sehingga memudahkan bank mengambil keputusan-keputusan yang seperlunya.

b. Menyajikan informasi yang dapat dipercaya mengenai posisi keuangan dan perobahan-perobahan kekayaan bersih.


(42)

c. Menyajikan informasi keuangan yang dapat membantu dalam menaksir kemampuan memperoleh laba.

d. Menyaksikan informasi lain yang diperlukan mengenai perubahan-perubahan dalam harta dan kewajiban serta mengungkapkan lain-lain informasi.

Dengan demikian bank dimungkinkan memberikan terapi yang tepat, informasi yang tidak benar pasti akan menghasilkan terapi yang kurang tepat. Diagnosa tentu tergantung dari jenis penyakit yang diderita. Penambahan kredit (injeksi keuangan) mungkin dapat menyembuhkan penyakit usaha. Umpamanya : kenaikan harga karena faktor-faktor ekstern dengan kenaikan harga impor bahan-bahan baku. Kalkulasi biaya berobah, sehingga membutuhkan tambahan biaya.

Bank mendidik nasabahnya agar menjadi pengusaha yang baik, juga memilki jiwa Pancasila. Bank sebenarnya di samping mendidik juga mengadakan seleksi diantara para nasabahnya. Seleksi itu harus ketat. Jika bank telah memilki para nasabah yang benar-benar baik, menghayati prinsip-prinsip ekonomi, kami kira hal ini akan mengurangi tugas-tugas bank. Bank tidak lagi begitu repot mengurus masalah kredit macet, cek-cek kosong, alamat palsu, tanda tangan palsu dan sebagainya.

6. Kewajiban Internasional

Tiap-tiap bank devisa nasional harus melunasi kewajiban internasional yang segera dapat ditagih.seandainya kewajiban tidak dipenuhi berarti:


(43)

Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam

b. Mungkin hanya satu bank devisa yang berlaku curang, namun secara psikologis bank devisa lainnya “kena getahnya” untuk tidak dipercaya selanjutnya.

c. Merusak nama baik Negara kita yang kita cintai : hal ini bertentangan dengan undang-undang dasar 1945 Pasal 30 ayat 1 mengatakan: wajib menjunjung tinggi nama baik Negara.

B. Law Enforcement/sistem penegakan hukum Perbankan di Indonesia

Aspek pengembangan dan koreksi-koreksi yang diperlukan dalam bidang hukum, ternyata tidak sejalan dengan perkembangan yang terjadi pada dunia usaha dan perbankan. Langkah-langkah korektif yang diperlukan untuk mencegah terjadinya kemerosotan pada sector riil dan prbankan pada umumnya tidak efektif.6

a) Terdapat gejala dan kesan yang kuat bahwa berbagai peraturan yang diterbitkan oleh pemerintah maupun perbankan senantiasa mengandung celah-celah yang memungkinkan terjadinya tindakan-tindakan yang menyimpang yaitu salah satunya berupa tindak pidana berupa Penggelapan. Hal tersebut dapat terjadi pada umumnya sebagai akibat dari adanya kolusi segitiga yang melibatkan unsur-unsur birokrasi pemerintah, perbankan dan oknum-oknum pengusaha tertentu. Dalam kaitan ini ada beberapa aspek yang berada di balik dari terjadinya praktik-praktik yang negatif itu, yaitu:

b) Langkah-langkah yang ditempuh pemerintah dalam usahanya untuk melindungi pertumbuhan jenis usaha dan kelompok usahawan tertentu

6

Masyhud Ali, Restrukturisasi perbankan dan dunia usaha, PT.Elex Media Komputindo, 2002, halaman 21


(44)

telah disusupi dengan praktik-praktik monopoli serta pemberian prioritas yang kurang sehat.

c) Kebijakan yang lebih cenderung pada usaha mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi telah tidak diikuti oleh Prudential effort dalam mengatisipasi risiko yang mungkin ada.

d) Lembaga-lembaga pengawas seperti BPK dan BPKP tidak sepenuhnya mampu menjalankan fungsi kontrol yang efektif dan lebih banyak pada usaha mengungkapakan tindak-tindak pentyimpangan yang telah terjadi. e) Kurang adanya law enforcement yang efektif dan seimbang serta

terkoordinasi dengan baik di antar Lembaga-lembaga penegak Hukum yang ada.

f) Management information sistem yang memonitor langkah-langkah di sektor riil, perbankan dan pemerintahan belum terintegrasi secara efektif.

C. Hubungan Hukum antara Bank dengan Pemegang Rekening Bank.

Bank dengan pemegang rekeningnya mempunyai hubungan biasanya adalah hubungan debitur (bank) dengan Kreditur (pemegang Rekening). Kadang-kadang kontrak ini dinyatakan secara tulis, tetapi lebih sering tidak tertulis, dan kebiasaan perbankan yang sudah mapan, undang-undang perbankan, serta anggaran dasar lainya memberikan kerangka aturan-aturan dan ketentuan di dalam mana transaksi-transaksi diselenggarakan7

7

American Institute of banking, dasar-dasar operasi bank, Bina Aksara, Jakarta, 1989, halaman 126


(45)

Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam

Kontrak adalah perjanjian bisnis yang berlaku menurut hukum pada umumnya dapat dikatakan, bahwa kontrak hanya berlaku jika pihak-pihak yang membuat kontrak itu mepunyai wewenang hukum untuk membuat perjanjian.

Wewenang bank untuk membuat kontrak ditetapkan dan dibatasi oleh undang-undang di mana ia berkedudukan. Lebih lanjut wewenangnya dibatasi oleh anggaran dasarnya, anggaran rumah tangganya, dan dewan komisaris. Orang-orang yang menjalankan wewenang ini atas nama bank ditentukan dan diangkat oleh dewan ini atau oleh pejabat eksekutif yang dikuasakan untuk bertindak atas namanya.

Apabila seseorang memasuki pekarangan sebuah bank dan berurusan dengan seseorang yang duduk di tempat resmi, ia umumnya dapat dianggap orang yang mempunyai wewenang untuk mengikat bank dalam kontrak-kontrak biaya yang berhubungan dengan bisnis perbankan.

Bankir mendapatkan dirinya dalam posisi yang agak berbeda banyak orang yang datang ke mejanya tidak dikenalnya sama sekali.seseorang mungkin memperkenalkan dirinya sebagai orang tertentu, seorang kompanyon, bendaharawan perseroan, trustee, atau wali harta tetap. Sebelum membuat kontrak dengan seseorang asing, wakil bank itu haruslah memeriksa identitas orang tersebut. Selanjutnya, jika orang itu tidak bertindak untuk dirinya sendiri sebagai perseorangan, maka hendaklah ditentukan dengan tegas wewenangnya untuk bertindak atas nama orang lain dan wewenangnya untuk menginstruksikan bank sehubungan dengan kontrak tersebut.

Setoran (deposit) adalah sejumlah uang atau kredit yang ditaruh di bank untuk digunakan sesuai dengan praktek perbankan agaknya logis timbul


(46)

pertanyaan, kenapa bank memerlukan identififikasi dan bukti wewenang dari mereka yang menawarkan uang mereka kepada bank? Pertanyaan ini mengabaikan sama sekali fakta bahwa bank dalam menerima setoran juga menerima instruksi mengenai penarikan dana-dana itu. Bagi bank selalu penting mengetahui bahwa orang dengan siapa ia mengadakan hubungan rekening adalah orang sebagaimana dinyatakannya dan bahwa ia berwenang sebagaimana dinyatakannya, karena bank akan dianggap bertanggung jawab penuh untuk kewajiban-kewajiban yang tersurat dan tersirat dalam kontrak tersebut

Contoh, John Jones menandatangani selembar cek sebagai direktur perseroan XYZ. Situasi ini menyangkut beberapa hal yang harus dipastikan oleh bank. Pertama, John Jones memang benar Direktur Perseroan itu ; yang kedua :s ebagai direktur ia berwenang menandatangani cek ; dan ketiga, tanda tangan diatas cek itu adalah tanda tangan asli dari orang yang dikuasakan untuk menandatangani dan bukan pemalsuan seorang penipu.

Oleh karena Bank menjual jasa-jasa dan mengaharapkan dibukanya rekening–rekening, maka wajarlah ia harus memikul sebagian besar kewajiban kontrak rekening bank. Salah satu kewajibanya yang terpenting adalah melaksanakan perintah-perintah pembayaran hanya yang betul-betul sesuai dengan instruksi-instruksi sah dari pemegang rekening. Di samping itu bank dalam keadaan-keadaan tertentu bertanggung jawab terhadap pihak ketiga jika ia secara tak sengaja memungkinkan seorang pemegang rekening melalui rekeningnya, mengalihkan dana-dana yang sesungguhnya milik orang lain.

Contoh, misalkan pegawai A berada dalam posisi yang memungkinkannya memperoleh pemilikan cek-cek yang ditarik atas perintah B, majikannya .Untuk


(47)

Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam

memanfaatkan kesempatan ini, misalnya seterusnya A membuka sebuah rekening atas nama B, dan karena kegagalan menetapkan identitas, bank menerima kartu tanda tangan dimana A menadatngani nama B. Tindakan ini memungkinkan A mengalihkan untuk pamakaian dirinya sendiri sebanyak mungkin cek majikannya yang dapat diperolehnya dalam keadaan ini, bank dapat menanggung utang kepada pemilik dana itu yang sebenarnya. Kasus ini menunjukkan pentingnya berhati-hati dalam membuka rekening untuk seorang yang tidak dikenal.

Pemegang rekening memikul kewajiban-kewajiban tertentu. Diantaranya adalah tanggung jawab memeriksa semua daftar rekening dengan segera dan melaporkan pemalsuan-pemalsuan atau kejanggalan-kejanggalan tanpa penangguhan yang tidak wajar.

Mengenai penagihan cek dan surat-surat berharga lainnya kewajiban hukum pemegang rekening, bank penerima setoran bank penagih, dan bank yang kena tarik, termuat dalam uniform commercial code (code niaga seragam) atau dalam undang-undang lainnya di Negara-negara bagian yang tidak memberlakukan Uniform Commercial code tersebut.

Berdasarkan hubungan antara bank dengan pemegang rekening di atas, maka konsekuensi dari hubungan tersebut memunculkan jenis-jenis rekening yang ada di bank, penerbitan rekening inipun harus diterbitkan berdasarkan wewenang dari bank tersebut dan jenis-jenis rekening berdasarkakn wewenang bank penebit tersebut, adalah tersebut :

1) Rekening Perseorangan

Berdasarkan wewenang, rekening-rekening dapat diklasifikasikan sebagai rekening perseorangan, rekening bersama, rekening kompanyon, rekening dagang


(48)

atau rekening nama samara, rekening perseroan, rekening fidusier, rekening-rekening club, gereja atau asosiasi, dan rekening-rekening pemerintah.

Pembukaan rekening perseorangan tidaklah begitu sulit, karena hanya identifikasi orang yang mengajukan setoran itu saja yang diperlukan. Masalah identifikasi itu sendiri sama sekali bukan masalah sederhana. Sebagaimana kerjanya bank sekarang, tidak ada alat identifikasi yang benar-benar positif. Kartu pendaftaran mobil, surat izin mengemudi, kartu kredit, kartu pendaftaran wesel, kartu kesejahteraan sosial, kartu keanggotaan, surat-surat keterangan paspor, dan surat-surat identifikasi lazim lainnya, pernah dipalsukan atau disalah-gunakan orang.

Biasanya tidak ada prosedur tertentu yang harus diikuti bank, sebagaimana telah ditunjukan dalam Bab VII, pekerjan kasir pembayar, bahwa pejabat-pejabat bank dan kasir menetapkan identifikasi yang memuaskan setiap hari dengan kombinasi pengalaman dan pertimbangan.

Kegagalan bank menetapkan dengan baik identitas orang yang mengajukan suatu item untuk dibayar dapat mengakibatkan kerugian bank sebanyak jumlah item tersebut. Akan tetapi kegagalan menetapkan dengan semestinya identitas calon pemegang rekening, dapat berakibat kerugian yang belum diketahui jumlahnya, barangkali total banyak item-item karena sekali rekening baru dibuka, bank menjamin semua endorsemen sebelumnya pada item yang disetorkan itu dan memikul semua garansi lainnya dari endosan diatas item-item yang disetorkan, diuangkan, atau ditagih. Selanjutnya sudah lazim pemegang rekening bank meminta banknya menjamin tanda tangan mereka di atas berbagai


(49)

Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam

dokumen, termasuk sertifikat saham dan obligasi terdaftar. Jelaslah besar tanggung jawab bank dalam hubunganya dengan pemegang rekening.

2) Rekening bersama dua orang atau lebih .

Ada 2 jenis umum rekening bersama ;

1. rekening bersama dengan hak terus hidup (survivorship) dan 2. rekening bersama tanpa hak terus hidup.

Dalam rekening yang mempunyai hak terus hidup, anggota rekening bersama itu biasanya menandatangani suatu perjanjian yang memberi kuasa kepada bank untuk berurusan dengan para pemegang rekening selama hidup mereka dan atas meninggalnya salah seorang dari mereka, dengan yang masih hidup sebagai pemilik atau pemilik-pemilik tunggal dari seluruh dana dalam rekening tersebut. Jadi masing-masing pemegang rekening itu setuju, sejauh yang menyangkut bank, bahwa semua hak, dan kepentingan dalam dana rekening itu akan jatuh segera kepada pemegang rekening yang masih hidup pada waktu meninggalnya. Banyak bank enggan menerima rekening demikian yang terdiri dari lebih dari 2 nama orang. Walaupun rekening bersama ini kadang-kadang dianggap sebagai alat untuk memindahkan dana-dana kepada orang lain jika terjadi kematian untuk menghindari pajak warisan, namun undang-undang dari banyak Negara bagian mengharuskan bank penerima setoran itu memberitahu direktorat pajak Negara bagian itu jika salah seorang dari pemegang rekening bersama itu meninggal.

Mengenai rekening tanpa hak hidup terus, jika salah seorang pemegang rekening meninggal, maka bagiannya tidak otomatis jatuh kepada yang masih hidup.melainkan, bank berkewajiban mengurusnya dengan seorang wali atau


(50)

administrator sebelum menyerahkan bagian pemegang rekening yang meninggal itu.

Persetujuan rekening bersama bukan saja harus menyatakan dengan jelas hubungan antara pihak-pihak dan secara garis besar menguraikan prosedur yang harus diikuti jika salah seorang dari pihak-pihak itu meninggal dunia, tetapi perjanjian itu harus juga memperinci apakah perintah-perintah pengambilan dana harus ditandatangani oleh salah seorang dari pemegangpemegang rekening itu ataukah oleh semua pemegang-pemegang rekening secara bersama menandatanganinya.

Walaupun bank biasanya setuju menerima instruksi dari nasabah-nasabah yang meminta salah satu tanda tangan atau semua tanda tangan, namun banyak bank lebih berhati-hati dalam instruksi ini karena pengalaman-pengalaman masa lampau. Biasanya, bank lebih suka menerima instruksi untuk menyetujui penarikan-penarikan dengan tanda tangan salah seorang dari pemegang-pemegang rekening. Situasi sulit kadang-kadang timbul dalam hal rekening bersama yang tidak mengizinkan penarikan-penarikan kecuali dengan tanda tangan seluruh penegang-pemegang rekening. Kadang-kadang salah seorang dari pemegang rekening bersama itu jatuh sakit payah atau menderita sakit lumpuh otak (stroke) dimana ia tetap hidup tetapi tidak bisa berbuat apa-apa :atau sebagaimana pernah terjadi, salah seorang dari pemegang rekening bersama itu mungkin menghilang begitu saja dan tidak pernah kedengaran lagi beritanya. Tanpa tanda tangan dari pemegang rekening yang sakit atau menghilang itu dana-dana yang disetorkan itu sama sekali dibekukan. Tidak ada kemungkinan yang segera untuk seseorang berhak menandatangani untuk pemegang rekening itu jika tidak ada bukti


(51)

Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam

ketidakmampuan atau bukti yang memuaskan tentang meninggalnya pemegang rekening itu. Usaha untuk mencairkan rekening itu melalui proses hukum atau makan banyak waktu dan membosankan. Sekali-sekali situasi ini memang timbul dan menyusahkan serta menyulitkan pemegang rekening yang tinggal dan seringkali juga sangat memalukan bagi bank karena tidak berwenang menerima sesuatu instruksi dari pemegang-pemegang rekening yang masih tinggal.

3) Rekening Firma

Rekening firma adalah rekening bisnis yang memuat nama dua orang firma atau lebih.firma didasarkan atas perjanjian bersama, biasanya tertulis, antara berbagai firma (partners). Untuk tujuan membuka rekening bank atas nama firma, banyak bank mengharuskan para firma itu menandatangani formulir atau daftar yang memuat semua wewenang yang berkaitan dengan transaksi-transaksi bank, seperti menadatangani cek dan membuat pinjaman

Banyak Negara bagian telah menganut Uniform Partnership act (undang-undang firma seragam), yang merupakan suatu kumpulan khusus (undang-undang-(undang-undang mengenai urusan-urusan Firma. Bank-bank harus paham benar akan prinsip-prinsip umum undang-undang firma sehingga mereka dapat mengatasi dengan baik situasi-situasi yang mungkin timbul. Undang-undang firma ini antara lain menyatakan bahwa masing-masing firma adalah agen firma mengenai kebanyakan masalah yang menyangkut bisnis firma, dan tindakannya sebagai agen akan mengikat firma itu.

Meninggalnya seorang Firma meyebabkan berakhirnya firma itu.akan tetapi. Undang-undang memberikan kepada firma yang masih hidup hak untuk meneruskan bisnis selama likuidasi, dan hak ini memberikan wewenang untuk


(52)

mengurus semua aktiva, termasuk dana-dana dalam rekening koran di bank. Jadi harta milik firma yang sudah meninggal biasanya tidak mempunyai kekuasaan untuk masuk dan menuntut atau merebut pengawasan atas rekening bank yang berada dalam nama firma. Akan tetapi, firma yang masih hidup diharuskan menyerahkan akunting mengenai harta milik itu dan mengungkapkan seluruhnya data keuangan yang berhubungan dengan likuidasi itu.

4) Nama dagang

Dalam bisnis seringkali orang menganggap lebih baik memakai suatu nama dagang atau nama samaran. Walaupun sudah merupakan praktek bisnis yang lazim, namun pemakaian nama dagang ini merupakan suatu hak istimewa yang dapat disalahgunakan.kebanyakan Negara bagian mempunyai undang-undang yang dimaksudkan untuk mengatur pemakaian nama samaran itu, dengan mengharuskan nama itu terdaftar di departemen Negara yang mengurus hal ini. Tujuan utama undang-undang ini mengahruskan pendaftaran nama samaran itu adalah untuk mengindetifikasi orang atau orang-orang yang menjalankan bisnis dengan nama samaran itu, sehingga menetapkan tanggung jawab mengenai kontrak-kontrak atau kewajiban-kewajiban atas nama bisnis itu.

Bank seringkali diminta membuka rekening dengan nama samaran atau nama dagang. Sebagaimana telah dinyatakan sebelumnya dalam bab ini, selalu penting bagi bank untuk mengetahui identitas dari pemegang rekening. Selembar cek yang harus dibayarkan kepada order Acme Fence Company dapat digunakan untuk membuka sebuah rekening dengan nama samaran perusahaan itu. Tetapi selain dari perkataan orang yang mengajukan cek itu, namanya sendiri tidak meninggalkan petunjuk yang pasti mengenai mengenai pemilik atau


(53)

pemilik-Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam

pemilik sebenarnya dari uang yang berupa cek itu. Di Negara-negara bagian di mana pendaftaran diharuskan, seseorang yang membuka rekening dengan nama dagang atau nama samaran itu harus memberikan kepada bank sertifikat yang dikeluarkan oleh pejabat Negara bagian itu yang menunjukan bahwa nama dagang atau nama samaran itu telah didaftar dan menunjukan oleh siapa nama itu didaftarkan. Dengan dokumen ini (atau kopinya yang sah) di tangannya, bank mengetahui nama atau nama-nama orang atau orang-orang dengan siapa ia berurusan. Sesudah mengidentifikasi orang (orang-orang) yang memperkenalkan dirinya (mereka) untuk didaftar, bank dapat dengan aman membuka rekening dengan nama Acme Fence Company itu.

Perseorangan juga dapat mendaftar dengan nama dagang atau nama samaran. Di banyak Negara bagian bentuk usaha bisnis ini dikenal sebagai usaha perseoranga. Apabila dua orang atau lebih mendaftar dengan nama dagang, maka bank umumnya berurusan dengan rekening firma.

Kadang-kadang timbul pertanyaan apakah suatu nama itu samaran sehingga perlu didaftarakan. Walaupun undang-undang Negara bagian mungkin berbeda-beda dalam beberapa hal, namun suatu ketentuan umum bahwa nama yang mencerminkan keadaan sebenarnya dalam segala hal, dan dengan seksama menunjukan perusahaan itu. Tidaklah merupakan nama samara. Misalnya, “bengkel mesin Ilmi Akbar Lubis”tidak usah samara, asal nama itu merupakan bengkel mesin yang dimiliki seluruhnya oleh si Ilmi Akbar Lubis dan tidak ada orang lain. Akan tetapi biasanya pemakaian perkataan “company” atau tidak adanya nama keluarga (seperti dalam “bengkel mesin Ilmi aakbar lubis” atau nama bengkel mesin Ilmi”) sudah Cukup menunjukan perlunya pendaftaran.


(54)

5) Rekening Perseroan

Walaupun perseroan tidak terdaftar di bawah undang-undang yang mengatur pemakaian nama dagang, namun ia harus memperoleh pengesahan dari Negara bagian di mana ia berkedudukan.

Perseroan adalah suatu badan hukum yang hak hidupnya diberikan oleh undan-undang.ia jelas bukan manusia, tetapi dalam banyak hal ia mempunyai hak hukum dan kedudukan seperti manusia. Suatu perseroan dapat melaksanakan bisnis dengan nama perseroannya, membuat kontrak yang dapat dilaksanakan, menuntut orang lain dengan nama hukumnya, dan dapat dituntut oleh orang lain dengan nama ini. Kenyataannya, perseroan mempunyai satu kelebihan yang pasti dari manusia (hidupnya tidak terbatas dan barangkali dapat hidup terus selamanya.anggaran dasar perseroan dapat dicabut atau ditarik kembali, atau perseroan itu dapat dibubarkan, baik secara sukarela atau melalui palisemen (pembangkrutan). Perseroan menerima hak hidupnya dari pengesahan anggaran dasarnya oleh kekuasaan berwenang Negara bagian itu.pemilik perseroan biasanya dibuktikan dengan pemilikan saham-saham, dan pemilik-pemilik saham ini disebut persero. Para persero dapat menetapkan anggaran rumah tangga yang membatasi kegiatan perseroan itu.mereka memilih dewan komisaris yang tugasnya adalah mengarahkan urusan-urusan perseroan, mengangkat pejabat-pejabat eksekutif yang aktif, dan mengesahkan kontrak-kontrak di mana eksekutif tidak berwenang membuatnya menurut anggaran rumah tangga.

Masalah yang dihadapi bank dan juga dihadapi setiap orang yang melaksanakan bisnis dengan perseroan, adalah tingkat wewenang yang layak yang harus diperoleh untuk menjamin hubungan kontraktual yang mengikat. Para


(1)

hukum yang bukan orang (badan hukum), berarti kepada BRI dapat diminta pertanggung-jawaban pidana karena sesuai dengan prinsip pertanggung-jawaban korporasi, dimana jika seorang pegawai pada suatu korporasi itu melakukan tindak pidana, maka korporasilah yang harus bertanggung-jawab. Akan tetapi dalam putusan hakim, hakim hanya menjatuhkan hukuman terhadap terdakwa bukan kepada korporasi. Seyogianya hakim harus menjatuhkan hukuman juga kepada korporasi, karena perbuatan pelaku dianggap atas sepengetahuan korporasi yang dalam hal ini adalah Bank Rakyat Indonesia.


(2)

BAB VI

P E N U T U P

Berdasarkan uraian dan juga penjelasan-penjelasan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya dari skripsi ini, maka pada bab ini penulis seperti layaknya sebuah karya tulis lainnya akan memaparkan kesimpulanndan sarannya yang antara lain sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1) Faktor yang mendorong bank menjadi sarana tindak pidana penggelapan di bidang perbankan.

Ada beberapa faktor yang mendorong bank rentan sekali menjadi sarana tindak pidana penggelapan di bidang perbankan. Sebut saja azas-azas etik perbankan, hubungan hukum antara bank dengan pemegang rekening, banyaknya jenis rekening yang menyebabkan timbulnya rekening fiktif dalam bentuk menggandakan rekening serta penegakan hukum (law enforcement). Faktor-faktor ini saling terkait satu dengan yang lainnya tidak boleh ada yang tidak sejalan, semuanya harus berjalan seiringan agar tindak pidana penggelapan di bidang perbankan ini dapat di deteksi secara dini. Hal ini tentunya bukan saja tugas aparat penegak hukum akan tetapi peran serat masyarakat memiliki urgensi tersendiri dalam mencari faktor-faktor penyebab/pendorong tindak pidana penggelapan.

2) Konsep pertanggung-jawaban pidana terhadap pegawai yang melakukan tindak pidana penggelapan dengan menggunakan jabatan, delik penyertaan dalam tindak pidana penggelapan di bidang perbankan, dana tentunya yang paling penting adalah pengaturan tindak pidana penggelapan di


(3)

Konsep pertanggung-jawaban pidana ini penting sekali dibahas agar tidak terjadi kesalahan penerapan hukum kepada pelaku tindak pidana penggelapan di bidang perbankan.

3) Upaya penanggulangan tindak pidana penggelapan dengan menggunakan jabatan.

Upaya penanggulangan tindak pidana penggelapan di bidang perbankan dilakukan dengan upaya penal dan non-penal. Upaya penal diterapkan dalam tahap formulasi aplikasi dan eksekusi, sedangkan upaya preventif atau non-penal yakni upaya pengawasan dan pembinaan industri perbankan,dimana upayanya dapat berupa mengeluarkan ketentuan-ketentuan melalui surat keputusan maupun surat edaran, petunjuk, bimbingan serta pengarahan.

B. SARAN

Berdasarkan pemaparan yang telah penulis uraikan sebelumnya, maka menyikapi permasalahan ini, maka penulis memberikan beberapa saran dalam mengatasi masalah tersebut, yakni :

1. Peningkatan pengamanan internal pada perbankan seperti internal control unit untuk meminimalisir tindak pidana penggelapan di bidang perbankan dengan tanpa mengurangi kenyamanan nasabah sehingga tindak pidana di bidang perbankan dapat diditeksi secara dini.

2. Tindak pidana perbankan khususnya tindak pidana penggelapan di bidang perbankan ini memiliki karakter yang berbeda dengan tindak pidana yang lainnya sehingga dirasakan perlu dibentuk suatu peraturan yang khusus walaupun sudah ada peraturan lain namun tidak bersifat khusus. Hal ini


(4)

terbukti dari banyaknya pelaku tindak pidana yang lolos dari jeratan hukum pidana.

3. Pada kenyataannya aparat penegak hukum selalu ketinggalan selangkah dalam menangani kasus-kasus pidana di bidang perbankan, atau aparat penegak hukum hanya menangani pelaku tindak pidana penggelapan di bidang perbankan yang tertentu yang dinilai sudah sangat parah dan menyangkut masalah lain yang sangat mempengaruhi kredibilitas industri perbankan. jadi maksudnya aparat penegak hukum jangan melakukan tebang pilih dalam memberantas tindak pidana perbankan khususnya tindak pidana penggelapan di bidang perbankan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

KELOMPOK BUKU

Anwar, Moch, H.A.K, Tindak Pidana di Bidang Perbankan, Bandung : Alumni, 1986.

Ali, Masyhud, Restrukturisasi Perbankan dan Dunia Usaha, Jakarta : PT Elex Media komputindo, 2002

Dirdjosisworo, Soedjono, Pertanggungjawaban Dalam Hukum Pidana, Bandung : Alumni, 1981

Prodjodikoro, Wirjono, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia, Bandung : P.T.Refika Aditama, 2003

Prodjodikoro, Wirjono, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia, Bandung: P.T Refika Aditama, 2003

Remmelink, Jan, Hukum Pidana ( Komentar atas Pasal-Pasal terpenting dari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Belanda dan padanannya

dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia), Jakarta :

PT gramedia Putaka Utama, 2003

Simorangkir, O.P, Etik dan Moral Perbankan, Jakarta :Akademi Ilmu Perbankan Nasional (PERBANAS), 1978

Suhardi, Gunarto, Usaha Perbankan Dalam Perspektif Hukum, Yogyakarta : Kanisius, 2003

Situmorang, M, Victor, Tindak Pidana Pegawai Negeri Sipil, Jakarta : Rineka Cipta, 1988.


(6)

Simon, John, Bekerja Di Bank Itu Mudah, Jakarta : P.T. Gramedia Pustaka Utama, 2004.

Smith, W, Robert, Dasar-Dasar Operasi Perbankan (Principle Of Bank Operation ), Jakarta : Bina Aksara, 1989

KELOMPOK PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Bandung

Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RUU-KUHP, 2005), Jakarta Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia

Undang-undang Nomor 24 tahun 1999 Tentang lalu lintas devisa dan sistem Nilai Tukar

Peraturan dewan Gubernur Bank Indonesia nomor 1/3/PDG/1999 .tentang Tugas dan Tanggung Jawab Unit Khusus Investigasi Perbankan (UKIP)

KELOMPOK INTERNET

http:/www.seputar-indonesia.com/edisicetak/opini-sore/krisis-penegakan-hukum-tindak-pidana-perbankan-lucky-raspati-staf-pengajar-hukum-pidana-f,Krisis Penegakan hukum Tindak Pidana Perbankan , Selasa , 11 Desember , 2007

http:/www.imf.org/external%20/np/gov/2001/report.htm. , Factsheet : IMF and the Environment”: “Review of the fund’s experience in Governances Issues ,


Dokumen yang terkait

Pertanggungjawaban Pidana Bagi Terdakwa Anak Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Sesuai Dengan PASAL 340 KUHP(Studi Kasus Putusan No. 3.682 / Pid.B / 2009 / PN. Mdn)

5 97 123

Posisi Dominan Yang Dapat Mengakibatkan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Studi Kasus Putusan KPPU No. 02 / KPPU-L / 2005 Tentang Carrefour)

1 64 189

Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN)

4 83 81

Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam Menggandakan Rekening Bank (Studi Kasus : No.1945 / Pid.B / 2005 / PN-MDN)

2 61 120

Asas Ne Bis In Idem Dalam Hukum Pidana (Pendekatan Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 1384 / Pid.B / Pn. Mdn / 2004 Jo Putusan Pengadilannegeri Medan No. 3259 / Pid.B / Pn. Mdn / 2008)

2 49 163

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA PERCOBAAN PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN (Putusan Nomor : 87 / Pid.B / 2012 / PN.GS)

0 5 15

Analisis Yuridis Putusan Hakim dalam Tindak Pidana Percobaan Pencurian dengan Pemberatan (Putusan Nomor : 87 / Pid.B / 2012 / PN.GS

0 7 8

ANALISIS PUTUSAN NO : 1270 / Pid.B / 2009 / PN.TK PADA BPR TRIPANCA SETIADANA

2 45 21

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL PELAKU TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA (Studi Perkara Nomor : 43 / Pid / Sus / 2011 / PN.TK)

1 11 23

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pertanggungjawaban Pidana Bagi Terdakwa Anak Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Sesuai Dengan PASAL 340 KUHP(Studi Kasus Putusan No. 3.682 / Pid.B / 2009 / PN. Mdn)

0 3 38