Pola Asupan Kalsium pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

POLA ASUPAN KALSIUM PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Oleh:

GAHYAATRI DEVWI A/P SABAPATHY 120100524

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

POLA ASUPAN KALSIUM PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

GAHYAATRI DEVWI A/P SABAPATHY 120100524

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

(4)

ii

ABSTRAK

Latar belakang : Kalsium merupakan zat gizi mikro yang dibutuhkan oleh tubuh dan mineral yang paling banyak terdapat dalam tubuh. Pada masa remaja dibutuhkan asupan gizi terutama kalsium lebih tinggi daripada fase kehidupan lainnya karena pada masa ini terjadi puncak pertumbuhan massa tulang.

Tujuan :Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola asupan kalsium mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain studi cross-sectional.

Hasil :Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat konsumsi kalsium mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara rendah yaitu sejumlah 43 orang (61,4%). Kebanyakkan mahasiswa mempunyai pengetahuan gizi yang baik yaitu 78,6%. Selain itu, mahasiswa sering terpapar informasi/ media massa mengenai kalsium adalah sebanyak 41 orang(58,6%). Jumlah mahasiswa yang sering jajan adalah sebanyak 40 orang(57,1%) dan mahasiswa yang tidak mempunyai pengaruh teman adalah sebanyak 56 orang(80%). Berdasarkan hasil bivariat diketahui bahwa pengetahuan gizi dan keterpaparan informasi / media massa memiliki hubungan yang bermakna dengan tingkat konsumsi kalsium mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dimana nilai p sebesar 0,001 sementara pengaruh teman dan kebiasaan jajan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan tingkat konsumsi kalsium dimana nilai p adalah 0,806 dan 0,436.

Kesimpulan : Kebanyakkan mahsiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara mempunyai tingkat konsumsi kalsium yang rendah, pengetahuan gizi yang baik, sering terpapar informasi / massa, sering berjajan dan tidak mempunyai pengaruh teman. Terdapat hubungan antara pengetahuan gizi dan keterpaparan media / massa dengan tingkat konsumsi kalsium pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Sedangkan pengaruh teman dan kebiasaan jajan tidak mempunyai pengaruh terhadap tingkat konsumsi kalsium pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.


(5)

iii

ABSTRACT

Background: Calcium is a micro nutrient which is needed by body and is the highest amount of mineral in the body. In adolescence needed nutrients especially calcium intake is higher than any other phase in life because it occurs during peak bone mass growth.

Objective: This research was conducted to determine the student an overview of calcium intake in Faculty of Medicine University Sumatera Utara.

Method: This research is descriptive research using cross-sectional study design. Result: The results of this study showed that calcium intake of students in Faculty of Medicine University Sumatera Utara is low which is a number of 43 people(61,4%). Most of the students have good knowledge on nutrient which is 78,6%. Other than that, the amount of students who frequently exposed to information about calcium were 41 people(58,6%). The total number of students who have spending habits were 40 people(57,1%) and students who have no influence of friends were 56 people(80%). Results of bivariate analysis found that knowledge on nutrient and exposure to information about calcium have a meaningful relating with calcium consumption on students at University Sumatera Utara with p value of 0,001 while influence of friends and spending habits have no meaningful relating with calcium consumption on students at with p values of 0,806 and 0,436.

Conclusion: Most of the students in Faculty of Medicine University Sumatera Utara have higher calcium intake, good knowledge on nutrient, frequently being exposed information, higher spending habits and no influence of friends. There are relationships between knowledge on nutrient and exposure to information about calcium with calcium consumption on students in Faculty of Medicine University Sumatera Utara. Meanwhile, there are no relationships between spending habits and influence of friends with calcium consumption on students in Faculty of Medicine University Sumatera Utara.


(6)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang senantiasa memberikan kasih dan kurnia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini tepat pada waktunya. Proposal ini berjudul “Pola Asupan Kalsium pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran program studi Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penyusunan proposal ini tidak lepas dari bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, dengan segala rasa hormat penyusun ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof . dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH.

2. Dosen Pembimbing dr. Nino Nasution Sp. OT(K) yang selalu bersedia meluangkan waktu di tengah kesibukan dan memberikan bimbingan terus menerus dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

3. Keluarga penulis yang telah banyak memberikan dukungan moral dan material sehingga karya tulis ilmiah ini dapat selesai.

4. Dosen pembimbing Akademik, dr. Eka Roina Megawati, M.Kes yang telah membimbing selama menempuh pendidikan di Universitas Sumatera Utara.

5. Semua staf pengajar Ilmu Kesehatan Kedokteran (IKK) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberi petunjuk dan bimbingan dalam mengerjakan karya tulis ilmiah ini.

6. Teman-teman yang telah membantu dalam proses penelitian dan penyusunan karya tulis ini yang tak bisa disebutkan satu persatu.


(7)

v

Penulis sadar bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mangharapkan sarana dan kritik yang bersifat membangun untuk lebih menyempurnakan karya tulis ini. Terima Kasih.

Medan, 4 Desember 2015 Penulis,


(8)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 2.1. Kalsium ... 4

2.2. Fungsi Kalsium ... 4

2.3. Sumber Kalsium ... 5

2.4. Metabolisme Kalsium ... 7

2.5. Mekanisme Absorpsi Kalsium ... 8

2.6. Faktor Yang Meningkatkan Absorpsi Kalsium ... 10

2.7. Faktor Yang Menurunkan Absorpsi Kalsium ... 11

2.8. Ekskresi Kalsium ... 13

2.9. Akibat Kekurangan Kalsium ... 13

2.10. Akibat Kelebihan Kalsium ... 14


(9)

vii

2.12. Angka Kecukupan Kalsium Remaja ... 15

2.13. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Kalsium Pada Remaja ... 15

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 19

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 19

3.2. Definisi Operasional... 20

3.3. Hipotesis ... 21

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 22

4.1. Rancangan Penelitian ... 22

4.2. Lokasi danWaktu Penelitian ... 22

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 22

4.2.2. Waktu Penelitian ... 22

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 22

4.3.1. Populasi Penelitian ... 22

4.3.2. Sampel Penelitian ... 22

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 24

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 25

4.5.1. Pengolahan Data ... 25

4.5.2. Analisa Data ... 26

4.5.2.1. Analisa Data Univariat ... 27

4.5.2.2. Analisa Data Bivariat ... 27

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 28

5.1. Hasil Penelitian ... 28

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 28

5.1.2. Analisis Univariat ... 28

5.1.2.1. Tingkat Konsumsi Kalsium... 28

5.1.2.2. Pengetahuan Gizi ... 28

5.1.2.3. Keterpaparan Informasi/ Media Massa Mengenai Kalsium ... 29


(10)

viii

5.1.2.5. Kebiasaan Jajan ... 29

5.1.3. Analisis Bivariat ... 30

5.1.3.1. Faktor Pengetahuan Gizi Terhadap Tingkat Konsumsi Kalsium ... 320

5.1.3.2. Faktor Keterpaparan Informasi/ Media Massa Mengenai Kalsium Terhadap Tingkat Konsumsi Kalsium ... 31

5.1.3.3. Faktor Pengaruh Teman Terhadap Tingkat Konsumsi Kalsium ... 32

5.1.3.4. Faktor Kebiasaan Jajan Terhadap Tingkat Konsumsi Kalsium ... 32

5.2. Pembahasan ... 32

5.2.1. Analisis Univariat ... 32

5.2.1.1. Tingkat Konsumsi Kalsium... 32

5.2.1.2. Pengetahuan Gizi ... 33

5.2.1.3. Keterpaparan Informasi/ Media Massa Mengenai Kalsium ... 33

5.2.1.4. Penggaruh Teman... 33

5.2.1.5. Kebiasaan Jajan ... 34

5.2.2. Analisis Bivariat ... 34

5.2.2.1. Hubungan Antara Pengetahuan Gizi dan Tingkat Konsumsi Kalsium... 34

5.2.2.2. Hubungan Antara Keterpaparan Informasi/ Media Massa Mengenai Kalsium Dan Tingkat Konsumsi Kalsium... 35

5.2.2.3. Hubungan Antara Pengaruh Teman dan Tingkat Konsumsi Kalsium... 35

5.2.2.4. Hubungan Antara Kebiasaan Jajan dan Tingkat Konsumsi Kalsium... 36

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

6.1. Kesimpulan ... 37

6.2. Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39 LAMPIRAN


(11)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman


(12)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Nilai Kalsium Berbagai Jenis Pangan (Mg/100g)... 6

Tabel 2.2. Kebutuhan Kalsium pada Setiap Fase-fase Kebutuhan Kalsium (mg/hari) ... 15

Tabel 3.1. Definisi Operasional ... 20

Tabel 5.1. Distribusi Tingkat Konsumsi Kalsium ... 28

Tabel 5.2. Distribusi Pengetahuan Gizi... 28

Tabel 5.3. Distribusi Keterpaparan Informasi/ Media Massa Mengenai Kalsium ... 29

Tabel 5.4. Distribusi Pengaruh Teman ... 29

Tabel 5.5. Distribusi Kebiasaan Jajan ... 29

Tabel 5.6. Faktor Pengetahuan Gizi Terhadap Tingkat Konsumsi Kalsium ... 30

Tabel 5.7. Faktor Keterpaparan Informasi/ Media Massa Mengenai Kalsium Terhadap Tingkat Konsumsi Kalsium ... 30

Tabel 5.8. Faktor Pengaruh Teman Terhadap Tingkat Konsumsi Kalsium ... 31

Tabel 5.9. Faktor Kebiasaan Jajan Terhadap Tingkat Konsumsi Kalsium ... 32


(13)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup 2. Lampiran 2. Lembar Penjelasan 3. Lampiran 3. Lembar Persetujuan 4. Lampiran 4. Kuesioner Penelitian 5. Lampiran 5. Surat Izin Penelitian 6. Lampiran 6. Data Induk


(14)

ii

ABSTRAK

Latar belakang : Kalsium merupakan zat gizi mikro yang dibutuhkan oleh tubuh dan mineral yang paling banyak terdapat dalam tubuh. Pada masa remaja dibutuhkan asupan gizi terutama kalsium lebih tinggi daripada fase kehidupan lainnya karena pada masa ini terjadi puncak pertumbuhan massa tulang.

Tujuan :Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola asupan kalsium mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain studi cross-sectional.

Hasil :Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat konsumsi kalsium mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara rendah yaitu sejumlah 43 orang (61,4%). Kebanyakkan mahasiswa mempunyai pengetahuan gizi yang baik yaitu 78,6%. Selain itu, mahasiswa sering terpapar informasi/ media massa mengenai kalsium adalah sebanyak 41 orang(58,6%). Jumlah mahasiswa yang sering jajan adalah sebanyak 40 orang(57,1%) dan mahasiswa yang tidak mempunyai pengaruh teman adalah sebanyak 56 orang(80%). Berdasarkan hasil bivariat diketahui bahwa pengetahuan gizi dan keterpaparan informasi / media massa memiliki hubungan yang bermakna dengan tingkat konsumsi kalsium mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dimana nilai p sebesar 0,001 sementara pengaruh teman dan kebiasaan jajan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan tingkat konsumsi kalsium dimana nilai p adalah 0,806 dan 0,436.

Kesimpulan : Kebanyakkan mahsiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara mempunyai tingkat konsumsi kalsium yang rendah, pengetahuan gizi yang baik, sering terpapar informasi / massa, sering berjajan dan tidak mempunyai pengaruh teman. Terdapat hubungan antara pengetahuan gizi dan keterpaparan media / massa dengan tingkat konsumsi kalsium pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Sedangkan pengaruh teman dan kebiasaan jajan tidak mempunyai pengaruh terhadap tingkat konsumsi kalsium pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.


(15)

iii

ABSTRACT

Background: Calcium is a micro nutrient which is needed by body and is the highest amount of mineral in the body. In adolescence needed nutrients especially calcium intake is higher than any other phase in life because it occurs during peak bone mass growth.

Objective: This research was conducted to determine the student an overview of calcium intake in Faculty of Medicine University Sumatera Utara.

Method: This research is descriptive research using cross-sectional study design. Result: The results of this study showed that calcium intake of students in Faculty of Medicine University Sumatera Utara is low which is a number of 43 people(61,4%). Most of the students have good knowledge on nutrient which is 78,6%. Other than that, the amount of students who frequently exposed to information about calcium were 41 people(58,6%). The total number of students who have spending habits were 40 people(57,1%) and students who have no influence of friends were 56 people(80%). Results of bivariate analysis found that knowledge on nutrient and exposure to information about calcium have a meaningful relating with calcium consumption on students at University Sumatera Utara with p value of 0,001 while influence of friends and spending habits have no meaningful relating with calcium consumption on students at with p values of 0,806 and 0,436.

Conclusion: Most of the students in Faculty of Medicine University Sumatera Utara have higher calcium intake, good knowledge on nutrient, frequently being exposed information, higher spending habits and no influence of friends. There are relationships between knowledge on nutrient and exposure to information about calcium with calcium consumption on students in Faculty of Medicine University Sumatera Utara. Meanwhile, there are no relationships between spending habits and influence of friends with calcium consumption on students in Faculty of Medicine University Sumatera Utara.


(16)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kalsium merupakan mineral dengan jumlah terbesar yang terdapat dalam tubuh. Kebutuhan kalsium pada masa remaja sangat tinggi oleh karena masa pembentukan tulang terbesar terjadi pada masa ini. Karena kebutuhannya yang sangat tinggi, efisiensi penyerapan dan deposit kalsium meningkat hingga 2 kali lebih besar dari masa-masa sebelum ataupun sesudahnya. Sehingga suplai kalsium yang adekuat dari makanan menjadi sangat penting untuk memaksimalkan Peak Bone Mass dan menjaga keseimbangan kalsium tubuh yang optimal. Peranan kalsium pada masa pertumbuhan remaja sangat penting maka rekomendasi kecukupan kalsium per hari juga tinggi (Fikawati, Syafiq & Puspasari, 2005).

Di negara-negara maju seperti Amerika dan Australia angka kecukupan kalsium yang dianjurkan bagi remaja adalah sebesar 1200-1500 mg/hr. Di Indonesia, hasil Widya Karya Pangan dan Gizi Tahun 2004 menetapkan angka kecukupan gizi (AKG) untuk kebutuhan kalsium bagi remaja usia 13-19 tahun sebesar 1000 mg/hr tidak jauh berbeda dengan angka kecukupan di negara-negara maju. Baik di negara maju maupun di negara berkembang asupan kalsium pada remaja umumnya masih sangat kurang. Hasil survei NHANES di Amerika Serikat (AS) memperlihatkan bahwa rata-rata asupan kalsium remaja usia 12-15 tahun menurun dari 854 mg/hr pada tahun1976-1980 menjadi 796 mg/hr pada tahun 1988-1991. Data lainnya dari USDA Nationwide Food Consumption Survey di 48 negara bagian AS tahun 1977-1978 menunjukkan bahwa rata-rata asupan kalsium pada remaja awal (10-15 tahun) berkisar antara 70-79% recommended dietary allowance (RDA) dan kemudian menurun menjadi kurang dari 70% RDA pada usia 15-18 tahun. Studi yang dilakukan pada 649 remaja putri usia 12-14 tahun di Cina menunjukkan bahwa asupan kalsium rata-rata hanya sebesar 356 mg/hari dan hanya 21% yang diperoleh dari susu dan produknya. Penelitian tentang asupan kalsium pada remaja di negara maju mengindikasikan bahwa remaja putri


(17)

2

mempunyai risiko yang paling besar terhadap asupan kalsium yang tidak adekuat, dan asupan tersebut semakin menurun pada usia 10-17 tahun. Asupan kalsium yang tidak adekuat pada remaja putri merupakan masalah potensial karena akan menyebabkan berkurangnya cadangan kalsium dalam tulang. Di Indonesia, penelitian terhadap murid Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) di Bogor menunjukkan bahwa asupan kalsium berasal dari susu dan hasil olahnya ditambah suplemen kalsium pada remaja masih kurang dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan, yaitu hanya sebesar 526,9 mg/hr atau 52,7% AKG. Data hasil penelitian tentang asupan kalsium khususnya pada remaja masih sangat terbatas, padahal usia tersebut merupakan usia yang sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan kalsium (Fikawati, Syafiq & Puspasari, 2005).

Beberapa dampak dari kekurangan kalsium, antara lain menyebabkan tulang kurang kuat, mudah bengkok, mudah rapuh, osteomalasia atau riketsia, dan kejang otot. Dampak lain dari kekurangan kalsium yaitu dapat menyebabkan sulit tidur, mudah tegang, emosi dan hiperaktif sebagai akibat dari terhambatnya pelepasan neurotransmiter dan rusaknya mekanisme pengaktifan dan pengistirahatan saraf pesan ke otak.

Selain itu bila tubuh kekurangan kalsium sistem imunitas pun akan menurun karena ion kalsium berperan sebagai sirene ketika tubuh diserang bakteri, virus atau racun. Kurangnya kalsium juga akan mengurangi daya kontraksi otot jantung dan menimbulkan asam lambung yang berlebihan. Sedangkan dampak jangka panjang dari kekurangan kalsium adalah menyebabkan terjadinya osteoporosis atau pengeroposan tulang di usia lanjut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi remaja, terdapat beberapa faktor yang diduga berhubungan dengan konsumsi kalsium pada remaja diantaranya yaitu karakteristik fisiologis yang terdiri dari umur dan jenis kelamin, tingkat pengetahuan gizi remaja, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua dan pola makan orang tua. Sedangkan menurut beberapa penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi kalsium diantaranya adalah pengetahuan gizi dan kalsium, pengaruh teman, pekerjaan ibu, pendapatan orang tua, dan pengetahuan gizi orang tua (Agustiani, 2010).


(18)

3

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka peneliti ingin mengetahui pola asupan kalsium pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pola asupan kalsium pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui tingkat konsumsi kalsium, pengetahuan gizi, keterpaparan media/ informasi kalsium, pengaruh teman dan kebiasaan jajan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Meneliti apakah ada hubungan antara pengetahuan gizi, keterpaparan media/informasi kalsium, pengaruh teman,kebiasaan jajanan dengan pola asupan kalsium pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat mengaplikasikan dan mensosialisasikan teori yang telah diperoleh selama perkuliahan. 2. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dapat menjadi gambaran sekaligus masukan pengetahuan baik untuk saat ini maupun menjadi acuan ataupun perbandingan terhadap penelitian dimasa yang akan datang.

3. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini dapat dijadikan ajang sharing bersama pada saat penelitian ini berlangsung dan juga sebagai evaluasi pola asupan kalsium mahasiswa tersebut.


(19)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kalsium

Kalsium merupakan zat gizi mikro yang dibutuhkan oleh tubuh dan mineral yang paling banyak terdapat dalam tubuh, yaitu 1,5-2% dari berat badan orang dewasa atau kurang lebih sebanyak 1 kg (Rachmiatry, 2009). Kalsium serum merupakan satu persen dari kalsium tubuh total, terdapat di dalam cairan ekstraseluler dan jaringan lunak. Kalsium serum terdiri dari komponen ion (50%), terikat dengan protein (40%), terutama albumin, serta sebagian kecil (8-10%) terikat dengan asam organik dan inorganik seperti sitrat, laktat, bikarbonat dan sulfat (Dewi & Rohsiswatmo, 2012). Hampir seluruh kalsium di dalam tubuh ada dalam tulang yang berperan sentral dalam struktur dan kekuatan tulang dan gigi (Rachmiaty, 2009).

2.2. Fungsi Kalsium

Fungsi kalsium antara lain adalah untuk pembentukan tulang dan gigi,berp eran dalam pertumbuhan dan sebagai faktor pembantu dan pengatur reaksi biokimia dalam tubuh. Pada tulang, kalsium dalam bentuk garam (hydroxypatite) membentuk matriks pada kolagen protein pada struktur tulang membentuk rangka yang mampu menyangga tubuh serta tempat bersandarnya otot yang menyebabkan memungkinkan terjadinya gerakan.

Fungsi kalsium diantaranya adalah:

1. Membentuk struktur tulang dan gigi sebagai cadangan kalsium tubuh. Kalsium berfungsi sebagai pencegah osteoporosis yang berisiko terjadinya patah tulang terutama tulang panggul, vertebrae, dan deformitas(perubahan bentuk tulang) tulang belakang, terlihat tinggi badan kurang (Rachmiaty, 2009).

2. Peran kalsium adalah untuk kontraksi dan eksitasi otot jantung dan otot lainnya, transmisi sinap sistem saraf, agregasi platelet, koagulasi dan


(20)

5

sekresi hormon dan regulator lain yang memerlukan eksositosis (Setyorini, 2009).

3. Kalsium berperan dalam proses pembentukan hormon, enzim yang mengatur pencernaan dan metabolisme.

4. Kalsium dapat membantu melenturkan otot pembuluh darah sehingga memudahkan lepasnya plak atau endapan yang menempel pada pembuluh darah.

5. Kalsium dapat dapat mengurangi risiko kanker usus besar dengan cara menekan efek iritasi pada usus yang disebabkan asam empedu (Rachmiaty, 2009).

6. Kalsium mempunyai peran terhadap regulasi tekanan darah, diantaranya adalah menurunkan aktivitas sistem renin-angiotensin, meningkatkan keseimbangan natrium dan kalium, serta menghambat konstriksi pembuluh darah (Lestari, 2010). Asupan kalsium yang meningkat dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hypertensi (Yuniarti, 2014).

7. Asupan kalsium oleh ibu hamil membantu pembentukan tulang janin, gigi janin, mencegah pengeroposan tulang, mencegah hipertensi kehamilan, dan mencegah sesak nafas/ asma (alergi) (Sudargo, 2013).

2.3. Sumber Kalsium

Sumber utama kalsium dalam makanan terdapat pada susu dan hasil olahnya, seperti keju atau yoghurt. Sumber kalsium selain susu juga penting untuk memenuhi kebutuhan kalsium, baik yang berasal dari hewani atau nabati. Sumber kalsium yang berasal dari hewani, seperti sarden, ikan yang dimakan dengan tulang, termasuk ikan kering merupakan sumber kalsium yang baik. Sumber kalsium yang berasal dari nabati, seperti serealia, kacang-kacangan dan hasil kacang-kacangan, tahu dan tempe, dan sayuran hijau merupakan sumber kalsium yang baik juga, tetapi bahan makanan ini mengandung banyak zat yang menghambat penyerapan kalsium seperti serat, fitat dan oksalat (Rachmiaty, 2009). Kontribusi kalsium dari kacang-kacangan dan olahan hampir sama banyaknya kontribusi dari pangan hewani bukan susu. Hal ini dikarenakan pangan


(21)

6

sumber kalsium dari kacang-kacangan dan olahan seperti tahu dan tempe, meskipun kandungan kalsiumnya lebih rendah daripada pangan hewani bukan susu tapi lebih sering dikonsumsi. Hal yang harus diperhatikan adalah adanya inhibitor seperti oksalat pada bayam dan fitat pada serealia sehingga ketersediaan biologis kalsium dari pangan nabati umumnya lebih rendah dibandingkan pangan hewani (Hardinsyah, 2008). Ikan dan sumber makanan laut mengandung kalsium lebih banyak dibanding daging sapi maupun maupun ayam (Rachmiaty, 2009).

Adapun kandungan kalsium beberapa bahan makanan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.1. Nilai Kalsium Berbagai Jenis Pangan (Mg/100g)

Jenis Pangan Mg

Tepung susu Skim 1300

Susu Skim 123

Tepung Susu 904

Keju 777

Susu Sapi Segar 143

Yogurt 120

Susu Kental Manis 275

Susu Kental Tak Manis 243

Susu Kerbau 206

Es Krim 123

Mentega 15

Susu Kambing 98

Sarden Kaleng 354

Tempe Kedelai 129

Tahu 124

Oncom 96

Udang Kering 1209

Udang Segar 136

Teri Kering tawar 2381

Bayam 267

Kacang Ijo 125

Kacang Panjang 163

Mujair Goreng 346

Mujair Segar 96

Telur Ayam 54

Telur Asin 120

Empal Goreng 151

Sawi 220

Daun Singkong 165

Kangkung 73

Kacang Merah 80

Kacang Tanah 58


(22)

7

2.4. Metabolisme Kalsium

Kalsium sangat penting karena merupakan mineral terbanyak dalam tubuh dan diperlukan pada sebagian besar proses biologis. Kurang lebih 99% terdapat pada tulang rangka dan gigi dalam bentuk kristal hydroxyapatite. Sisanya (1%) dalam bentuk ion pada cairan intraseluler dan ekstraseluler, terikat dengan protein dan membentuk kompleks dengan ion organik, seperti sitrat, fosfat dan bikarbonat. Konsentrasi normal total kalsium dalam plasma adalah 2,4-2,5 mM sedangkan konsentrasi ion kalsium bebas berkisar antara 1.25-1.3 mM. Homeostasis kalsium yang efektif penting dalam banyak proses biologis, termasuk metabolisme tulang, proliferasi sel, koagulasi darah, hormonal signalling transduction dan fungsi neuromuscular.

Keseimbangan kalsium dipertahankan oleh 3 organ utama, yaitu: sistem gastrointestinal, tulang, dan ginjal. Sistem gastrointestinal menjaga homeostasis kalsium dengan mengatur absorpsi kalsium melalui sel-sel gastrointestinal. Jumlah absorpsi tergantung dari asupan, usia manusia, hormone vitamin D, kebutuhan tubuh akan kalsium, diet tinggi protein dan karbohidrat serta derajat keasaman yang tinggi (pH rendah). Asupan kalsium tidak boleh melebihi 2500 mg/hari. Manusia dewasa mengkonsumsi kalsium sekitar 500-1200 mg sehari. Absorpsi kalsium ervariasi, antara 10-60% dan pada manusia kurang lebih 175 mg/hari. Jumlah ini menurun seiring dengan peningkatan usia dan meningkat ketika kebutuhan akan kalsium meningkat sementara asupan sedikit. Usus hanya mampu menyerap 500-600 mg kalsium sehingga pemberian kalsium harus dibagi dengan jarak 5-6 jam. Absorpsi terjadi dalam usus halus melalui mekanisme yang terutama dikontrol oleh calcitropic harmones (1,25-dihydroxycholecalciferol vitamin D3 (1,25- (OH) 2D3) dan parathyroid harmone (PTH)).

Untuk mempertahankan keseimbangan kalsium, ginjal harus mengeksresikan kalsium dalam jumlah yang sama dengan kalsium yang diabsorpsi dalam usus halus. Tulang tidak hanya berfungsi sebagai penopang tubuh namun juga menyediakan sistem pertukaran kalsium untuk menyesuaikan kadar kalsium dalam plasma dan cairan ekstraseluler. Kurang lebih 90% kalsium yang masuk akan dikeluarkan melalui feses dan sebagian kecil melalui urin,


(23)

8

sekitar 200 mg/hari untuk mempertahankan kadar normal dalam tubuh. Metabolisme kalsium dan tulang berkaitan erat satu sama lain dan terintegrasi. Defisiensi kalsium (misalnya pada lansia), yang disebabkan oleh defisiensi vitamin D dan peningkatan PTH, mengakibatkan tulang akan melepaskan kalsium (resorpsi tulang meningkat) untuk dapat mengembalikan kalsium serum kembali normal (Muliani, 2012).

2.5. Mekanisme Absorpsi Kalsium

Transpor kalsium dalam usus halus dimediasi oleh proses transpor yang tersusun kompleks dan diregulasi oleh calcitropic harmones, yaitu : 1,25-(OH)2D3 and PTH. Hormon-hormon lain, seperti glukokortikoid, prolaktin dan estrogen berperan sebagai regulator absorpsi kalsium di usus halus. Absorpsi kalsium di usus halus dapat melalui 2 mekanisme, yaitu aktif dan pasif. Transpor kalsium aktif terjadi terutama di duodenum dan proximal jejenum, sementara transpor pasif terjadi pada seluruh usus halus. Usus besar juga mampu mengabsorpsi kalsium namun hal tersebut masih kontroversial. Duodenum adalah tempat absorpsi kalsium yang paling efisien karena dapat mengambil kalsium bahkan pada keadaan diet sangat rendah kalsium melalui mekanisme aktif, juga memiliki seluruh komponen bagi transpor kalsium melalui jalur transcellular, dan paracellular. Mekanisme transport kalsium dalam duodenum, meliputi :

1. Transcellular Calcium Transport

Transcellular transport merupakan transpor aktif yang hanya terjadi di duodenum. Transpor ini memicu pergerakan kalsium melalui 3 tahap, yaitu : apical calcium entry, cytoplasmic calcium translocation dalam bentuk terikat dengan calbindin-D9k dan basolateral calcium extrusion. Kalsium luminal melewati membran melalui transient receptor potential vanilloid family calcium channel (TRPV)5 dan 6. Plasma membrane Ca2+-ATPase (PMCA1b) yang terdapat pada basolateral membrane akan mengeluarkan cytoplasmic calcium ke dalam plasma. Cytoplasmic calcium dapat juga dikeluarkan oleh transporter lain, yaitu NA+/Ca2+ exchanger 1 (NCX1) namun kemampuannya hanya 20% dibandingkan


(24)

9

dengan PMCA1b (80%). Transpor kalsium melalui jalur transcellular digunakan dalam kondisi fisiologis dan jalur ini semakin penting ketika terjadi peningkatan kebutuhan kalsium, misalnya ketika hamil dan menyusui. Jalur ini distimulasi langsung oleh 1,25-(OH)2D3.

2. Paracellular Calcium Ransport

Paracellular transport merupakan mekanisme aktif (cellular energy dependent) dan pasif (calcium gradient dependent). Komponen pada paracellular calcium transport, yaitu: passive paracellular, solvent-drag induced, dan voltage-dependent transport. Energi untuk paracellular transport pasif ini berasal dari energi bebas yang dihasilkan oleh transepithelial calcium gradient (5 mM pada luminal side dan 1.25 mM pada plasma side).

Transport ini penting terutama ketika terdapat konsentrasi kalsium luminal yang tinggi akibat asupan kalsium yang tinggi. Solvent-drag induced dan voltage-dependent transport merupakan proses aktif yang tergantung dari aktivitas Na+/K+-ATPase yang terjadi akibat lingkungan paracellular yang hiperosmotik bagi solvent drag dan perbedaan potensial di transepithelial. Lingkungan hiperosmotik akan menginduksi aliran air yang membawa ion kalsium melewati paracellular space. Solvent drag-induced paracellular calcium transport merupakan 80% dari total transport kalsium aktif.

Kalsium bergerak melewati epitel melalui mekanisme transcellular atau paracellular. Paracellular transport tergantung pada active sodium transport yang menciptakan osmotic gradient dalam paracellular space dan transepithelial potential difference (PD) melewati lapisan epitel. Sodium terutama memasuki absorptive cells bersama-sama glukosa melalui sodium-dependent glucose transporter 1 (SGLT1). Potential difference sebesar 5 mV dengan sisi mukosa lebih negatif daripada sisi serosal. Transcellular calcium active transport, dimulai dengan masuknya apical passive calcium melalui transient receptor potential vanilloid family calcium channel (TRPV). Kalsium kemudian ditranslokasi melewati


(25)

10

cytoplasma, sebagian besar dalam bentuk terikat dengan calbindin-D9K, menuju basolateral membrane dan akhirnya dikeluarkan dari sel oleh Na+/K+- ATPase dan Na+/Ca2+ exchanger (NCX1). Beberapa peneliti menyatakan bahwa paracellular transport diregulasi oleh tight junction proteins dari claudin family. Claudins memiliki charged amino acids pada extracellular loops yang mengontrol pergerakan ion paracellular dalam channellike manner. Claudin-16 (paracellin-1) pada loop Henle bagian ascending meregulasi reabsorpsi kalsium dan magnesium tubular. Claudin-3, tergantung pada 1,25-(OH)2DClaudin-3, dan ekspresi beberapa claudin dihubungkan dengan peningkatan absorpsi kalsium di usus halus. Claudin-2,-3, dan -12 akan mengalami polimerisasi untuk membentuk ion- selective paracellular channels, dapat meregulasi transepithelial calcium transport. Protein transmembran lain dari tight junction, yaitu occludin, juga penting untuk mempertahankan integritas epitel. Sejumlah cytoplasmic tight junction proteins, misalnya protein zonula occludens (ZO) -1, -2, -3 dan cingulin, juga dapat meregulasi ekspresi, distribusi, dan fungsi claudins (Muliani, 2012).

2.6. Faktor yang Meningkatkan Absorpsi Kalsium

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan absorpsi, yaitu : 1. Vitamin D

Vitamin D diubah menjadi bentuk aktif 1,25 dihidroksi vitamin D secara langsung mempengaruhi kemampuan sel usus untuk mengabsorpsi kalsium. Vitamin D mengatur pembentukan kalsium terikat protein yang merupakan pembawa kalsium masuk dalam usus dan melepaskannya ke dalam darah. Adanya vitamin D bentuk aktif dapat meningkatkan absorpsi kalsium sebanyak 10-30%.

2. Laktosa

Laktosa dapat meningkatkan absorpsi pasif kalsium dengan meningkatkan kelarutan absorpsi pasif kalsium dengan laktosa dapat meningkatkan kelarutan kalsium pada ileum. Pada bayi, misalnya, laktosa dapat


(26)

11

meningkatkan proporsi absorpsi kalsium sebanyak 34%-48%. 3. Kebutuhan Kalsium

Kebutuhan kalsium yang tinggi seperti pada masa kehamilan, laktasi, remaja, akan meningkatkan absorpsi kalsium sampai 50%. Bila asupan kalsium rendah, tubuh akan beradaptasi dengan mengabsorpsi kalsium dalam jumlah besar dan mengekresi lebih sedikit.

4. Potassium

Potassium bekerja berlawanan dengan sodium. Potassium membantu absopsi kalsium dalam tubuh yaitu dengan mengurangi kalsium lewat urin (Mulyani, 2009).

2.7. Faktor yang Menurunkan Absorpsi Kalsium

Beberapa faktor yang dapat menurunkan absorpsi kalsium, yaitu: 1. Protein dan Sodium

Protein terutama protein hewani dan sodium dapat menurunkan absorpsi kalsium melalui urin. Setiap penambahan 43 mmol (1g) sodium akan menyebabkan penambahan kehilangan 0.66 mmol (26,3 mg) kalsium dan setiap penambahan 1g protein menyebabkan kehilangan 0,044 mmol (1,75 mg) kalsium.

2. Fosfor

Asupan tinggi fosfor mengurangi kehilangan kalsium lewat urin, akan tetapi meningkatkan kehilangan kalsium lewat feses pada waktu yang bersamaan, sehingga tidak ada keuntungan yang didapat.

3. Asam Oksalat

Asam oksalat terdapat dalam sayuran hijau daun, seperti bayam. Asam oksalat dengan kalsium akan membentuk kalsium oksalat yang tidak larut dan sulit diabsorpsi. Terbentuknya kalsium oksalat tergantung pada jumlah asam oksalat yang ada. Jika terdapat kalsium dalam jumlah cukup untuk membentuk ikatan dengan asam oksalat maka tidak ada asam oksalat bebas untuk bergabung dengan kalsium dari bahan makanan lain. Sayuran daun pada pada umumnya banyak mengandung asam oksalat bebas.


(27)

12

Kurang lebih 55% asam oksalat bebas pada bayam terdapat dalam bentuk bebas dan mudah larut.

4. Asam Fitat

Asam Fitat juga membentuk ikatan garam dengan kalsium yang tidak dapat dipisahkan dalam usus dan terlalu besar untuk diabsorpsi secara utuh oleh rute paraseluler. Asam fitat terutama terdapat pada sekam padi/gandum. Asam fitat tidak terlalu merusak jika roti diragi dan ikatan fitat dihidrolisasi oleh enzim ragi selama proses fermentasi.

5. Ketidakstabilan Emosi

Efisiensi absorpsi kalsium dapat dipengaruhui oleh stabilitas emosional individu. Stress, tegang, cemas, sedih, bosan dapat mengganggu absorpsi kalsium. 6. Kurang Olah Raga

Orang yang tidak melakukan olahraga ketahanan tubuh seperti berjalan, berlari, bed rest sehingga cenderung tidak aktif, dapat kehilangan 0,5% kalsium tulang per bulan dan sulit untuk mengganti kalsium tersebut. Beberapa bukti menemukan bahwa kehilangan kalsium lebih disebabkan oleh kurangnya berat tulang bukan ketidak aktifan bergerak. Orang yang berolahraga renang memiliki kepadatan tulang lebih rendah daripada mereka yang berolahraga ketahanan tubuh seperti lari atau jalan.

7. Serat

Serat dapat meningkatkan motilitas gastrointestinal, mengikat mineral dalam struktur serat. Serat dalam sayuran hijau tidak memiliki efek terhadap absorpsi kalsium, namun serat dalam gandum dapat mengurangi absorpsi kalsium.

8. Kafein

Konsumsi tinggi kafein meningkatkan kalsium melalui urin dan merangsang sekresi urin ke dalam gastrointestinal. Secangkir kopi dapat mengurangi absorpsi kalsium kurang lebih 3 mg.

9. Obat

Obat-obatan seperti anti konvulsan, kortison, tiroksin, dan antasida mengandung aluminium memiliki efek samping menurunkan kalsium (Mulyani,2009).


(28)

13

2.8. Ekskresi Kalsium

Kalsium yang tidak diabsorpsi dikeluarkan melalui feses. Jumlah kalsium yang diekskresi melalui urin mencerminkan jumlah kalsium yang diabsorpsi. Ekskresi kalsium juga terjadi melalui kulit, rambut, dan kuku (Mulyani, 2009).

2.9. Akibat Kekurangan Kalsium

Beberapa akibat yang timbul apabila seseorang kekurangan kalsium diantaranya adalah :

1. Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan. Tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh. 2. Kadar kalsium darah yang sangat rendah dapat menyebabkan tetani atau

kejang. Kepekaan serabut saraf dan pusat saraf terhadap rangsangan meningkat, sehingga terjadi kejang otot misalnya pada kaki. Tetani dapat terjadi pada ibu hamil yang makannya terlalu sedikit mengandung kalsium atau terlalu tinggi mengandung fosfor. Tetani kadang terjadi pada bayi baru lahir yang diberi minuman susu sapi yang tidak diencerkan yang mempunyai rasio kalsium:fosfor rendah.

3. Kekurangan kalsium menyebabkan sistem imunitas akan menurun dan kacau, akibatnya muncul penyakit lupus, jerawat dan penyakit kulit lainnya. Ketika tubuh diserang bakteri, virus, dan racun, ion kalsium berperan sebagai sirene tanda bahaya di dalam tubuh.

4. Kekurangan kalsium menyebabkan dengdosignal saraf mengalami hambatan. Akibatnya mekanisme rangsangan dalam tubuh akan terganggu. Kondisi tersebut pada anak akan menimbulkan gejala mudah kaget, resah, sulit tidur, menangis di malam hari, dan hiperaaktif. Gejala pada orang tua yakni mudah tegang, emosi dan merosotnya daya koordinasi saraf.

5. Kurangnya kadar kalsium akan mengurangi daya kontraksi otot jantung. Hal tersebut dapat menimbulkan berbagai macam penyakit jantung.

6. Kehilangan kalsium dari tulang sesudah usia 50 tahun akan menyebabkan osteoporosis (Agustiani, 2010).


(29)

14

7. Kekurangan kalsium dapat pula menyebabkan osteomalasia, yang dinamakan juga riketsia pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena kekurangan vitamin D dan ketidak seimbangan konsumsi kalsium terhadap fosfor (Nugroho, 2010).

8. Kekurangan kalsium pada ibu hamil menyebabkan nyeri pada tulang saat kehamilan, pengeroposan tulang (osteoporosis), dan hipertensi kehamilan (Sudargo, 2013).

2.10. Akibat Kelebihan Kalsium

Konsumsi kalsium hendaknya tidak melebihi 2500 mg/hari. Kelebihan kalsium dapat menimbulkan batu ginjal atau gangguan ginjal. Disamping itu dapat menyebabkan konstipasi atau susah buang air besar. Kelebihan kalsium bisa terjadi jika menggunakan suplemen kalsium (Agustiani, 2010).

2.11. Konsumsi Kalsium Remaja

Remaja merupakan periode kehidupan antara usia 11 tahun sampai 21 tahun (Rachmiaty, 2009). Masa remaja dapat dianggap sebagai masa terakhir dalam perbaikan gizi yang optimal, karena setelah melewati masa ini, perbaikan gizi sebagian besar hanya bermanfaat untuk mempertahankan kebugaran tubuh (Suryono, 2007). Konsumsi kalsium pada remaja sangatlah penting untuk menambah kepadatan massa tulang dan mengurangi resiko patah tulang/fraktur dan pengeroposan tulang/osteoporosis. Kurang lebih 45% massa tulang dewasa dibentuk dan 20% tinggi badan dewasa dicapai pada saat remaja. Remaja mampu menyimpan kalsium empat kali lebih banyak daripada orang dewasa. Penambahan kalsium pada tulang hampir tidak ada pada usia 26 tahun pada laki laki dan 24 tahun pada perempuan. Sehingga jelas asupan kalsium terpenting yaitu pada masa remaja.Selain itu pada masa remaja terjadi puncak pertumbuhan massa tulang/ Peak Bone Mass (PBM) yang menyebabkan kebutuhan gizi pada masa ini lebih tinggi daripada kehidupan lainnya. PBM dapat diibaratkan sebagai tabungan tulang yang mempunyai batas dalam pencapaiannya, yaitu sekitar dekade ketiga, karenanya orang berusia dibawah 30 tahun harus memperhatikan asupan


(30)

15

kalsiumnya. Setelah dekade ketiga, densitas atau massa tulang akan semakin berkurang (Agustiani, 2010).

2.12. Angka Kecukupan Kalsium Remaja

Kebutuhan kalsium pada remaja adalah 1000mg per hari. Konsumsi kalsium dapat dipenuhi dengan mengonsumsi kalsium seperti susu, dan produk susu 2-3 porsi ditambah sayuran 3-5 porsi setiap hari (Mulyani, 2009).

Berikut ini disajikan tabel kebutuhan kalsium pada setiap fase:

Tabel 2.2. Kebutuhan Kalsium pada Setiap Fase-fase Kebutuhan Kalsium (mg/hari)

Fase-Fase Kebutuhan mg/hari Anak-Anak

0-6 bulan 200

7-12 bulan 400

1-3 tahun 500

4-6 tahun 500

7-9 tahun 600

Remaja (Usia 10-18 Tahun)

Laki-laki 1000

Perempuan 1000

Dewasa (Usia 19-49 Tahun)

Laki-laki 800

Perempuan 800

Lansia (≥ 50 Tahun)

Laki-laki 800

Perempuan 800

Ibu Hamil +150

Ibu Menyusui +150

Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004) dalam Skripsi Agustiani (2010)

2.13. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Kalsium pada Remaja

1. Teman Sebaya (Peer Group)

Pengaruh peer group adalah yang terpenting selama masa remaja di sekolah. Pada situasi tertentu pengaruh peer group lebih besar dari pada pengaruh keluarga. Ketika anak mulai sekolah tekanan teman sebaya mulai mempengaruhi pemilihan makanan yang menyebabkan pengabaian terhadap kebutuhan gizi. Remaja mulai peduli terhadap


(31)

16

penampilan fisik dan perilaku sosial, serta berusaha untuk mendapatkan penerimaan dari teman sebayanya. Pemilihan makan makanan menjadi penting supaya mereka diterima oleh teman sebayanya. Terdapat rasa kekamian yang menyebabkan anggota-anggota peer group bertindak sama satu dengan yang lainnya. Selanjutnya pengaruh peer group semakin kuat pada remaja untuk dapat diterima sebagai anggota peer group, untuk itu ia akan menyesuaikan tingkah lakunya atau aturan-aturan dalam peer group tersebut. Pengaruh peer group terhadap konsumsi terjadi terutama karena kepatuhan anggota untuk melakukan tindakan yang sama dengan anggota lainnya serta upaya yang kuat untuk tidak melanggar aturan peer group tersebut. Disamping itu peer group juga dapat berpengaruh terhadap konsumsi jajanan. Remaja SMP cenderung memiliki perilaku makan yang labil, karena selain masih dipengaruhi keluarga, pengaruh teman juga semakin kuat. Kedua pengaruh ini akan menentukan perilaku makan remaja selanjutnya. Teman juga berpengaruh terhadap konsumsi kalsium, karena remaja pada umumnya semakin mandiri dalam memilih makanan namun pengaruh teman sebaya semakin berpengaruh terhadap pemilihan makanan yang hendak dimakan. Biasanya remaja lebih memilih makanan populer yang rendah kalsium daripada makanan yang sehat kaya kalsium. Teman sebaya berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku konsumsi individu, yaitu dalam memilih jenis makanan (Agustiani, 2010).

2. Informasi / Media Massa

Informasi dapat diakses oleh siapapun melalui media massa atau lainnya. Media masaa berpengaruh positif mempromosikan informasi kesehatan dan peningkatan kesadaran atau pemilihan makanan yang tepat. Media massa terutama iklan-iklan perdagangan dan promosi penjualan sangat mempengaruhi pada pemilihan susunan makanan. Keunggulan pemakaian media massa adalah dapat menjangkau setiap orang dalam bentuk yang sama dan dapat menimbulkan pengalaman yang sama. Media massa sebagai salah satu sarana komunikasi berpengaruh besar membentuk opini dan kepercayaan seseorang. Televisi, radio, majalah,


(32)

17

koran dan buku dapat dijadikan saluran komunikasi bagi sejumlah orang. Remaja yang masih dalam proses mencari jati diri, sering kali menjadi sasaran empuk bagi produsen yang menawarkan produknya. Hal ini dikarenakan remaja paling cepat dan efektif dalam penyerapan gaya hidup konsumtif, baik dalam kebutuhan primer maupun sekunder. Rata-rata remaja menghabiskan waktunya selama 2,5 jam per hari di depan pesawat TV. Pada kesempatan ini mereka dijejali berbagai iklan tentang makanan atau minuman. Iklan makanan atau minuman yang menggunakan seorang bintang sebagai model akan lebih mudah memikat mereka. Mereka langsung menjadi penggemar “berat”, apakah minuman itu bergizi atau tidak. Makanan yang diiklankan melalui TV berwujud minuman atau makanan manis (berkalori tinggi). Iklan di TV sering menampilkan makanan snack ringan yang rendah gizinya, makanan instant yang bisa disajikan secara cepat dan aspek lain yang tidak mendukung makanan gizi seimbang. Perkembangan teknologi dan media massa juga mempunyai peran dalam pemilihan makanan. Akan tetapi, iklan atau media massa tidak berpengaruh terhadap perilaku konsumsi individu (Agustiani, 2010). 3. Pengetahuan Gizi

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Perilaku yang dilakukan dengan berdasarkan pada pengetahuan akan bertahan lebih lama dan kemungkinan menjadi perilaku yang melekat pada seseorang dibandingkan jika tidak berdasarkan pengetahuan. Pengetahuan gizi menjadi landasan dalam menentukan konsumsi pangan individu. Jika seseorang memiliki pengetahuan gizi yang baik maka cenderung untuk memilih makanan yang bernilai gizi tinggi. Selain itu, pengetahuan gizi dapat meningkatkan seseorang dalam menerapkan pengetahuan gizi dalam memilih maupun mengolah bahan makanan sehingga kebutuhan gizi tercukupi. Sedangkan penyebab penting gangguan gizi karena kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi


(33)

18

tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian (Mulyani, 2009) tentang konsumsi kalsium pada remaja di SMPN 201 Jakarta Barat menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan konsumsi kalsium pada remaja (nilai P = 0, 035) dengan nilai odds rasio sebesar 2, 597 yang artinya remaja yang pengetahuan tentang kalsiumnya kurang mempunyai peluang 2,6 kali mengkonsumsi kalsium yang tidak adekuat. Remaja yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sebesar 58,6%, sedangkan remaja yang tingkat pengetahuannya kurang dan konsumsi kalsiumnya baik 41,4%. Remaja yang tingkat pengetahuannya cukup dan konsumsi kalsiumnya baik sebesar 64,7%, sedangkan remaja yang tingkat pengetahuannya cukup dan konsumsi kalsiumnya kurang sebesar 35,3%. Pengetahuan kalsium terutama yang berasal dari makanan dan sumber-sumber yang merupakan langkah awal untuk meningkatkan asupan kalsium, karena remaja yang asupan kalsiumnya kurang masih memerlukan informasi yang spesifik mengenai sumber-sumber kalsium (Agustiani, 2010).

4. Kebiasaan Jajan

Kebiasaan jajan pada remaja merupakan salah satu masalah kebiasaan makan terkait dengan kesehatan. Makanan remaja yang kurang zat-zat gizi cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya proporsi makanan di luar rumah. Bila uang untuk makan siang ini digunakan untuk membeli makanan jajanan yang cenderung rendah nilai gizinya dan lebih memilih makanan yang mencerminkan perilaku seragam antar teman sebaya. Pilihan remaja terhadap makanan pada umumnya tinggi gula, sodium dan lemak serta rendah vitamin dan mineral. Remaja yang kurang kalsium banyak ditemukan pada remaja yang sering jajan (Mulyani, 2009) .


(34)

19

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Pengetahuan gizi Keterpaparan

informasi/mediamassa mengenai kalsium kalsium

Pengaruh Teman

Kebiasaanjajan

Konsumsi Kalsium Mahasiswa


(35)

20

3.2. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional

No Nama Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1. Tingkat Konsumsi Kalsium

Jumlahasupankalsiumyang Wawancara FFQsemi 1.Kurang:<100%AKG Ordinal dikonsumsi dalam kuantitatif 2. Cukup: ≥100% AKG

sehari. (WKNPGVIII,2004)

2. Kebiasaanjajan Frekuensimakananatau

minumanjajananyangdibeli dan Dimakan di fakultasmaupundiluar fakultas.

Wawancara Kuesioner 1.Jarang:Skor<mean(<25) Ordinal 2.Sering:Skor≥mean(≥25)

3. Pengetahuan Kemampuan dalam

menjawabpertanyaantentang gizi dankalsium.

Wawancara Kuesioner 1.Kurang:<median(<8) Ordinal

gizimahasiswa 2.Baik:≥median(≥8).

4. Keterpaparan media/informasi mengenai kalsium

Pernyataan mengenai sering ataujarang mendapatkaninformasi mengenaikalsiumbaik melalui mediakomunikasi massa(TV,koran, radio,poster)maupunmedia

komunikasipersonal (guru, orangtua,petugas kesehatan, tokohmasyarakat) dalam

satuminggu.

Wawancara Kuesioner 1.Jarang:jika<3 Ordinal kali/minggu

2.Sering:jika≥3 kali/minggu

5. Pengaruhteman Pengakuanmengenai adaatau tidaknyapengaruh temanterhadap pemilihanmakananjajanan sumber

kalsium,baikdi lingkungan fakultasmaupun dirumah dalamsatubulan terakhir.

Wawancara Kuesioner 1.Tidakadapengaruh:Jika Ordinal skor<median(<8)

2.Adapengaruh:JikaSkor≥ median(≥8)


(36)

21

3.3. Hipotesis

1. Adanya hubungan antara pengetahuan gizi dengan pola asupan kalsium pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Adanya hubungan antara keterpaparan media/informasi mengenai kalsium dengan pola asupan kalsium pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Adanya hubungan antara pengaruh teman dengan pola asupan kalsium pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Adanya hubungan antara kebiasaan jajanan dengan pola asupan kalsium pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.


(37)

22

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian menggunakan rancangan rancangan observasional dengan pendekatan cross sectional study, yaitu pendekatan yang sifatnya sesaat pada suatu waktu dan tidak diikiuti terus-menerus dalam kurun waktu tertentu. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengumpulan data terhadap variabel dependen dan independen.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Jl. Dr. Mansyur No.5 Kampus Universitas Sumatera Utara, Medan. Pemilihan tempat penelitian ini didasarkan lokasi yang terjangkau sehingga memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data dan terdiri dari berbagai bidang keilmuan.

1.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Oktober 2015.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2014.

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian diambil dari populasi penelitian. Kriteria sampel adalah mahasiswa angkatan 2014 yang berkuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, bersedia menjadi responden dan berada di tempat. Jika terdapat


(38)

23

sampel di luar kriteria tersebut maka tidak dapat dijadikan sampel dan akan diganti dengan mahasiswa lain yang memenuhi kriteria sampel. Jumlah sampel diambil dengan cara sampling, dan dihitung dengan menggunakan rumus uji hipotesis beda proporsi.

Rumus : Uji Hipotesis Beda Proporsi 2 sisi

� ={� − √ � − � + � − � − �√� − � + � − � }

Keterangan:

n = Jumlah sampel

Z1- α /2 = Nilai z pada derajat kepercayaan 1-α/2 atau derajat kemaknaan α pada dua sisi (two tail), yaitu sebesar 5% (Z1-α /2 =1,96).

Z1-β = Nilai z pada kekuatan uji(power test) 1- β yaitu sebesar 99% (Z1-β = 2,33).

P = P1 + P2 / 2

P1 = Proporsi remaja dengan frekuensi konsumsi susu yang baik yaitu 34,8% P2Proporsi remaja dengan frekuensi konsumsi susu yang kurang yaitu 6,3%

Dengan demikian besar sampel yang diharapkan dapat dihitung sebagai berikut :

� ={ , √ × , − , + , √ ,, − , − , + , − , }

n = 69,14 ≈ siswa

Pemilihan variabel konsumsi susu sebagai variabel dalam perhitungan, dikarenakan adanya pertimbangan bahwa variable tersebut pada penelitian sebelumnya mempunyai hubungan yang signifikan dengan kecukupan kalsium asupan kalsium. Sedangkan hubungan lainnya, hubungan tidak signifikan.


(39)

24

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer. Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuesioner langsung oleh mahasiswa.

Pengumpulan data dilakukan secara bertahap, yaitu:

1. Responden yang terpilih diminta kesediannya untuk mengisi kusioner yang meliputi variabel kebiasaan jajan, pengetahuan, keterpaparan informasi kalsium, dan pengaruh teman. Penyebaran kuesioner dilakukan oleh peneliti dengan dibantu oleh beberapa orang mahasiswa untuk menjaga agar mahasiswa tidak saling melihat jawaban temannya.

a. Variabel kebiasaan jajan didapatkan dari kemampuan mahasiswa menjawab kuesioner bagian E.

b. Variabel pengetahuan gizi didapatkan dari hasil kemampuan mahasiswa menjawab gizi didapatkan 15 pertanyaan berkaitan dengan gizi dan kalsium. Semua pertanyaan bersifat tertutup.

c. Variabel keterpaparan informasi kalsium didapatkan dari kemampuan mahasiswa menjawab pertanyaan bagian C.

d. Variabel pengaruh teman didapatkan dari kemampuan mahasiswa dalam menjawab pertanyaan bagi D.

2. Setelah mengisi kuesioner, responden diwawancara oleh peneliti.

Pertanyaan yang diajukan adalah untuk mengisi variabel konsumsi kalsium mahasiswa.

3. Sebelum kuesioner dikenalkan pada responden, instrumen tersebut

harus diuji coba dengan maksud untuk mendapat instrumen yang baik, instrumen ini harus memenuhi dua syarat penting yaitu valid dan reliabel. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengkur apa yang hendak diukur, dan instrumen dikatakan reliabel apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama.


(40)

25

4.5. Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1. Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program komputer. Pola konsumsi kalsium responden diperoleh dari formulir food frequency questionare (FFQ) yang dikonversikan kedalam kalsium per 100 gram dan dibandingkan dengan tingkat kecukupan kalsium yang dianjurkan untuk orang Indonesia, selanjutnya dikategorikan sesuai kategori yang telah ditentukan. Sebagai contoh, si A biasa mengkonsumsi susu bubuk empat kali dalam seminggu dan satu kali minum susu diperlukan 42 g susu bubuk. Perhitungan susu bubuk yang dikonsumsi per hari adalah 42g x 4 = 168g, lalu 168g/7 hari = 24g. Sehingga didapat hasil bahwa mahasiswa mengkonsumsi susu bubuk sebanyak 24 g per hari. Selanjutnya diketahui bahwa kandungan kalsium dalam susu bubuk sebesar 1300 mg/100 g. Sehingga dapat diketahui kalsium yang mahasiswa peroleh dari susu bubuk dalam sehari adalah : (24/100) x 1300 = 312 mg.

Pengolahan data untuk variabel kebiasaan jajan, pengetahuan gizi mahsiswa, keterpaparan informasi kalsium dan pengaruh teman dilakukan dengan menggunakan program soft ware komputer.

Adapun untuk tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pengolahan data primer dari variabel dependen dan variabel independen adalah sebagai berikut :

1. Menyunting data (data editing), yaitu kuesioner yang telah diisi dilihat kelengkapan jawabannya.

2. Mengkode data (data coding), yaitu membuat klasifikasi data dan memberi kode pada jawaban dari setiap pertanyaan dalam kuesioner sebelum dilakukan proses pemasukan data ke dalam komputer.

a. Konsumsi kalsium, diberikan kode 1 untuk mahasiswa yang mengkonsumsi kalsium kurang dari 100% AKG, dan diberi kode 2 untuk mahasiswa yang mengkonsumsi kalsium cukup ( ≥100% AKG).

b. Variabel kebiasaan jajan, diberikan kode 1 jika mahasiswa jajan 1 kali per minggu, kode 2 jika mahasiswa jajan 2 kali per minggu, kode 3 jika mahasiswa jajan 3 kali per minggu, kode 4 jika mahasiswa jajan 4 kali


(41)

26

per minggu, kode 5 jika mahasiswa jajan 5 kali per minggu, kode 6 jika mahasiswa jajan 6 kali per minggu, kode 7 jika mahasiswa jajan 7 kali per minggu dan kode 8 jika mahasiswa jajan > 7 kali per minggu. Nilai total kebiasaan jajan responden diperoleh dengan cara menjumlahkan skor jawaban responden.

c. Variabel pengetahuan, diberikan kode 0 jika mahasiswa menjawab salah dan kode 1 jika mahasiswa menjawab benar. Nilai total pengetahuan responden diperoleh dengan cara menjumlahkan skor jawaban.

d. Variabel keterpaparan informasi kalsium, diberikan kode 1 jika mahasiswa terpapar informasi < 3 kali dalam satu minggu terakhir dan kode 2 jika mahasiswa terpapar informasi ≥ 3 kali dalam satu minggu terakhir.

e. Variabel pengaruh teman, diberikan kode 0 jika memilih jawaban a pada pertanyaan D1 dan D2, memilih jawaban b pada pertanyaan D3, memilih jawaban c pada pertanyaan D4, dan memilih jawaban a pada pertanyaan D5. Diberi kode 1 jika memilih jawaban b pada pertanyaan D1, D2, D4 dan D5, serta memilih jawaban a pada pertanyaan D3. Diberi kode 2 jika memilih jawaban c pada pertanyaan D2, memilih a pada pertanyaan D4 dan memilih c pada pertanyaan D5.

3. Membuat struktur data (data structure) dan file data (data file), yaitu membuat template sesuai dengan format kuesioner yang digunakan.

4. Memasukan data (entry data), yaitu dilakukan pemasukan data ke dalam template yang telah dibuat. Daftar pertanyaan yang telah diberi kode dimasukkan ke dalam software komputer.

5. Membersihkan data (data cleaning), yaitu data yang telah di entry dicek kembali untuk memastikan bahwa data tersebut bersih dari kesalahan, baik kesalahan pengkodean maupun kesalahan dalam membaca kode. Dengan demikian diharapkan data tersebut benar-benar siap untuk dianalisis.

4.5.2. Analisis Data


(42)

27

4.5.2.1. Analisa Data Univariat

Analisa data univariat dilakukan pada setiap variabel, baik variabel dependen yaitu tingkat konsumsi kalsium maupun variabel independen (kebiasaan jajan, pengetahuan gizi mahasiswa, keterpaparan informasi kesehatan mengenai kalsium dan pengaruh teman). Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi masing-masing variabel yang diteliti.

4.5.2.2. Analisa Data Bivariat

Analisa data bivariat dilakukan untuk menguji hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji Chi-square ( Uji Chi-square adalah membandingkan frekuensi yang terjadi (observasi) dengan frekuensi harapan (ekspektasi). Bila nilai frekuensi observasi dengan frekuensi harapan sama, maka dikatakan ada perbedaan yang bermakna (signifikan). Pembuktian dengan uji kai kuadrat dapat menggunakan rumus :

= ∑ −

DF = (k-1)(b-1)

Keterangan:

= Chi square O = Nilai observasi E = Nilai Ekspektasi k = Jumlah kolom b = Jumlah baris

Melalui uji statistik chi square akan diperoleh nilai p, dimana dalam penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0.05. Penelitian antara dua variabel dikatakan berhubungan jika mempunyai nilai p ≤ 0.05 dan dikatakan tidak berhubungan jika mempunyai nilai p ≥ 0.05.


(43)

28

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang beralamat di Jl. Dr. Mansyur No.5 Kampus Universitas Sumatera Utara, Medan. Universitas ini telah berdiri sejak tanggal 20 November 1957.

5.1.2. Analisis Univariat

5.1.2.1. Tingkat Konsumsi Kalsium

Tabel 5.1. Distribusi tingkat konsumsi kalsium

Angka Kecukupan Gizi Jumlah Persentase

Kurang Cukup

43 27

61,4 38,6

Dari 70 responden didapatkan 43 orang (61,4%) mempunyai kurang angka kecukupan gizi, sedangkan 27 orang (38,6%) mempunyai cukup angka kecukupan gizi.

5.1.2.2. Pengetahuan Gizi

Tabel 5.2. Distribusi pengetahuan gizi

Pengetahuan Gizi Jumlah Persentase

Baik Kurang

55 15

78,6 21,4

Dari 70 responden didapatkan bahwa 55 orang (78,6%) mempunyai pengetahuan gizi yang baik, sedangkan sisanya yaitu 15 orang (21,4%) mempunyai pengetahuan gizi yang kurang.


(44)

29

5.1.2.3. Keterpaparan Informasi / Media Massa Mengenai Kalsium Tabel 5.3. Distribusi keterpaparan informasi / media massa mengenai kalsium

Informasi/ Media Massa Jumlah Persentase

Sering Jarang

41 29

58,6 41,4

Hasil kuesioner keterpaparan informasi / media massa mengenai kalsium didapati bahwa 41 orang (58,6) sering mendapatkan informasi mengenai kalsium, sedangkan 29 orang (41,4%) jarang mendapatkan informasi mengenai kalsium.

5.1.2.4. Pengaruh Teman

Tabel 5.4. Distribusi pengaruh teman

Pengaruh Jumlah Persentase

Tidak Berpengaruh Berpengaruh

56 14

80 20

Dari 70 responden didapatkan 56 orang (80%) tidak mempunyai pengaruh teman terhadap pemilihan makanan jajanan sumber kalsium, sedangkan sisanya yaitu 14 orang (20%) mempunyai pengaruh teman terhadap pemilihan makanan jajanan sumber kalsium.

5.1.2.5. Kebiasaan Jajan

Tabel 5.5. Distribusi kebiasaan jajan

Kebiasaan Jajan Jumlah Persentase

Sering Jarang

40 30

57,1 42,9

Hasil kuesioner kebiasaan jajan didapati bahwa 40 orang (57,1%) sering berjajan, sedangkan sebanyak 30 orang (42,9%) jarang berjajan.


(45)

30

5.1.3. Analisis Bivariat

5.1.3.1. Faktor Pengetahuan Gizi Terhadap Tingkat Konsumsi Kalsium Tabel 5.6. Faktor pengetahuan gizi terhadap tingkat konsumsi kalsium

Variabel Angka Kecukupan Gizi P

Kurang Cukup

n % n %

Pengetahuan Gizi 0,001

Baik 40 57,1 15 21,4

Kurang 3 4,3 12 17,1

Berdasarkan Table 5.6. mahasiswa yang mempunyai pengetahuan gizi baik dengan angka kecukupan gizi yang kurang adalah sebanyak 40 orang (57,1%), sedangkan mahasiswa yang mempunyai pengetahuan gizi baik dengan angka kecukupan gizi yang cukup adalah sejumlah 15 orang (21,4%). Selain itu, mahasiswa yang mempunyai pengetahuan gizi kurang dengan angka kecukupan gizi yang kurang adalah sebanyak 3 orang (4,3%), sedangkan mahasiswa yang mempunyai pengetahuan gizi yang kurang dengan angka kecukupan gizi yang cukup adalah sejumlah 12 orang (17,1%). Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai p = 0,001 sehingga disimpulkan bahwa pengetahuan gizi berhubungan dengan tingkat konsumsi kalsium pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5.1.3.2. Faktor Keterpaparan Informasi / Media Massa Mengenai Kalsium Terhadap Tingkat Konsumsi Kalsium

Tabel 5.7. Faktor keterpaparan informasi / media massa mengenai kalsium terhadap tingkat konsumsi kalsium

Variabel Angka Kecukupan Gizi P

Kurang Cukup

N % n %

Informasi / Media Massa 0.001

Sering 14 20 27 38,6

Jarang 29 41,4 0 0

Berdasarkan Table 5.7. mahasiswa yang sering terpapar informasi/ media massa mengenai kalsium dengan angka kecukupan gizi yang kurang adalah sebanyak 14 orang (20%), sedangkan mahasiswa yang sering terpapar informasi/


(46)

31

media massa mengenai kalsium dengan angka kecukupan gizi yang cukup adalah sejumlah 27 orang (38,6%). Di samping itu, mahasiswa yang jarang terpapar informasi / media massa mengenai kalsium dengan angka kecukupan gizi yang kurang adalah 29 orang (41,4%), sedangkan mahasiswa yang jarang terpapar informasi / media massa mengenai kalsium dengan angka kecukupan gizi yang cukup adalah 0 orang (0%). Berdasarkan uji statistic didapatkan nilai p = 0.001 sehingga disimpulkan bahwa keterpaparan informasi/ media massa mengenai kalsium berhubungan dengan tingkat konsumsi kalsium.

5.1.3.3. Faktor Pengaruh Teman Terhadap Tingkat Konsumsi Kalsium Tabel 5.8. Faktor pengaruh teman terhadap tingkat konsumsi kalsium

Variabel Angka Kecukupan Gizi P

Kurang Cukup

N % n %

Pengaruh Teman 0.806

Tidak Berpengaruh 34 48,6 22 31,4

Berpengaruh 9 12,9 5 7,1

Berdasarkan Tabel 5.8. mahasiswa yang tidak mempunyai pengaruh teman terhadap pemilihan makanan jajanan sumber kalsium dengan angka kecukupan gizi yang kurang adalah sebanyak 34 orang (48,6%), sedangkan mahasiswa yang tidak mempunyai pengaruh teman terhadap pemilihan makanan jajanan sumber kalsium dengan angka kecukupan gizi yang cukup adalah sejumlah 22 orang (31,4%). Selain itu, mahasiswa yang mempunyai pengaruh teman terhadap pemilihan makanan jajanan sumber kalsium dengan angka kecukupan gizi yang kurang adalah sebanyak 9 orang (12,9%), sedangkan mahasiswa yang mempunyai pengaruh teman terhadap pemilihan makanan jajanan sumber kalsium dengan angka kecukupan gizi yang cukup adalah sejumlah 5 orang (7,1%). Berdasarkan uji statistic didapatkan nilai p= 0,806 sehingga disimpulkan bahwa pengaruh teman tidak berhubunngan dengan tingkat konsumsi kalsium.


(47)

32

5.1.3.4. Faktor Kebiasaan Jajan Terhadap Tingkat Konsumsi Kalsium Tabel 5.9. Faktor kebiasaan jajan terhadap tingkat konsumsi kalsium

Variabel Angka Kecukupan Gizi P

Kurang Cukup

n % n %

Kebiasaan Jajan 0.436

Sering 23 32,9 17 24,3

Jarang 20 28,6 10 14,3

Berdasarkan Tabel 5.9. mahasiswa yang sering berjajan makanan dengan angka kecukupan gizi yang kurang sebanyak 23 orang (32,9%), sedangkan mahasiswa yang sering berjajan makanan dengan angka kecukupan gizi yang cukup sejumlah 17 orang (24,3%). Di samping itu, mahasiswa yang jarang berjajan makanan dengan angka kecukupan gizi yang kurang sebanyak 20 orang (28,6%), sedangkan mahasiswa yang jarang berjajan makanan dengan angka kecukupan gizi yang cukup sejumlah 10 orang (14,3%). Berdasarkan uji statistic didapatkan nilai p = 0,436 sehingga disimpulkan bahwa kebiasaan jajan makanan tidak berhubungan dengan tingkat konsumsi kalsium.

5.2. Pembahasan

5.2.1. Analisis Univariat

5.2.1.1. Tingkat Konsumsi Kalsium

Pada penelitian ini didapatkan jumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang angka kecukupan gizi yang kurang adalah lebih tinggi yaitu 61,4% daripada mahasiswa yang angka kecukupan gizi yang cukup. Hasil penelitian di SMPN 1 Mande didapatkan bahwa proporsi siswi yang kurang dalam mengkonsumsi kalsium, jumlahnya lebih banyak daripada siswi yang cukup dalam mengkonsumsi kalsium (Agustiani, 2010). Baik di Negara maju maupun di Negara berkembang asupan kalsium pada remaja umumnya masih sangat kurang. Hasil survey NHANES di Amerika Serikat(AS) juga memperlihatkan bahwa rata-rata asupan kalsium remaja usia 12-15 tahun menurun dari 854mg/hari pada tahun 1976-1980 menjadi 796mg/hari pada tahun 1988-1991 (Fikawati, Syafiq& Puspasari, 2005).


(48)

33

5.2.1.2. Pengetahuan Gizi

Pada penelitian ini didapatkan jumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang mempuyai pengetahuan gizi yang baik adalah lebih tinggi daripada jumlah mahasiwa yang mempunyai pengetahuan gizi yang kurang. Keadaan ini yang hampir sama pada penelitian yang dilakukan pada remaja di Rhode Island bahwa remaja yang mengetahui tentang kecukupan kalsium, manfaat kalsium bagi tulang dan masa remaja merupakan masa yang penting untuk meningkatkan massa tulang, mengkonsumsi kalsium lebih banyak daripada mereka yang tidak mengetahui informasi ini. Selain itu, hasil analisis univariat penelitian yang dilakukan oleh Reni Agustiani juga menunjukkan bahwa sebaagian besar siswi SMPN 1 Mande Cianjur memiliki pengetahuan gizi yang baik yaitu sebesar 60,7% (Agustiani, 2010).

5.2.1.3. Keterpaparan Informasi/Media Massa Mengenai Kalsium

Pada penelitian ini jumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Uatara yang sering terpapar informasi mengenai kalsium lebih banyak yaitu 58,6% daripada mahasiswa yang jarang terpapar informasi mengenai kalsium. Selain itu, penelitian oleh Reni Agustiani dimana 75 orang siswi SMPN 1 Mande Cianjur sering terpapar informasi mengenai kalsium, sedangkan 19 siswi jarang terpapar informasi mengenai kalsium (Agustiani, 2010).

5.2.1.4. Pengaruh Teman

Pada penelitian ini didapatkan jumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang tidak mempunyai pengaruh teman terhadap pemilihan makanan jajanan sumber kalsium adalah sangat tinggi dibandingkan jumlah mahasiswa yang mempunyai pengaruh teman terhadap pemilihan makanan jajanan sumber kalsium. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Miller et al bahwa teman akan mempengaruhi terhadap pemilihan makan yang hendak dimakan. Selain itu, Miller juga berpendapat bahwa remaja lebih memilih makanan popular yang rendah kalsium daripada makanan yang kaya akan kalsium. Penelitian yang dilakukan oleh Endang Mulyani juga menunjukkan pengaruh teman lemah pada


(49)

34

responden lebih banyak (85,1%) daripada pengaruh teman kuat (14,9%) (Mulyani, 2009).

5.2.1.5. Kebiasaan Jajan

Pada penelitian ini jumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang sering jajan makanan lebih banyak yaitu 57,1% daripada mahasiswa yang jarang jajan makanan. Jajan dan melewatkan waktu makan merupakan kebiasaan yang terjadi pada remaja karena remaja pada umumnya banyak menghabiskan waktu di sekolah dan semakin jarang dengan keluarga. Di samping itu, penelitian Endang Mulyani juga menunjukkan bahwa kebiasaan jajan terbanyak adalah sering (51%) (Mulyani,2009).

5.2.2. Analisis Bivariat

5.2.2.1. Hubungan antara Pengetahuan Gizi dan Tingkat Konsumsi Kalsium

Pada penelitian ini terdapat hubungan antara pengetahuan gizi dengan tingkat konsumsi kalsium pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Sama halnya dengan penelitian Mulyani tentang konsumsi kalsium pada remaja SMPN 201 Jakarta Barat menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan konsumsi kalsium pada remaja (nilai P= 0,035). Selanjutnya dari hasil penelitian diketahui bahwa mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang pengetahuan gizinya baik mempunyai kecenderungan kurang dalam konsumsi kalsium. Hasil penelitian di SMPN 1 Mande juga menunjukkan hal yang sama, dimana hasil tabulasi silang diketahui bahwa dari 39 siswi yang pengetahuannya cukup dan ketersediaan makanan sumber kalsium jarang, terdapat 37 siswi yang konsumsi kalsiumnya kurang. Hal tersebut diasumsikan bahwa pengetahuan yang dimiliki mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara hanya pada tingkatan pengetahuan yang paling rendah yaitu mahasiswa hanya tahu saja tetapi belum dipahami secara mendalam dan belum diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana menurut Notoatmodjo, pengetahuan seseorang memiliki lima tingkatan dan tingkatan terendah adalah tahu(know) yang diartikan sekadar dapat


(50)

35

menyebutkan, tetapi belum sampai pada tingkatan yang lebih tinggi yaitu memahami dan mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut (Agustiani, 2010).

5.2.2.2. Hubungan antara Keterpaparan Informasi/Media Massa Mengenai Kalsium dan Tingkat Konsumsi Kalsium

Pada penelitian ini terdapat hubungan antara keterpaparan informasi / media massa mengenai kalsium dengan tingkat konsumsi kalsium pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo bahwa paparan informasi dapat menimbulkan kesadaran seseorang untuk berperilaku sehat. Pusat Teknologi dan Komunikasi Universitas Indonesia menyebutkan bahwa dari penelitian, perubahan perilaku seseorang cenderung terjadi setelah seseorang memperoleh informasi sebanyak tiga kali, karena suatu informasi yang sama, senada dan berulang di dalam diri seseorang akan memberikan pengaruh kuat terhadap perubahan perilaku dibanding apabila informasi tersebut hanya sekali diterima. Penelitian oleh Reni Agustiani juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keterpaparan informasi mengenai kalsium dengan tingkat konsumsi kalsium dimana hasil uji statistic diperoleh nilai P value sebesar 0,042 (Agustiani, 2010).

5.2.2.3. Hubungan antara Pengaruh Teman dan Tingkat Konsumsi Kalsium

Pada penelitian ini tidak ada hubungan antara pengaruh teman dengan tingkat konsumsi kalsium pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Sama halnya dengan penelitian Reni Agustiani dimana hasil uji statistic diperoleh nilai P value sebesar 0,080. Ketika bersama teman-teman, remaja biasanya makan makanan jajanan dan mengurangi asupan utama mereka. Akibatnya mereka mungkin memenuhi kalori setiap harinya, tetapi kurang dalam vitamin dan mineral (Mulyani, 2009).


(1)

LAMPIRAN 6

No. Nama Pengetahuan Media Teman Jajanan Angka Kecukukupan Gizi

1. ASD Baik Jarang Tidak Berpengaruh Sering Kurang 2. ADDE Baik Sering Tidak Berpengaruh Jarang Kurang 3. AFT Baik Jarang Tidak Berpengaruh Jarang Kurang 4. REW Kurang Sering Berpengaruh Sering Cukup 5. WER Kurang Sering Tidak Berpengaruh Jarang Cukup 6. TRE Baik Jarang Berpengaruh Jarang Kurang 7. FET Baik Jarang Berpengaruh Sering Kurang 8. HUR Baik Sering Berpengaruh Jarang Kurang 9. KIR Baik Jarang Tidak Berpengaruh Sering Kurang 10. GER Baik Jarang Tidak Berpengaruh Sering Kurang 11. HOY Kurang Sering Berpengaruh Jarang Cukup 12. JIK Kurang Sering Tidak Berpengaruh Sering Cukup 13. QOP Kurang Sering Berpengaruh Jarang Cukup 14. DUY Baik Jarang Tidak Berpengaruh Sering Kurang 15. FRT Baik Jarang Tidak Berpengaruh Sering Kurang 16. CVB Baik Sering Berpengaruh Sering Kurang 17. NMJ Baik Jarang Tidak Berpengaruh Jarang Kurang 18. ASD Kurang Sering Tidak Berpengaruh Sering Kurang 19. XCF Baik Sering Berpengaruh Jarang Kurang 20. SER Kurang Sering Tidak Berpengaruh Sering Cukup 21. WER Baik Jarang Tidak Berpengaruh Sering Kurang 22. QYH Baik Jarang Tidak Berpengaruh Jarang Kurang 23. LIU Baik Sering Tidak Berpengaruh Sering Kurang 24. NUY Baik Jarang Tidak Berpengaruh Sering Kurang 25. BUT Kurang Sering Tidak Berpengaruh Jarang Cukup 26. MIN Baik Sering Berpengaruh Jarang Kurang 27. OLK Kurang Sering Tidak Berpengaruh Sering Cukup 28. VUT Baik Jarang Tidak Berpengaruh Jarang Kurang 29. SUT Baik Jarang Tidak Berpengaruh Sering Kurang 30. VVU Kurang Sering Tidak Berpengaruh Sering Cukup 31. DDF Baik Jarang Berpengaruh Jarang Kurang 32. SCX Baik Sering Tidak Berpengaruh Sering Cukup 33. ZGF Baik Sering Tidak Berpengaruh Sering Cukup 34. NOL Baik Sering Tidak Berpengaruh Sering Cukup 35. MML Baik Sering Tidak Berpengaruh Jarang Cukup 36. OYT Baik Jarang Tidak Berpengaruh Sering Kurang 37. YYT Baik Sering Tidak Berpengaruh Sering Cukup 38. RST Baik Jarang Tidak Berpengaruh Jarang Kurang 39. EWQ Baik Sering Tidak Berpengaruh Sering Cukup 40. QZX Baik Sering Berpengaruh Jarang Kurang 41. AHG Kurang Jarang Tidak Berpengaruh Sering Kurang 42. EEG Baik Sering Tidak Berpengaruh Sering Cukup 43. VZV Baik Sering Tidak Berpengaruh Jarang Cukup 44. FRT Baik Sering Tidak Berpengaruh Jarang Cukup


(2)

45. YOB Baik Jarang Tidak Berpengaruh Sering Kurang 46. ZOP Kurang Jarang Tidak Berpengaruh Sering Kurang 47. VLP Baik Sering Tidak Berpengaruh Sering Cukup 48. QMM Baik Sering Tidak Berpengaruh Sering Kurang 49. NER Baik Jarang Tidak Berpengaruh Sering Kurang 50. SPM Baik Sering Tidak Berpengaruh Jarang Kurang 51. PMR Baik Sering Berpengaruh Jarang Kurang 52. XXE Baik Sering Tidak Berpengaruh Sering Kurang 53. WFF Baik Jarang Tidak Berpengaruh Jarang Kurang 54. SER Baik Sering Tidak Berpengaruh Sering Cukup 55. SRK Baik Jarang Tidak Berpengaruh Sering Kurang 56. GKS Baik Sering Tidak Berpengaruh Jarang Cukup 57. KSK Baik Sering Tidak Berpengaruh Jarang Kurang 58. LOV Baik Jarang Tidak Berpengaruh Jarang Kurang 59. APP Baik Jarang Tidak Berpengaruh Sering Kurang 60. MEE Kurang Sering Berpengaruh Sering Cukup 61. YOO Baik Sering Tidak Berpengaruh Sering Cukup 62. YOU Kurang Sering Tidak Berpengaruh Jarang Cukup 63. GRT Baik Jarang Tidak Berpengaruh Sering Kurang 64. XTY Baik Sering Tidak Berpengaruh Jarang Kurang 65. CCC Baik Sering Tidak Berpengaruh Jarang Cukup 66. WIR Baik Jarang Tidak Berpengaruh Jarang Kurang 67. BUR Baik Jarang Tidak Berpengaruh Sering Kurang 68. LIM Kurang Sering Berpengaruh Sering Cukup 69. KOM Baik Sering Tidak Berpengaruh Sering Cukup 70. MMN Baik Jarang Tidak Berpengaruh Jarang Kurang


(3)

LAMPIRAN 7

PengetahuanKategorik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Kurang 15 21.4 21.4 21.4

Baik 55 78.6 78.6 100.0

Total 70 100.0 100.0

MediaKategorik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Jarang 29 41.4 41.4 41.4

Sering 41 58.6 58.6 100.0

Total 70 100.0 100.0

TemanKategorik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak Berpengaruh 56 80.0 80.0 80.0

Berpengaruh 14 20.0 20.0 100.0

Total 70 100.0 100.0

JajananKategorik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Jarang 30 42.9 42.9 42.9

Sering 40 57.1 57.1 100.0

Total 70 100.0 100.0

PolaAsupKategorik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Kurang Gizi 43 61.4 61.4 61.4

Cukup Gizi 27 38.6 38.6 100.0


(4)

PengetahuanKategorik * PolaAsupKategorik

Crosstab

PolaAsupKategorik Total Kurang Gizi Cukup Gizi

PengetahuanKategorik

Kurang

Count 3 12 15

Expected Count 9.2 5.8 15.0

% within

PengetahuanKategorik

20.0% 80.0% 100.0%

Baik

Count 40 15 55

Expected Count 33.8 21.2 55.0

% within

PengetahuanKategorik

72.7% 27.3% 100.0%

Total

Count 43 27 70

Expected Count 43.0 27.0 70.0

% within

PengetahuanKategorik

61.4% 38.6% 100.0%

Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 13.829a 1 .000

Continuity Correctionb 11.693 1 .001 Likelihood Ratio 13.884 1 .000

Fisher's Exact Test .001 .000

Linear-by-Linear Association

13.631 1 .000

N of Valid Cases 70

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.79. b. Computed only for a 2x2 table

MediaKategorik * PolaAsupKategorik

MediaKategorik * PolaAsupKategorik Crosstabulation

PolaAsupKategorik Total Kurang Gizi Cukup Gizi

MediaKategorik

Jarang

Count 29 0 29

Expected Count 17.8 11.2 29.0 % within MediaKategorik 100.0% 0.0% 100.0% Sering

Count 14 27 41

Expected Count 25.2 15.8 41.0 % within MediaKategorik 34.1% 65.9% 100.0% Total

Count 43 27 70

Expected Count 43.0 27.0 70.0 % within MediaKategorik 61.4% 38.6% 100.0%


(5)

Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 31.089a 1 .000

Continuity Correctionb 28.372 1 .000 Likelihood Ratio 40.707 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association

30.645 1 .000

N of Valid Cases 70

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.19. b. Computed only for a 2x2 table

TemanKategorik * PolaAsupKategorik

Crosstab

PolaAsupKategorik Total Kurang Gizi Cukup Gizi

TemanKategorik

Tidak Berpengaruh

Count 34 22 56

Expected Count 34.4 21.6 56.0 % within TemanKategorik 60.7% 39.3% 100.0% Berpengaruh

Count 9 5 14

Expected Count 8.6 5.4 14.0

% within TemanKategorik 64.3% 35.7% 100.0% Total

Count 43 27 70

Expected Count 43.0 27.0 70.0 % within TemanKategorik 61.4% 38.6% 100.0%

Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square .060a 1 .806

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .061 1 .805

Fisher's Exact Test 1.000 .530

Linear-by-Linear Association

.059 1 .807

N of Valid Cases 70

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.40. b. Computed only for a 2x2 table


(6)

JajananKategorik * PolaAsupKategorik

JajananKategorik * PolaAsupKategorik Crosstabulation

PolaAsupKategorik Total Kurang Gizi Cukup Gizi

JajananKategorik

Jarang

Count 20 10 30

Expected Count 18.4 11.6 30.0

% within JajananKategorik 66.7% 33.3% 100.0% Sering

Count 23 17 40

Expected Count 24.6 15.4 40.0

% within JajananKategorik 57.5% 42.5% 100.0% Total

Count 43 27 70

Expected Count 43.0 27.0 70.0

% within JajananKategorik 61.4% 38.6% 100.0%

Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square .608a 1 .436

Continuity Correctionb .283 1 .595

Likelihood Ratio .612 1 .434

Fisher's Exact Test .468 .298

Linear-by-Linear Association

.599 1 .439

N of Valid Cases 70

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.57. b. Computed only for a 2x2 table