C.  Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri human instrument, yang bertugas sebagai pengumpul data sekaligus penganalisis data. Pengumpulan data ini
membutuhkan pengetahuan peneliti sebagai instrument penelitian. Pengetahuan yang dimaksud adalah pemahaman yang baik mengenai bentuk dan fungsi tindak tutur
direktif dalam bahasa Prancis dan bahasa Indonesia.
D.  Metode dan Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode agih dan metode padan. Metode agih adalah metode analisis yang alat penentunya ada di
dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti Sudaryanto, 1995: 15. Metode ini diterapkan untuk menentukan bentuk tuturan direktif. Teknik dasar yang
digunakan dalam analisis data ini adalah teknik Bagi Unsur langsung BUL. Menurut Sudaryanto 1993: 31 dikatakan BUL  karena, cara yang digunakan pada
awal kerja analisis ialah dengan membagi satuan lingual datanya menjadi beberapa bagian atau unsur. Setelah  melakukan  analisis data dengan  teknik BUL maka data
dapat  dianalisis  menggunakan  teknik  lanjutan  yaitu  teknik  baca  markah.  Kesuma 2007:66 mengungkapkan  bahwa  teknik  baca  markah  adalah  tenik  analisis data
dengan  cara  membaca  pemarkah. Pemarkahan  itu  menunjukkan  kejatian  satuan lingual atau  identitas  konstituen  tertentu Sudaryanto, 1993:95.  Berikut merupakan
contoh analisis data dengan menggunakan teknik BUL dan teknik baca markah : 33  Godefroy  : Debout, maraud. Lève-toi
Berdiri sialan. Bangunlah Jacquouille:
Segera bergegas bangun dari tidurnya
Gambar 1 : Godefroy menyuruh Jacqouille bangun dengan menendang punggungnya
Untuk mengetahui bentuk tuturan 33, data dianalisis menggunakan teknik BUL dan BM. Dengan menggunakan teknik BUL, tuturan dibagi menjadi dua
konstituen: i Debout, maraud dan ii Lève-toi . Setelah membagi tuturan menjadi
dua konstituen, tuturan dianalisis dengan menggunakan teknik BM. Tuturan tersebut termasuk kedalam kalimat imperatif yang ditandai dengan tuturan lève-toi
bangunlah  yang mengandung verba infinitif se lever  dan telah dikonjugasikan dengan persona kedua tunggal tu”.  Selain itu, kalimat 33 tersebut juga diakhiri
dengan tanda  sebagai pemarkah imperatif. Pada tuturan Debout, maraud. Lève-toi    termasuk ke dalam tuturan direktif
langsung literal. Hal itu terlihat dari tuturan lève-toi sebagai pemarkah imperatifyang secara langsung difungsikanoleh Godefroy untuk menyuruh Jacqouillesegera bangun
dari tidurnya. Tuturan 33 dikatakan literal karenatuturan lève-toi  yang bermakna “bangunlah” sesuai dengan maksud Godefroy yaitu membangunkan Jacqouille.
Untuk menganalisis jenis  tuturan direktif, digunakan metode padan.  Metode padan adalah metode yang alat penentunya di luar, terlepas dan tidakmenjadi bagian
dari bahasa yang bersangkutan Sudaryanto, 1993: 13. Metode yang digunakan adalah metode padan pragmatis dengan alat penentu mitra tutur yaitu reaksi dan
akibat yang terjadi pada mitra tutur saat tuturan diutarakan oleh penutur. Teknik dasar yang digunakan adalah teknik pilah unsur penentu PUP dengan teknik lanjutan
hubung banding HB. Selain itu, digunakan juga komponen SPEAKING sebagai alat
analisis.  Pada tahapan pertama, tuturan “Debout, maraud. Lève-toi”akan dianalisis menggunakan kompone tutur SPEAKING untuk mengetahui konteks tuturan.
Setting  tuturan tersebut terjadi pada pagi hari di dalam sebuah hutan. Participants terdiri dari Godefroy sebagai penutur dan Jacqouille sebagai mitra tutur. Ends dalam
tuturan 36, mitra tutur Jacqouille menuruti perintah Godefroy untuk segera bangun
dari tidurnya. Acts  sequences, Godefroy menyuruh Jacqouille segera bangun dari tidurnya. Key, tuturan 36 disampaikan dengan perasaan gelisah. Instrumentalities,
tuturan 36 menggunakan jalur lisan, ragam bahasa yang digunakan adalah ragam
bahasa sehari-hari dalam bahasa Prancis. Norms  tuturan di atas menggunakan
umpatan  maraud  yang bermakna sialan atau bajingan dan disampaikan dengan
perasaan gelisah.. Genre berupa dialog percakapan.
Tahap selanjutnya, tuturan “Debout maraud. Lève-toi”  dianalisis menggunakan teknik hubung banding HB, yaitu reaksi mitra tutur. Perhatikan
potongan film pada gambar 1. Godefroy membangunkan Jacqouille dengan kalimat “Debout maraud. Lève-toi” sambil menedang kakinya. Dilihat dari reaksi Jacqouille
sebagai mitra tutur, ia segera bangun dari tidurnya.  Gambar 2 menunjukkan  reaksi tersebut.
Gambar 2 : Jacqouille beranjak dari tidur Dari analisis data di atas dapat diketahui bahwa tuturan  33 tersebut
merupakan tuturan direktif dengan fungsi requirement. Hal itu terlihat dari komponen tuturnya. Tuturan “Debout maraud. Lève-toi”  menunjukkan bahwa Godefroy
memerintah Jacqouille dengan kasar, karena kedudukan sosial Godefroy sebagai tuan dan Jacquouille sebagai pengawal pribadinya
E.  Uji Keabsahan Data