Sistematika Penulisan Kedudukan PT dan PT Bank dalam Hukum Perusahaan

G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian judul, tinjauan pustaka, metode penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II PENGANGKATAN DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI BANK MENURUT UNDANG-UNDANG PERBANKAN Bab ini akan dibahas tentang pengangkatan dewan komisaris dan direksi bank menurut Undang-Undang Perbankan yang isinya antara lain kedudukan PT dan PT Bank dalam organisasi perusahaan, struktur kepengurusan dalam suatu lembaga perbankan, pengangkatan dewan komisaris dan direksi bank menurut Undang-Undang Perbankan. BAB III PERAN BANK INDONESIA DALAM PENGANGKATAN DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI BANK Bab ini akan membahas tentang peran Bank Indonesia dalam pengangkatan dewan komisaris dan direksi bank yang isinya antara lain pengaturan pembuatan peraturan bank indonesia dalam pengangkatan dewan komisaris dan direksi bank, uji kemampuan dan kepatutan fit amd proper test, kriteria hasil akhir dan sanksi terhadap pelanggaran ketentuan fit and proper test. Universitas Sumatera Utara BAB IV PELAKSANAAN PERATURAN PENGANGKATAN DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI DALAM UNDANG- UNDANG PERBANKAN Bab ini akan membahas tentang implementasi pengaturan pengangkatan dewan komisaris dan direksi yang isinya antara lain syarat-syarat dalam pengangkatan dewan komisaris dan direksi bank, prosedur pengangkatan dewan komisaris dan direksi bank, pelaksanaan uji kemampuan dan kepatutan fit and proper test bagi dewan komisaris dan direksi antara Bank BUMN dengan Bank swasta. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bab kesimpulan dan saran, yaitu sebagai bab kesimpulan dan saran yang berisi kesimpulan dan saran mengenai permasalahan yang dibahas. Universitas Sumatera Utara B AB II PENGANGKATAN DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI BANK MENURUT UNDANG-UNDANG PERBANKAN

A. Kedudukan PT dan PT Bank dalam Hukum Perusahaan

Seiring dengan perkembangan dunia usaha, maka berbagai pihak mengajukan untuk pengkajian terhadap dunia usaha tersebut secara lebih komprehensif, baik dari sudut pandang praktis maupun teoritis. Munculnya pemikiran semacam itu merupakan suatu hal yang tidak mungkin dihindarkan pada saat sekarang ini, karena jika berbicara dalam konteks bisnis hampir tidak ada lagi batas-batas antarnegara. Hal itu disebabkan dalam dekade terakhir ini mobilitas bisnis melintas antarnegara demikian cepat. Untuk itu, tanpa terasa norma hukum maupun karakteristik dari perusahaan yang akan melakukan kegiatannya di suatu negara sedikit banyak dipengaruhi oleh sistem hukum dari negara asal perusahaan yang bersangkutan. Di sisi lain, bagi pebisnis yang hendak melakukan kegiatan bisnisnya di luar negeri harus memahami ketentuan hukum yang berlaku di negara tersebut, khususnya yang berkaitan dengan badan usaha, dalam hal ini perseroan terbatas. 16 Hukum perusahaan merupakan semua peraturan hukum yang mengatur mengenai segala jenis usaha dan bentuk usaha. Satu rumusan tentang perusahaan yang menarik untuk disimak adalah apa yang dikemukakan oleh M. Smith dan Fred Skousen, perseroan corporation adalah badan usaha yang dibentuk 16 Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan tentang Perseroan Terbatas Bandung, Nuansa Aulia, 2006, hal. 11. Universitas Sumatera Utara berdasarkan undang-undang, mempunyai eksistensi yang terpisah dari para pemiliknya dan dapat melakukan usaha dalam batas-batas tertentu sebagaimana lazimnya manusia biasa. Sifat badan usaha semacam inilah yang disebut badan hukum. Satu hal yang cukup menonjol tentang pengertian perusahaan yang seperti yang dikemukakan oleh penulis di atas, bahwa dalam suatu badan usaha harus ada pemisahan antara harta pribadi pemilik, harta pengurus dengan harta perusahaan. Konsep seperti ini merupakan ciri utama dalam suatu badan usaha yang berbadan hukum. 17 Jadi, untuk sampai pada suatu hal yang disebut sebagai badan hukum, maka badan usaha tersebut lebih dahulu harus berbentuk perseroan terbatas. Akan tetapi, apa dan bagaimana bentuk perseroan terbatas itu sendiri tidak dengan jelas disebutkan dalam pasal-pasal undang-undang Perseroan Terbatas. Oleh karena itu, UU PT hanya menekankan bahwa perseroan terbatas merupakan badan hukum, padahal institusi badan hukum yang merupakan badan hukum bukan saja badan hukum, padahal yang berbentuk perseroan terbatas, melainkan juga yayasan dan koperasi. Dapat dikatakan bahwa PT adalah suatu organisasi dan mempunyai pengurus, yang dinamakan direksi. Sebagai organisasi, sudah pasti mempunyai Pasal 1 ayat 1 UU PT menyatakan bahwa perseroan terbatas, yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya. 17 Ibid, hal. 12. Universitas Sumatera Utara tujuan, pengawasan dilakukan oleh komisaris yang mempunyai wewenang dan kewajiban sesuai dengan ketetapan dalam anggaran dasarnya. Oleh karena itu, pasal-pasal tersebut di atas memberi suatu pengertian bahwa perseroan terbatas adalah suatu usaha yang mempunyai unsur-unsur: 18 a. Adanya kekayaan yang terpisah; b. Adanya pemegang saham; c. Adanya pengurus. Seperti halnya PT, bentuk hukum usaha bank harus jelas, sehingga diperoleh ketegasan tentang kekayaan yang terpisah, pengesahan pendiriannya, dan pengurus yang berwenang mewakili bank. Bentuk hukum suatu bank tersebut tergantung pada jenis banknya sebagaimana diatur dalam Pasal 21 Undang- Undang Perbankan yang Diubah. Bentuk hukum suatu Bank Umum dapat berupa: 19 a. Perseroan Terbatas; b. Koperasi, atau c. Perusahaan Daerah. Sedangkan suatu bank perkreditan rakyat, bentuk hukumnya dapat berupa salah satu dari : a. Perusahaan daerah; b. Koperasi; c. Perseroan Terbatas; d. Bentuk lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. 18 Agus Budiarto, Kedudukan Hukum Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas Mataram: Ghalia Indonesia, 2009, hal. 19 19 Rachmadi Usman, Op.Cit, hal. 74. Universitas Sumatera Utara Dengan demikian berdasarkan Pasal 21 UU Perbankan yang diubah tersebut, bentuk badan usaha selain yang disebutkan di atas, tidak dimungkinkan menjalankan usaha sebagai bank, seperti bentuk usaha perseorangan, firma atau perusahaan komanditer dan termasuk pula perusahaan persero. Bentuk hukum dari suatu bank, dapat disimpulkan bahwa bank wajib berbentuk sebagai badan hukum. Penjelasan yang disampaikan di atas mengkhususkan pada bentuk hukum bank yang berbadan hukum perseroan terbatas. Hal ini disebabkan sebagian besar dari usaha bank di Indonesia berdiri dan berbentuk perseroan terbatas. 20 Bank sebagai badan hukum yang berbentuk perseroan terbatas, maka pada bank berlaku asas-asas umum dalam perseroan terbatas. Pemaparan asas-asas umum yang berlaku dalam hukum perseroan ini oleh karena para pemilik dan pengurus bank justru berlindung pada asas-asas umum ini, antara lain asas “terbatas” pada perseroan terbatas. Asas “terbatas” dalam perseroan terbatas ini sering dijadikan landasan berlindung dari tuntutan hukum. Oleh karena itu, mereka dapat lolos dari ketentuan hukum. 21 Ketentuan yang menyangkut bank yang berbentuk perseroan terbatas, secara umum tunduk harus berdasar kepada ketentuan yang diatur dalam Undang- undang PT. Akan tetapi, dengan sifat khusus yang dimiliki oleh usaha jasa berbentuk bank, maka ketentuan-ketentuan mengenai bank diatur secara khusus. Artinya, ketentuan yang terdapat dalam Undang-undang PT secara doktrin hukum yang menyangkut badan hukum, berlaku untuk tugas dan tanggung jawab direksi 20 Try Widiyono, Direksi Perseroan Terbatas, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2005, hal. 92. 21 Ibid. Universitas Sumatera Utara bank, kecuali secara tegas terdapat ketentuan yang diatur dan hanya berlaku untuk direksi bank. 22 1. Kedudukan PT dalam Hukum Perusahaan Perusahaan perseroan terbatas dapat pula menjalankan kegiatan usaha Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Perusahaan perseroan terbatas ini merupakan persekutuan yang berbentuk badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian. Hal ini dikemukakan dalam Undang-Undang PT, bahwa perseroan terbatas adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Sebagai badan hukum, perusahaan perseroan terbatas mempunyai legal personality yang terbatas pada nilai nominal saham yang dimilikinya. Dalam praktek sangat banyak kita jumpai perusahaan berbentuk perseroan terbatas. Bahkan, berbisnis dengan membentuk perseroan terbatas ini, terutama untuk bisnis yang serius atau bisnis besar, merupakan model berbisnis yang paling lazim dilakukan, sehingga dapat dipastikan bahwa jumlah dari perseroan terbatas di Indonesia jauh melebihi jumlah bentuk bisnis lain, seperti firma, perusahaan komanditer, koperasi, dan lain-lain. 23 Ada definisi lain yang memberikan arti perseroan terbatas sebagai suatu asosiasi pemegang saham atau bahkan seorang pemegang saham jika 22 Try Widiyono, Op.Cit, hal. 87. 23 Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003, hal. 1. Universitas Sumatera Utara dimungkinkan untuk itu oleh hukum di negara tertentu yang diciptakan oleh hukum dan diberlakukan sebagai manusia semu artificial person oleh pengadilan, yang merupakan badan hukum karenanya sama sekali terpisah dengan orang-orang yang mendirikannya, dengan mempunyai kapasitas untuk bereksistensi yang terus-menerus, dan sebagai suatu badan hukum, perseroan terbatas berwenang untuk menerima, memegang dan mengalihkan harta kekayaan, menggugat atau digugat, dan melaksanakan kewenangan-kewenangan lain yang diberikan. Untuk mendirikan badan usaha perseroan terbatas dibutuhkan beberapa persyaratan. Persyaratan yang dimaksud dibagi dua, yakni syarat formal dan materil. 24 a. Syarat formal Suatu PT yang hendaknya didirikan harus dibuat dengan akta notaris. Hal ini dengan tegas disebutkan dalam Pasal 7 UU PT, sebagai berikut. 1 Perseroan didirikan oleh 2 dua orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia. 2 Setiap pendiri perseroan wajib mengambil bagian saham pada saat perseroan didirikan. 3 Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 tidak berlaku dalam rangka peleburan. 24 Sentosa Sembiring, Op.Cit, hal. 16. Universitas Sumatera Utara 4 Perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum perseroan. 5 Setelah perseroan memperoleh status badan hukum dan pemegang saham menjadi kurang dari 2 dua orang, dalam jangka waktu paling lama 6 enam bulan terhitung sejak keadaan tersebut, pemegang saham yang bersangkutan wajib mengalihkan sebagian sahamnya kepada orang lain atau perseroan mengeluarkan saham baru kepada orang lain. 6 Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat 5 telah dilampaui, pemegang saham tetap kurang dari 2 dua orang, pemegang saham bertanggung jawab secara pribadi atas segala perikatan dan kerugian perseroan, dan atas permohonan pihak yang berkepentingan, pengadilan negeri dapat membubarkan perseroan tersebut. Dari ketentuan di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan bahwa dalam UU PT, bila seseorang hendak mendirikan PT harus ada paling sedikit 2 dua orang. Tampaknya hal ini ada kaitannya dengan pengertian PT seperti yang dijelaskan dalam UU PT, yakni PT adalah suatu badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian. Untuk itu, bila suatu PT sudah berdiri dan pemegang saham jurang dari dua orang, maka pendirian harus mencari partner baru. Bila tidak, risiko yang akan diderita PT akan menjadi tanggung jawab pribadi sendiri. Universitas Sumatera Utara b. Syarat materiil Yang dimaksud dengan syarat materiil di sini adalah dalam pendirian PT harus ada modal. Modal dalam PT terdiri dari 3 jenis, yakni seperti di bawah ini: 1 Modal dasar atau sering juga disebut sebagai modal statuir yaitu jumlah modal yang disebutkan dalam Anggaran Dasar AD. Dalam UU PT disebutkan minimal RP. 50.000.00,00 lima puluh juta rupiah. Lihat Pasal 32 ayat 1. 2 Modal ditempatkan atau modal yang telah diambil yaitu sebagian dari modal perseroan telah disetujui untuk diambil oleh para pendiri, dalam bentuk saham. Dalam Pasal 33 ayat 1 UU PT disebutkan, pada saat pendirian perseroan, paling sedikit 25 dua puluh lima persen dari modal dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 UU PT. Organ perseroan terbatas mempunyai organ yang terdiri atas: Rapat Umum Pemegang Saham RUPS, direksi, dan komisaris. Di dalam Undang-undang PT dengan tegas menyebutkan Komisaris sebagai salah satu organ perseroan yang bertugas untuk melakukan pengawasan secara umum danatau khusus serta memberikan nasihat kepada direksi dalam menjalankan perseroan. Pasal 1 ayat 6 UU PT menyatakan: “Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus serta memberikan nasihat kepada direksi dalam menjalankan perseroan”. Dengan demikian, komisaris berfungsi sebagai pengawas dan penasihat direksi, sehingga keberadaannya merupakan suatu keharusan. Sebagai pengawas Universitas Sumatera Utara dan penasihat direksi, menurut Pasal 92 dan Pasal 100 Undang-undang PT, Komisaris selain berwenang memberhentikan persetujuan atau bantuan kepada direksi, juga berwenang memberikan persetujuan atau bantuan kepada direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu dan berwenang pula melakukan tindakan pengurusan perseroan dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu menggantikan direksi yang berhalangan tersebut. Bagi komisaris yang demikian berlaku semua ketentuan mengenai hak, wewenang, dan kewajiban direksi terhadap perseroan dan pihak ketiga. Ketentuan Pasal 100 UU PT ini memberi wewenang kepada komisaris untuk melakukan pengurusan perseroan yang sebenarnya hanya dapat dilakukan oleh direksi dalam hal direksi tidak ada. Apabila ada direksi, maka komisaris hanya dapat melakukan tindakan tertentu yang secara tegas telah ditentukan dalam UU PT. Komisaris pada umumnya bertugas untuk mengawasi kebijaksanaan direksi dalam mengurus perseroan serta memberikan nasihat-nasihat kepada direksi, demikian menurut Pasal 108 Undang-Undang PT. Tugas pengawasan itu bisa merupakan bentuk pengawasan preventif atau represif. Pengawasan preventif ialah melakukan tindakan dengan menjaga sebelumnya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang akan merugikan perseroan, misalnya untuk beberapa perbuatan dari direksi yang harus dimintakan persetujuan komisaris, apakah hal itu sudah dilaksanakan atau belum. Dalam hal ini, komisaris harus selalu mengawasinya. Sedangkan yang dimaksud dengan pengawasan represif ialah pengawasan yang dimaksudkan untuk menguji perbuatan direksi apakah semua perbuatan yang dilakukan itu tidak menimbulkan Universitas Sumatera Utara kerugian besar bagi perseroan dan tidak bertentangan dengan undang-undang dan anggaran dasar. Apakah nasihat-nasihat dari komisaris sudah diperhatikan betul oleh komisaris. Selanjutnya, Pasal 114 ayat 2 UU PT memberikan kewajiban kepada komisaris agar dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan. 25 Dewan komisaris merupakan badan pengawas mandiri yang tidak dikenal dalam sistem hukum perseroan Anglo America. Kalaupun “Board of Directors” perseroan dalam sistem Common Law memberi kesan mirip dengan Dewan Komisaris, namun kemiripannya semu karena pada hakikatnya Board of Directors merupakan organ eksekutif. Juga istilah “officer” yang tidak dikenal dalam sistem kontinental. 26 Berdasarkan ketentuan-ketentuan di atas, direksi merupakan salah satu organ perseroan terbatas yang bertugas dan fungsinya melakukan kepengurusan sehari-hari dari perseroan terbatas serta mewakili badan hukum dalam melakukan perbuatan hukum dalam rangka hubungan hukum tertentu. Badan hukum perseroan terbatas mewakilkan kepengurusan sehari-hari perseroan terbatas kepada direksi selaku salah satu organ perseroan terbatas. Pada hakikatnya, hanya Sebelumnya, Pasal 1 ayat 5 Undang-undang PT menyatakan: “Direksi adalah organ perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurursan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar”. 25 Agus Budiarto, Op.Cit, hal. 75. 26 Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, Op.Cit, hal. 194. Universitas Sumatera Utara direksilah yang diberikan kekuasaan untuk “mengurusi dan mewakili” perseroan terbatas baik di dalam maupun di luar pengadilan. Dalam mengurusi dan mewakili perseroan terbatas, hendaknya direksi memperhatikan kepentingan dan tujuan perseroan terbatas. Sehubungan dengan itu, menurut Paul Scholten dan Bregstein, pengurus adalah mewakili badan hukum. Analog dengan pendapat Gierke dan Paul Scholten maupun Bregstein tersebut di atas, maka direksi bertindak mewakili PT sebagai badan hukum. Kewenangan perwakilan dari direksi PT ini timbul karena adanya pengangkatan dari RUPS dan akan berakhir dengan meninggalnya orang yang diangkat untuk mewakili tersebut atau kewenangan mewakili itu ditarik kembali. Seperti dikemukakan di atas, bahwa pengangkatan direksi dilakukan oleh RUPS, tetapi untuk pertama kalinya pengangkatannya dilakukan dengan mencantumkan susunan dan nama anggota direksi dalam akta pendiriannya. Ketentuan seperti ini dapat dilihat pada Pasal 94 ayat 2 Undang-undang PT. Direksi dapat diangkat dari orang pemegang saham atau bukan, bahkan menurut Prasetyo 1983: 17, pemegang jabatan direksi sekaligus sebagai pemegang saham hanyalah suatu kebetulan karena di dalam praktik sering dijumpai direksi PT adalah orang luar, bukan pemegang saham. 27 2. Kedudukan PT Bank dalam Hukum Perusahaan Berdasarkan Pasal 1 ayat 2 UU Perbankan, dinyatakan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk 27 Agus Budiarto. Op.Cit, hal. 64. Universitas Sumatera Utara simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Pasal 1 ayat 3 UU Perbankan menyatakan bahwa bank adalah badan usaha yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 28 Perkataan komisaris mengandung pengertian, baik sebagai organ PT maupun sebagai orang perseorangan. Sebagai organ PT, komisaris lazim disebut Kekhususan usaha bidang perbankan terletak pada pengelolaan dana masyarakat yang dipercayakan kepada bank, antara lain dengan cara menarik dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Dengan demikian, besar dan kecilnya operasional bank tergantung sepenuhnya kepada dana masyarakat yang dipercayakan kepadanya. Bank harus mampu mengolah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank. Konsekuensinya, harus tercipta sebuah hubungan yang saling menguntungkan dan seimbang. Sebab, dana masyarakat, bagi bank Merupakan darah kehidupan bank. Tanpa dana masyarakat, bank tidak mungkin dapat beroperasi. Sehingga tidaklah adil jika keuntungan merupakan darah kehidupan bank. Tanpa dana masyarakat, bank tidak mungkin dapat beroperasi. Sehingga tidaklah adil jika keuntungan bank hanya dinikmati oleh bank itu sendiri pemilikpemegang saham dan jika merugi harus mengikutsertakan masyarakat nasabah. 28 Try Widiyono, Op.Cit, hlm. 86. Universitas Sumatera Utara juga dewan komisaris, sedangkan sebagai orang perseorangan disebut anggota komisaris. Sebagai organ PT, pengertian komisaris termasuk juga badan-badan lain yang menjalankan tugas pengawasan khusus di bidang tertentu. Komisaris jika lebih dari satu orang mereka merupakan majelis yang tidak dapat bertindak sendiri-sendiri untuk mewakili perseroan. Hal ini berarti bahwa komisaris yang lebih dari satu orang itu bersifat kolegial. Berdasarkan Pasal 110 ayat 1 UU PT, yang dapat diangkat menjadi anggota dewan komisaris adalah orang perseorangan yang cakap melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam waktu lima tahun sebelum pengangkatannya pernah : a. Dinyatakan pailit; b. Menjadi anggota direksi atau anggota dewan komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit; atau c. Dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara danatau yang berkaitan dengan sektor keuangan. Yang dimaksud dengan “sektor keuangan”, antara lain, lembaga keuangan bank dan penghimpunan dan pengelolaan dana masyarakat. Ketentuan persyaratan sebagaimana dimaksud tidak mengurangi kemungkinan instansi teknis yang berwenang menetapkan persyaratan tambahan berdasarkan peraturan perundangan-undangan. Pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud dibuktikan dengan “surat” adalah surat pernyataan yang dibuat oleh calon anggota dewan komisaris yang bersangkutan berkenaan dengan Universitas Sumatera Utara persyaratan-persyaratan yang ditentukan tersebut dan surat dari instansi yang berwenang berkenaan dengan ketentuan yang dipersyaratkan tersebut. Seperti halnya dengan direksi atau disebut juga sebagai pengurus perseroan adalah alat perlengkapan perseroan yang melakukan semua kegiatan perseroan dan mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan. Dengan demikian, ruang lingkup tugas direksi ialah mengurus perseroan. 29 29 Ibid, hal. 63. Menurut teori organisme dari Otto von Gierke, sebagaimana yang dikutip oleh Suyling, pengurus adalah organ atau alat perlengkapan dari badan hukum. Seperti halnya manusia yang mempunyai organ-organ tubuh, misalnya kaki, tangan, dan lain sebagainya itu geraknya diperintah oleh otak manusia, demikian pula gerak dari organ badan hukum diperintah oleh badan itu sendiri, sehingga pengururs adalah merupakan personifikasi dari badan hukum itu sendiri. Di dalam penjelasan resmi dari Pasal 92 ayat 1 Undang-undang PT, bahwa tugas direksi dalam mengurus perseroan antara lain meliputi pengurusan sehari-hari dari perseroan. Apa yang dimaksud dengan pengurusan sehari-hari lebih lanjut tidak ada penjelasan resmi. Oleh karena itu, harus dilihat dalam anggaran dasar tentang apa yang termasuk pengurusan sehari-hari itu, walaupun tidak mungkin disebut secara detail dalam anggaran dasar tersebut. Mengurus perseroan semata-mata adalah tugas direksi yang tidak dapat dicampuri langsung oleh organ lain. Hal ini secara tegas dinyatakan dalam Pasal 97 dan 98 Undang- undang PT, yang memberikan ketentuan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara “Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili persroan baik di dalam maupun di luar pengadilan.” Di samping itu, Pasal 97 UU PT tersebut di atas juga memberikan pedoman kepada direksi agar di dalam mengurus perseroan selalu berorientasi pada kepentingan dan tujuan perseroan. Hal ini dapat diduga latar belakang adanya ketentuan itu adalah karenan kepentingan perseroan serta tujuan di satu pihak, yang suatu saat dapat tidak sejalan dengan kepentingan dan keinginan pemegang saham. Ketentuan mengenai direksi yang dalam melaksanakn tugasnya hanyalah untuk kepentingan serta tujuan daripada perseroan, rupa-rupanya didasarkan pada paham yang oleh sementara orang disebut sebagai paham institusi atau pandangan bahwa perseroan merupakan subjek hukum yang mempunyai fungsi di dalam masyarakat dan menjadi titik perhatian utama dari kepengurusan direksi. Demikian pula Pasal 85 ayat 1, yang menegaskan bahwa setiap anggota direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan usaha perseroan, juga termasuk pada pandangan paham institusi yang disebut di atas. Ititkad baik direksi untuk menjalankanmengurus perseroan secara profesional dengan skill dan tindakan pemeliharaan semuanya dimaksudkan untuk kepentingan usaha perseroan, termasuk pula kepentingan para pemegang saham. Berdasarkan Pasal 93 ayat 1 UU PT yang dapat diangkat menjadi anggota direksi adalah orang perseorangan yang cakap melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam 5 lima tahun sebelum pengangkatannya pernah: a. Dinyatakan pailit; Universitas Sumatera Utara b. Menjadi anggota direksi atau anggota dewan komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit; c. Dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara danatau yang berkaitan dengan sektor keuangan. Ketentuan persyaratan sebagaimana dimaksud tidak mengurangi kemungkinan instansi teknis yang berwenang menetapkan persyaratan tambahan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pemenuhan persyaratan ini dibuktikan dengan surat yang disimpan oleh perseroan Pasal 93 ayat 2 dan ayat 3. Jangka waktu lima tahun terhitung sejak yang bersangkutan dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap telah menyebabkan perseroan pailit atau apabila dihukum terhitung sejak selesai menjalani hukuman. Yang dimaksud dengan ‘surat” adalah surat pernyataan yang dibuat oleh calon anggota direksi yang bersangkutan berkenaan dengan persyaratan yang ditentukan tersebut dan dimungkinkan untuk mendapatkan surat rekomendasi dari instansi yang berwenang sesuai persyaratan yang dibutuhkan.

B. Organ Perseroan dalam suatu Lembaga Perbankan

Dokumen yang terkait

Akuisisi Pada Perusahaaan Perbankan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroaan Terbatas Dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Juncto Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan

1 50 150

Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian

0 4 93

TESIS PROSPEK PEMBENTUKAN BANK INDUSTRI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN.

0 3 13

PENDAHULUAN PROSPEK PEMBENTUKAN BANK INDUSTRI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN.

0 3 19

TINJAUAN PUSTAKA PROSPEK PEMBENTUKAN BANK INDUSTRI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN.

0 4 43

PENUTUP PROSPEK PEMBENTUKAN BANK INDUSTRI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN.

0 2 5

Perlindungan Hukum dan Tanggung Jawab Pegawai Bank terhadap Data Nasabah Dikaitkan Prinsip Kerahasiaan Bank Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

0 1 45

Tanggung Jawab Bank Dalam Pemberian Kredit Dengan Jaminan Tanah Dihubungkan Dengan Prinsip Kehati-hatian Didasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Dan Undang-undang Nomor 4 Tahun

0 0 20

Pengangkatan Dewan Komisaris dan Direksi Bank menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perbankan

0 0 31

ABSTRAK AKUISISI PADA PERUSAHAAAN PERBANKAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAAN TERBATAS DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 JUNCTO UNDANG-UNDANG No.10 TAHUN 1998 TENTANG PERBANKAN

0 0 10