Penyebab fraktur dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1 Cedera traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh:
a Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang
patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit di atasnya. b Cedera tidak langsung berarti pukulan
langsung berada jauh dari lokasi benturan. c Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.
2 Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai
keadaan berikut: a Tumor tulang jinak atau ganas: pertumbuhan jaringan baru yang tidak
terkendali dan progresif. b Infeksi seperti osteomielitis: dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif,
lambat dan sakit nyeri. cRakhitis: suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defesiensi vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya
disebabkan oleh defesiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.
d Secara spontan: disebabkan oleh stress tulang yang terus-menerus Suriadi, 2012.
2.3. Manifestasi Klinis
Universitas Sumatera Utara
a Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang dimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah
yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang. b Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara
tidak alamiah gerakan luar biasa bukannya tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas
terlihat maupun teraba ekstermitas yang bisa diketahui dengan membandingkan dengan ekstermitas normal. Ekstremitas tak dapat berfungsi dengan baik karena
fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya otot. c Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat diatas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm 1 sampai 2 inci. dSaat
ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.
ePembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelah
beberapa jam atau hari setelah cedera Priyanta, 2010.
Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur. Kebanyakan justru tidak ada pada fraktur linear atau fisur atau fraktur impaksi
permukaan patahan saling terdesak satu sama lain. Diagnosis fraktur bergantung pada gejala, tanda fisik, dan pemeriksaan sinar-X pasien. Biasanya pasien
mengeluhkan mengalami cedera pada daerah tersebut Priyanta, 2010.
2.4. Komplikasi
Universitas Sumatera Utara
a Delayed union, Non-union atau mal-union tulang dapat terjadi, yang
menimbulkan deformitas atau hilangnya fungsi. Delayed union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang
untuk sembuh atau tersambung dengan baik. Ini disebabkan karena penurunan suplai darah ke tulang. Delayed union adalah fraktur yang tidak sembuh setelah
selang waktu 3-5 bulan. Non-union, disebut non-union apabila fraktur tidak sembuh dalam waktu antara 6-8 bulan dan tidak terjadi konsolidasi sehinngga
terdapat pseudoartrosis sendi palsu. Pseudoartrosis dapat terjadi tanpa infeksi tetapi dapat juga terjadi bersama infeksi yang disebut sebagai infected
pseudoartrosis. Mal-union adalah keadaan dimana fraktur sembuh pada saatnya,
tetapi terdapat deformitas yang berbentuk angulasi, varusvalgus, pemendekan atau menyilang, misalnya pada fraktur radius-ulna. b Sindrom kompartemen
ditandai oleh kerusakan atau destruksi saraf dan pembuluh darah yang dissebabkan oleh pembengkakan dan edema di daerah fraktur. Dengan
pembengkakan interstisial yang intens, tekanan pada pembuluh darah yang menyuplai daerah tersebut dapat menyebabkan pembuluh darah tersebut kolaps.
Hal ini menimbulkan hipoksia jaringan dan dapat menyebabkan kematian saraf yang mempersarafi daerah tersebut. Biasanya timbul nyeri hebat. Individu
mungkin tidak dapat menggerakkan jari tangan atau kakinya. Sindrom kompartemen biasanya terjadi pada ekstremitas yang memiliki restiksi volume
yang ketat seperti lengan. Resiko terjadinya sindrom kompartemen paling besar apabila terjadi trauma otot dengan patah tulang karena pembengkakan yang terjadi
akan hebat. Pemasangan gips pada ekstremitas yang fraktur yang terlalu dini atau
Universitas Sumatera Utara
terlalu ketat dapat menyebabkan peningkatan tekanan di kompartemen ekstremitas,dan hilangnya fungsi secara permanen atau hilangnya ekstremitas
dapat terjadi. Gips harus segera dilepas dan kadang-kadang kulit ekstremitas harus dirobek. Untuk memeriksa sindrom kompartemen, hal berikut ini dievaluasi
sering pada tulang yang cedera atau digips: nyeri, pucat, parestesia, dan paralisis. Denyut nadi mungkin teraba atau mungkin tidak. c Embolus lemak dapat timbul
setelah patah tulang, terutama tulang panjang. Embolus lemak dapat timbul akibat pajanan sumsum tulang, atau dapat terjadi akibat aktivasi sistem saraf simpatis
yang menimulkan stimulasi mobilisasi asam lemak bebas setelah trauma. Embolus lemak yang timbul setelsh patah tulang panjang sering tersangkut disirkulasi paru
dan dapat menimbulkan gawat napas dan gagal napas Helmi, 2013.
2.5. Penatalaksanaan