genetik dan lingkungan, terutama pada fase sensitisasi alergi. Wang 2005 menjelaskan adanya hubungan antara fenotipe dari penyakit alergi rinitis
danatau Asma dengan marker lebih dari 14 pasang kromosom terdiri dari kromosom 1, 2, 3, 5, 6, 7, 9, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 19, dan yang lainnya.
Beberapa dari gen ini terlibat dalam respon imun spesifik terdiri dari HLA-D, TCR, CD14, toll-like receptors, STAT6 dan diferensiasi sel Th1Th2; yang
lainnya bekerja dalam gen pengkode respon IgE dan fungsi dari reseptor IgE IL-4, IL-4R, FcεRIβ,FcеpsilonRI dan gen terkait dalam proses inflamasi TNF-γ, IFN-
γ, IL-3.
5.2.4. Distribusi Frekuensi Rinitis Alergi berdasarkan Komorbid Penyakit Atopi Lain
Penyakit komorbid yang paling banyak pada penderita Rinitis Alergi adalah eksema atau urtikaria pada penderita Rinitis Alergi. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Yuksel 2008 yang melaporkan 43 penderita eksema juga menderita Rinitis alergi. Yuksel 2008 juga menjelaskan bahwa
beberapa penelitian di Perancis menyatakan Eksema meningkatkan resiko Asma dan Rinitis. Hal ini dijelaskan dengan adanya kesamaan dasar genetik dari
beberapa penyakit atopi tersebut yang memberikan keadaan klinis dalam waktu yang berbeda dalam kurun kehidupan. Kejadian ini disebabkan oleh karakteristik
fenotipe gen berbeda pada masing-masing penyakit atopi. Bataille 2007 menambahkan bahwa regio gen pada 11p14, 5p13, 17q21, dan 5p15 memiliki
hubungan yang sama dengan beberapa penyakit atopi seperti eksema dan penyakit alergi lainnya.
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Prevalensi Rinitis Alergi di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun ajaran 20132014 adalah 41.4.
2. Prevalensi Rinitis Alergi lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki- laki. Prevalensi Rinitis alergi pada perempuan adalah 61 dan prevalensi
Rinitis Alergi pada laki-laki adalah 39. 3. Prevalensi Rinitis Alergi pada mahasiswa Indonesia adalah 41.3 dan
pada mahasiswa Malaysia adalah 42. 4. Prevalensi Rinitis Alergi berdasarkan riwayat keluarga atopi adalah 55.3.
5. Prevalensi Rinitis Alergi berdasarkan komorbid adalah 32.7 dengan faktor komorbid terbanyak eksema sebesar 22.0.
6.2. Saran
Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang
mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut, yaitu:
1. Kepada pihak universitas agar memperhatikan kejadian Rinitis alergi pada lingkungan kampus serta mengajak mahasiswa untuk menciptakan
keadaan lingkungan yang bersih dan menghindari alergen pencetus seperti debu.