Penatalaksanaan Luka Perawatan Luka

terlalu ketat dapat menyebabkan peningkatan tekanan di kompartemen ekstremitas,dan hilangnya fungsi secara permanen atau hilangnya ekstremitas dapat terjadi. Gips harus segera dilepas dan kadang-kadang kulit ekstremitas harus dirobek. Untuk memeriksa sindrom kompartemen, hal berikut ini dievaluasi sering pada tulang yang cedera atau digips: nyeri, pucat, parestesia, dan paralisis. Denyut nadi mungkin teraba atau mungkin tidak. c Embolus lemak dapat timbul setelah patah tulang, terutama tulang panjang. Embolus lemak dapat timbul akibat pajanan sumsum tulang, atau dapat terjadi akibat aktivasi sistem saraf simpatis yang menimulkan stimulasi mobilisasi asam lemak bebas setelah trauma. Embolus lemak yang timbul setelsh patah tulang panjang sering tersangkut disirkulasi paru dan dapat menimbulkan gawat napas dan gagal napas Helmi, 2013.

2.5. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan pada pasien dengan fraktur tibia secara umum, yaitu: aProfilaksis antibiotik. b Debridemen dan fasiotomi. Pada kondisi akut dengan pembengkakan hebat dilakukan fasiotomi untuk menghindari sindrom kompartemen. cStabilisasi. Dilakukan pemasangan fiksasi interna atau fiksasi eksterna.d Penundaan penutupan. e Penundaan rehabilitasi. Antibiotik dimulai dengan segera. Dilakukan debridemen pada luka dan luka dibersihkan seluruhnya. Cedera tingkat I Gustilo dapat ditutup dengan sangat baikdan kemudian diterapi seperti pada cedera tertutup. Luka yang lebih berat dibiarkan terbuka dan diperiksa setelah 3 hari. Jika perlu, selanjutnya dilakukan debridemen. Universitas Sumatera Utara Intervensi pada pasien fraktur tertutup secara ringkas, meliputi hal-hal sebagai berikut: a.Prioritas yang pertama adalah menilai tingkat kerusakan jaringan lunak. Meskipun fraktur itu tertutup, fraktur berat dengan kontusio jaringan lunak yang luas dapat membutuhkan fiksasi luar dini dan peninggian tungkai. Bila ada ancaman sindrom kompartemen,fasiotomi perlu segera dilakukan. b Pemasangan gips sirkuler, c Terapi bedah dengan pemasangan fiksasi interna, d Terapi bedah dengan pemasangan fiksasi eksterna Helmi, 2013.

2.6. Luka

Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit Taylor, 2011. luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain Kozie, 2010. Ketika luka timbul, beberapa akan muncul : aHilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, b Respon stres simpatis, c Perdarahan dan pembekuan darah, d Kontaminasi bakteri, eKematian sel.

2.7. Perawatan Luka

Perawatan luka adalah pengkajian luka yang konfrehensif agar dapat menentukan keputusan klinis yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan klinis diperlukan untuk penunjang perawatan luka yang berkualitas Agustina, 2009. Universitas Sumatera Utara Perawatan luka akan tergantung pada jenis luka, berat ringannya luka,ada tidaknya perdarahan dan risiko yang dapat menimbulkan infeksi. Prinsip perawatan umum pada luka tipe umum, yaitu: a Mencuci tangan dengan menggunakan sabun atau larutan antiseptik, b Segera pantau luka kemungkinan ada benda asing dalam luka, c Bersihkan luka dengan antiseptik atau sabun antiseptik, bila lukanya dalam, bersihkan dengan normal salin dari pusat luka ke arah keluar, setelah luka dibersihkan kemudian lakukan irigasi luka dengan normal salin, d Keringkan luka dengan kasa steril yang lembut, e Berikan antibiotik atau obat antiseptik yang sesuai, fTutup luka dengan kasa steril dan paten, g Tinggikan posisi area luka bila ada perdarahan dan immobilisasi Suriadi, 2012. 1. Fase penyembuhan luka a Fase inflamatory Fase inflamatory dimulai setelah pembedahan dan berakhir pada hari ke 3- 4 pasca operasi. Dua tahap dalam fase ini adalah hemostasis dan pagositosis. Sebagai tekanan yang besar, luka menimbulkan lokal adaptasi sindrom. Sebagai hasil adanya suatu konstriksi pembuluh darah, berakibat pembekuan darah untuk menutupi luka. Diikuti vasodilatasi menyebabkan peningkatan aliran darah ke daerah luka yang dibatasinoleh sel darah putih untuk menyerang luka dan menghancurkan bakteri dan debris.lebih kurang 24 jam setelah luka sebagian besar sel fagosit makrofag masuk ke daerah luka dan mengeluarkn faktor angiogenesis yang merangsang pembentukkan anak epitel pada akhir pembuluh luka sehingga pembentukan kembali dapat terjadi. Universitas Sumatera Utara b Proliferative Dimulai pada hari ke 3 atau 4 dan berakhir pada hari ke 21. Fibroblast secara cepat mensintesis kolagen subtansi dasar. Dua subtansi ini membentuk lapis-lapis perbaikan luka. Sebuah lapisan tipis dari sel epitel terbentuk melintasi luka dan aliran darah ada didalamnya, sekarang pembuluh kapiler melintasi luka kapilarisasi tumbuh.jaringan baru ini disebut granurasi jaringan,adanya pembuluh darah, kemerahan dan mudah berdarah c Fase maturasi Fase akhir penyembuhan, dimulai dari hari ke-21 dan dapat berlanjut selama 1-2 tahun setelah luka. Kolagen yang ditimbun dalam luka diubah, membuat penyembuhan luka lebih kuat dan lebih jaringan. Kolagen baru menyatu, menekan pembuluh darah dalam penyembuhan luka, sehingga bekas luka menjadi rata, tipis dan garis putih Taylor, 2011. Fase penyembuahan luka menurut Suriadi 2012 dibagi menjadi 4 empat fase, yaitu : a Fase koagulasi Pada fase koagulasi merupakan awal proses penyembuhan luka dengan melibatkan platelet. Awal pengeluaran platelet akan menyebabkan vasokonstriksi dan terjadi koagulasi. Proses ini adalah sebagai hemostasis dan mencegah perdarahan yang lebih luas. Pada tahapan ini terjadi adhesi, agregasi, dan degranulasi, pada sirkulasi platelet di dalam pembentukan gumpalan fibrin. Kemudian suatu plethora mediator dan cytokin dilepaskan seperti transforming growth factor beta TGFB, platelet derived growth factor PDGF, vascular Universitas Sumatera Utara endothelial growth factor VEGF, platelet-activating factor PAF, dan insulinike growth factor-1 IGF-1, yang akan mempengaruhi edema jaringan dan awal inflamasi. VEGF, suatu faktor permeabilitas vaskuler, akan mempengaruhi extravasasi protein plasma untuk menciptakan suatu struktur sebagai penyokong yang tidak hanya mengaktifkan sel enditelial tetapi juga leukosit dan sel epitelial. b Fase inflamasi Fase inflamasi mulainya dalam bebrapa menit setelah luka dan kemudian dapat berlangsung sampai beberapa hari. Selama fase ini, sel-sel inflammatory terkait dalam luka dan aktif melakukan pergerakan dengan lekosites polymorphonuclear leukocytes atau neutrophil. Yang pertama kali muncul dalam luka adalah neutrophil, karena densitasnya lebih tinggi dalam bloodstrem. Kemudian neutrophil akan mempagosit bakteri dan masuk ke matriks fibrin dalam persiapan untuk jaringan baru. Kemudian dalam waktu yang singkat mensekresi mediator vasodilatasi dan cytokin yang mengaktifkan fibroblast dan keratinocytes dan mengikat macrophag ke dalam luka. Kemudian macrophag menpagosit pathogen , dan sekresi cytokin, dan growth factor seperti fibroblast growth factors FGF, epidermal growth factors EGF, vascular endothelial growth factors VEGF, tumor necrosis factors TNF-alpa, interferon gamma IFN-gamma, dan interleukin-1 IL-1, kimia ini juga akan merangsang infiltrasi, proliferasi dan migrasi fibroblast dan sel endotelial dalam hal ini, angiogenesis. Angiogenesis adalah suatu proses dimana pembuluh-pembuluh kapiler darah yang baru mulai tumbuh dalam luka setelah injury dan sangat penting perannya dalam fase proliferasi. Fibroblast dan sel endotelial mengubah oksigen molecular dan larut Universitas Sumatera Utara dengan superoxide yang merupakan senyawa penting dalam retensi terhadap infeksi maupun pemberian isyarat oxidative dalam menstimulasi produksi growth factor lebih lanjut. Dalam proses inflammatory adalah suatu perlawanan terhadap infeksi dan sebagai jembatan antara jaringan yang mengalami injury dan untuk pertumbuhan sel-sel baru. c. Fase proliferasi Apabila tidak ada infeksi dan kontaminasi pada fase inflamasi, maka akan cepat terjadi fase proliferasi. Pada fase proliferasi ini terjadi proses granulasi dan kontraksi. Fase proliferasi ditandai dengan pembentukan jaringan granulasi dalam luka, pada fase ini macrophag dan lymphocytes masih ikut berperan, tipe sel predominan mengalami proliferasi dan migrasi termasuk sel epitelial, fibroblast, dan sel endotelial. Proses ini tergantung pada metabolik, konsentrasi oksigen dan faktor pertumbuhan. Dalam beberapa jam setelah injury, terjadi epitelialisasi dimana epidermal yang mencakup sebagian besar keratinocytes mulai bermigrasi dan mengalami stratifikasi dan deferensiasi untuk menyusun kembali fungsi barrier epidermis. Pada proses ini diketahui sebagai epitelialisasi, juga meningkatkan produksi extraseluler matrik promotes-extracelluler matrix atau disingkat ECM, growth factor, sitokin dan angiogenesis melalui pelepasan faktor pertumbuhan seperti keratinocyte growth factor KGF. Pada fase proliferasi fibroblast adalah merupakan elemen sintetik utama dalam proses perbaikan dan berperan dalam produksi struktur protein yang digunakan selama rekonstruksi jaringan. Secara khusus fibroblast menghasilkan sejumlah kolagen yang banyak. Fibroblast biasanya akan tampak pada sekeliling luka. Pada fase ini juga trejadi Universitas Sumatera Utara angiogenesis yaitu suatu proses dimana kapiler-kapiler pembuluh darah yang baru tumbuh atau pembentukan jaringan baru granulation tissue. Secara klinis akan tampak kemerahan pada luka. Kemudian pada fase kontraksi luka, kontrkasi disini adalah berfungsi dalam memfasilitasi penutupan luka. Menurut Hunt dan Dunphy 1969 kontraksi adalah merupakan peristiwa fisiologi yang menyebabkan terjadinya penutupan luka pada luka terbuka. Kontaksi terjadi bersamaan dengan sintesis kolagen. Hasil dari kontraksi akan tampak dimana ukuran luka akan tampak semakin mengecil atau menyatu. d. Fase remodeling atau maturasi Pada fase remodeling yaitu banyak terdapat komponen matrik. Komponen hyaluronic acid, proteoglycan, dan kolagen yang berdeposit selama perbaikan untuk memudahkan perekatan pada migrasi seluler dan menyokong jaringan. Serabut-serabut kolagen meningkat secara bertahap dan bertambah tebal kemudian disokong oleh proteinase untuk perbaikan sepanjang garis luka. Kolagen menjadi unsur yang utama pada matrik. Sebarut kolagen menyebar dengan saling terikat dan menyatu dan berangsur-angsur menyokong pemulihan jaringan. Remodeling kolagen selama pembentukan skar tergantung pada sintesis dan katabolisme kolagen secara terus-menerus. Universitas Sumatera Utara

2.8. Nutrisi dalam Perawatan Luka