4
“Implementasi Kebijakan Program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan PATEN di Kantor Camat Perbaungan Kabupaten Serdang
Bedagai.” 1.2.Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini, difokuskan pada bagaimana implementasi yang dilakukan oleh kecamatan perbaungan dalam pelaksanaan Program Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan PATEN yang pada tujuannya tercantum dalam Peraturan Bupati Serdang Bedagai Nomor 24 Tahun 2012 Pada Pasal 4
adalah untuk meningkatkan kualitas dan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat.
Oleh sebab itu, maka peneliti nantinya akan melakukan observasi dan wawancara mendalam kepada informan terkait, baik itu kepada Camat
Perbaungan, Tim Pelaksana Kegiatan, serta masyarakat Perbaungan yang akan menerima pelayanan Program tersebut, dengan tujuan mendapatkan informasi
yang relevan sehingga dapat menilai dan memberikan solusi beserta strategi yang bisa dihasilkan dalam implementasi kebijakan tersebut.
1.3.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Implementasi Kebijakan Program
Pelayanan Administrasi Terpada Kecamatan PATEN di kantor Camat Perbaungan?
1.4. Tujuan Penelitian
Universitas Sumatera Utara
5
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : 1.
Untuk mengetahui bagaimana Implementasi Kebijakan Program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan PATEN di kantor Camat
Perbaungan. 2.
Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam Implementasi Kebijakan Program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan PATEN
di kantor Camat Perbaungan.
1.5.Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1.
Secara Ilmiah: bermanfaat untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah dan kemampuan untuk menuliskannya dalam
bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Admininistrasi Negara.
2. Secara Praktis: sebagai bahan masukan bagi Kantor Camat Perbaungan
dalam memberikan pelayanan dan pengawasan yang sesuai untuk diterapkan dalam Program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
PATEN. 3.
Secara Akademis : bermanfaat untuk menambah pengetahuan teoritis dan menyumbang kepustakaan baru dalam penelitian sosial.
1.6. Kerangka Teori
Menurut Kerlinger Singarimbun, 2008: 37, teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, definisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu
Universitas Sumatera Utara
6
fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.
Sebelum melakukan penelitian yang lebih lanjut seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir dari sudut mana penulis
menyoroti masalah yang ditelitinya. Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan
variabel pokok, sub variabel, atau masalah yang ada dalam penelitian Arikunto 2002:92 sebagai landasan berfikir dalam menyelesaikan atau memecahkan
masalah yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang membantu dan sebagai bahan referensi dalam penelitian. Kerangka teori diharapkan dapat memberikan
pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam memahami permasalahan yang diteliti. Adapun yang menjadi kerangka teori dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1.6.1. Kebijakan Publik 1.6.1.1.Pengertian Kebijakan Publik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesi KBBI kebijakan dapat diartikan sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana
dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak, pengertian publik dapat diartikan umum, masyarakat ataupun negara.
Menurut Parsons Wayne Parsons, 2005:3 kata “publik” berisi kegiatan aktivitas manusia yang dipandang perlu untuk diatur dan diintervensi oleh
pemerintah atau aturan sosial, atau setidaknya oleh tindakan bersama. Publik dipandang sebagai suatu ruang atau domain dalam kehidupan yang bukan privat
Universitas Sumatera Utara
7
atau murni milik individual, tetapi milik bersama atau milik umum. Sedangkan kata “kebijakan” menurut Heclo Wayne Parsons, 2005:14 adalah istilah yang
banyak disepakati bersama. Dalam penggunaan yang umum istilah kebijakan dianggap berlaku untuk sesuatu yang “lebih besar” ketimbang keputusan tertentu,
tetapi “lebih kecil” ketimbang gerakan sosial. Jadi, kebijakan policy adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Selain itu, menurut Hesel N Tangkilisan, 2003:2 kebijakan publik adalah pengalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang
keberadaannya meningkat. Berdasarkan pengertian para ahli dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah sejumlah kegiatan pemerintah yang berkaitan
dengan merumuskan dan melaksanakan sesuatu yang berorientasi untuk mengentaskan masalah-masalah yang ada dikehidupan masyarakat.
Menurut Charles O. Jones Tangkilisan, 2002:3 kebijakan publik terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut:
1. Goals atau tujuan yang diinginkan,
2. Plans atau rancangan yang spesifik untuk mencapai tujuan,
3. Program yaitu upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan,
4. Decision atau keputusan yaitu tindakan untuk menentukan tujuan,
membuat rencana, melaksanakan dan mngevaluasi program, dan 5.
Efect yaitu dampak dari program baik yang disengaja mapun tidak
Universitas Sumatera Utara
8
1.6.1.2. Proses Kebijakan Publik
Menurut Dunn Tangkilisan, 2003:7 dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh kebijakan publik ia mengemukakan bahwa ada beberapa tahap
analisis yang harus dilakukan, yaitu: 1.
Agenda Setting: adalah proses pengumpulan isu-isu dan masalah publik yang muncul kepermukaan melalui proses problem structuring. Dimana
menurut Dunn didalam problem structuring ini memilih empat fase yaitu: pencarian masalah, pendefinisian masalah, spesifikasi masalah, dan
pengenalan masalah. Woll mengatakan bahwa suatu isu kebijakan dapat berkembang menjadi agenda kebijakan apabila memenuhi syarat sebagai
berikut: a
Memiliki efek yang besar terhadap kepentingan masyarakat, b
Membuat analog dengan cara memancing dengan kebijakan publik yang penah dilakukan,
c Isu tersebut mampu dikaitkan dengan simbol-simbol nasional atau
politik yang ada, d
Terjadinya kegagalan pasar, e
Tersedianya teknologi atau dana untuk menyelesaikan masalah publik.
2. Policy Formulation: adalah mekanisme proses utuk menyelesaikan
masalah publik. Dimana pada tahap ini para analis mulai menerapkan beberapa teknik untuk menentukan sebuah pilihan yang terbaik yang akan
dijadikan kebijakan. Dalam menentukan kebijakan tersebut, aktor kebijakan dapat menggunakan analisis biaya dan manfaat dan analisis
Universitas Sumatera Utara
9
keputusan, dimana keputusan yang harus diambil tidak ditentukan dengan informasi yang serba terbatas. Para aktor kebijakan tersebut harus
mengidentifikasi kemungkinan kebijakan yang dapat digunakan melalui proses peramalan untuk memecahkan masalah yang didalamnya
terkandung konsekuensi dari setiap pilihan kebijakan yang akan dipilih. 3.
Policy Adoption: adalah penetapan keputusan yang sudah ditetapkan untuk menjadi solusi dari masalah publik tersebut. Tahap ini dilakukan setelah
mendapatkan rekomendasi melalui langkah-langkah sebagai berikut: a
Mengidentifikasi alternatif kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk merealisasikan masa depan yang diinginkan dan merupakan
langkah terbaik dalam mencapai tujuan tertentu bagi kemajuan masyarakat luas.
b Pengidentifikasian kritera-kriteria tertentu dan dipilih untuk
menilai alternatif yang direkomendasikan. c
Mengevaluasi alternatif-alternatif tersebut dengan menggunakan kriteria yang relevan agar efek posisi alternatif lebih besar dari efek
yang terjadi. 4.
Policy Implementation: adalah proses pelaksanaan kebijakan yang sudah ditetapkan tersebut oleh unit-unit eksekutor tertentu dengan memobilisasi
sumber dana dan sumber daya lainnya dan pada tahap ini proses monitoring sudah dapat dilakukan. Tahapan implementasi kebijakan
merupakan kegiatan yang berhubungan dengan apa yang terjadi setelah suatu kebijakan ditetapkan dengan menghasilkan output yang jelas dan
dapat diukur.
Universitas Sumatera Utara
10
5. Policy assesment atau penilaian kebijakan : pada tahap ini semua proses
implementasi dinilai apakah sudah sesuai dengan rencana dalam program kebijakan dengan ukuran kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Proses
penilaian tersebut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu monitoring dan evaluasi. Monitoring dilakukan sewaktu proses pelaksanaan kebijakan
masih berjalan dan bertujuan untuk melihat bagaimana program tersebut berjalan, biasanya dalam bentuk penilitianriset dan rekomendasi. Dan
evaluasi dilakukan setelah kebijakan tersebut telah selesai dilakukan. Evaluasi dilakukan terhadap program yang sudah selesai dan bertujuan
untuk mengetahui bagaimana hasil dari program tersebut apakah mencapai sasaran.
1.6.2. Implementasi Kebijakan 1.6.2.1.Pengertian Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan merupakan tahap yang krusial dalam proses kebijakan publik. Suatu kebijakan atau program harus diimplementasikan agar
mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan. Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian luas merupakan alat administrasi publik dimana
aktor, organisasi, prosedur, teknik serta sumber daya diorganisasikan secara bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan
yang diinginkan. Van Meter dan Van Horn dalam Budi Winarno 2005:102 mendefinisikan
implementasi kebijakan publik sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh organisasi publik yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
Universitas Sumatera Utara
11
ditetapkan dalam keputusan-keputusan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah keputusan-keputusan menjadi tindakan-
tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil
yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan. Tahap implementasi kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan dan
sasaran ditetapkan terlebih dahulu yang dilakukan oleh formulasi kebijakan. Dengan demikian, tahap implementasi kebijakan terjadi hanya setelah undang-
undang ditetapkan dan dana disediakan untuk membiayai implementasi kebijakan tersebut. Menurut Jones Tangkilisan,2003:17 terdapat tiga kegiatan utama yang
paling penting dalam implementasi, yaitu: 1.
Penafsiran: yaitu kegiatan yang menerjemahkan makna program kedalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat dijalankan.
2. Organisasi: merupakan unit atau wadah untuk menempatkan program
kedalam tujuan kebijakan. 3.
Penerapan: berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, upah dan lainnya.
Sementara menurut Budi Winarno 2002, yang mengatakan bahwa implementasi kebijakan dibatasi sebagai menjangkau tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh individu-individu pemerintah dan individu-individu swasta kelompok-kelompok yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijaksanaan sebelumnya. Tahapan implementasi program secara singkat terdiri dari:
1. Penyusunan sumber-sumber yang ada resources acquisitions.
Universitas Sumatera Utara
12
2. Interpretasi hukum, yang biasanya terbentuk regulasi tertulis dan
elaborasinya interpretation. 3.
Perencanaan program planning 4.
Pengorganisasian program organizing 5.
Penyediaan keuntungan, pelayanan dan paksaan segera dikembangkan providing benefits,service,coercion.
1.6.2.2. Model-model Implementasi Kebijakan
Untuk melihat bagaimana proses implementasi kebijakan itu berlangsung secara efektif, maka dapat dilihat dari berbagai model, yaitu:
A.
Model Van Meter dan Van Horn 1975
Teori ini beranjak dari suatu argumen bahwa perbedaan-perbedaan dalam proses implementasi akan dipengaruhi oleh sifat kebijakan yang akan
dilaksanakan. Selanjutnya Van Meter dan Van Horn Wahab, 2004:78 menawarkan suatu pendekatan yang mencoba untuk menghubungkan antara isu
kebijakan dengan implementasi dan suatu model konseptual yang menghubungkan kebijakan dengan kinerja kebijakan. Mereka menegaskan bahwa
perubahan, kontrol, dan kepatuhan bertindak merupakan konsep-konsep yang penting dalam prosedur-prosedur implementasi. Hal lain yang dikemukakan
mereka ialah bahwa yang menghubungkan kebijakan dan kinerja dipisahkan oleh sejumlah variabel bebas yang saling berkaitan. Variabel bebas itu adalah:
1. Standar dan Sasaran Kebijakan
Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisasikan. Apabila standar dan sasaran kebijakan kabur, maka
Universitas Sumatera Utara
13
akan terjadi multiinterpretasi dan mudah menimbulkan konflik diantara agen implementasi.
2. Sumber Daya
Implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya non manusia seperti dana yang
digunakan untuk mendukung implementasi kebijakan. 3.
Komunikasi dan Penguatan Aktivitas Dalam implementasi program perlu dukungan dan koordinasi dengan
instansi lain agar tujuan kebijakan dapat tercapai. 4.
Karakteristik Agen Pelaksana Karakteristik agen pelaksana mencakup struktur birokrasi, norma-
norma dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semua hal tersebut akan mempengaruhi implementasi suatu program.
5. Kondisi Sosial, Ekonomi dan Politik
Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi, lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijkan, sejauh mana
kelompok-kelompok kepentingan dapat memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan, karateristik para partisipan yakni menolak
atau mendukung, bagaimana sifat opini publik yang ada dilingkungan dan apakah elit politik mendukung implementasi kebijakan.
6. Disposisi Implementor
Ini mencakup tiga hal, yakni: a respon implementor terhadap kebijakan yang akan dipengaruhi kemauannya untuk melaksanakan
kebijakan, b kognisi, pemahaman para agen pelaksana terhadap
Universitas Sumatera Utara
14
kebijakan, dan c intensitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor.
B. Model Merilee S. Grindle 1980
Merilee menyatakan bahwa keberhasilan implementasi kebijakan ditentukan oleh derajatimplementability dari kebijakan tersebut. Keunikan model
grindle terletak pada pemahaman yang komprehensif akan konteks kebijakan, khususnya yang menyangkut implementor, penerima implementasi, dan arena
konflik yang mungkin akan terjadi serta sumber daya yang akan diperlukan selama proses implementasi. Secara konsep dijelaskan bahwa model implementasi
kebijakan yang dikemukakan Grindle menuturkan bahwa keberhasilan proses implementasi kebijakan sampai kepada tercapainya hasil tergantung kepada
kegiatan program yang telah dirancang dan pembiayaan cukup, selain dipengaruhi oleh isi kebijakan dan konteks implementasinya. Konteks implementasi yang
dimaksud meliputi: 1.
Kekuasaan power. 2.
Kepentingan strategi aktor yang terlibat interest strategies of actors involved.
3. Karakteristik lembaga dan penguasa institusion dan regime
characteristics. 4.
Kepatuhan dan daya tanggap pelaksana compliance and responsiveness.
Universitas Sumatera Utara
15
C. Model George C. Edwards III 1980
Dalam pandangannya George III menjelaskan bahwasannya implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu:
1. Komunikasi
Suatu keberhasilan dari implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementator mengetahui apa saja yang harus ia lakukan. Mengetahui
apa yang menjadi sasaran dan tujuan harus dikomunikasikan kepada kelompok sasaran sehingga akan mengurangi penyimpangan dalam
implementasi. 2.
Sumber Daya Sumber daya sangatlah penting keberadaannya jika implementor
kekurangan sumber daya untuk pelaksanaan maka implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumber daya dapat berupa manusia dan sumber
daya finansial. 3.
Disposisi Disposisi adalah karakteristik, watak dan sifat yang dimiliki oleh
implementor seperti komitmen, kejujuran dan sikap demokratis. Jika seorang implementor memiliki disposisi yang baik maka dia juga
secara langsung akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti yang diinginkan oleh pembuat kebijakan.
4. Struktur Birokrasi
Struktur organisasi memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap implementasi kebijakan. Satu dari aspek struktur yang penting dari
setiap organisasi ataupun pemerintahan adalah adanya prosedur
Universitas Sumatera Utara
16
operasi yang disusun secara standar. Standar Operasional Prosedur menjadi pedoman yang kuat bagi setiap implementor dalam bertindak,
struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan prosedur birokrasi yang rumit dan
kompleks yang menyebabkan aktivitas organisasi menjadi tidak fleksibel.
1.6.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Implementasi
Suatu keberhasilan implementasi kebijakan akan ditentukan oleh banyak variabel atau faktor, dan masing-masing variabel tersebut saling berhubungan satu
sama lain. Menurut George Edward III Winarno, 2002: 126 ada empat faktor yang berperan penting dalam keberhasilan implementasi, yaitu:
1. Komunikasi
Implementasi akan berjalan efektif apabila ukuran-ukuran dan tujuan- tujuan kebijakan dipahami oleh individu-individu yang bertanggungjawab dalam
pencapaian tujuan kebijakan. Kejelasan ukuran dan tujuan kebijakan dengan demikian perlu dikomunikasikan secara tepat dengan para pelaksana. Konsistensi
atau keseragaman dari ukuran dasar dan tujuan perlu dikomunikasikan sehingga implementor mengetahui secara tepat ukuran maupun tujuan kebijakan itu.
Komunikasi dalam organisasi merupakan suatu proses yang amat kompleks dan rumit. Seseorang bisa menahannya hanya untuk kepentingan
tertentu, atau menyebarluaskannya. Disamping itu sumber informasi yang berbeda juga akan melahirkan interpretasi yang berbeda pula. Agar implementasi berjalan
efektif, siapa yang bertanggungjawab melaksanakan sebuah keputusan harus
Universitas Sumatera Utara
17
mengetahui apakah mereka dapat melakukannya. Sesungguhnya implementasi kebijakan harus diterima oleh semua personel dan harus mengerti secara jelas dan
akurat mengenai maksud dan tujuan kebijakan. Ada tiga indikator yang dapat digunakan dalam mengukur keberhasilan
aspek komunikasi ini, diantara lain: a
Transmisi, yaitu penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu hasil implementasi yang baik pula. Seringkali yang
terjadi dalam proses transmisi ini yaitu adanya salah pengertian, hal ini terjadi karena komunikasi implementasi tersebut telah melalui beberapa
tingkatan birokrasi, sehingga hal yang diharapkan terdistorsi di tengah jalan.
b Kejelasan informasi, dimana komunikasi atau informasi yang diterima
oleh para pelaksana kebijakan haruslah jelas dan tidak membingungkan. Kejelasan informasi kebijakan tidak selalu menghalangi implementasi
kebijakan, dimana pada tataran tertentu para pelaksana membutuhkan fleksibilitas dalam melaksanakan kebijakan, tetapi pada tataran yang lain
maka hal tersebut justru akan menyelewengkan tujuan yang hendak dicapai oleh kebijakan yang telah ditetapkan.
c Konsistensi informasi yang disampaikan, yaitu perintah ataupun informasi
yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi haruslah jelas dan konsisten untuk dapat diterapkan dan dijalankan. Apabila perintah yang
diberian seringkali berubah-ubah, maka dapat menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan.
Universitas Sumatera Utara
18
2. Sumber Daya
Suatu implementasi kebijakan tidak akan berjalan efektif apabila implementor kekurangan sumber daya. Sumber daya tersebut dapat berwujud
sumber daya manusia yakni kompetensi implementor dan sumber daya finansial. Sumber daya adalah faktor penting untuk implementasi kebijakan agar efektif.
Tanpa sumber daya, kebijakan hanya tinggal dikertas menjadi dokumen saja. Komponen sumber daya ini meliputi jumlah staf, keahlian dari para
pelaksana, informasi yang relevan dan cukup untuk mengimplementasikan kebijakan dan pemenuhan sumber-sumber terkait dalam pelaksanaan program,
adanya kewenangan yang menjamin bahwa program dapat diarahkan kepada sebagaimana yang diharapkan, serta adanya fasilitas-fasilitas pendukung yang
dapat dipakai untuk melakukan kegiatan program seperti dana dan sarana prasarana.
Sumber daya manusia yang tidak memadai jumlah dan kemampuan berakibat tidak dapat dilaksanakannya program secara sempurna karena mereka
tidak bisa melakukan pengawasan dengan baik. Jika jumlah staf pelaksana kebijakan terbatas maka hal yang harus dilakukan meningkatkan skillkemampuan
para pelaksana untuk melakukan program. Untuk itu adanya manajemen SDM yang baik agar dapat meningkatkan kineja program.
Informasi merupakan sumber daya penting bagi pelaksanaan kebijakan. Ada dua bentuk informasi yaitu informasi mengenai bagaimana bagaimana cara
menyelesaikan kebijakanprogram serta bagi pelaksana harus mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan dan informasi tentang data pendukung kepatuhan
kepada peraturan pemerintah dan undang-undang.
Universitas Sumatera Utara
19
Sumber daya lain yang juga penting adalah kewenangan untuk menentukan bagaiman program dilakukan, kewenangan untuk
membelanjakanmengatur keuangan, baik penyediaan uang,pengadaan staf, maupun pengadaan supervisor. Fasilitas yang diperlukan untuk melaksanakan
kebijakanprogram harus terpenuhi seperti kantor,peralatan, serta dana yang mencukupi. Tanpa fasilitas ini mustahil suatu program dapat berjalan dengan baik.
3. Disposisi
Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Salah satu faktor yang
mempengaruhi efektifitas implementasi kebijakan adalah sikap implementor. Jika implementor setuju dengan bagian-bagian isi dari kebijakan maka mereka akan
melaksanakan dengan senang hati tetapi jika pandangan mereka berbeda dengan pembuat kebijakan maka proses implementasi akan mengalami banyak masalah.
Ada tiga bentuk sikaprespon implementor terhadap kebijakan, kesadaran pelaksana, petunjukarahan pelaksana untuk merespon program ke arah
penerimaan atau penolakan, dan intensitas dari respon tersebut. Para pelaksana mungkin memahami maksud dan sasaran program namun seringkali mengalami
kegagalan dalam melaksanakan program secara tepat karena mereka menolak tujuan yang ada di dalamnya sehingga secara sembunyi mengalihkan dan
menghindari implementasi program. Disamping itu dukungan para pejabat pelaksan sangat dibutuhkan dalam mencapai sasaran program.
Dukungan dari pimpinan juga sangat mempengaruhi pelaksanaan program sehingga dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Wujud dari dukungan
Universitas Sumatera Utara
20
pimpinan ini adalah menempatkan kebijakan menjadi prioritas program, penempatan pelaksana dengan orang-orang yang mendukung program,
memperhatikan keseimbangan daerah, agama, suku, jenis kelamin dan karakteristik demografi yang lain. Disamping itu penyediaan dana yang cukup
guna memberikan insentif bagi para pelaksana program agar mereka mendukung dan bekerja secara total dalam melaksanakan kebijakanprogram.
4. Struktur Birokrasi
Struktur Birokrasi adalah karakteristik, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi berulang-ulang dalam badan-badan eksekutif yang
mempunyai hubungan baik potensial maupun nyata dengan apa yang mereka miliki dalam menjalankan kebijakan.
Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadapa implementasi kebijakan. Salah satu
dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar standard operating procedures atau SOP. SOP menjadi
pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak. Strutur organisasi yang panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape
yaitu prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks. Sehingga pada gilirannya menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel.
1.6.3. Gambaran Umum Program PATEN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan PATEN merupakan inovasi manajemen dalam rangka mendekatkan, mempermudah, dan mempercepat
pelayanan administrasi perizinannon perizinan di tingkat Kecamatan, utamanya
Universitas Sumatera Utara
21
bagi Kecamatan yang letaknya jauh dari Kantor Pemerintah KabupatenKota dan sulit dijangkau karena faktor kondisi geografis dan infrastruktur jalan yang belum
memadai. Maksud penyelenggaraan PATEN adalah mewujudkan Kecamatan sebagai
pusat pelayanan masyarakat dan menjadi simpul pelayanan bagi kantorbadan pelayanan terpadu di Kabupatenkota. PATEN mempunyai tujuan untuk
meningkatkan kualitas dan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Untuk mensuksekan program PATEN ini, Pemerintah juga telah menerbitkan antara lain:
a Kepmendagri No.138-270 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pedoman
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan PATEN; b
Surat Edaran Mendagri Nomor 100121PUM tanggal 3 Februari 2009 tetang Upaya Strategis Peningkatan Pelayanan Publik di Daerah;
c Surat Edaran Mendagri Nomor 318312PUM tangal 28 Februari 2011
tetang Penerapan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan PATEN; d
Surat Edaran Mendagri Nomor 138113PUM tanggal 13 Januari 2012 tetang Percepatan Penerapan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
PATEN di Daerah. Mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Permendagri Nomor 4
Tahun 2010 tentang Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan, Pemerintah dalam rangka merespon dinamika perkembangan penyelenggaraan
pemerintahan daerah menuju tata kelola pemerintahan yang baik, perlu memperhatikan kebutuhan dan tuntutan masyarakat dalam pelayanan. Juga dalam
rangka meningkatkan kualitas dan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat serta memperhatikan kondisi geografis daerah, Pemerintah menganggap perlu
Universitas Sumatera Utara
22
mengoptimalkan peran Kecamatan sebagai perangkat daerah terdepan dalam memberikan pelayanan publik. Karena itu, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Dalam Negeri tentang Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan. Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan PATEN adalah
penyelenggaraan pelayanan publik di Kecamatan dari tahap permohonan sampai ke tahap terbitnya dokumen dalam satu tempat. Ruang lingkup PATEN meliputi:
a. Pelayanan bidang perizinan; b. Pelayanan bidang non perizinan.
Kecamatan sebagai penyelenggara PATEN harus memenuhi syarat: a
substantif; b
administratif; dan c
teknis. Syarat substantif adalah pendelegasian sebagian wewenang
BupatiWalikota kepada Camat. Pendelegasian sebagian wewenang meliputi: a. bidang perizinan; dan b. bidang non perizinan. Pendelegasian sebagian wewenang
ditetapkan dengan Peraturan BupatiWalikota. Pendelegasian dimaksud dilakukan dengan memperhatikan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pelayanan.
Persyaratan administratif meliputi: a.
Standar Pelayanan: standar pelayanan, meliputi: 1. Jenis pelayanan.
2. Persyaratan pelayanan. 3. Prosesprosedur pelayanan.
4. Pejabat yang bertanggungjawab terhadap pelayanan. 5. Waktu pelayanan.
Universitas Sumatera Utara
23
6.Biaya pelayanan. Dimana Standar pelayanan ditetapkan dengan Peraturan
BupatiWalikota.Untuk kabupaten Serdang Bedagai sendiri standar pelayanan telah diatur dalam Peraturan Bupati Serdang Bedagai Nomor 24 Tahun 2012
Tentang Standar Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai.
b. Uraian Tugas Personil Kecamatan. Uraian tugas personil Kecamatan
diatur dengan Peraturan BupatiWalikota. Persyaratan teknis meliputi: 1
Sarana prasarana; dan Sarana prasarana meliputi:
1. Loketmeja pendaftaran. 2. Tempat pemrosesan berkas.
3. Tempat pembayaran. 4. Tempat penyerahan dokumen.
5. Tempat pengolahan data dan informasi. 6. Tempat penanganan pengaduan.
7. Tempat piket. 8. Ruang tunggu.
9. Perangkat pendukung lainnya.
2 Pelaksana Teknis. pelaksana teknis meliputi:
1. Petugas informasi. 2. Petugas loketpenerima berkas.
3. Petugas operator komputer.
Universitas Sumatera Utara
24
4. Petugas pemegang kas. 5. Petugas lain sesuai kebutuhan.
Pelaksana Teknis adalah Pegawai Negeri Sipil di Kecamatan. Untuk menunjang efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan PATEN. Selain itu,
BupatiWalikota membentuk Tim Teknis PATEN, ditetapkan dengan Keputusan BupatiWalikota. Tim Teknis PATEN mempunyai tugas:
a Mengidentifikasi kewenangan BupatiWalikota berkaitan dengan
pelayanan administrasi yang dilimpahkan kepada Camat. b
Pejabat penyelenggara PATEN melakukan pengelolaan layanan secara transparan dan akuntabel.
Biaya penyelenggaraan PATEN dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rencana
kerja dan anggaran Kecamatan. Dalam hal penyelenggaraan PATEN menghasilkan penerimaan oleh karena itu, wajib melakukan penyetoran ke kas
daerah. Selain itu, BupatiWalikota juga melakukan pembinaan dan pengawasan dalam penyelenggaraan PATEN, yaitu:
1. Penyelenggaraan sebagian wewenang BupatiWalikota yang dilimpahkan. 2. Penyelenggaraan pelayanan yang pasti, mudah, cepat, transparan dan a
kuntabel. 3. Penyelenggaraan tugas lainnya yang ditugaskan kepada Camat.
Pembinaan dan pengawasan dapat didelegasikan kepada Tim Teknis PATEN. Pendelegasian dilakukan secara tertulis. Hasil Pembinaan dan
pengawasan disampaikan oleh BupatiWalikota kepada Gubernur dengan
Universitas Sumatera Utara
25
tembusan kepada Menteri atau Direktur Jenderal yang membidangi pemerintahan umum.
1.6.3.1. Jenis-Jenis Pelayanan PATEN
Jenis – jenis Pelayanan PATEN di Kecamatan, meliputi: 1.
Registrasi surat keterangan tanah, surat penyerahan penguasaan atas tanah dengan cara ganti rugi;
2. Surat keterangan ahli waris;
3. Registrasi agunan ke bank;
4. Rekomendasi izin mendirikan bangunan;
5. Penerbitan izin mendirikan bangunan dengan luas kurang dari 200
meter persegi; 6.
Rekomendasi izin gangguan HO, surat izin usaha perdagangan SIUP;
7. Rekomendasi pengurusan dokumen ULPL AMDAL;
8. Surat keterangan bersih lingkungan;
9. Surat pengantar pembuatan kartu keluarga dan kartu tanda penduduk;
10. Surat pengantar keterangan pindah;
11. Surat keterangan silang sengketa;
12. Surat keterangan,surat kematian, KP-4, surat keterangan miskin;
13. Surat keterangan riset uliah kerja nyatapraktik kerja lapangan.
Universitas Sumatera Utara
26
1.6.3.2. Peran Serta Masyarakat
Masyarakat berperan serta secara aktif dalam penyelenggaraan PATEN. Peran serta dapat berupa:
1. Ikut serta dalam penyusunan standar layanan. 2. Memberikan masukan dalam proses penyelenggaraan layanan.
3. Memenuhi semua persyaratan pada saat meminta layanan.
1.7. Definisi Konsep
Menurut Singarimbun 2008:33, konsep adalah isitilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai
kejadian,keadaan,kelompok atau individu yang menjadi perhatian ilmu sosial. Tujuannya adalah untuk memberi batasan terhadap pembahasan dari
permasalahan yang akan diteliti. Adapun defenisi konsep yang dipakai dalam
penelitian ini adalah:
1.
Kebijakan Publik
Kebijakan publik adalah segala aktifitas yang dilakukan oleh pemerintah lewat keputusan bersama dengan aktor-aktor politik untuk memecahkan
masalah publik yang dihadapi. 2.
Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan dalam kebijakan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah keputusan–keputusan menjadi
tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu. Adapun
Universitas Sumatera Utara
27
indikator yang digunakan untuk menganalisis implementasi kebijakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1 Komunikasi
2 Sumber Daya
3 Disposisi
4 Struktur Birokrasi
3. Program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan PATEN
PATEN merupakan inovasi manajemen dalam rangka mendekatkan, mempermudah, dan mempercepat pelayanan administrasi perizinannon
perizinan di tingkat Kecamatan, utamanya bagi Kecamatan yang letaknya jauh dari Kantor Pemerintah KabupatenKota dan sulit dijangkau karena
faktor kondisi geografis dan infrastruktur jalan yang belum memadai.
Universitas Sumatera Utara
28
1.8.Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan ini ditulis dalam 6 bab, yang terdiri dari:
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini terdri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, dan sistematika penulisan.
BAB 2 METODE PENELITIAN
Bab ini berisi bentuk penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
BAB 3 DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini menggambarkan tentang gambaran umum mengenai karakteristik lokasi penelitian.
BAB 4 PENYAJIAN DATA
Bab ini berisikan data-data yang dipperoleh selama penelitian di lapangan dan dokumen-dokumen yang dianalisis.
BAB 5 ANALISIS DATA
Bab ini memuat analisa data yang diperoleh dari hasil penelitian dan memberikan interpretasi atas permasalahan yang diteliti.
BAB 6 PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran, bagian kesimpulan berisi jawaban atas masalah yang dikemukakan . Pemecahan masalah yang dikemukakan dalam
bentuk saran.
Universitas Sumatera Utara
29
BAB II METODE PENELITIAN
2.1. Metode Penelitian