2.8. Nutrisi dalam Perawatan Luka
Nutrisi sangat berperan dalam proses penyembuhan luka. Kita ketahui bahwa status nutrisi pada seseorang adalah faktor utama yang mempengaruhi
proses pertumbuhan dan mempertahankan jaringan tubuh agar tetap sehat. Seseorang yang mengalami injury atau luka berarti terjadi gangguan
kontinuitas dan struktur pada jaringan tubuh. Dengan demikian diperlukan perbaikan untuk menjaga agar struktur dan fungsi jaringan tubuh yang mengalami
gangguan dapat kembali seimbang atau tidak mengalami komplikasi lain. Pada proses perbaikan jaringan akibat luka akan mengalami beberapa proses
yaitu inflamasi, fibroblast dan maturasi atau remodeling. Pada proses ini sangat dibutuhkan nutrisi yang adekuat. Kebutuhan nutrisi yang bibutuhkan, yaitu:
a.Protein, Hasil penelitian membuktikan bahwa gangguan proliferasi fibroblast, neoangiogenesis
, sintesis kolagen dan remodeling pada luka dikarenakan adanya kekurangan protein. Selain itu, juga mempengaruhi mekanisme kekebalan, fungsi
leukosit seperti pagositosis. b Karbohidrat, Karbohidrat dibutuhkan untuk suplai energi seluler. cVitamin A, Vitamin A diperlukan untuk sintesis kolagen dan
epitelialisasi. d Vitamin C, Vitamin C berguna untuk sintesis kolagen dan meningkatkan retensi terhadap infeksi. e Vitamin K, Vitamin K untuk sintesis
protrombin dan beberapa faktor pembekuan darah yang diperlukan untuk mencegah perdarahan yang berlebihan pada luka. f Zat besi, Zat besi berguna
dalam sintesis kolagen, sintesis hemoglobin dan mencegah iskemik pada jaringan. g B-Complek, Berfungsi dalam produksi energi dan imunitas selule serta sintesis
Universitas Sumatera Utara
sel-sel darah merah. h Zinc, Pada jaringan membantu sintesis protein dan pada luka berperan dalam sintesis kolagen Hartono, 2011.
2.9. Fisiologis Penyembuhan Luka
2.10.1. Proses penyembuhan luka menurut Alimul ada 4 tahap, yaitu:
1. Inflamasi Akut Terhadap Cedera 0-3
a Hemostasis
Vasokonstriksi sementara dari pembuluh darah yang rusak terjadi pada saat sumbatan trombosit dibentuk dan diperkuat juga oleh serabut fibrin untuk
membentuk sebuah bekukan. b
Respons jaringan yang rusak Jaringan yang rusak dan melepaskan histamin dan mediator lain, sehingga
menyebabkan vasodilitasi dari pembuluh darah sekeliling yang masih utuh sehingga meningkatnya penyediaan darah dari daerah tersebut, sehingga menjadi
merah dan hangat. Permeabilitas kapiler-kapiler darah meningkat dan cairan yang kaya akan protein akan mengalir ke dalam spasium interstisial, menyebabkan
edema lokal dan mungkin hilangnya fungsi diatas sendi tersebut. Leukosit polimorfonuklear polimorf dan makrofag mengadakan migrasi ke luar dari
kapiler dan masuk kedalam daerah yang rusak sebagai reaksi terhadap agens kemotaktik yang akan dipacu oleh adanya cedera.
Fase ini merupakan bagian yang esensial dari proses penyembuhan dan tidak ada upaya yang dapat menghentikan proses ini, kecuali jika proses ini terjadi
pada kompartmen tertutup di mana struktur-struktur penting mungkin tertekan
Universitas Sumatera Utara
misalnya luka bakar pada leher. Meski demikian, jika hal tersebut diperpanjang oleh adanya jaringan yang mengalami devitalisasi secara teru menerus,adanya
benda asin, pengelupasan jaringan yang luas, trauma kambuhan, atau oleh penggunaan yang tidak bijaksana preparat tropikal untuk luka, seperti antiseptik,
antibiotik, atau krim asam, sehingga penyembuhan di perlambat dan kekuatan regangan luka menjadi tetap rendah. Sejumlah besar sel tertarik ketempat tersebut
untuk bersaing mendapatkan gizi yang tersedia. Inflamasi yang terlalu banyak dapat menyebabkan granulasi berlebihan pada fase III dan dapat menyebabkan
jaringan parut hipertofik. Ketidaknyamanan karena edema dan denyutan pada tempat luka juga jadi berkepanjangan.
c Fase Destruktif 1-6 hari
Pembersihan terhadap jaringan mati atau yang mengalami devitalisasi dan bakteri oleh polimorf dan makrofag. Polimorf menelan dan menghancurkan
bakteri. Tingkat aktivitas polimorf yang tinggi hidupnya singkat saja dan penyembuhan dapat berjalan terus tanpa keberadaab sel tersebut. Meski demikian,
penyembuhan berhenti bila mikrofag megalami deaktivasi. Sel-sel tersebut tidak hanya mampu menghancurkan bakteri dan mengeluarkan jaringan yang
mengalami devitalisasi serta fibrin yang berlebihan, tetapi juga mampu merangsang pembentukan fibroplas, yang melakukan sintesa struktur protein
kolagen dan menghasilkan sebuah faktor yang dapat merangsang angiogenesis. Polimorf dan makrofag mudah dipengaruhi oleh turunnya suhu pada
tempat luka, sebagaimana yang dapat terjadi bilamana sebuah luka yang basah dibiarkan tetap terbuka, pada saat aktivitas mereka dapat turun sampai nol.
Universitas Sumatera Utara
Aktivitas mereka dapat juga dihambat oleh agens kimia, hipoksia, dan juga perluasan limbah metabolik yang disebabkan karena buruknya perfusi jaringan.
d Fase Proliferatif 3-24 hari
Fibrolas meletakkan sustansi dasar dan serabut-serabutkolagen serta pembuluh darah baru mulai menginfiltrasi luka. Begitu kolagen diletakkan, maka
terjadi peningkatan yang cepat pada kekuatan regangan luka. Kapiler-kapiler dibentuk oleh tunas endotelial suatu proses yang disebut angiogenesis. Bekuan
fibrin yang dihasilkan pada fase I dikeluarkan begitu kapiler baru menyediakan enzim yang diperlukan. Tanda-tanda inflamasi mulai berkurang. Jaringan yang
dibentuk dari gedung kapiler baru, yang menopang kolagen dan substansi dasar, disebut jaringan granulasi karena penampakannya granuler. Warnanya merah
terang. Gelung kapiler baru jumlahnya sangat banyak dan rapuh serta mudah
sekali rusak karena penanganan yang kasar,misalnya menarik balutan yang melekat. Vitamin C penting untuk sintesis kolagen. Tanpa vitamin C, sintesis
kolagen berhenti, kapiler darah baru rusak dan mengalami perdarahan, serta penyembuhan luka terhenti. Faktor sistemik lain yang dapat memperlambat
penyembuhan pada stadium ini termasuk defisiensi besi, hipoproteinemia, serta hipoksia. Fase proliferatif terus berlangsung secara lebih lambat seiring dengan
bertambahnya usia. e
Fase Maturasi 24-365 hari Epitelialisasi, kontraksi, dan reorganisasi jaringan ikat: Dalam setiap
cedera yang mengakibatkan hilangnya kulit, sel epitel pada pinggir luka dan dari
Universitas Sumatera Utara
sisa-sisa folikel rambut, serta glandula sebasea dan glandula sudorifera, membelah dan memulai bermigrasi diatas jaringan granula baru. Karena jaringan tersebut
hanya dapat bergerak diatas jaringan yang hidup, maka mereka lewat dibawah eskar atau dermis yang mengering. Apabila jaringan tersebut bertemu dengan sel-
sel epitel lain yang juga mengalami migrasi, maka mitosis berhenti, akibat inhibibisi kontak. Kontraksi luka disebabkan karena miofibrolas kontraktil yang
membantu menyatukan tepi-tepi luka. Terdapat suatu penurunan progresif dalam vaskularitas jaringan parut, yang berubah dalam penampilanya dari merah
kehitaman menjadi putih. Serabut-serabut kolagen mengadakan reorganisasi dan kekuatan regangan luka meningkat.
Luka masih sangat rentan terhadap luka trauma mekanis hanya 50kekuatan regangan normal dari kulit diperoleh kembali dalam tiga bulan pertama.
Epitelialisasi terjadi sampai tiga kali lebih cepat di lingkungan yang lembab dibawah balutan oklusif atau balutan semipermeabel daripada dilingkungan
yang kering. Kontraksi luka biasanya merupakan suatu fenomena yang sangat membantu, yakni menurunkan daerah permukaan luka dan meninggalkan jaringan
parut yang relatif kecil, tetapi kontraksi berlanjut dengan buruk pada daerah tertentu, seperti diatas tibia, dan dapat menyebabkan distorsi penampilan pada
cedera wajah. Kadang, jaringan fibrosa pada dermis menjadi sangat hipertofi, kemerahan,dan menonjol, yang pada kasus ekstrim menyebabkan jaringan parut
keloid tidak sedap dipandang Alimul, 2009.
Universitas Sumatera Utara
2.10. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka