Organ Perseroan dalam suatu Lembaga Perbankan

b. Menjadi anggota direksi atau anggota dewan komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit; c. Dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara danatau yang berkaitan dengan sektor keuangan. Ketentuan persyaratan sebagaimana dimaksud tidak mengurangi kemungkinan instansi teknis yang berwenang menetapkan persyaratan tambahan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pemenuhan persyaratan ini dibuktikan dengan surat yang disimpan oleh perseroan Pasal 93 ayat 2 dan ayat 3. Jangka waktu lima tahun terhitung sejak yang bersangkutan dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap telah menyebabkan perseroan pailit atau apabila dihukum terhitung sejak selesai menjalani hukuman. Yang dimaksud dengan ‘surat” adalah surat pernyataan yang dibuat oleh calon anggota direksi yang bersangkutan berkenaan dengan persyaratan yang ditentukan tersebut dan dimungkinkan untuk mendapatkan surat rekomendasi dari instansi yang berwenang sesuai persyaratan yang dibutuhkan.

B. Organ Perseroan dalam suatu Lembaga Perbankan

1. RUPS Rapat Umum Pemegang Saham RUPS merupakan organ perseroan yang paling tinggi dan berkuasa untuk menentukan arah dan tujuan perseroan. RUPS adalah suatu organ perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan memegang segala wewenang yang bersifat residual, yakni wewenang yang tidak dialokasikan kepada organ Universitas Sumatera Utara perusahaan lainnya, yaitu direksi dan komisaris, yang dapat mengambil keputusan setelah memenuhi syarat-syarat tertentu dan sesuai dengan prosedur tertentu sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar perseroan. 30 Kewenangan tersebut merupakan kewenangan eksklusif yang tidak dapat diserahkan kepada organ lain yang telah ditetapkan dalam UU PT dan anggaran dasar. Wewenang eksklusif yang ditetapkan dalam UU PT akan ada selama UU PT belum. Sedangkan wewenang eksklusif dalam anggaran dasar yang disahkan atau disetujui Menteri Kehakiman dapat diubah melalui perubahan anggaran dasar sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan UU PT. 31 Pasal 75 ayat 1 Undang-undang PT memberi batasan terhadap wewenang RUPS, yaitu sejauh yang tidak diberikan kepada direksi atau komisaris. Dengan demikian, dapat diuraikan lingkup wewenang RUPS sebagaimana dapat dilihat dalam Bab VI undang-undang PT yang mengatur tentang RUPS dan Bab VII yang mengatur tentang direksi dan komisaris, antara lain adalah sebagai berikut 32 1. Pengangkatan direksi dan komisaris adalah menjadi wewenang RUPS, demikian juga dengan pemberhentian direksi dan komisaris. : 2. RUPS mempunyai wewenang mengambil keputusan untuk mengubah anggaran dasar. 3. Wewenang RUPS juga dapat dilihat pada perbuatan penggabunganmerger dan akuisisi di antara perusahaan. 30 Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003, hlm. 135. 31 Ahmad Yani Gunawan Widjaja, Perseroan Terbatas, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006, hlm. 78. 32 Agus Budiarto, Ibid, hlm. 61. Universitas Sumatera Utara Walaupun rencana merger dan akuisisi merupakan pekerjaan direksi dan perseroan-perseroan yang bersangkutan, namun penggabungan dan akuisisi hanya dapat dilakukan jika disetujui oleh RUPS masing-masing perseroan. Persetujuan itu adalah hak dan wewenang dari RUPS. Hal ini berarti bahwa tidak perusahaan yang akan melakukan merger ataupun akuisisi dengan sah tanpa persetujuan dari RUPS masing-masing perusahaan tersebut. 4. RUPS berwenang membuat peraturan tentang pembagian tugas dan wewenang setiap anggota direksi serta besar dan jenis penghasilan direksi. Tugas tersebut dapat dilimpahkan kepada komisaris jika ditentukan demikian dalam anggaran dasar. 5. RUPS berwenang mengangkat satu orang pemegang saham atau lebih untuk mewakili perseroan dalam keadaan direksi tidak berwenang mewakili perseroan karena terjadi perselisihanperkara antara direksi dengan perseroan atau terjadi pertentangan kepentingan antara direksi dan perseroan. 6. RUPS berwenang mengambil keputusan jika diminta oleh direksi untuk memberikan persetujuan guna mengalihkan atau menjadikan jaminan utang seluruh atau sebagian harta kekayaan perseroan. 7. RUPS mempunyai wewenang mengambil keputusan atas permohonan kepailitan perseroan yang akan dimajukan direksi kepada pengadilan negeri. 8. RUPS berwenang dan berhak meminta segala keterangan yang berkaitan dengan kepentingan perseroan dari direksi dan atau komisaris. Sebaliknya, hal Universitas Sumatera Utara ini merupakan kewajiban bagi direksi atau komisaris untuk memberikan keterngan yang diperlukan oleh RUPS. Pengertian mengenai Rapat Umum Pemegang Saham RUPS, terlihat bahwa RUPS hanya memiliki kewenangan yang bersifat residual. Maksudnya adalah bahwa kepada direksi kewenangannya adalah untuk mengelola perseroan dan komisaris untuk mengawasinya, sedangkan untuk RUPS pada prinsipnya kewenangannya tidak ditentukan dengan terperinci, tetapi hanya kebagian sisa kewenangan yang tidak diberikan kepada direksi dan komisaris. Akan tetapi, karena RUPS memiliki kekuasaan tertinggi dalam perseroan, maka keputusannya tidak dapat dibatalkan oleh siapapun, kecuali oleh pengadilan jika ada alasan untuk itu. Di samping itu, karena kekuasaannya tertinggi, maka di samping memiliki kekuasaan residual, undang-undang danatau anggaran dasar pereroan sering mensyaratkan persetujuan RUPS jika perusahaan ingin keputusan- keputusan yang penting. 33 Pada pokoknya RUPS harus diselenggarakan di tempat perseroan berkedudukan, atau tempat-tempat lain sebagaimana dimungkinkan dalam Anggaran Dasar perseroan, selama dan sepanjang tempat tersebut masih beradadalam wilayah Negara Republik Indonesia. 34 Pada prinsipnya ada 2 dua macam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS, yaitu: 35 1. Rapat Umum Pemegang Saham RUPS Tahunan 2. Rapat Umum Pemegang Saham RUPS Luar Biasa 33 Munir Fuady, Op.Cit, hlm. 136. 34 Ahmad Yani Gunawan Widjaja, Op.Cit, hlm. 79. 35 Munir Fuady, Op.Cit, hlm. 137-140. Universitas Sumatera Utara Berikut ini penjelasan bagi kedua macam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS tersebut, yaitu sebagai berikut: a. Rapat Umum Pemegang Saham RUPS Tahunan Rapat Umum Pemegang Saham RUPS Tahunan adalah Rapat Umum Pemegang Saham RUPS yang wajib dilakukan oleh perseroan sekali dalam setahun, dilakukan paling lambat dalam waktu 6 enam bulan setelah tahun buku, dengan pokok pembicaraan adalah di sekitar perkembangan perusahaan yang telah terjadi selama setahun. Perkembangan perusahaan selama setahun tersebut disampaikan oleh direksi dengan laporan tahunan, uang harus ditandatangani oleh direksi dan komisaris, yang minimal memuat 6 enam hal sebagai berikut: 1 Perhitungan tahunan yang terdiri dari neraca akhir tahun dan penjelasannya. 2 Terhadap perusahaan dalam 1 satu grup, dibuat neraca konsolidasi dan neraca masing-masing perseroan. 3 Laporan tentang keadaan dan jalannya perusahaan dalam setahun serta hasil-hasil yang telah dicapai. 4 Kegiatan utama perusahaan dan perubahannya selama tahun buku. 5 Rincian masalah-masalah yang terjadi. 6 Nama, gaji dan tunjangan bagi semua anggota direksi dan komisaris Adalah tugas direksi untuk membuat RUPS tahunan dan menyusun laporan tahunan. Apabila direksi tidak melakukan tugasnya untuk memanggil RUPS tahunan, maka direksi selayaknya dibebankan tanggung jawab secara renteng jika Universitas Sumatera Utara ada kerugian tertentu, meskipun undang-undang tidak dengan tegas-tegas mengaturnya. b. Rapat Umum Pemegang saham RUPS Luar Biasa Rapat Umum Pemegang Saham RUPS luar biasa dapat dilakukan kapan saja bila diperlukan oleh perusahaan dengan mata acara yang juga sangat beraneka ragam, yakni terhadap kegiatan yang tidak termasuk ke dalam ruang lingkup RUPS tahunan. Pada prinsipnya, kegiatan perseroan yang memerlukan persetujuan dari RUPS luar biasa dari suatu perseroan terbatas adalah sebagai berikut: 1 Kegiatan-kegiatan yang memerlukan persetujuan RUPS sebagaimana disebut dalam anggaran dasar perseroan. 2 Kegiatan-kegiatan yang memerlukan persetujuan RUPS sebagaimana disebut dalam peraturan perundang-undangan yang baru. 3 Kegiatan-kegiatan yang dianggap penting bagi perseroan tersebut sebaiknya juga dilakukan dengan persetujuan RUPS, meskipun tidak diharuskan oleh anggaran dasar maupun peraturan perundang- undangan yang berlaku. 2. Dewan Komisaris Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus serta memberikan nasihat kepada direksi dalam menjalankan perseroan. Perseroan memiliki komisaris yang wewenang dan kewajibannya ditetapkan dalam Anggaran Dasar. Berbeda dengan KUHD, maka dalam Undang- Universitas Sumatera Utara Undang Nomor 40 Tahun 2007 perseroan diharuskan memiliki komisaris. Bahkan untuk perseroan: 36 a. Yang bidang usahanya mengerahkan dana masyarakat; b. Yang menerbitkan surat pengakuan utang; c. Terbuka; Diwajibkan mempunyai paling sedikit dua orang komisaris, karena menyangkut kepentingan masyarakat yang memerlukan pengawasan yang lebih besar. Rincian tugas komisaris biasanya diatur di dalam anggaran dasar, antara lain sebagai berikut: 1. Mengawasi tindakan pengurusan dan pengelolaan perseroan yang dilakukan oleh direksi. 2. Memeriksa buku-buku, dokumen-dokumen, serta kekayaan perseroan, 3. Memberikan teguran-teguran, petunjuk-petunjuk, nasihat-nasihat kepada direksi. 4. Apabila ditemukan keteledoran direksi yang mengakibatkan perseroan menderita kerugian, komisaris dapat memberhentikan sementara direksi yang bersalah tersebut, untuk kemudian dilaporkan kepada RUPS untuk mendapatkan keputusan lebih lanjut. Pemberhentian ini sifatnya sementara dan segera dalam waktu 1 satu bulan komisaris harus mengadakan RUPS untuk memberikan keputusan lain, maka direksi akan ditempatkan kembali. 36 I.G. Rai Widjaya, Op.Cit, hlm.84. Universitas Sumatera Utara Jika RUPS tidak diadakan, maka keputusan komisaris batal dengan sendirinya. Mengenai tanggung jawab komisaris dapat dibagi dalam: a. Tanggung jawab keluar terhadap pihak ketiga; b. Tanggung jawab ke dalam terhadap perseroan. Tanggung jawab keluar itu tidak sebesar tanggung jawab direksi, karena komisaris bertindak keluar berhubungan dengan pihak ketiga hanya dalam keadaan-keadaan yang sangat istimewa, yaitu dalam hal komisaris dibutuhkan direksi sebagai saksi atau pemberi izin dalam hal direksi menurut anggaran dasar harus terlebih dahulu mendapat izin dari komisaris dalam perbuatan penguasaan beschikking, misalnya menjual, menggadaikan, dan lain-lain. Tanggung jawab ke dalam sama dengan direksi, pertanggungjawaban secara pribadi untuk seluruhnya. Bila ada 2 dua orang komisaris atau lebih, maka pertanggungjawaban itu bisa bersifat kolektif atau majelis. Jika komisaris ikut serta dalam pengurusan, biasanya ia lalu ikut memberikan pertanggungjawaban kepada RUPS bersama-sama dengan direksi. Tanggung jawab komisaris tentunya terutama yang berkaitan dengan keikutsertaannya menandatangani neraca dan perhitungan laba rugi, yang berarti ia ikut menyetujui isi laporan pertanggungjawaban direksi tersebut. Jika komisaris tidak ikut serta dalam pengurusan, maka ia dapat diberi kuasa oleh RUPS untuk menerima dan mengesahkan perhitungan dan pertanggungjawaban atas nama perseroan. Demikian dapat disimpulkan dari Pasal 114 ayat 1 sd 4 Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007. Universitas Sumatera Utara Pasal 1 angka 6 Undang-Undang PT dan Pasal 108 Undang-Undang PT menjadi pijakan bagi Dewan Komisaris untuk memberikan nasihat kepada direksi dalam tugasnya mengurus perseroan. Dari kedua pasal tersebut jelas memperlihatkan kegiatan proaktif Dewan Komisaris untuk memberikan nasihat kepada Direksi, terlepas dari diminta atau tidaknya nasihat tersebut oleh direksi. Dalam pemberian nasihat kepada Direksi tersebut, setiap anggota Dewan Komisaris wajib melakukannya dengan iktikad baik, penuh kehati-hatian dan tanggung jawab dengan senantiasa memperhatikan kepentingan perseroan dan kegiatan usaha perseroan Pasal 114 ayat 2 Undang-Undang PT. 37 Undang-Undang PT tidak mengelaborasi bentuk nasihat apa saja yang wajib diberikan Dewan Komisaris kepada Direksi, namun membaca bunyi Pasal 108 ayat 2 juncto Pasal 114 ayat 2 Undang-Undang PT, dapat disimpulkan bahwa nasihat yang diberikan Dewan Komisaris tersebut haruslah terkait dengan atau berhubungan dengan kepentingan perseroan dan selaras dengan maksud dan tujuan perseroan. Pentingnya pelaksanaan pemberian nasihat dengan iktikad baik, penuh kehati-hatian dan tanggung jawab oleh masing-masing anggota akan diterima oleh masing-masing anggota Dewan Komisaris tersebut apabila terbukti mereka bersalah atau lalai dalam menjalankan tugasnya tersebut. Mengenai luas tanggung jawab pribadi anggota Dewan Komisaris tersebut, Undang-Undang PT menganut tanggung jawab yang terbatas di mana tanggung jawab pribadi anggota 37 Cornelius Simanjuntak, Natalie Mulia, Organ Perseroan Terbatas,Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hlm. 78. Universitas Sumatera Utara Dewan Komisaris dibatas sebatas tingkat kesalahan atau kelalaian anggota Dewan Komisaris tersebut. 38 3. Dewan Pengawas Syariah Dewan pengawas syariah diatur dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah. Perseroan yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah selain mempunyai dewan komisaris, juga wajib mempunyai dewan pengawas syariah. Pasal 32 ayat 1 menyatakan bahwa ewan pengawas syariah wajib dibentuk di bank syariah dan bank konvensional yang memiliki UUS Unit Usaha Syariah Dewan pengawas syariah sebagaimana dimaksud terdiri dari seorang ahli syariah atau lebih, yang diangkat oleh RUPS atas rekomendasi Majelis Ulama Indonesia. 39 38 Ibid, hlm. 81. 39 Jamin Ginting, Op.Cit, hlm. 131. Hal ini telah diatur dalam Keputusan Dewan Pimpinan MUI tentang susunan pengurus DSN-MUI, No: Kep- 98MUIIII2001, yaitu Dewan Pengawas Syariah adalah badan yang ada di lembaga keuangan syariah dan bertugas mengawasi pelaksanaan keputusan DSN di lembaga keuangan syariah tersebut. Dewan Pengawas Syariah diangkat dan diberhentikan di lembaga Keuangan Syariah melalui RUPS setelah mendapat rekomendasi dari DSN. Dewan Pengawas Syariah dalam struktur perusahaan berada setingkat dengan fungsi komisaris sebagai pengawas direksi. Jika fungsi komisaris adalah pengawas dalam kaitan dengan kinerja manajemen, maka: Universitas Sumatera Utara a. Dewan Pengawas Syariah melakukan pengawas kepada manajemen dalam kaitan dengan implementasi sistem dan produk-produk agar tetap sesuai dengan syariah islam; b. Bertanggung jawab atas pembinaan akhlak seluruh karyawan berdasarkan sistem pembinaan keislaman yang telah diprogramkan setiap tahunnya; c. Ikut mengawasi pelanggaran nilai-nilai islam di lingkungan perusahaan tersebut; d. Bertanggung jawab atas seleksi syariah karyawan baru yang dilakukan oleh Biro Syariah. Peranan utama dewan pengawas syariah adalah mengawasi jalannya lembaga keuangan syariah sehari-hari agar selalu sesuai dengan ketentuan- ketentuan syariah. Dewan pengawas syariah harus membuat pernyataan secara berkala biasanya tiap tahun bahwa lembaga keuangan syariah yang diawasinya telah berjalan sesuai dengan ketentuan syariah. Tugas lain dewan pengawas syariah adalah meneliti dan membuat rekomendasi produk baru dari lembaga keuangan syariah yang diawasinya. Dewan Pengawas Syariah bersama komisaris dan direksi, bertugas untuk terus-menerus mengawal dan menjaga penerapan nilai-nilai islam dalam setiap aktifitas yang dikerjakan lembaga keuangan syariah. 4. Direksi Keberadaan direksi dalam perseroan terbatas ibarat nyawa bagi perseroan. Tidak mungkin suatu perseroan tanpa adanya direksi. Sebaliknya, tidak mungkin ada direksi tanpa perseroan. Oleh karena itu, keberadaan direksi bagi perseroan Universitas Sumatera Utara terbatas sangat penting. Sekalipun perseroan terbatas sebagai badan hukum, yang mempunyai kekayaan terpisah dengan direksi, tetapi hal itu hanya berdasarkan fiksi hukum, bahwa perseroan terbatas dianggap seakan-akan subyek hukum, sama seperti manusia. 40 40 Try Widiyono, Op.Cit, hlm. 7. Keberadaan direksi adalah untuk mengurus perseroan sesuai maksud dan tujuan perseroan dengan iktikad baik dan penuh tanggung jawab. Dengan demikian, keberadaan direksi sangat dibutuhkan oleh perseroan. Tidak mungkin terdapat suatu perseroan tanpa adanya direksi. Mengurus perseroan bukan merupakan hal yang mudah. Oleh karena itu, agar perseroan tersebut terurus sesuai maksud didirikannya perseroan, maka untuk menjadi direksi perlu persyaratan dan keahlian. Pendelegasian wewenang dari perseroan kepada direksi untuk mengelola perseroan tersebut lazim disebut sebagai fiduciary duty. Pengertian direksi sebagaimana yang tercantum dalam anggaran dasar perseroan dan diangkat dalam rapat umum pemegang saham. Pejabat-pejabat lain dengan nama apapun tidak dapat disebut sebagai direksi perseroan, termasuk pengertian dan nama jabatan yang tercantum dalam corporate title. Dalam pengertian demikian, tanggung jawab direksi tidak dapat dialihkan kepada siapa pun. Apabila direksi mengalihkan sebagian kewenangannya kepada pejabat lain dalam melakukan tindakan hukum tertentu, maka tanggung jawab tersebut tetap melekat kepada direksi sebagai pihak yang memberikan kuasa. Universitas Sumatera Utara Tindakan direksi dalam mengurus perseroan tidak hanya berdasarkan ketentuan yang ada pada UU PT dan atau anggaran dasar perseroan yang bersangkutan. Tindakan direksi harus juga memperhatikan ketentuan-ketentuan yang lebih khusus. Ketentuan khusus yang mengatur tindakan direksi tersebut tersebar diberbagai peraturan perundang-undangan. Tindakan dalam melakukan usaha tertentu, misalnya usaha asuransi, perbankan, dan pasar modal harus melihat ketentuan dan kewajiban yang harus dipenuhi dalam melakukan tindakan tersebut berdasarkan peraturan itu. Undang-undang secara umum menyatakan bahwa suatu perseroan sekurang-kurangnya harus diurus oleh satu orang atau lebih anggota direksi, dengan pengecualian bagi perseroan yang bidang usahanya melakukan pengerahan dana masyarakat, perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang atau perseroan terbatas terbuka harus memiliki sekurang-kurangnya dua orang anggota direksi. 41 Eksistensi dan fungsi direksi bank pada dasarnya sama dengan eksistensi dan fungsi direksi perseroan terbatas. Namun demikian, secara khusus terdapat ketentuan-ketentuan lain yang melengkapi ketentuan-ketentuan yang hanya berlaku pada direksi perseroan terbatas. Pengaturan mengenai direksi bank yang lebih khusus dibandingkan dengan pengaturan direksi pada jenis usaha lain sebenarnya telah memberikan gambaran bahwa lembaga perbankan telah disadari 41 Ahmad Yani Gunawan Widjaja, Op.Cit, hlm. 98. Universitas Sumatera Utara mempunyai karakteristik yang berbeda dengan bentuk usaha lainnya dan dengan demikian diperlukan adanya aturan yang berbeda juga. 42

C. Pengangkatan Dewan Komisaris dan Direksi Bank Menurut Undang- Undang Perbankan

Dokumen yang terkait

Akuisisi Pada Perusahaaan Perbankan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroaan Terbatas Dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Juncto Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan

1 50 150

Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian

0 4 93

TESIS PROSPEK PEMBENTUKAN BANK INDUSTRI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN.

0 3 13

PENDAHULUAN PROSPEK PEMBENTUKAN BANK INDUSTRI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN.

0 3 19

TINJAUAN PUSTAKA PROSPEK PEMBENTUKAN BANK INDUSTRI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN.

0 4 43

PENUTUP PROSPEK PEMBENTUKAN BANK INDUSTRI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN.

0 2 5

Perlindungan Hukum dan Tanggung Jawab Pegawai Bank terhadap Data Nasabah Dikaitkan Prinsip Kerahasiaan Bank Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

0 1 45

Tanggung Jawab Bank Dalam Pemberian Kredit Dengan Jaminan Tanah Dihubungkan Dengan Prinsip Kehati-hatian Didasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Dan Undang-undang Nomor 4 Tahun

0 0 20

Pengangkatan Dewan Komisaris dan Direksi Bank menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perbankan

0 0 31

ABSTRAK AKUISISI PADA PERUSAHAAAN PERBANKAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAAN TERBATAS DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 JUNCTO UNDANG-UNDANG No.10 TAHUN 1998 TENTANG PERBANKAN

0 0 10