Karakteristik Partisipan Pembahasan MANFAAT PENELITIAN

4.1. Karakteristik Partisipan

Penelitian ini melibatkan lima partisipan pasien fraktur terbuka yang memiliki pengalaman dalam merawat luka terhadap penyembuhan luka, berikut adalah karakteristik partisipan penelitian ini : Tabel 4.1. Karakteristik Partisipan Inisial partisipan Jenis kelamin umur Agama Suku Pekerjaan Lama menderit a fraktur Status pernikahan Pendidikan terakhir Tn.DP1 Laki-laki 40 tahun Islam Karo Karyawan pabrik kayu 1 tahun Menikah SD Tn.SP2 Laki-laki 20 tahun Kristen Karo Belum bekerja 5 bulan Belum menikah SMA Ny.TP3 Perempuan 48 tahun Islam Jawa Petani Sudah sembuh Menikah SD Tn.RP4 Laki-laki 32 tahun Kristen Karo Buruh pabrik batu 1 tahun, 2 bulan Menikah SD Tn.S P5 Laki-laki 56 tahun Islam Karo Buruh pabrik kelapa sawit Sudah sembuh Menikah SMP

4.2. Analisis Tematik

Bagian ini menjelaskan secara mendetail dan terperinci berbagai tema yang teridentifikasi dari hasil pengumpulan data tiga tema telah teridentifikasi setelah melalui proses analisa data. Ketiga tema ini merepresentasikan makna inti dari pengalaman pasien fraktur terbuka dalam merawat luka. Ketiga tema tersebut yaitu, upaya yang dilakukan pasien fraktur terbuka dalam penyembuhan luka, faktor pendorong penyembuhan luka , dan faktor penghambat penyembuhan luka. Dari hasil wawancara terungkap dinamika pengalaman pasien fraktur terbuka dalam merawat luka. Data yang diperoleh tidak hanya sebatas “apa yang Universitas Sumatera Utara terjadi” akan tetapi secara lebih mendalam menggali perasaan, pemikiran, dan interpretasi partisipan atas pengalaman yang dijalaninya. Prinsip naturalistik memberikan kesempatan bagi peneliti untuk memperoleh data secara mendalam dan personal sampai ke tingkat makna inti dari suatu pengalaman partisipan. Pengalaman pasien fraktur tebuka dalam merawat luka mencakup suatu lingkup fenomena yang luas dari kehidupan individu. Oleh karenanya tema yang teridentifikasi mencakup serangkaian sub tema dan kategori yang luas dan heterogen dari kata kunci yang diperoleh. Luasnya cakupan pengalaman ini memunculkan berbagai perspektif dan sudut pandang yang berbeda antara partisipan satu sama lain dalam memaknai suatu fenomena. Uraian terperinci dari pengalaman pasien fraktur terbuka dalam merawat luka diwakili oleh tema-tema sebagai berikut:

4.2.1. Upaya Penyembuhan luka Yang Dilakukan Pasien Fraktur

Tema ini merupakan fokus awal dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti sebelum masuk lebih mendalam kepada tema-tema selanjutnya. Hal ini dilakukan karena peneliti menilai kemungkinan jawaban partisipan atas pertanyaan ini akan mencakup aspek yang cukup luas dan menyeluruh, semisal upaya penyembuhan luka dalam hal pengobatan yaitu, obat yang dikonsumsi, cara merawat luka, dan pembatasan diet. Dari hasil wawancara terungkap bahwa mayoritas partisipan menyatakan bahwa setiap harinya mengkonsumsi obat-obatan tertentu. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara “Ya makek obat-obat yang dulu-dulu makan obat, minum obat. Gitu-gituaja terus” P1, L:25 “Ya ngikuti pengobatan dari sini dukun patah Ginting lah tiap hari di suruh makan obat, tergantung parahnya si” P2, L:21. “kalok dulu itu, wawak dikasih obat, nama obatnya itu cepcepen, diminum, rasanya kayak ada lendir-lendirnya,waktu itu diminum dua kali sehari ” P3, L:23. “ kalok disini dukun patah Majoh tiap hari dikasih obat, kadang minuman kadang obat oles, katanya si biar cepat kering lukanya.” P4, L:24. “pakek obat, udah banyak yang bapak lupa. Tapi yang paling biasa dipakek iya cepcepen, semua orang tau kok obat cepcepen” P5, L:29. Subtema upaya penyembuhan luka pada kata kunci yang signifikan dari seluruh partisipan yaitu bahwa pasien menyatakan makan obat atau meminum obat setiap harinya, agar penyembuhan luka dapat tercapai, memakai obat oles setiap harinya agar luka dapat cepat kering. Berikut ini dapat ditemukan bahwa partisipan melakukan perawatan luka, partisipan menyatakan bahwa dengan cara merawat luka setiap hari dan diberi obat oles untuk membuat luka akan lebih cepat kering dan menghindari bengkak pada luka. Berikut adalah pernyataan-pernyataan partisipan terkait hal ini: ” dikasih minyak biar cepat kering tiap pagi sama malam” P1, L:28. “lukanya itu di tarok daun bakong, tapi di panggang dulu biar layu abis itu di oles minyak. Kalok nggak tarok itu iya gak baek-baek lukanya” P2, L:25. Universitas Sumatera Utara “waktu itu memang banyak di tarok obatnya, kayak minyak. Itu bagus kali cepat dibuatnya baek luka wawak waktu itu” P3, L:31. “Ya kalau untuk lukanya iya cuman minyak aja yang di tarok, cepet baek di buatnya.” P4, L:17. “kalau abis mandi, waktu itu bapak sering makek minyak, tiap abis mandi pakek itu terus. Cepet kok buatnya baek .:P5, L:37. Subtema upaya dalam penyembuhan luka pada kata kunci yang signifikan dari seluruh partisipan bahwa partisipan memakai minyak setiap hari dan daun bakong sebagai obat penghilang rasa nyeri pada luka.

4.2.2. Faktor Pendorong Terhadap Penyembuhan Luka

Tema “faktor pendorong terhadap penyembuhan luka” teridentifikasi setelah peneliti melakukan clustering menentukan kata kunci dan kategori- kategori yang mengindikasikan pendorong untuk partisipan yang mengarah pada merawat luka yang adekuat. Tercatat lima partisipan yang mendapat dorongan dalam merawat luka dari keluarga pasien. Dalam tema ini terdapat dua sub tema utama yakni dukungan keluarga dan faktor spritual mendorong dalam merawat luka. Hal ini secara jelas dapat dilihat pada pernyataan-pernyataan berikut: Berikut pada faktor pendorong dalam merawat luka memiliki subtema diantaranya yaitu dukungan yang mendorong dalam merawat luka, hal ini secara jelas dapat dilihat pada pernyataan-pernyataan berikut : “keluarga bapak sering datang ke mari liat bapak’’ P1, L:26 “mamak aku sering bilang aku pasti bias baek nanti” P2, L:42 “Anak saya sering memperhatikan saya kalau saya sakit” P3, L:17. Universitas Sumatera Utara “istri bapak sering bertanya kepada keluarga obat apa yang bias buat cepat sembuh luka.” P4, L:24. “istri bapak kadang nggak tidur-tidur liatin luka bapak apa lagi kalok bapak kesakitan terus narokin obat lukanya” P5, L:39. Subtema dukungan yang mendorong terdapat pada kata kunci yang signifikan yaitu “Anak sering memperhatikan kalau sakit, istri sering bertanya kepada keluarga obat apa yang biasa buat cepat sembuh luka, dan istri kadang nggak tidur-tidur liatin luka bapak apa lagi kalok kesakitan dan narokin obat lukanya”. Berikut Faktor spiritual pada sebagian kecil dapat membantu dalam merawat luka partisipan dengan percaya kepada yang maha kuasa bahwa kalau sudah naasnya pasti tidak bisa dihindarkan. Berikut pernyataan-pernyataan terkait hal ini : “Kalau udah takdir, iya mau kayak mana lagi, sapa cobak yang mau sakit, harus di terima banyak-banyak berdoalah biar bisa cepet sembuh” P1, L:50. “nngak tau lagi apa yang mau dibuat, cuman doa yang bias ku buat. Biar cepat baek” P2, L:36 “nggak bias ngapain-ngapain, sesali pun nggak ada lagi gunanya, sabar- sabar aja” P3, L: 43 “banyak-banyak doa sama Allah,biar dikasih kesembuhan” P4, L: 48 “Kadang saya sering merenung sambil berdoa sama Tuhan, apa salah bapak, iya mudah-mudahan la dek biar bias sembuh, gitu dulu doa bapak” P5, L:47. Universitas Sumatera Utara Subtema faktor spiritual terdapat pada kata kunci yang signifikan yaitu, “berdoa agar bisa sembuh, dan berdoa supaya ada mukjijat agar bisa sembuh”.

4.2.3. Faktor Penghambat Dalam Penyembuhan luka

Dari hasil proses pengumpulan data, peneliti mendapatkan gambaran pengalaman yang luas dan kompleks. Hal ini tercermin dari tingginya heterogenitas kategori yang dihasilkan berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh partisipan. Peneliti berhasil mengidentifikasi kategori-kategori yang memiliki kesamaan karakteristik, yakni elemen pengalaman yang berkaitan dalam merawaat luka. Berdasarkan temuan ini maka peneliti berhasil mengidentifikasi satu tema yakni “faktor penghambat penyembuhan luka”. Tema “faktor penghambat dalam penyembuhan luka” telah teridentifikasi setelah peneliti melakukan clustering kata kunci dan kategori-kategori yang mengidentifikasi perilaku partisipan yang tidak mengarah pada pencapaian perawatan luka yang adekuat. Terdapat subtema dalam tema ini, yaitu faktor pembatasan makan. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing sub tema: Faktor diet merupakan faktor penghambat dominan bagi beberapa partisipan dalam merawat luka. Beberapa partisipan mengatakan bahwa mereka memantangkan sebahagian makanan yang dapat memperlambat penyembuhan luka. Tercatat tiga partisipan yang membatasi diet, hal ini secara jelas dapat dilihat dari pernyataan partisipan sebagai berikut: “ikan laut nggak boleh di makan, soalnya bisa buat luka gatal, kalok nanti di garok-garok terus luka nanti biasa berdarah jadi lukanya nggak baek- baek” P1, L:46. Universitas Sumatera Utara “tiap hari mamak ku ngasih aku ikan gabus, ikan gabus bisa buat cepat baek luka, kalok ikan yang laen nggak bisa’’ P2, L:31. “nggak bisa makan telur, telurkan buat gatal, terus nggak biasa makan manis-manis nanti lama baeknya, bernanah pun biasa” P3, L:39. “gara-gara bapak makan telur lukanya ini gatal, sampek dikeliling lukanya ikut gatal apa lagi kalok makan ikan laut, itu lehih parah. ” P5,L:21. “Gak dibolehkan makan manis-manis, kayak durian. Duriankan manis, kalok di makan nanti lukanya gak kering-kering basah teruslah. Lukanya pun jadi nanahan.” P4,L:45. Sub tema faktor dari penghambat penyembuhan luka terdapat pada kunci yang signifikan yaitu “kalau makan telur dan ikan laut luka akan terasa gatal dan jika makan manis-manis lukanya nggak kering-kering dan bernanah”.

4.3. Pembahasan

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menggali secara mendalam pengalaman pasien fraktur terbuka dalam merawat luka. In depth interview dilakukan untuk memperoleh pemahaman tentang pengalaman partisipan sampai ke tingkat makna intiessence dari pengalaman tersebut dari perspektif partisipan sebagai individu yang secara langsung mengalaminya. Secara khusus penelitian ini dirancang untuk mengungkap berbagai dimensi pengalaman pasien terhadap penyembuhan luka, faktor pendorong penyembuhan luka, dan faktor penghambat penyembuhan luka. Universitas Sumatera Utara Tiga tema telah teridentifikasi dan merupakan representasi dari inti pengalaman partisipan dalam merawat luka. Ketiga tema tersebut yaitu: upaya penyembuhan luka yang dilakukan pasien dalam merawat luka, bentuk dukungan dalam penyembuhan luka, dan faktor penghambat penyembuhan luka. Keholistikan ruang lingkup dari penelitian ini tercermin dari luasnya cakupan sub tema yang terdapat pada masing-masing tema penelitian. Bab ini terdiri dari tiga bagian utama: bagian pertama membahas interpretasi hasil penelitian dan melakukan komparasi dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan teori-teori terkait. Bagian kedua membahas berbagai keterbatasan yang ditemui selama penelitian, dan bagian ketiga menitik beratkan pada implikasi hasil penelitian terhadap pengembangan praktik dan keilmuan keperawatan.

4.4. Interpretasi Hasil