Rinitis alergi berkaitan dengan inflamasi pada mukosa saluran pernafasan bagian atas yakni mukosanasalis, tuba eustachius, dan sinus dan mata. Pada
kasus yag berat, pasien juga memiliki gejala sistemik. Interaksi kompleks antara alergen yang terinhalasi atau iritan, imunoglobulin E IgE, dan mediator
inflamasi adalah penyebab dari inflamasi. Individu yang rentan pada rinitis alergi akan menghasilkan IgE spesifik sebagai respon terhadap protein tertentu. IgE
menyebabkan sel mast untuk melepaskan berbagai mediator, seperti: histamin, triptase, kimase, kinin, leukotrien, prostaglandin, dan heparin. Mediator inflamasi
yang dilepaskan sel mast menyebabkan vasodilatasi segera, kongesi nasal, bersin dan gatal. Mediator - mediator inflamasi tersebut juga menyebabkan pengerahan
sel inflamasi lainnya yakni makrofag, eosinofil, neutrofil, dan limfosit, yang menyebabkan respon lambat yang dapat terjadi dalam beberapa jam atau hari dan
adakalanya menyebabkan gejala sistemik seperti malaise dan kelelahanE.T. Bope dan R. D. Kellerman,2013.
2.6. Diagnosis Rinitis Alergi
Rinitis alergi perlu dibedakan dari jenis rinitis yang lain. Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat pada umumnya sudah cukup untuk menegakkan
diagnosis awal dan memulai terapi. P.G.Konthen dkk.,2008
2.6.1. Anamnesis Gejala utama meliputi: hidung tersumbat, keluar seperti sekret hidung
yang encer, bersin – bersin, rasa gatal di hidung, langit – langit, sekitar mata dan telinga. Beberapa penderita mengeluhkan mata merah dan lakrimasi. Gejala nasal
dan okuler menjadi petunjuk untuk membedakan rinitis alergi dan rinitis kronis lainnya. Gejala tambahan sekunder yang didapatkan pada penderita tertentu
meliputi penjalaran inflamasi pada tuba eustachii, telinga tengah, dan sinus paranasalis; mengakibatkan rasa penuh di telinga, gangguan pendengaran, serta
nyeri kepala.Postnasal drip dapat menyebabkan nyeri tenggorokan dan batuk kronis. P.G.Konthen dkk.,2008
Menurut kriteria evaluasi anamnesis ARIA, diagnosis rinitis alergi dapat ditegakkan apabila terdapat gejala utama sebagai hidung berair dengan ingus
encer. Gejala utama tersebut dapat bersamaan dengan satu atau lebih gejala sebagai berikut: bersin, sumbatan hidung, gatal pada hidung, atau konjungtivitis
mata merah dan gatal. Apabila seseorang memenuhi kriteria diatas diperlukan pemeriksaan diagnostik lebih lanjut untuk mendapatkan diagnosa pasti Rinitis
Alergi. ARIA, 2008
2.6.2. Pemeriksaan fisik Pada inspeksi terdapat garis gelap periorbital allergic shinners akibat
poolingdarah vena kronis. Anak – anak sering kali menggosok – gosok hidungnya dengan telunjuk karena gatal allergic salute. Konjungtiva tampak kemerahan
dengan encer atau gelatinous. Rhinoscopy anterior menunjukkan concha nasalis inferior dan medius pucat dan membengkak disertai eksudat encer. P.G.Konthen
dkk.,2008
2.6.3. Pemeriksaan penunjang Bila diagnosis masih diragukan maka pemeriksaan laboratorium
diharapkan dapat membantu. • Tes tusuk kulit
Pemeriksaan ini lebih sensitif dan memungkinkan pemeriksaan dengan alergen lebih bervariasi.
• IgE spesifik RAST Hanya dianjurkan pada penderita dengan dermatitis yang luas atau
dermatografisme. • Pemeriksaan darah tepi
Pada hitung jenis lekosit dan hitung jenis eosinofil terjadi peningkatan eosinofil darah tepi. Pemeriksaan ini tidak dapat digunakan untuk menyaring
karena rinitis alergi dapat terjadi tanpa peningkatan eosinofil, sebaliknya didapatkan pada rinitis nin alergi NARES. P.G.Konthen dkk.,2008
2.7 . Penatalaksanaan Rinitis Alergi