diharapkan nantinya siswa memiliki sikap ilmiah kritis, sistematis, dan selalu ingin tahu, mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, menguasai
dan memahami pengetahuan-pengetahuan IPA yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dan memiliki bekal ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Berdasarkan penjelasan tersebut, Pendidikan IPA di SD diharapkan dapat
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangannya lebih lanjut dalam menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari dan tujuan IPA adalah untuk mendidik siswa agar dapat berdikap dan berfikir secara ilmiah.
2.1.7 Teori Belajar yang Mendasari Pembelajaran IPA melalui Model CTL
dengan Media Video
2.1.7.1 Teori Belajar Kognitif Teori psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian
unsur-unsur kognisi terutama unsur pikiran untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Aktivitas belajar pada diri manusia ditekannkan
pada proses internal dalam berpikir, yakni proses pengolahan informasi. Teori belajar ini menekankan pada cara-cara seseorang menggunakan pikirannya untuk
belajar, mengingat, dan penggunaan pengetahuan yang telah diperoleh dan disimpan di dalam pikirannya secara efektif Rifa’i dan Anni 2010:128.
Teori belajar kognitif mendasari penelitian ini karena teori ini berimplikasi pada pelaksanaan pembelajaran, khususnya di SD yaitu pada tahapan operasional
konkret. Pada tahap ini anak mampu mengoperasionalkan berbagai logika, namun
masih dalam bentuk benda konkret. Kemampuan untuk menggolong-golongkan sudah ada namun belum bisa memecahkan masalah abstrak. Oleh karena itu, guru
harus menyajikan sesuatu yang konkret agar siswa SD bisa memahaminya. Penyajian pembelajaran dikemas secara kontekstual disesuaikan dengan
permasalahan yang ada di sekitar kehidupan siswa. Peneliti juga menggunakan media video agar penyajian materi tidak terlalu abstrak bagi siswa. Selain itu,
berbagai kemampuan kognitif yang dimiliki anak juga harus terus diasah sesuai dengan tahap perkembangannya melalui kegiatan mengkonstruksi pengetahuan,
menemukan, bekerja secara kelompok dan memodelkan pengetahuannya. 2.1.7.2 Teori Belajar Konstruktivisme
Menurut teori konstruktivisme peserta didik harus menemukan dan mentransformasikan informasi kompleks ke dalam dirinya sendiri. Teori ini
memandang peserta didik sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang berlawanan dengan prinsip-prinsip yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip
tersebut apabila sudah dianggap tidak dapat digunakan lagi Rifa’i dan Anni 2010:137.
IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam. Fenomena-fenomena alam yang dipelajari dalam IPA berasal dari fakta-fakta yang
ada di alam dan hasil abstraksi pemikiran manusia. Fenomena tersebut dijumpai oleh pesrta didik maka proses konstruksi pengetahuan akan lebih mudah
dibandingkan dengan IPA yang berasal dari abstraksi pemikiran manusia. Wisudawati Sulistyowati, 2014: 45.
Teori belajar konstruktivisme juga mendasari penelitian ini karena dalam pembelajaran siswa harus menemukan dan mengkonstruksi pengetahuannya
kemudian disesuaikan dengan informasi yang sudah ada dalam dirinya sehingga menjadi pengetahuan baru bagi dirinya. Selain itu, konstruktivis merupakan salah
satu komponen penting yang harus ada dalam CTL, sehingga teori konstruktivisme menjadi landasan yang kuat bagi terlaksananya pembelajaran CTL.
2.2 KAJIAN EMPIRIS