bahwa masyarakat di Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat percepatan penyembuhan luka yang saat ini banyak dilakukan dengan cara mempertemukan
kedua sisi, pemberian obat-obatan seperti minyak, dibalut dengan tenik tertentu menggunakan daun-daunan. Selain itu masyarakat juga meminum jamu yang
dianggap mereka dapat mempercepat penyembuhan luka. Masyarakat juga memantangkan makanan yang dianggap mereka dapat memeperlambat
penyembuhan luka, seperti telur karena mereka mempercayai dengan mengonsumsi telur dapat membuat gatal disekitar luka. Berdasarkan penjelasan
diatas dapat diketahui ada beberapa nilai kepercayaan yang berhubunagn dengan penyembuhan luka.
Berdasarkaan latar belakang diatas, penulis tertarik dan berminat untuk melakukan penelitian di Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat yang berkaitan
tentang upaya penderita fraktur terbuka terhadap penyembuhan luka.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi perumusan masalah adalah “Bagaimana pengalaman pasien fraktur terbuka tehadap penyembuhan luka di
Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat Tahun 2014”
3. TUJUAN PENELITIAN
Universitas Sumatera Utara
Untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang pengalaman pasien fraktur terbuka terhadap peyembuhan luka di Kecamatan Kuala Kabupaten
Langkat Tahun 2014
4. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini bermanfaat antara lain bagi : 4.1. Peneliti
Sebagai pengalaman dalam melaksanakan penelitian dan menambah wawasan peneliti untuk mengetahui pengalaman masyarakat penderita fraktur
terbuka dalam penyembuhan luka. 4.2. Penelitian Selanjutnya
Memeberikan pengetahuan tentang prinsip-prinsip yang mempengaruhi pola fikir masyarakat, sehingga dapat menerapkan pengalaman ilmiah yang
diperole untuk penelitian dimasa mendatang. Selain itu juga menyediakan informasi awal untuk penelitian keperawatan sejenis di Indonesia khususnya
untuk populasi pasien fraktur terbuka di Medan, Sumatera Utara. 4.3. Pendidikan Keperawatan.
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bekal bagi mahasiswa nantinya dalam menerapkan asuhan keperawatan khususnya bagi keperawatan
KMB dalam merawat luka tanpa mengesampingkan prinsp-prinsip masyarakat yang berkaitan dengan perawatan luka.
4.4. Responden
Universitas Sumatera Utara
Memampukan responden dalam upaya merawat luka dengan benar secara mandiri, sehingga penyembuhan luka dapat dicapai pada waktunya. Sehingga
terhindar dari factor-faktor resiko yang dapat mengakibatkan terjadinya komplikasi dari luka.
BAB 2
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Tinjauan Pustaka
a Definisi Fraktur
Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian. Secara ringkas dan umum, fraktur
adalah patah tulang yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut tenaga fisik, keadaan tulang itu sendiri, serta jaringan lunak di sekitar tulang
akan menentukan apakah fraktur yang terjadi lengkap atau tidak lengkap Helmi, 2012.
Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi mungkin tak lebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau perimpilan korteks;
biasanya patahan itu lengkap dan fragmen tulang bergeser Apley Solomon,
2012.
Fraktur cruris adalah terputusnya hubungan tibia dan fibula. Secara klinis bisa berupa fraktur terbuka bila disertai kerusakan pada jaringan lunak otot, kulit,
pembuluh darah sehingga memungkinkan terjadinya hubungan antara fragmen tulang yang patah dengan udara luar dan fraktur tertutup Helmi, 2013.
2.2. Etiologi
Universitas Sumatera Utara
Penyebab fraktur dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1 Cedera traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh:
a Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang
patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit di atasnya. b Cedera tidak langsung berarti pukulan
langsung berada jauh dari lokasi benturan. c Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.
2 Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai
keadaan berikut: a Tumor tulang jinak atau ganas: pertumbuhan jaringan baru yang tidak
terkendali dan progresif. b Infeksi seperti osteomielitis: dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif,
lambat dan sakit nyeri. cRakhitis: suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defesiensi vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya
disebabkan oleh defesiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.
d Secara spontan: disebabkan oleh stress tulang yang terus-menerus Suriadi, 2012.
2.3. Manifestasi Klinis
Universitas Sumatera Utara
a Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang dimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah
yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang. b Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara
tidak alamiah gerakan luar biasa bukannya tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas
terlihat maupun teraba ekstermitas yang bisa diketahui dengan membandingkan dengan ekstermitas normal. Ekstremitas tak dapat berfungsi dengan baik karena
fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya otot. c Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat diatas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm 1 sampai 2 inci. dSaat
ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.
ePembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelah
beberapa jam atau hari setelah cedera Priyanta, 2010.
Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur. Kebanyakan justru tidak ada pada fraktur linear atau fisur atau fraktur impaksi
permukaan patahan saling terdesak satu sama lain. Diagnosis fraktur bergantung pada gejala, tanda fisik, dan pemeriksaan sinar-X pasien. Biasanya pasien
mengeluhkan mengalami cedera pada daerah tersebut Priyanta, 2010.
2.4. Komplikasi
Universitas Sumatera Utara
a Delayed union, Non-union atau mal-union tulang dapat terjadi, yang
menimbulkan deformitas atau hilangnya fungsi. Delayed union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang
untuk sembuh atau tersambung dengan baik. Ini disebabkan karena penurunan suplai darah ke tulang. Delayed union adalah fraktur yang tidak sembuh setelah
selang waktu 3-5 bulan. Non-union, disebut non-union apabila fraktur tidak sembuh dalam waktu antara 6-8 bulan dan tidak terjadi konsolidasi sehinngga
terdapat pseudoartrosis sendi palsu. Pseudoartrosis dapat terjadi tanpa infeksi tetapi dapat juga terjadi bersama infeksi yang disebut sebagai infected
pseudoartrosis. Mal-union adalah keadaan dimana fraktur sembuh pada saatnya,
tetapi terdapat deformitas yang berbentuk angulasi, varusvalgus, pemendekan atau menyilang, misalnya pada fraktur radius-ulna. b Sindrom kompartemen
ditandai oleh kerusakan atau destruksi saraf dan pembuluh darah yang dissebabkan oleh pembengkakan dan edema di daerah fraktur. Dengan
pembengkakan interstisial yang intens, tekanan pada pembuluh darah yang menyuplai daerah tersebut dapat menyebabkan pembuluh darah tersebut kolaps.
Hal ini menimbulkan hipoksia jaringan dan dapat menyebabkan kematian saraf yang mempersarafi daerah tersebut. Biasanya timbul nyeri hebat. Individu
mungkin tidak dapat menggerakkan jari tangan atau kakinya. Sindrom kompartemen biasanya terjadi pada ekstremitas yang memiliki restiksi volume
yang ketat seperti lengan. Resiko terjadinya sindrom kompartemen paling besar apabila terjadi trauma otot dengan patah tulang karena pembengkakan yang terjadi
akan hebat. Pemasangan gips pada ekstremitas yang fraktur yang terlalu dini atau
Universitas Sumatera Utara
terlalu ketat dapat menyebabkan peningkatan tekanan di kompartemen ekstremitas,dan hilangnya fungsi secara permanen atau hilangnya ekstremitas
dapat terjadi. Gips harus segera dilepas dan kadang-kadang kulit ekstremitas harus dirobek. Untuk memeriksa sindrom kompartemen, hal berikut ini dievaluasi
sering pada tulang yang cedera atau digips: nyeri, pucat, parestesia, dan paralisis. Denyut nadi mungkin teraba atau mungkin tidak. c Embolus lemak dapat timbul
setelah patah tulang, terutama tulang panjang. Embolus lemak dapat timbul akibat pajanan sumsum tulang, atau dapat terjadi akibat aktivasi sistem saraf simpatis
yang menimulkan stimulasi mobilisasi asam lemak bebas setelah trauma. Embolus lemak yang timbul setelsh patah tulang panjang sering tersangkut disirkulasi paru
dan dapat menimbulkan gawat napas dan gagal napas Helmi, 2013.
2.5. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan pada pasien dengan fraktur tibia secara umum, yaitu:
aProfilaksis antibiotik. b Debridemen dan fasiotomi. Pada kondisi akut dengan pembengkakan hebat dilakukan fasiotomi untuk menghindari sindrom
kompartemen. cStabilisasi. Dilakukan pemasangan fiksasi interna atau fiksasi eksterna.d Penundaan penutupan. e Penundaan rehabilitasi.
Antibiotik dimulai dengan segera. Dilakukan debridemen pada luka dan luka dibersihkan seluruhnya. Cedera tingkat I Gustilo dapat ditutup dengan sangat
baikdan kemudian diterapi seperti pada cedera tertutup. Luka yang lebih berat dibiarkan terbuka dan diperiksa setelah 3 hari. Jika perlu, selanjutnya dilakukan
debridemen.
Universitas Sumatera Utara
Intervensi pada pasien fraktur tertutup secara ringkas, meliputi hal-hal sebagai berikut:
a.Prioritas yang pertama adalah menilai tingkat kerusakan jaringan lunak. Meskipun fraktur itu tertutup, fraktur berat dengan kontusio jaringan lunak yang
luas dapat membutuhkan fiksasi luar dini dan peninggian tungkai. Bila ada ancaman sindrom kompartemen,fasiotomi perlu segera dilakukan. b Pemasangan
gips sirkuler, c Terapi bedah dengan pemasangan fiksasi interna, d Terapi bedah dengan pemasangan fiksasi eksterna Helmi, 2013.
2.6. Luka
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit Taylor, 2011. luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ
tubuh lain Kozie, 2010. Ketika luka timbul, beberapa akan muncul : aHilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, b Respon stres simpatis,
c Perdarahan dan pembekuan darah, d Kontaminasi bakteri, eKematian sel.
2.7. Perawatan Luka
Perawatan luka adalah pengkajian luka yang konfrehensif agar dapat menentukan keputusan klinis yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Peningkatan
pengetahuan dan keterampilan klinis diperlukan untuk penunjang perawatan luka yang berkualitas Agustina, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Perawatan luka akan tergantung pada jenis luka, berat ringannya luka,ada tidaknya perdarahan dan risiko yang dapat menimbulkan infeksi. Prinsip
perawatan umum pada luka tipe umum, yaitu: a Mencuci tangan dengan menggunakan sabun atau larutan antiseptik, b Segera
pantau luka kemungkinan ada benda asing dalam luka, c Bersihkan luka dengan antiseptik atau sabun antiseptik, bila lukanya dalam, bersihkan dengan normal
salin dari pusat luka ke arah keluar, setelah luka dibersihkan kemudian lakukan irigasi luka dengan normal salin, d Keringkan luka dengan kasa steril yang
lembut, e Berikan antibiotik atau obat antiseptik yang sesuai, fTutup luka dengan kasa steril dan paten, g Tinggikan posisi area luka bila ada perdarahan
dan immobilisasi Suriadi, 2012. 1. Fase penyembuhan luka
a Fase inflamatory
Fase inflamatory dimulai setelah pembedahan dan berakhir pada hari ke 3- 4 pasca operasi. Dua tahap dalam fase ini adalah hemostasis dan pagositosis.
Sebagai tekanan yang besar, luka menimbulkan lokal adaptasi sindrom. Sebagai hasil adanya suatu konstriksi pembuluh darah, berakibat pembekuan darah untuk
menutupi luka. Diikuti vasodilatasi menyebabkan peningkatan aliran darah ke daerah luka yang dibatasinoleh sel darah putih untuk menyerang luka dan
menghancurkan bakteri dan debris.lebih kurang 24 jam setelah luka sebagian besar sel fagosit makrofag masuk ke daerah luka dan mengeluarkn faktor
angiogenesis yang merangsang pembentukkan anak epitel pada akhir pembuluh luka sehingga pembentukan kembali dapat terjadi.
Universitas Sumatera Utara
b Proliferative
Dimulai pada hari ke 3 atau 4 dan berakhir pada hari ke 21. Fibroblast secara cepat mensintesis kolagen subtansi dasar. Dua subtansi ini membentuk
lapis-lapis perbaikan luka. Sebuah lapisan tipis dari sel epitel terbentuk melintasi luka dan aliran darah ada didalamnya, sekarang pembuluh kapiler melintasi luka
kapilarisasi tumbuh.jaringan baru ini disebut granurasi jaringan,adanya pembuluh darah, kemerahan dan mudah berdarah
c Fase maturasi
Fase akhir penyembuhan, dimulai dari hari ke-21 dan dapat berlanjut selama 1-2 tahun setelah luka. Kolagen yang ditimbun dalam luka diubah,
membuat penyembuhan luka lebih kuat dan lebih jaringan. Kolagen baru menyatu, menekan pembuluh darah dalam penyembuhan luka, sehingga bekas
luka menjadi rata, tipis dan garis putih Taylor, 2011. Fase penyembuahan luka menurut Suriadi 2012 dibagi menjadi 4 empat
fase, yaitu : a
Fase koagulasi Pada fase koagulasi merupakan awal proses penyembuhan luka dengan
melibatkan platelet. Awal pengeluaran platelet akan menyebabkan vasokonstriksi dan terjadi koagulasi. Proses ini adalah sebagai hemostasis dan mencegah
perdarahan yang lebih luas. Pada tahapan ini terjadi adhesi, agregasi, dan degranulasi, pada sirkulasi platelet di dalam pembentukan gumpalan fibrin.
Kemudian suatu plethora mediator dan cytokin dilepaskan seperti transforming growth factor beta
TGFB, platelet derived growth factor PDGF, vascular
Universitas Sumatera Utara
endothelial growth factor VEGF, platelet-activating factor PAF, dan insulinike
growth factor-1 IGF-1, yang akan mempengaruhi edema jaringan dan awal
inflamasi. VEGF, suatu faktor permeabilitas vaskuler, akan mempengaruhi extravasasi protein plasma untuk menciptakan suatu struktur sebagai penyokong
yang tidak hanya mengaktifkan sel enditelial tetapi juga leukosit dan sel epitelial. b
Fase inflamasi Fase inflamasi mulainya dalam bebrapa menit setelah luka dan kemudian
dapat berlangsung sampai beberapa hari. Selama fase ini, sel-sel inflammatory terkait dalam luka dan aktif melakukan pergerakan dengan lekosites
polymorphonuclear leukocytes atau neutrophil. Yang pertama kali muncul dalam luka adalah neutrophil, karena densitasnya lebih tinggi dalam bloodstrem.
Kemudian neutrophil akan mempagosit bakteri dan masuk ke matriks fibrin dalam persiapan untuk jaringan baru. Kemudian dalam waktu yang singkat mensekresi
mediator vasodilatasi dan cytokin yang mengaktifkan fibroblast dan keratinocytes dan mengikat macrophag ke dalam luka. Kemudian macrophag menpagosit
pathogen , dan sekresi cytokin, dan growth factor seperti fibroblast growth factors
FGF, epidermal growth factors EGF, vascular endothelial growth factors VEGF, tumor necrosis factors TNF-alpa, interferon gamma IFN-gamma, dan
interleukin-1 IL-1, kimia ini juga akan merangsang infiltrasi, proliferasi dan
migrasi fibroblast dan sel endotelial dalam hal ini, angiogenesis. Angiogenesis adalah suatu proses dimana pembuluh-pembuluh kapiler darah yang baru mulai
tumbuh dalam luka setelah injury dan sangat penting perannya dalam fase proliferasi. Fibroblast dan sel endotelial mengubah oksigen molecular dan larut
Universitas Sumatera Utara
dengan superoxide yang merupakan senyawa penting dalam retensi terhadap infeksi maupun pemberian isyarat oxidative dalam menstimulasi produksi growth
factor lebih lanjut. Dalam proses inflammatory adalah suatu perlawanan terhadap
infeksi dan sebagai jembatan antara jaringan yang mengalami injury dan untuk pertumbuhan sel-sel baru.
c. Fase proliferasi
Apabila tidak ada infeksi dan kontaminasi pada fase inflamasi, maka akan cepat terjadi fase proliferasi. Pada fase proliferasi ini terjadi proses granulasi dan
kontraksi. Fase proliferasi ditandai dengan pembentukan jaringan granulasi dalam luka, pada fase ini macrophag dan lymphocytes masih ikut berperan, tipe sel
predominan mengalami proliferasi dan migrasi termasuk sel epitelial, fibroblast, dan sel endotelial. Proses ini tergantung pada metabolik, konsentrasi oksigen dan
faktor pertumbuhan. Dalam beberapa jam setelah injury, terjadi epitelialisasi dimana epidermal yang mencakup sebagian besar keratinocytes mulai bermigrasi
dan mengalami stratifikasi dan deferensiasi untuk menyusun kembali fungsi barrier
epidermis. Pada proses ini diketahui sebagai epitelialisasi, juga meningkatkan produksi extraseluler matrik promotes-extracelluler matrix atau
disingkat ECM, growth factor, sitokin dan angiogenesis melalui pelepasan faktor pertumbuhan seperti keratinocyte growth factor KGF. Pada fase proliferasi
fibroblast adalah merupakan elemen sintetik utama dalam proses perbaikan dan
berperan dalam produksi struktur protein yang digunakan selama rekonstruksi jaringan. Secara khusus fibroblast menghasilkan sejumlah kolagen yang banyak.
Fibroblast biasanya akan tampak pada sekeliling luka. Pada fase ini juga trejadi
Universitas Sumatera Utara
angiogenesis yaitu suatu proses dimana kapiler-kapiler pembuluh darah yang baru
tumbuh atau pembentukan jaringan baru granulation tissue. Secara klinis akan tampak kemerahan pada luka.
Kemudian pada fase kontraksi luka, kontrkasi disini adalah berfungsi dalam memfasilitasi penutupan luka. Menurut Hunt dan Dunphy 1969 kontraksi
adalah merupakan peristiwa fisiologi yang menyebabkan terjadinya penutupan luka pada luka terbuka. Kontaksi terjadi bersamaan dengan sintesis kolagen. Hasil
dari kontraksi akan tampak dimana ukuran luka akan tampak semakin mengecil atau menyatu.
d. Fase remodeling atau maturasi
Pada fase remodeling yaitu banyak terdapat komponen matrik. Komponen hyaluronic acid, proteoglycan,
dan kolagen yang berdeposit selama perbaikan untuk memudahkan perekatan pada migrasi seluler dan menyokong jaringan.
Serabut-serabut kolagen meningkat secara bertahap dan bertambah tebal kemudian disokong oleh proteinase untuk perbaikan sepanjang garis luka.
Kolagen menjadi unsur yang utama pada matrik. Sebarut kolagen menyebar dengan saling terikat dan menyatu dan berangsur-angsur menyokong pemulihan
jaringan. Remodeling kolagen selama pembentukan skar tergantung pada sintesis dan katabolisme kolagen secara terus-menerus.
Universitas Sumatera Utara
2.8. Nutrisi dalam Perawatan Luka
Nutrisi sangat berperan dalam proses penyembuhan luka. Kita ketahui bahwa status nutrisi pada seseorang adalah faktor utama yang mempengaruhi
proses pertumbuhan dan mempertahankan jaringan tubuh agar tetap sehat. Seseorang yang mengalami injury atau luka berarti terjadi gangguan
kontinuitas dan struktur pada jaringan tubuh. Dengan demikian diperlukan perbaikan untuk menjaga agar struktur dan fungsi jaringan tubuh yang mengalami
gangguan dapat kembali seimbang atau tidak mengalami komplikasi lain. Pada proses perbaikan jaringan akibat luka akan mengalami beberapa proses
yaitu inflamasi, fibroblast dan maturasi atau remodeling. Pada proses ini sangat dibutuhkan nutrisi yang adekuat. Kebutuhan nutrisi yang bibutuhkan, yaitu:
a.Protein, Hasil penelitian membuktikan bahwa gangguan proliferasi fibroblast, neoangiogenesis
, sintesis kolagen dan remodeling pada luka dikarenakan adanya kekurangan protein. Selain itu, juga mempengaruhi mekanisme kekebalan, fungsi
leukosit seperti pagositosis. b Karbohidrat, Karbohidrat dibutuhkan untuk suplai energi seluler. cVitamin A, Vitamin A diperlukan untuk sintesis kolagen dan
epitelialisasi. d Vitamin C, Vitamin C berguna untuk sintesis kolagen dan meningkatkan retensi terhadap infeksi. e Vitamin K, Vitamin K untuk sintesis
protrombin dan beberapa faktor pembekuan darah yang diperlukan untuk mencegah perdarahan yang berlebihan pada luka. f Zat besi, Zat besi berguna
dalam sintesis kolagen, sintesis hemoglobin dan mencegah iskemik pada jaringan. g B-Complek, Berfungsi dalam produksi energi dan imunitas selule serta sintesis
Universitas Sumatera Utara
sel-sel darah merah. h Zinc, Pada jaringan membantu sintesis protein dan pada luka berperan dalam sintesis kolagen Hartono, 2011.
2.9. Fisiologis Penyembuhan Luka
2.10.1. Proses penyembuhan luka menurut Alimul ada 4 tahap, yaitu:
1. Inflamasi Akut Terhadap Cedera 0-3
a Hemostasis
Vasokonstriksi sementara dari pembuluh darah yang rusak terjadi pada saat sumbatan trombosit dibentuk dan diperkuat juga oleh serabut fibrin untuk
membentuk sebuah bekukan. b
Respons jaringan yang rusak Jaringan yang rusak dan melepaskan histamin dan mediator lain, sehingga
menyebabkan vasodilitasi dari pembuluh darah sekeliling yang masih utuh sehingga meningkatnya penyediaan darah dari daerah tersebut, sehingga menjadi
merah dan hangat. Permeabilitas kapiler-kapiler darah meningkat dan cairan yang kaya akan protein akan mengalir ke dalam spasium interstisial, menyebabkan
edema lokal dan mungkin hilangnya fungsi diatas sendi tersebut. Leukosit polimorfonuklear polimorf dan makrofag mengadakan migrasi ke luar dari
kapiler dan masuk kedalam daerah yang rusak sebagai reaksi terhadap agens kemotaktik yang akan dipacu oleh adanya cedera.
Fase ini merupakan bagian yang esensial dari proses penyembuhan dan tidak ada upaya yang dapat menghentikan proses ini, kecuali jika proses ini terjadi
pada kompartmen tertutup di mana struktur-struktur penting mungkin tertekan
Universitas Sumatera Utara
misalnya luka bakar pada leher. Meski demikian, jika hal tersebut diperpanjang oleh adanya jaringan yang mengalami devitalisasi secara teru menerus,adanya
benda asin, pengelupasan jaringan yang luas, trauma kambuhan, atau oleh penggunaan yang tidak bijaksana preparat tropikal untuk luka, seperti antiseptik,
antibiotik, atau krim asam, sehingga penyembuhan di perlambat dan kekuatan regangan luka menjadi tetap rendah. Sejumlah besar sel tertarik ketempat tersebut
untuk bersaing mendapatkan gizi yang tersedia. Inflamasi yang terlalu banyak dapat menyebabkan granulasi berlebihan pada fase III dan dapat menyebabkan
jaringan parut hipertofik. Ketidaknyamanan karena edema dan denyutan pada tempat luka juga jadi berkepanjangan.
c Fase Destruktif 1-6 hari
Pembersihan terhadap jaringan mati atau yang mengalami devitalisasi dan bakteri oleh polimorf dan makrofag. Polimorf menelan dan menghancurkan
bakteri. Tingkat aktivitas polimorf yang tinggi hidupnya singkat saja dan penyembuhan dapat berjalan terus tanpa keberadaab sel tersebut. Meski demikian,
penyembuhan berhenti bila mikrofag megalami deaktivasi. Sel-sel tersebut tidak hanya mampu menghancurkan bakteri dan mengeluarkan jaringan yang
mengalami devitalisasi serta fibrin yang berlebihan, tetapi juga mampu merangsang pembentukan fibroplas, yang melakukan sintesa struktur protein
kolagen dan menghasilkan sebuah faktor yang dapat merangsang angiogenesis. Polimorf dan makrofag mudah dipengaruhi oleh turunnya suhu pada
tempat luka, sebagaimana yang dapat terjadi bilamana sebuah luka yang basah dibiarkan tetap terbuka, pada saat aktivitas mereka dapat turun sampai nol.
Universitas Sumatera Utara
Aktivitas mereka dapat juga dihambat oleh agens kimia, hipoksia, dan juga perluasan limbah metabolik yang disebabkan karena buruknya perfusi jaringan.
d Fase Proliferatif 3-24 hari
Fibrolas meletakkan sustansi dasar dan serabut-serabutkolagen serta pembuluh darah baru mulai menginfiltrasi luka. Begitu kolagen diletakkan, maka
terjadi peningkatan yang cepat pada kekuatan regangan luka. Kapiler-kapiler dibentuk oleh tunas endotelial suatu proses yang disebut angiogenesis. Bekuan
fibrin yang dihasilkan pada fase I dikeluarkan begitu kapiler baru menyediakan enzim yang diperlukan. Tanda-tanda inflamasi mulai berkurang. Jaringan yang
dibentuk dari gedung kapiler baru, yang menopang kolagen dan substansi dasar, disebut jaringan granulasi karena penampakannya granuler. Warnanya merah
terang. Gelung kapiler baru jumlahnya sangat banyak dan rapuh serta mudah
sekali rusak karena penanganan yang kasar,misalnya menarik balutan yang melekat. Vitamin C penting untuk sintesis kolagen. Tanpa vitamin C, sintesis
kolagen berhenti, kapiler darah baru rusak dan mengalami perdarahan, serta penyembuhan luka terhenti. Faktor sistemik lain yang dapat memperlambat
penyembuhan pada stadium ini termasuk defisiensi besi, hipoproteinemia, serta hipoksia. Fase proliferatif terus berlangsung secara lebih lambat seiring dengan
bertambahnya usia. e
Fase Maturasi 24-365 hari Epitelialisasi, kontraksi, dan reorganisasi jaringan ikat: Dalam setiap
cedera yang mengakibatkan hilangnya kulit, sel epitel pada pinggir luka dan dari
Universitas Sumatera Utara
sisa-sisa folikel rambut, serta glandula sebasea dan glandula sudorifera, membelah dan memulai bermigrasi diatas jaringan granula baru. Karena jaringan tersebut
hanya dapat bergerak diatas jaringan yang hidup, maka mereka lewat dibawah eskar atau dermis yang mengering. Apabila jaringan tersebut bertemu dengan sel-
sel epitel lain yang juga mengalami migrasi, maka mitosis berhenti, akibat inhibibisi kontak. Kontraksi luka disebabkan karena miofibrolas kontraktil yang
membantu menyatukan tepi-tepi luka. Terdapat suatu penurunan progresif dalam vaskularitas jaringan parut, yang berubah dalam penampilanya dari merah
kehitaman menjadi putih. Serabut-serabut kolagen mengadakan reorganisasi dan kekuatan regangan luka meningkat.
Luka masih sangat rentan terhadap luka trauma mekanis hanya 50kekuatan regangan normal dari kulit diperoleh kembali dalam tiga bulan pertama.
Epitelialisasi terjadi sampai tiga kali lebih cepat di lingkungan yang lembab dibawah balutan oklusif atau balutan semipermeabel daripada dilingkungan
yang kering. Kontraksi luka biasanya merupakan suatu fenomena yang sangat membantu, yakni menurunkan daerah permukaan luka dan meninggalkan jaringan
parut yang relatif kecil, tetapi kontraksi berlanjut dengan buruk pada daerah tertentu, seperti diatas tibia, dan dapat menyebabkan distorsi penampilan pada
cedera wajah. Kadang, jaringan fibrosa pada dermis menjadi sangat hipertofi, kemerahan,dan menonjol, yang pada kasus ekstrim menyebabkan jaringan parut
keloid tidak sedap dipandang Alimul, 2009.
Universitas Sumatera Utara
2.10. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
1. Proses penyembuhan luka dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu:
a. Vaskularisasi, mempengaruhi luka karena luka membutuhkan peredaran darah yang baik untuk pertumbuhan atau perbaikan sel. b Anemia, memperlambat
proses penyembuhan luka mengingat perbaikan sel membutuhkan kadar protein yang cukup. Oleh sebab itu, orang yang mengalami kekurangan kadar hemoglobin
dalam darah akan mengalami proses penyembuhan yang lebih lama. c Usia, kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan dengan pertumbuhan atau
kematangan usia seseorang. Namun selanjutnya, proses penuan dapat menurunkan sistem perbaikan sel sehingga dapat memperlambat proses penyembuhan luka.
d Penyakit lain, mempengaruhi proses penyembuhan luka. Adanya penyakit seperti diabetes militus dan ginjal dapat memperlambat proses penyembuhan luka
Alimul,2009.
2.11. Komplikasi penyembuhan luka
1. Komplikasi penyembuhan luka meliputi infeksi, perdarahan, dehischense dan
eviscerasi Taylor,2010. a
Infeksi Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat terauma, selama
pembedahan atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2- 7 hari setelah pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulen,
peningkatan drainase, nyeri, kemerahan, dan bengkak disekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan sel darah putih.
Universitas Sumatera Utara
b Perdarahan
Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku dalam garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing
seperti drain. Hipovolemi mungkin tidak cepat ada tanda. c
Dehiscense dan eviscerasi Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius.
Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan,
kurang nutrisi, multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka.
Dehiscence luka dapat terjadi 4-5 hari setelah operasi sebelum kolagen meluas di daerah luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup
dengan balutan steril yang benar, kompres dengan normal saline. Klien disiapkan untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah luka.
2.12. Faktor-Faktor yang Memperlambat Penyembuhan
2.13.1. Faktor-faktor lokal yang merugikan pada tempat luka Morison, 2012.
a Kurangnya suplai darah dan pengaruh hipoksia
Luka dengan suplai darah yang buruk sembuh dengan lambat. Jika faktor- faktor yang esensial untuk penyembuhan, seperti oksigen, asam amino, vitamin
dan mineral, sangat lambat mencapai luka karena lemahnya vaskularisasi, maka penyembuhan luka tersebut akan terhambat, meskipun pada pasien-pasien yang
nutrisinya baik. Beberapa area tubuh, seperti wajah, mempunyai suplai darah yang baik, yang sangat sulit untuk terganggu, sementara daerah-daerah yang lain,
Universitas Sumatera Utara
seperti kulit diatas tibia, merupakan daerah yang buruk suplai darahnya, sehingga trauma yang minimal sekalipun, dapat menyebabkan ulkus tungkai yang sulit
ditangani pada beberapa pasien. Tepian luka yang sedang tumbuh merupakan suatu daerah yang aktivitas metaboliknya sangat tinggi. Dalam hal ini, hipoksia
menghalangi mitosis dalam sel-sel epitel dan fibrolast yang bermigrasi, sintesa kolagen, dan kemampuan makrofag untuk menghancurkan bakteri yang tercerna.
Meskipun demikian, bilamana tekanan parsial oksigen pada tempat luka rendah, maka makrofag memproduksi suatu faktor yang dapat merangsang angiogenesis.
Dengan merasangsang pertumbuhan kapilr-kapiler darah yang baru, maka masalah lokal hipoksia dapat diatasi.
b Dehidrasi
Jika luka terbuka dibiarkan terkena udara, maka lapisan permukaannya akan mengering. Sel-sel epitel pada tepi luka bergerak ke bawah, di bawah lapisan
tersebut, sampai sel-sel tersebut mencapai kondisi lembab yang memungkinkan mitosis dan migrasi sel-sel untuk menembus permukaan yang rusak. Waktu yang
panjang akibat membiarkan luka itu mengering mengakibatkan lebih banyak jaringan yang hilang dan menimbulkan jaringan parut, yang akhirnya dapat
menghambat penyembuhan. Jika sebuah luka dipertahankan tetap lembab di bawah pembalut semipermeabel atau pembalut oklusif, maka penyembuhan dapat
terjadi jauh lebih cepat. Tetapi pada beberapa kasus, pemajanan lika pada udara menjadi satu-satunya cara penyembuhan luka bakar fasialis.
Universitas Sumatera Utara
c Eksudat berlebihan.
Terdapat suatu keseimbangan yang sangat halus antara kebutuhan akan lingkungan luka yang lembab, dan kebutuhan untuk mengeluarkan eksudat
berlebihan yang dapat mengakibatkan terlepasnya jaringan. Eksotoksin dan sel-sel debris yang berada di dalam eksudat dapat memperlambat penyembuhan dengan
cara mengabadikan respons inflamasi. d
Turunnya temperatur Aktivitas fagositik dan aktivitas mitosis secara khusus mudah terpengaruh
terhadap penurunan temperatur pada tempat luka. Kira-kira dibawah 28 C,
aktivitas leukosit dapat turun sampai nol. Apabila luka basah dibiarkan terbuka lama pada saat mengganti balutan, atau saat menunggu pemeriksaan dokter, maka
temperatur permukaan dapat menurun sampai paling rendah 12 C. Pemulihan
jaringan ke suhu tubuh dan aktivitas mitos sempurna, dapat memakan waktu sampai 3 jam.
e Jaringan nekrotik, krusta yaang berlebihan, dan benda asing
Adanya jaringan nekrotik dan krusta yang berlebihan di tempat luka dapat memperlambat penyembuhan dan meningkatkan risiko terjadinya infeksi klinis.
Demikian juga, adanya segala bentuk benda asing, termasuk bahan-bahan jahitan dan drain luka. Oleh karena itulah maka sangat penting untuk mengeluarkan
kontaminan organik maupun anorganik secepat mungkin tetapi dengan trauma yang minimum terhadap jaringan yang utuh.
Universitas Sumatera Utara
f Hematoma
Dimana sebuah luka telah ditutup secara bedah, baik dengan jahitan primer, graft kulit, ataupun dengan pemindahan flap jaringan, maka penyebab
penting dari terlambatnya penyembuhan adalah terjadinya hematoma. g
Trauma dapat berulang Pada sebuah luka terbuka, trauma mekanis dengan mudah merusak
jaringan granulasi yang penuh dengan pembuluh darah dan mudah pecah, epitelium yang baru saja terbentuk dan dapat menyebabkan luka sehingga
kembali ke keadaan fese penyembuhan tertentu yaitu fase respons inflamasi akut. Trauma berulang dapat disebabkan oleh berbagai hal. Jika seorang pasien
penderita dekubitus ditempatkan dengan bagian yang sakit diatas tempat tidur atau di sebuah kursi, maka kemudian tenaga tekanan yang terjadi, robekan, dan
gesekan, dapat meyebabkan kerusakan lapisan kulit diatasnya, yang tak dapat dihindarkan sehingga dapat merusak penyembuhan jaringan yang masih sangat
lunak, sehingga luka justru akan bertambah besar. Trauma juga dapat disebabkan oleh pelepasan balutan yang kurang hati-hati. Bahkan pada saat dilakukan
perawatan yang baik sekalipun, beberapa trauma terhadap luka luka masih sangat mungkin terjadi jika digunakan kasa yang ditempelkan langung pada permukaan
luka, sehingga lengkung kapiler darah tumbuh melalui rajutan serat kapas yang ada pada kapas dan dapat terobek pada saat balutan itu dilepaskan. Banyak
balutan yang seharusnya hanya memiliki daya rendah, dapat merekat erat pada luka jika dibiarkan terpasang terlalu lama, terutama jika terjadi pengeluaran
Universitas Sumatera Utara
eksudat dan luka itu mengering. Perdarahan luka saat pelepasan balutan adalah tanda trauma yang jelas.
2.13.2. Faktor-faktor patofisiologi umum
a Penurunan suplai oksigen
Oksigen memaainkan peranan penting di dalam pembentukan kolagen, kapiler-kapiler baru, dan perbaikan epitel, serta pengendalian infeksi. Jumlah
oksigen yang dikirimkan untuk sebuah luka tergantung pada tekanan parsial oksigen di dalam darah, tingkat perfusi jaringan, dan volume darah total.
Penurunan pasokan oksigen terhadap luka dapat disebabkan oleh: b
Gangguan respirasi. Penurunan efisiensi pertukaran gas dalam paru-paru, karena penyebab
apapun, dapat menyebabkan penurunan tekanan parsial oksigen pO
2
di dalam darah dan akhirnya terjadi penurunan ketersediaan oksigen untuk jaringan.
c Gangguan kardiovaskuler.
Hal ini dapat mengurangi tingkat perfusi jaringan. Hal tersebut secara khusus bermakna pada saat sirkulasi perifer terganggu, seperti pada diabetes
melitus dimana terdapat mikroangiopati serta pada artitis reumatoid dimana terdapat artritis, atau dimana terdapat kerusakan katup pada vena-vena profunda
dan vena yang mengalami perforasi sehingga menyebabkan hipertensi vena kronik serta edema lokal.
Universitas Sumatera Utara
d Anemia.
Apapun penyebabnya, di dalam anemia terdapat penurunan kapasitas darah yang mengangkut oksigen. Secara khusus, hal tersebut sangat penting
apabila dihubungkan dengan hipovolemia akibat perdarahan. e
Hemoragi. Untuk mempertahan tekanan darah dan suplai darah yang adekuat ke
jantung, otak, dan organ-organ vital lainnya, maka vasokonstriksi perifer dapat mengiringi perdarahan besar. Tingkat penutupan perifer akan bergantung pada
beratnya kehilangan darah. Turunnya suplai darah perifer dapat menyebabkan terlambatnya penyembuhan sampai volume darah dipulihkan kembali. Secara
normal, hal tersebut merupakan suatu fenomena sesaat saja, tetapi nekrosis jaringan sudah dapat terjadi selama waktu itu.
f Malnutrisi
Baik luka tersebut merupakan luka traumatis, luka akibat tindakan salah satu dari penyebab terbanyak terlambatnya penyembuhan adalah malnutrisi.
Beberapa studi mengenai insidens malnutrisi pada pasien-pasien lansia yang dirawat di rumah sakit, orang-orang dengan kecacatan mental, dan mereka dengan
penyakit mental menunjukkan bahwa defisiensi vitamin dan mineral bukanlah hal yang tidak mungkin pada kelompok yang rentan ini, tetapi masalah status nutrisi
yang buruk tidak saja terjadi pada pasien-pasien dengan perawatan di rumah sakit yang lama.Kebutuhan protein dan kalori pasien hampir pasti menjadi lebih tinggi
daripada orang normal ketika terdapat luka yang besar.
Universitas Sumatera Utara
Asam amino diperlukan untuk sintesis protein yang berperan di dalam respons imun. Pada stadium awal setelah luka yang besar, berbagai sistem
endokrin dan sistem saraf mengadakan reaksi terhadap cedera yang kemudian memicu proses-proses katabolik yang merusak jaringa tubuhnya sendiri untuk
menyediakan bahan-bahan yang diperlukan bagi proses perbaikan yang sifatnya segera. Pasien-pasien dengan luka bakar atau trauma berat, dapat menderita
pelisutan otot yang dramatis dan kehilangan berat badan yang cepat, hanya dalam bebrapa hari saja. Penggantian protein, kalori, elektrolit, dan cairan merupakan
komponen pengobatan awal yang sangat vital. Bahkan pada luka terbuka yang kronik, seperti dekubitus, protein dalam jumlah yang signifikan dapat juga hilang
dalam eksudat. Defisiensi protein tidak hanya memperlambat penyembuhan, tetapi juga mengakibatkan luka tersebut sembuh dengan kekuatan regangan yang
menyusun. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya dehiscnce pada pasien gemuk
dengan luka laparotomi atau menyebabkan cepat hancurnya dekubitus yang baru saja sembuh hanya akibat trauma kecil saja. Masukan dan absorpsi yang cukup
vitamin dan mineral tertentu yang cukup juga diperlukan untuk penyembuhan yang optimal. Vitamin C diperlukan untuk sintesa kolagen. Radang urat saraf
Scurvy diaggap sebagai suatu fenomena yang tidak bisa saat ini, tetapi kebanyakan lansia memperlihatkan tanda-tanda dini defisiensi vitamin C, baik
karena kemiskinan, kesulitan untuk pergi berbelanja atau kesulitan di dalam makan buah-buahan dan sayuran segar karena pemasangan gigi palsu yang tidak
pas.
Universitas Sumatera Utara
g Penurunan daya tahan terhadap infeksi
Penurunan daya tahan terhadap infeksi, seperti pada pasien-pasien dengan gangguan imun, diabetes, atau infeksi kronis, akan memperlambat penyembuhan
karena berkurangnya efisiensi sistem imun. Infeksi kronis juga mengakibatkan katabolisme dan habisnya timbunan protein, yang merupakan sumber-sumber
endogen infeksi luka yang pernah ada. h
Pengaruh fisiologis dari proses penuaan Terdapat perbedaan yang signifikan di dalam struktur dan karakteristik
kulit sepanjang rentang kehidupan yang disertai dengan perubahan fisiologis normal berkaitan dengan usia yang terjadi pada sistem tubuh lainnya, yang dapat
mempengaruhi predisposisi terhadap cedera dan efisiensi mekanisme penyembuhan luka. Kulit utuh pada orang dewasa muda yang sehat merupakan
suatu barrier yang baik terhadap trauma mekanis dan juga infeksi, begitu juga dengan efisiensi imun, sistem kardiovaskular, dan sistem respirasi, yang
memungkinkan penyembuhan luka terjadi lebih cepat. Sistem tubuh yang berbeda “tumbuh” dengan kecepatan yang berbeda pula, tetapi lebih dari usia 30 tahun
mulai terjadi penurunan yang signifikan dalam beberapa fungsinya, seperti penurunan efisiensi jantung, kapasitas vital, dan juga penurunan efisiensi sistem
imun, yang masing-masing masalah tersebut ikut mendukung terjadinya kelambatan penyembuhan seiring dengan bertambahnya usia. Terdapat juga
perubahan-perubahan signifikan dan normal, yang berhubungan dengan usia, terjadi pada kulit dan cenderung menyebabkan cedera seperti dekubitus dan
buruknya penyembuhan luka. Perubahan-perubahan yang memburuk sejalan
Universitas Sumatera Utara
dengan bertambahnya usia meliputi penurunan dalan frekuensi penggantian sel epidermis, respons inflamasi terhadap cedera, persepsi sensoris, proteksi mekanis,
dan fungsi barrier kulit. 2.13.3.
Faktor-faktor psikososial Pasien dalam keadaan cemas, efisiensi sistem imun pesien tersebut jauh
menurun dan secara fisiologis paien kurang mampu menghadapi setiap gangguan patologis.
a Pengaruh yang merugikan dari terapi lain
Obat-obat sitotoksik, radioterapi, dan terapi steroid dalam beberapa keadaan, dapat memperlambat penyembuhan luka. Obat-obat sitotoksik seperti vinkristin
mempunyai pengaruh yang sangat kentara pada penyembuhan luka karena obat tersebut menggangu proliferasi sel. Terapi steroid jangka panjang juga dapat
memperlambat penyembuhan, tetatpi hanya selama fase inflamasi dan fase proliferatif, yaitu dengan cara menekan multiplikasi fibroblas dan sistem kolagen.
Obat-obaat anti inflamasi non-steroid tampaknya mempunyai pengaruh yang tidak begitu penting terhadap penyembuhan luka dalam dosis terapeutik normal.
b Penatalaksanaan luka yang tidak tepat
Gagal mengidentifikasi penyebab yang mendasari sebuah luka atau gagl untuk melakukan identifikasi masalah lokal di tempat luka, penggunaan antiseptik
yang tidak bijaksana, penggunaan antibiotik topikal yang kurang tepat, dan ramuan obat perawatan luka lainnya, serta teknik pembalutan luka yang kurang
hati-hati adala penyebab terlambatnya penyembuhannya yang dapat dihindarkan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Moya J. Morison 2012 banyak faktor yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Faktor-faktor tersebut dapat dibagi ke dalam
faktor yang ada hubungan dengan pasien intrinsik seperti kondisi-kondisi yang kurang menguntungkan pada tempat luka, dan faktor dari luar ekstrinsik, seperti
pengolahan luka yang kurang tepat dan efek-efek terapi lainnya yang tidak menguntungkan. faktor-faktor yang memperlambat penyembuhan meliputi :
2.13.4. Faktor-faktor Intrinsik :
Faktor-faktor lokal yang merugikan pada tempat luka, faktor-faktor lokal merugikan di tempat luka yang dapat memperlambat penyembuhan miliputi
hipoksia, dehidrasi, eksudat yang berlebihan, turunnya temperatur, jaringan nekrotik, krusta yang berlebihan adanya benda asing dan trauma yang berulanf.
a Faktor-faktor Patofisiologi Umum:
Sejumlah kondisi medis berhubungan dengan buruknya penyembuhan luka. Mekanisme pengaruh kondisi-kondisi tersebut terhadap penyembuhan luka,
sering kali kompleks, tetapi beberapa kelambatan penyembuhan luka terjadi akibat kurang tersedianya subtansi-subtansi yang diperlukan untuk proses
penyembuhan luka, seperti oksigen, asam amino, vitamin dan mineral 2.13.5.
Faktor ekstrinsik a Obat-obat Sitotoksik, sepert vinkristin mempunyai pengaruh yang sangat
kentara pada penyembuhan luka karena obat tersebut mengganggu proliferasi sel. b Terapi Steroid Jangka Panjang, dapat memperlambat penyembuhan tetapi
hanya selama fase inflamasi dan fase proliferansi, yaitu dengan cara menekan multiplikasi fibroblas dan sistem kolagen. Obat-obat anti inflamasi non-steroid
Universitas Sumatera Utara
tampaknya mempunyai pengaruh yang tidak begitu penting terhadap penyembuhan luka dalam dosis terapeutik normal. c Radioterapi, apabila
digunakan dalam pengobatan penyakit keganasan dapat menghasilkn kerusakan lokal, dapat memperlambat penyembuhan, dan juga dapat
menyebabkankelemahan yang berkepanjangan di dalam jaringan, khususnya pada jaringan kulit. d Penatalaksanaan luka yang tidak tepat. e Gagal mengkaji secara
akurat dan gagal untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang dapat menyebabkan terlambatnya penyembuhan. f Teknik pembalutan luka yang
kurang hati-hati. g Pemilihan produk-produk perawatan luka yang kurang sesuai atau justru berbahaya. h Mengganti tatacara pembalutan sebelum mempunyai
cukup waktu untuk menjadi balutan tersebut efektif. i Gagal membuat gambaran penyembuhan dan gagal mengevaluasi efektifitas program pengobatan. j
Perilaku negatif terhadap penyembuhan.
2.14. Riset Fenomenologi.
Menurut Davis 1979, Riset fenomenologi mengamanatkan peneliti untuk akrab dengan peserta riset dan lingkungan nya. Maka akan ada beberapa harapan
tentang apa yang akan ditemukan dalam mempelajari serta dan pengalamannya. Peserta menghasilkan realita pengalaman tanpa hipotesa atau firasat sebelumnya
yang ditetapkan untuk mengarahkan apa yang harus ditemukan. Menurut Omery 1983, dalam riset fenomenologi ini peneliti bertindak
sebagai papan tulis yang bersih, bersedia untuk menulis suatu bab baru tentang pengetahuan yang dicari
1. Defenisi.
Universitas Sumatera Utara
Fenomenologi adalah cabang filosofi yang menkankansubyektivitas pengalaman manusia. Sewaktu digunakan sebagai dasar filosofis dalam riset,
fenomenologi mengamanatkan bahwa data ilmiah dihasilkan dengan mempelajari informasi yang diharapkan dari perspektif peserta riset Brockopp dan Tolsma,
1999. Pendekatan.
Peneliti yang menggunakan pendekatan riset fenomenologi menaruh perhatian terhadap totalitas pengalaman manusia. Hal ini meliputi semua nuansa
pengalaman yang diberikan. Langkah-langkah dalam proses riset fenomenologi.
Riset fenomenologi didasakan pada filsafat fenomenologi yang mencoba untuk memahami respon seluruh manusia terhadap suatu atau sejumlah situasi.
Jika situasi ini dijadikan lingkungan riset, beberapa lankah-langkah dalam proses riset jenis ini harus dilakukan.
Peserta riset harus menyampaikan suatu atau serangkaian pengalamannya kepada peneliti.
a Peneliti tersebut berupaya menterjemahkan pengalaman yang disampaikan tersebut kedalam pemahaman pengalaman peserta. b Peneliti kemudian memecah
pengalaman ini menjadi konsep mendasar yang menjadi tema pengalaman tersebut. c Peneliti kemudian menyampaikan pemahannya kepada khalayak
dalam bentuk tulisan sehingga khalayak ini dapat menghubungkan pengalaman yang lalau atau yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
Karena secara potensial sejumlah besar data yang akan dikumpulkan dan dianalisa, risetfenomenologi biasanya berdasarkan pada sejumlah kecil individu.
Perhatikan bahwa riset jenis inididasarkan pada pengalaman orang lain dan biasanya membutuhkan pelatihan khusus sebelum penelitian dapat membuat
analis yang valid Dempsey, P dan Dempsey, A, 2002.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Sesuai tujuan penelitian maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yaitu berfokus pada
pengalaman seseorang yang bersifat universal, yang mengeksplorasi secara langsung, menganalisis, dan menggambarkan pengalaman seseorang yang diteliti
melelui pengunkapan instuisi peneliti secara maksimal Polit Beck 2012 dalam Afiyanti Rachmawati 2014.
Penelitian ini berfokus untuk mengindifikasi pengalaman perawatan luka yang dilakukan pada pasien fraktur terbuka di Kecamatan Kuala Kabupaten
Langkat. Dengan penelitian kualitatif, peneliti diharapkan mampu melakukan pendekatan diri dengan responden dan lingkungannya agar mampu
mengungkapkan bahasa tutur, bahasa prilaku, maupun ungkapan-ungkapan yang berkembang dalam diri dan lingkungan responden moleong, 2002.
3.2. Lokasi dan Waktu Peneliti
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat. Adapun alasan pemilihan lokasi adalah berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh
peneliti di Kecamatan tersebut Insidensi fraktur terbuka pada Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat. Selain itu karakteristik pasien frakrur di daerah tersebut juga
beragam sehingga diharapkan penelitian ini dapat mewakili pengalaman pasien fraktur dalam merawat luka dengan latar belakang budaya, suku, dan tingkat
Universitas Sumatera Utara
kehidupan sosial yang berbeda. Penelitian ini dilakukan pada bulan September sampai Desember 2014.
3.3. Sampel
Jika dalam penelitin kuantitatif memiliki istilah responden pada sampel penelitian, maka dalam penelitian kualitatif digunakan istilah partisipan atau
informan Afiyanti Rachmat, yang menggambarkan adanya kolaborasi peneliti dengan yang diteliti.
Pada penelitian ini jumlah sampel tidak diharuskan banyank dan tidak ditentukan banyaknya sampel asalkan sudah memenuhi kriteria, jumlah partisipan
pada penelitian ini yaitu sebanyak 5 partisipan Dukes, 1984. Dengan harapan terjadi saturasi data dengan jumlah sampel tersebut. Saturasi data maksudnya,
kekhususan makna dari informasi yang diberikan oleh responden telah ditemukan. Peneliti melakukan kontak yang informasi dengan responden, berbincang-bincang
dan menggunakan teknik purposive sampling yaitu peneliti memilih responden yang memenuhi kriteria sampel dan sesuai dengan kebutuhan penelitiakan
dilibatkan sebagai subjek dalam penelitian, Creswel, 2013. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1 Masyarakat yang menderita fraktur terbuka.
2 Responden yang sudah sembuh maupun belum sembuh pada lukanya.
3 Bersedia menjadi partisipan.
Universitas Sumatera Utara
3.4. Pertimbangan Etik .
Dalam melakukan penelitian, peneliti menunjukkan surat permohonan kepada Dekan Falkutas Keperawatan untuk mendapatkan persetujuan penelitian.
Setelaah mendapat persetujuan, peneliti memulai penelitian dengan menekankan masalah etik yang meliputi :
a Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang
mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika responden bersedia berpartisipasi dalam penelitian maka responden harus
menandatangani lembar persetujuan. Jika reponden menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.
b Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden pada lembar pengumpulan
data demogrfi hanya nama inisial yang digunakan sehingga kerahasiaan identitas semua informasi yang diberikan tetap terjaga.
3.5. Instrumen Penelitian .
a Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti langsung
sebagai instrumen, dikarenakan peneliti yang langsung terjun dan langsung berhubungan kepada partisipan, khusus dalam melakukan wawancara untuk
mengetahui bagaimana pengalaman seseorang sesuai dengan topik penelitian. b
Data demografi berisi pernyataan mengenai data umum responden pada lembar pengumpulan data demografi berupa jenis kelamin, usia, agama,
tingkat pendidikan, pekerjaan
Universitas Sumatera Utara
c Panduan wawancara berisi pertanyaan yang akan diajukan meliputi perawatan
yang dilakukan penderita fraktur terbuka selama penyembuhan luka dan tujuan dari perawatan serta hal-hal yang berkaitan dengan perawatan luka
pada penderita fraktur terbuka. d
Transleter bahasa Jawa dan Batak Toba, Tape recorder, kamera, alat tulis.
3.6. Pemeriksaan Keabsahan Data
Lincoln Guba dalam Trochim 2008 mengusulkan 4 kriteria untuk menilai kualitas penelitian kualitatif dan sebagai alternative dari kriteria yang
telah terorientasi, yaitu credibility, transferability, dependability, confirmability. 3.6.1.
Credibility Credibility
atau kredibilitas data dibuktikan melalui proses klarifikasi kepada partisipan. Data yang telah dihimpun oleh peneliti ditunjukkan kepada
partisipan untuk dibaca ulang dan dilakukan verifikasi terhadap keakuratan data. Partisipan berhak melakukan perubahan. Data dinilai telah sesuai kemudian
diparaf oleh partisipan pada naskah verbatim dan kemudian menandatangani persetujuan keakuratan data. Dalam penelitian ini terdapat perubahan.
3.6.2. Transferability
Transferability atau keteralihan merupakan validitas eksternal yang dinilai
dari dapat atau tidaknya hasil penelitian untuk diterapkan pada tempat atau waktu yang lain dengan konteks situasi yang sama dengan saat penelitian dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mencapai hal ini, peneliti menggali data-data subjektif melalui pendekatan yang mengutakan objektifitas.
3.6.3. Dependability
Dependability atau kebergantungan, bermakna sebagai realibilitas atau
kestabilan data dari masa ke masa dan kondisi ke kondisi. Salah satu teknik mencapai dependability adalah inquiry audit, melibatkan suatu penelaahan data
dan dokumen-dokumen yang mendukung secara menyeluruh dan detail oleh seorang penelaah eksternal Polit Beck, 2012. Penelaah yang dilibatkan ialah
pembimbing penelitian dan dua orang rekan sejawat yang menggunakan metode kualitatif dalam penelitiannya. Dari proses inquiry audit ini dicapai kesepakatan
akan adanya satu sub tema baru yang teridentifikasi yakni faktor spiritual sebagai kontrol glukosa darah.
3.6.4. Confirmability
Confirmability hampir sama dengan dependability test yaitu menguji hasil
proses penelitian. Apabila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian maka penelitian tersebut telah memenuhi standar confirmability. Oleh karena itu,
dua pengujian ini seringkali dilakukan secara bersamaan. Hasil dari penelitian dapat dipercaya dari berbagai pendapat partisipan
dalam penelitian tersebut. Karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasa bagaiman pengalaman partisipan, sehingga partisipan yang
dapat menilai secara sah bagaiman kreabilitas dari hasil penelitian.
Universitas Sumatera Utara
3.7. Prosedur Pengambilan Data dan Pengumpulan Data.
Dalam penelitian ini, peneliti ikut terjun langsung dan aktif dengan subjek dan objek penelitian untuk mendapatkan informasi,pengumpulan data dilakukan
dengan cara wawancara yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan peneliti berinteraksi langsung terhadap partisipan patton, 2002.
Melakukan pilot study,
sebelum melakukan wawancara terhadap partisipan pertama, peneliti melakukan pilot study pada 1 partisipan yang bertujuan sebagai
latihan dalam melakukan teknik wawancara. Setelah itu, hasil wawancara dari pilot study
dibuat dalambentuk transkrip. Selanjutnya dikansulkan kepada pembimbing.
Pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 3.7.1.
Setelah mendapatkan izin dari Dekan Falkutas Keperawatan USU dan Camat Kecamatan Kuala, peneliti mengadakan persetujuannya sebagai sampel
peneliti. 3.7.2.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara : a
Menggunakan kuesioner dan demografi sebagai data darsar. b
Depth interview yaitu wawancara mendalam dengan menggunakan tape recorder.
3.7.3. Sebelum memulai wawancara, peneliti memperkenalkan diri terlebih
dahulu dan menjelaskan hal-hal yang terkait dengan penelitian . 3.7.4.
Partisipan menjawab pertanyaan yang terdapat pada lembar data demografi sesuai dengan petunjuk pada masing-masing bagian
3.7.5. Peneliti memulai melakukan wawancara
Universitas Sumatera Utara
3.7.6. Peneliti menulis dan memebaca transkrip, jika ada hal-hal yang kurang
jelas akan dilakukan wawancara ulang. 3.7.7.
Peneliti menganalisa data yang ditemukan dan mengelompokkan data lalu menguraikan data ke dalam bentuk narasi semua tema, kelompok tema,
kategori tema. 3.7.8.
Peneliti membahas hasil peneliti sesuai dengan analisa data yang telah dilakukan.
3.7.9. Pengumpulan data telah selesai jika saturasi data tercapai.
3.8. Pengolahan Data dan Analisa Data.
Analisa data dilakukan bersamaan pada saat transkripsi data pertama dilakukan. Data diseleks kata perkata. Metode Collaizi dimodifikasi untuk
menganalisa data. Metode Collaizi digunakan karena cocok dengan pendekatan interpretive menafsirkan pada penelitian kualitatif. Ini adalah salah satu metode
yang umum untuk analisa data yang direkomendasikan untuk studi fenomenologi Talbot, 1995. Proses analisanya meliputi:
3.8.1. Membaca semua deskripsi untuk mendapatkan perasaan partisipan. Dalam
langkah pertama ini, peneliti memebaca semua daskripsi juga mendengar kan tape recorder beberapa waktu untuk mendapatkan rasa keakraban
terhadap makna ekspresi partisipan dan untuk kepekaan peneliti terhadap cara setiap partisipan berbicara.
3.8.2. Mengutip frase atau kalimat yang secara langsung menyinggung
fenomena. Dalam langkah ini, frase dan kalimat signifikan yang
Universitas Sumatera Utara
menyinggung tentang perawatan luka pada pasien fraktur terbuka dikutip. Pernyataan signifikan diformulasikan kedalam bentuk yang lebih umum
atau dinyatakan kembali untuk mentransformasikan bahasa konkret partisipan kedalam bahasa ilmiah.
3.8.3. Formulasi arti dari setiap pernyataan yang signifikan. Dalam langkah ini
peryataan dan pernyataan kembali yang signifikan dipelajari untuk diambil dan direkam pengertiannya. Setiap formulasi makna dikembangkam
dengan konsiderasi dari pernyataan terdahulu dan mengikutinya supaya konteks dipertahankan.
3.8.4. Mengorganisasikan kumpulan makna formulasi tersebut kedalam
kelompok. Tema. Dalam langkah ini, peneliti mengidenfikasi tema dari makna yang diformulasikan ke dalam kelompok dan kategori untuk
mendapatkan tema yang umum pada deskripsi semua partisipan. 3.8.5.
Menghilangkan hasil deskripsi yang lengkap. Dalam langkah analisis ini, deskripsi mendalam tentang perawatan luka pada pasienfraktur terbuka
diproleh, yaitu integrasi naratif dari semua tema, kelompok tema dan kategori tema.
3.8.6. Formula deskripsi mendalam dengan pernyataan tegas dari struktur
penting fenomena tersebut. Dalam langkah ini peneliti mengembangkan deskripsi mendalam untuk memperoleh pengetahuan dalam struktur
pengalamaan hidup. Peneliti memformasikan struktur essensial dari perawatan luka menurut perfektif persepsi masyarakat dari deskripsi
mendalam.
Universitas Sumatera Utara
Bagan 3.8. Analisa Data dalam Pendekatan Fenomenologi Creswell, 2013
3.9. Tingkat Kepercayaan Data
Tingkat kepercayaan data dipertahankan dengan cara member checking. Dalam hal ini member checking diartikan sebagai partisipan memveryfikasikan
data dan menguraikan. Peneliti bertemu, memeberi fotokopi trankrip, lalu mendiskusikan kembali dengan partisipan, selanjutnya mendiskusikan kembali
member chiking yang telah dilakukan dengan dosen pembimbing.
Esensi fenomena
Interpretasi data
Deskripsi Teks
wawancara Bracketing
pribadi Pernyataan
signifikan Unit
Makna tema
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk menggali secara mendalam tentang pengalaman pasien fraktur terbuka dalam merawat luka. Peneliti menemukan tiga tema utama
dalam penelitian ini, ketiga tema tersebut yaitu: upaya dalam penyembuhan luka, faktor pendorong dalam penyenbuhan luka, faktor penghambat penyembuhan
luka. Bab ini terdiri dari empat bagian utama, yaitu: pertama memberikan uraian
tentang karakteristik partisipan yang terlibat dalam penelitian. Kedua membahas interpretasi hasil penelitian dan melakukan komparasi dengan penelitian
sebelumnya. Bagian ketiga membahas berbagai keterbatasan yang ditemui selama melakukan penelitian, dan pada bagian ketiga membahas implikasi hasil
penelitian terhadap pengembangan praktik dan keilmuan keperawatan.
Universitas Sumatera Utara
4.1. Karakteristik Partisipan
Penelitian ini melibatkan lima partisipan pasien fraktur terbuka yang memiliki pengalaman dalam merawat luka terhadap penyembuhan luka, berikut
adalah karakteristik partisipan penelitian ini : Tabel 4.1. Karakteristik Partisipan
Inisial partisipan
Jenis kelamin
umur Agama Suku Pekerjaan Lama
menderit a fraktur
Status pernikahan
Pendidikan terakhir
Tn.DP1 Laki-laki 40 tahun
Islam Karo Karyawan
pabrik kayu
1 tahun Menikah
SD Tn.SP2 Laki-laki 20
tahun Kristen Karo
Belum bekerja
5 bulan Belum
menikah SMA
Ny.TP3 Perempuan 48 tahun
Islam Jawa Petani
Sudah sembuh
Menikah SD Tn.RP4 Laki-laki 32
tahun Kristen Karo
Buruh pabrik
batu 1 tahun,
2 bulan Menikah SD
Tn.S P5 Laki-laki
56 tahun
Islam Karo Buruh
pabrik kelapa
sawit Sudah
sembuh Menikah SMP
4.2. Analisis Tematik
Bagian ini menjelaskan secara mendetail dan terperinci berbagai tema yang teridentifikasi dari hasil pengumpulan data tiga tema telah teridentifikasi
setelah melalui proses analisa data. Ketiga tema ini merepresentasikan makna inti dari pengalaman pasien fraktur terbuka dalam merawat luka. Ketiga tema tersebut
yaitu, upaya yang dilakukan pasien fraktur terbuka dalam penyembuhan luka, faktor pendorong penyembuhan luka , dan faktor penghambat penyembuhan luka.
Dari hasil wawancara terungkap dinamika pengalaman pasien fraktur terbuka dalam merawat luka. Data yang diperoleh tidak hanya sebatas “apa yang
Universitas Sumatera Utara
terjadi” akan tetapi secara lebih mendalam menggali perasaan, pemikiran, dan interpretasi partisipan atas pengalaman yang dijalaninya. Prinsip naturalistik
memberikan kesempatan bagi peneliti untuk memperoleh data secara mendalam dan personal sampai ke tingkat makna inti dari suatu pengalaman partisipan.
Pengalaman pasien fraktur tebuka dalam merawat luka mencakup suatu lingkup fenomena yang luas dari kehidupan individu. Oleh karenanya tema yang
teridentifikasi mencakup serangkaian sub tema dan kategori yang luas dan heterogen dari kata kunci yang diperoleh. Luasnya cakupan pengalaman ini
memunculkan berbagai perspektif dan sudut pandang yang berbeda antara partisipan satu sama lain dalam memaknai suatu fenomena. Uraian terperinci dari
pengalaman pasien fraktur terbuka dalam merawat luka diwakili oleh tema-tema sebagai berikut:
4.2.1. Upaya Penyembuhan luka Yang Dilakukan Pasien Fraktur
Tema ini merupakan fokus awal dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti sebelum masuk lebih mendalam kepada tema-tema selanjutnya. Hal ini
dilakukan karena peneliti menilai kemungkinan jawaban partisipan atas pertanyaan ini akan mencakup aspek yang cukup luas dan menyeluruh, semisal
upaya penyembuhan luka dalam hal pengobatan yaitu, obat yang dikonsumsi, cara merawat luka, dan pembatasan diet.
Dari hasil wawancara terungkap bahwa mayoritas partisipan menyatakan bahwa setiap harinya mengkonsumsi obat-obatan tertentu. Hal ini dapat dilihat
dari pernyataan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
“Ya makek obat-obat yang dulu-dulu makan obat, minum obat. Gitu-gituaja terus”
P1, L:25 “Ya ngikuti pengobatan dari sini dukun patah Ginting lah tiap hari di
suruh makan obat, tergantung parahnya si” P2, L:21.
“kalok dulu itu, wawak dikasih obat, nama obatnya itu cepcepen, diminum, rasanya kayak ada lendir-lendirnya,waktu itu diminum dua kali sehari ”
P3, L:23. “ kalok disini dukun patah Majoh tiap hari dikasih obat, kadang minuman
kadang obat oles, katanya si biar cepat kering lukanya.” P4, L:24.
“pakek obat, udah banyak yang bapak lupa. Tapi yang paling biasa dipakek iya cepcepen, semua orang tau kok obat cepcepen”
P5, L:29. Subtema upaya penyembuhan luka pada kata kunci yang signifikan dari seluruh
partisipan yaitu bahwa pasien menyatakan makan obat atau meminum obat setiap harinya, agar penyembuhan luka dapat tercapai, memakai obat oles setiap harinya
agar luka dapat cepat kering. Berikut ini dapat ditemukan bahwa partisipan melakukan perawatan luka,
partisipan menyatakan bahwa dengan cara merawat luka setiap hari dan diberi obat oles untuk membuat luka akan lebih cepat kering dan menghindari bengkak
pada luka. Berikut adalah pernyataan-pernyataan partisipan terkait hal ini: ” dikasih minyak biar cepat kering tiap pagi sama malam” P1, L:28.
“lukanya itu di tarok daun bakong, tapi di panggang dulu biar layu abis itu di oles minyak. Kalok nggak tarok itu iya gak baek-baek lukanya”
P2, L:25.
Universitas Sumatera Utara
“waktu itu memang banyak di tarok obatnya, kayak minyak. Itu bagus kali cepat dibuatnya baek luka wawak waktu itu”
P3, L:31. “Ya kalau untuk lukanya iya cuman minyak aja yang di tarok, cepet baek di
buatnya.” P4, L:17.
“kalau abis mandi, waktu itu bapak sering makek minyak, tiap abis mandi pakek itu terus. Cepet kok buatnya baek
.:P5, L:37. Subtema upaya dalam penyembuhan luka pada kata kunci yang signifikan dari
seluruh partisipan bahwa partisipan memakai minyak setiap hari dan daun bakong sebagai obat penghilang rasa nyeri pada luka.
4.2.2. Faktor Pendorong Terhadap Penyembuhan Luka
Tema “faktor pendorong terhadap penyembuhan luka” teridentifikasi setelah peneliti melakukan clustering menentukan kata kunci dan kategori-
kategori yang mengindikasikan pendorong untuk partisipan yang mengarah pada merawat luka yang adekuat. Tercatat lima partisipan yang mendapat dorongan
dalam merawat luka dari keluarga pasien. Dalam tema ini terdapat dua sub tema utama yakni dukungan keluarga dan faktor spritual mendorong dalam merawat
luka. Hal ini secara jelas dapat dilihat pada pernyataan-pernyataan berikut: Berikut pada faktor pendorong dalam merawat luka memiliki subtema diantaranya
yaitu dukungan yang mendorong dalam merawat luka, hal ini secara jelas dapat dilihat pada pernyataan-pernyataan berikut :
“keluarga bapak sering datang ke mari liat bapak’’ P1, L:26 “mamak aku sering bilang aku pasti bias baek nanti”
P2, L:42 “Anak saya sering memperhatikan saya kalau saya sakit”
P3, L:17.
Universitas Sumatera Utara
“istri bapak sering bertanya kepada keluarga obat apa yang bias buat cepat sembuh luka.”
P4, L:24. “istri bapak kadang nggak tidur-tidur liatin luka bapak apa lagi kalok
bapak kesakitan terus narokin obat lukanya” P5, L:39.
Subtema dukungan yang mendorong terdapat pada kata kunci yang signifikan yaitu “Anak sering memperhatikan kalau sakit, istri sering bertanya kepada
keluarga obat apa yang biasa buat cepat sembuh luka, dan istri kadang nggak tidur-tidur liatin luka bapak apa lagi kalok kesakitan dan narokin obat lukanya”.
Berikut Faktor spiritual pada sebagian kecil dapat membantu dalam merawat luka partisipan dengan percaya kepada yang maha kuasa bahwa kalau
sudah naasnya pasti tidak bisa dihindarkan. Berikut pernyataan-pernyataan terkait hal ini :
“Kalau udah takdir, iya mau kayak mana lagi, sapa cobak yang mau sakit, harus di terima banyak-banyak berdoalah biar bisa cepet sembuh”
P1, L:50.
“nngak tau lagi apa yang mau dibuat, cuman doa yang bias ku buat. Biar cepat baek”
P2, L:36 “nggak bias ngapain-ngapain, sesali pun nggak ada lagi gunanya, sabar-
sabar aja” P3, L: 43
“banyak-banyak doa sama Allah,biar dikasih kesembuhan” P4, L: 48 “Kadang saya sering merenung sambil berdoa sama Tuhan, apa salah
bapak, iya mudah-mudahan la dek biar bias sembuh, gitu dulu doa bapak” P5, L:47.
Universitas Sumatera Utara
Subtema faktor spiritual terdapat pada kata kunci yang signifikan yaitu, “berdoa agar bisa sembuh, dan berdoa supaya ada mukjijat agar bisa sembuh”.
4.2.3. Faktor Penghambat Dalam Penyembuhan luka
Dari hasil proses pengumpulan data, peneliti mendapatkan gambaran pengalaman yang luas dan kompleks. Hal ini tercermin dari tingginya
heterogenitas kategori yang dihasilkan berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh partisipan. Peneliti berhasil mengidentifikasi kategori-kategori yang memiliki
kesamaan karakteristik, yakni elemen pengalaman yang berkaitan dalam merawaat luka. Berdasarkan temuan ini maka peneliti berhasil mengidentifikasi
satu tema yakni “faktor penghambat penyembuhan luka”. Tema “faktor penghambat dalam penyembuhan luka” telah teridentifikasi
setelah peneliti melakukan clustering kata kunci dan kategori-kategori yang mengidentifikasi perilaku partisipan yang tidak mengarah pada pencapaian
perawatan luka yang adekuat. Terdapat subtema dalam tema ini, yaitu faktor pembatasan makan. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing sub tema:
Faktor diet merupakan faktor penghambat dominan bagi beberapa partisipan dalam merawat luka. Beberapa partisipan mengatakan bahwa mereka
memantangkan sebahagian makanan yang dapat memperlambat penyembuhan luka. Tercatat tiga partisipan yang membatasi diet, hal ini secara jelas dapat dilihat
dari pernyataan partisipan sebagai berikut: “ikan laut nggak boleh di makan, soalnya bisa buat luka gatal, kalok nanti
di garok-garok terus luka nanti biasa berdarah jadi lukanya nggak baek- baek”
P1, L:46.
Universitas Sumatera Utara
“tiap hari mamak ku ngasih aku ikan gabus, ikan gabus bisa buat cepat baek luka, kalok ikan yang laen nggak bisa’’
P2, L:31. “nggak bisa makan telur, telurkan buat gatal, terus nggak biasa makan
manis-manis nanti lama baeknya, bernanah pun biasa” P3, L:39.
“gara-gara bapak makan telur lukanya ini gatal, sampek dikeliling lukanya ikut gatal apa lagi kalok makan ikan laut, itu lehih parah. ”
P5,L:21. “Gak dibolehkan makan manis-manis, kayak durian. Duriankan manis,
kalok di makan nanti lukanya gak kering-kering basah teruslah. Lukanya pun jadi nanahan.”
P4,L:45. Sub tema faktor dari penghambat penyembuhan luka terdapat pada kunci yang
signifikan yaitu “kalau makan telur dan ikan laut luka akan terasa gatal dan jika makan manis-manis lukanya nggak kering-kering dan bernanah”.
4.3. Pembahasan
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menggali secara mendalam pengalaman pasien fraktur terbuka dalam merawat luka. In depth interview
dilakukan untuk memperoleh pemahaman tentang pengalaman partisipan sampai ke tingkat makna intiessence dari pengalaman tersebut dari perspektif partisipan
sebagai individu yang secara langsung mengalaminya. Secara khusus penelitian ini dirancang untuk mengungkap berbagai dimensi pengalaman pasien terhadap
penyembuhan luka, faktor pendorong penyembuhan luka, dan faktor penghambat penyembuhan luka.
Universitas Sumatera Utara
Tiga tema telah teridentifikasi dan merupakan representasi dari inti pengalaman partisipan dalam merawat luka. Ketiga tema tersebut yaitu: upaya
penyembuhan luka yang dilakukan pasien dalam merawat luka, bentuk dukungan dalam penyembuhan luka, dan faktor penghambat penyembuhan luka.
Keholistikan ruang lingkup dari penelitian ini tercermin dari luasnya cakupan sub tema yang terdapat pada masing-masing tema penelitian.
Bab ini terdiri dari tiga bagian utama: bagian pertama membahas interpretasi hasil penelitian dan melakukan komparasi dengan hasil-hasil
penelitian terdahulu dan teori-teori terkait. Bagian kedua membahas berbagai keterbatasan yang ditemui selama penelitian, dan bagian ketiga menitik beratkan
pada implikasi hasil penelitian terhadap pengembangan praktik dan keilmuan keperawatan.
4.4. Interpretasi Hasil
Pada bab ini, pembahasan hasil penelitian ini dilakukan dengan cara membahas tema yang telah teridentifikasi satu demi satu agar dapat lebih
memahami hasil dari analisa data yang dilakukan.
4.4.1. Upaya Penyembuhan Luka Yang Dilakukan Pasien Fraktur Terbuka
Hasil penelitian mengungkapkan berbagai upaya penyembuhan yang dilakukan pasien fraktur terbuka terhadap penyembuhan luka. Berbagai upaya
penyembuhan yang telah teridentifikasi oleh peneliti yaitu partisipan melakukan upaya dalam penyembuhan luka dan pembatasan diet. Masing-masing upaya
penyembuhan luka ini akan dibahas pada paragraf-paragraf berikut.
Universitas Sumatera Utara
Sub tema upaya penyembuhan luka terdapat pada kunci yang signifikan bahwa masyarakat masih menggunakan obat-obatan yang diwariskan turun-
temurun, seperti minyak karo penggel yang akan dioleskan pada luka, selain itu masyarakat meminum obat cepcepen masyarakat berangkapan pengobatan yang
mereka lakukan dapat mempercepat penyembuhan luka. Upaya penyembuhan luka telah dilakukan diberbagai kalangan masyarakat
di Indonesia. Dalam praktik di masyarakat, upaya untuk penyembuhan luka telah dilakukan dengan mencontoh perilaku yang telah dilakukan pendahulunya.
Upaya-upaya tersebut bila dikaji secara ilmiah berdasarkan ilmu kesehatan atau bidang medis, ada yang dapat diterima tetapi tidak sedikit pula yang ditentang
karena di anggap berlawanan atau menentang SOP perawatan luka yang semestinya Taylor 2011. Upaya masyarakat dalam penyembuhan luka ini
menjadi fenomena tersendiri, yaitu dari masyarakat tertentu, masih dimanfaatkan tetapi dari sisi keilmuan modern sebagian upaya penyembuhan luka ini ditentang
Handayani, 2003. Salah satu upaya penyembuhan luka tersebut dilakukan dengan
pengobatan yang diwariskan oleh lelehur masyarakat tersebut. Obat-obatan warisan tersebut perlu digali, diteliti, dan dikembangkan lebih lanjut agar dapat
dimanfaatkan secara maksimal dalam upaya peningkatan dan pemerataan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Fakta menunjukan bahwa upaya penyembuhan luka telah dikenal dari zaman dahulu kala dan dilaksanakan jauh sebelum pelayanan kesehatan formal
denagan obat-obatan modern menyentuh masyarakat luas. Sampai saat ini
Universitas Sumatera Utara
masyarkat masih mengakui dan memanfaatkan pelayanan dari obat yang dipercaya masyarakat dapat menyembuhkan luka tersebut. Salah satu contoh dari
obat yang biasa digunakan masyarakat adalah obat minuman yang sering disapa masyarakat cepcepen. Cecepen merupakan obat warisan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan, bahan-bahan tersebut yang dipergunakan dalam upaya pengobatan berdasarkan pengalaman Tjokronegoro baziad, 1999. Adapun
jenis obat tradisional yang juga digunakan oleh masyarakat adalah sebagai berikut:
a. Obat minumanjamu cepcepen
Penggunaan obat, seperti cepcepen telah lama dipraktekkan oleh masyrakat setempat, pengobatan seperti ini juga dilakukan oleh Negara maju
seperti China. Hal ini sesuai dengan deklarasi Alma Alta dan anjuran World Heald Organizatio WHO yakni dalam rangka peningkaatan dan pemerataan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat, upaya penyembuhan luka dengan obat warisan dari turun-temurun perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya, dibina dan dikembangkan agar
lebih berdaya guna dan berhasil guna. Cepcepen telah lama digunakan oleh masyarakat dan dilaporkan secara empirik memberi manfaat dalam meningkatkan
kesehatan terlebih dalam penyembuhan luka. Tetapi menurut Tjokronegoro dan Baziad 1999 bahwa penggunaan obat-obatan minuman cepcepen dikalangan
masyarakat ini masih perlu di uji secara klinik untuk mengetahui adanya bukti manfaat terapeutik secara ilmiah. Karena tidak jarang dijumpai ketidak rasionalan
dari pengobatan tersebut, seperti 1 kombinasi berbagai bahan alam tanpa diketahui manfaat masing-masing komponen, 2 aturan pemakaian dosis yang
Universitas Sumatera Utara
tidak didasari “Dose Findin Study” pada pasien, 3 pengembangan formulasi yang tidak memenuhi syarat-syarat estetika kualitas dan keamanan pemakaian
pada pasien, 4 penggunaan obat tersebut terkadang bisa membuat gangguan pencernaanHandayani, 2003. Mengaju kepada hal tersebut, temuan penelitian
bahwa penggunaan pengobatan lewat minuman “cepcepen”, hal ini tidak sesuai dengan literature
b. Minyak pengalun penggel karo
Minyak pengalun penggel karo adalah sebuah kombinasi cairan herbal
yang dibuat untuk menyembuhkan penyakit dalam dan luar tubuh di masyarakat minyak pengalun penggel karo sangat
banyak ditemukan disekitar lingkup masyarakat karena mempunyai fungsi yang tidak diragukan lagi karena dari
zaman dulu sampai sekarang minyak pengalun penggel karo sudah banyak dipakai oleh lapisan masyarakat untuk kepentingan kesehatan.minyak pengalun penggel
karo merupakan minyak warisan turun-temurun.
Meskipun secara garis besar bahan yang digunakan sama yaitu rempah- rempah, akar-akaran, minyak kelapa dan minyak ayam hitam. Besarnya manfaat
yang diperoleh dari menggunakan minyak pengalun karo sehingga sampai sekarang masyarakat tidak pernah lepas dari menggunakan minyak ini. Hampir di
setiap rumah pasti memiliki minyak pengalun penggel karo yang menjadi obat utama keluarga terutama bila mengalami fraktur dan luka karena jatuh atau
tersayat, penggunaanya cukup dioleskan ke bagian yang sakit. Dalam upaya penyembuhan luka yang dilakukan dalam merawat luka
salah satunya adalah memeriksa kondisi luka setiap hari, dalam pencegahan
Universitas Sumatera Utara
terjadinya komplikasi yang terjadi pada luka. Kata kunci yang terdapat pada hasil wawancara pada setiap partisipan yaitu bahwa partisipan memakai obat-obatan
seperti minyak. Namun menurut teori Taylor 2010 perawatan luka yang tidak tepat dapat berdampak negatif terhadap penyembuhan luka seperti komplikasi
pada luka meliputi infeksi, perdarahan, dehischense dan eviscerasi. Melakukan tindakan perawatan luka dengan tindakan memeriksa kebersihan luka setiap hari
dapat mengurangi resiko terjadinya reaksi penyakit yang timbul pada luka yang terjadi pada pasien fraktur terbuka. Perubahan yang terjadi pada luka harus cepat
ditangani sebelum menjadi resiko infeksi pada luka. Ketika seseorang mengalami luka, perawatan luka yang tepat menjadi
sangat penting. Perawatan luka yang buruk dengan tidak menjaga kebersihan luka akan mengakibatkan masalah kesehatan yang serius seperti, infeksi dan
kemerahan. Taylor. 2009.
4.4.2. Faktor Pendorong Penyembuhan Luka
Dari hasil wawancara diketahui bahwa dari pengalaman-pengalaman partisipan, teridentifikasi aspek-aspek pengalaman yang berkorelasi positif
terhadap perawatan luka. Berdasarkan pemaparan partisipan, faktor pendukung dalam merawat luka dan faktor spiritual. Masing-masing faktor ini merupakan sub
tema dari tema “faktor pendorong penyembuhan luka”. Secara mendetail masing- masing sub tema ini akan dibahas pada paragraf-paragraf berikutnya.
Subtema faktor dukungan terdapat kata kunci yang signifikan yang dinyatakan masing-masing partisipan yaitu, “Anak saya sering memperhatikan
Universitas Sumatera Utara
saya kalau saya sakit, istri sering bertanya kepada keluarga obat apa yang biasa buat cepat sembuh luka dan irtri bapak kadang nggak tidur-tidur liatin luka kaki
saya apa lagi kalok saya kesakitan dan narokin obat”. Komponen faktor psikososial dukungan yang dominan dirasakan oleh partisipan dalam mendorong
merawat luka yaitu dukungan keluarga, motivasi internal untuk terus berusaha, serta penerimaan terhadap kondisinya dalam merawat dirinya sendiri. Penelitian
oleh Delamater 2006 mengungkapkan bahwa faktor keluarga memiliki peranan penting dalam mendukung penyembuhan luka. Rendahnya konflik, baiknya
kedekatan antar anggota keluarga, serta komunikasi yang baik diketahui berperan dalam meningkatkan motivasi pasien dalam merawat luka. Dukungan sosial,
terutama dari keluarga dan pasangan juga diketahui meningkatkan motivasi dalam merawat luka Delamater, 2006.
Subtema faktor spiritual terdapat pada kunci yang signifikan yaitu, “menerima keadaan dan berdoa agar bisa sembuh”. Temuan tentang pengaruh
positif dari integritas spiritual pada penelitian ini identik dengan beberapa penelitian yang pernah dilakukan. Hal ini selaras dengan hasil penelitian
Doolitle, 2004 yang menyatakan bahwa keinginan untuk terus beribadah terbukti meningkatkan semangat partisipan untuk bangkit tetap berusaha dalam
penyembuhan luka. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa kepercayaan terhadap Tuhan dan kekuatan doa, serta petunjuk agama yang didapat dalam
kondisi kesulitan terbukti berkorelasi secara negatif terhadap kejadian depresi
Doolitle, 2004. Hal ini mengindikasikan bahwasannya aspek spiritual memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan perilaku dan motivasi pasien.
Universitas Sumatera Utara
Kestabilan emosional yang dihasilkan dari integritas spiritual yang baik diketahui tidak hanya berpengaruh terhadap pencapaian perilaku yang positif,
akan tetapi juga berkontribusi terhadap kesehatan tubuh secara fisik.
4.4.3. Faktor Penghambat Penyebuhan luka Dalam Merawat Luka
Dari pernyataan-pernyataan yang telah digali selama wawancara dengan partisipan, banyak hambatan ditemukan oleh partisipan dalam merawat luka untuk
mencapai penyembuhan luka. Himpunan pernyataan ini merupakan sub tema yang diintegrasikan menjadi satu tema yang mencakup keseluruhan aspek pengalaman
partisipan yang mengarah pada tema faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam merawat luka. Pada paragraf selanjutnya akan dibahas secara rinci masing-
masing sub tema serta relevansinya dengan penelitian terdahulu dan keterkaitan dengan teori-teori yang menguatkan sub tema.
Sub tema yang teridentifikasi sebagai penghambat dalam penyembuhan luka adalah faktor pembatasan makanan. Pembatasan makanan partisipan untuk
makan dan minum yang mengandung protein tinggi dan gula masih sulit untuk dipenuhi dikarena partisipan beranggapan protein yang terkandung dalam telur
dan ikan laut dapat menghambat penyenbuhan luka seperti yang telah dinyatakan oleh tiga orang partisipan.
Subtema pembatasan mengkonsumsi makanan pada kunci yang signifikan pada setiap partisipan yaitu, “tiap hari mamak ku ngasih aku ikan gabus, ikan
gabus bisa buat cepat baek luka, ikan laut nggak boleh di makan, soalnya bisa buat luka gatal, kalok nanti di garok-garok terus luka nanti biasa berdarah jadi
Universitas Sumatera Utara
lukanya nggak sembuh-sembuh dan nggak makan telur, telurkan buat gatal, nggak biasa makan manis-manis nanti lama baeknya, lukanya bernanah pun biasa
jadinya”. Dahulu kala pada pasien yang mengalami luka akan membatasi
makanandiet tertentu oleh karena itu tradisi atau kebiasan suatu daerah Pritchard gant 1991. Hal tersebut juga sesuai dengan apa yang dilakukan oleh partisipan
bahwa pada pasien yang memiliki luka dianjurkan untuk tidak memakan atau mengkonsumsi telur.
Menurut peneliti, tradisi pembatasan diet tersebut tidak efektif digunakan pada penyembuhan luka pada masa kini. Oleh karena itu makanan yang bergizi
terlebih yang mengandung protein tinggi, dikarenakan protein dapat mengganti sel yang rusuk. Hasil penelitian membuktikan bahwa gangguan proliferasi fibroblast,
neoangiogenesis , sintesis kolagen dan remodeling pada luka dikarenakan adanya
kekurangan protein. Selain itu, juga mempengaruhi mekanisme kekebalan, fungsi leukosit seperti pagositosis.Bobel, 2009.
Dari literature yang penulis dapatkan menyatakan bahwa pasien yang mengalami luka memerlukan diet dengan gizi yang baik dan lengkap untuk
membantu tubuhnya pulih kembali setelah memenuhi kebutuhan pada pembentukan jaringan luka yang mengalami kerusakan. Diet yang baik juga
mempertahankan luka terhadap infeksi, mencegah terjadinya pembengkakan disekitar luka. Burke, 2002
Dari lima orang responden pada penelitian ini terdapat seluruh partisipan memiliki pemahaman yang buruk tentang bagaimana perawatan luka yang benar.
Universitas Sumatera Utara
Pengetahuan yang baik adalah salah satu tolak ukur keberhasilan dari manajemen perawatan luka. Pengetahuan adalah dasar dari perubahan perilaku individu dan
keluarga serta menentukan tingkat kemampuan individu dalam melakukan perawatan. Peningkatan pengetahuan klien dan keluarga diketahui berkaitan
dengan perbaikan perilaku, peningkatan kemampuan serta kontrol yang lebih baik terhadap penyakit Dunning, 2009. Mengingat peran penting dari pengetahuan
pasien dan keluarga, maka program edukasi dijadikan sebagai salah satu bagian dari manajemen keperawatan luka secara komprehensif Morison, 2002.
4.5. Keterbatasan Penelitian
Selama proses penelitian, peneliti mendapat kendala yang dialami saat melakukan penelitian. Kemampuan peneliti sebagai peneliti pemula, peneliti
mengalami kesulitan dalam memperoleh data yang mewakili keseluruhan aspek pengalaman partisipan terhadap penyembuhan luka. Perbedaan karakteristik
partisipan memberikan tantangan tersendiri dan memerlukan latihan serta pengalaman yang cukup untuk dapat melakukan penggalian data secara efektif
dan efisien. Sebagai konsekuensinya pada proses pengambilan data, peneliti melakukan kunjungan ulang untuk melengkapi data verbantim.
4.6. Implikasi bagi Keperawatan
Hasil penelitian ini memberikan gambaran pengalaman yang mendalam dan komprehensif tentang pengalaman partisipan dalam penyembuhan luka.
Keseluruhan tema dan sub tema yang teridentifikasi mewakili pengalaman
Universitas Sumatera Utara
partisipan, apa yang dilakukan, apa yang dirasakan, apa yang dipikirkan oleh partisipan terkait pengalamannya. Diperoleh beberapa manfaat dari hasil-hasil
yang telah dicapai penelitian ini, yaitu: 1.
Kesulitan-kesulitan partisipan dalam merawat luka untuk mencapai penyembuhan luka terutama dalam hal perawat luka yang benar selain itu
dalam hal mengelola makanan dan minuman yang akan dikonsumsi telah digambarkan pada penjabaran di bab ini sehingga hal ini dapat bermanfaat
bagi perawat dalam memberikan edukasi serta pendampingan bagi klien kelolaan atau keluarga. Edukasi yang akan diberikan oleh perawat harus sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan klien dan keluarganya. 2.
Aspek spiritual juga merupakan hal penting dalam perubahan perilaku partisipan. Hal ini semakin menekankan perawat tentang pentingnya asuhan
keperawatan holistik bagi klien.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menjelaskan kesimpulan penelitian, yang merupakan jawaban atas apa yang tercantum dalam tujuan penelitian. Kemudian disampaikan pula saran
yang bersifat praktis sebagai bentuk tindak lanjut dari hasil penelitian yang diperoleh.
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan pengalaman pasien fraktur terbuka terhadap penyembuhan luka dalam merawat luka dalah sebagai berikut:
a Makna pengalaman pasien fraktur terbuka terhadap penyembuhan luka dalam
merawat luka diwakili oleh tiga tema, yaitu: upaya penyembuhan luka yang dilakukan pasien dalam merawat luka, faktor pendorong dalam merawat luka,
dan faktor penghambat dalam penyembuhan luka. b
Upaya penyembuhan luka yang dilakukan pasien dalam merawat luka meliputi pengobatan dalam penyembuhan luka dan merawat luka dengan obat oles.
c Adanya kelemahan yang dialami partisipan terhadap penyembuhan luka dalam
merawat luka, antara lain hambatan dalam hal pengelolaan makan dan minum serta pemahaman yang buruk tentang perawatan luka yang baik sehingga
partisipan perlu diberikan pendidikan kesehatan tentang bagaimana perawatan luka yang baik.
Universitas Sumatera Utara
d Faktor pendorong yang didapat dari keluarga dan kebutuhan spiritual,
Berdasarkan pemaparan partisipan, faktor pendorong memiliki sub tema masing-masing yaitu: faktor pendukung dalam merawat luka dan faktor
spiritual
5.2. Saran
a Pengembangan Ilmu Keperawatan Ilmu keperawatan akan terus mengalami perkembangan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Agar ilmu keperawatan tetap memberikan kontribusi terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan
maka pendidikan keperawatan harus terus menerus dikembangkan dan selalu menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan perkembangan kesehatan. Oleh karena
itu, dengan adanya informasi tentang pengalaman pasien fraktur terbuka terhadap penyembuhan luka menjadi bahan masukan untuk ranah pendidikan dalam
keperawatan. b.Penelitian selanjutnya
Berbagai bentuk model intervensi perlu diteliti dan dikembangkan guna meningkatkan efektivitas edukasi serta membantu pasien dalam merubah pola
fikir dan gaya hidup dalam memenuhi nutrisi, terutama dalam merawat luka.
Universitas Sumatera Utara
Daftar pustaka
Afiyanti, Yati Rachmawati. 2014. Metodologi penelitian kualitatif dalam riset keperawatan.
Ed.1. Jakarta: Rajawali Pers. Apley Salomon, 2012. Ortopedi dan fraktur sistem apley. Jakarta:Widya
Medika Bogdan, R.C and Biklen, S.K. 1982. Qualitative research for education: An
introduction to theory and methods. Bacon : Allyn and Bacon, Inc.
Bobel, L.M, 2009. Nutritional implication in the patientwith pressure sorese. Clin. N.am
Burke, J.F, 2002. The physiology of wound infection. In Hunt, T.K.
Creswell, J. W. 2013. Qualitatif inquiry and research desaign. Choosing among five approaches, Thousad Oaks California: Sage Publication Ltd.
Dempsey, Arthur D and Dempsey Patricia Ann. 2002. Riset Keperawatan Buku Ajar Latihan Ed. 4.
Jakarta: EGC. Dunning, T. 2009. Care of People with Diabetes, A Manual of Nursing Practice.
West Sussex: Blackwell Publishing Ltd. Doolitle, B.R. 2004. The Association Between Spirituality and Depression in an
Urban Clinic. Primary Care Companion Journal of Clinical Psychiatry. 63,
114-118. Fitryani, 2009. Bone fraktur. Jakarta: Salemba Medika.
Fiza, 2008. Fraktur tibia. Available: http:asuhankeperawatanfrakturtibia.blogspot.com [Accessed: 30 November
2008]. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, 2014. Panduan penyusunan
skripsi. Medan.
Helmi, 2012. Buku ajar gangguan muskulus skeletal. Banjarmasin: Salemba. Hartono, 2006. Terapi gizi dan diet. Jakarta: EGC.
Handayani, L. 2003. Tanaman obat untuk masa penyembuhan luka post operasi. Jakarta: Agro Media Pustaka
Universitas Sumatera Utara
Jitowiyono, Sugeng, 2012. Asuhan keperawatan post operasi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Kun, 2013. Fraktur. Available: http:kamusaskep.blogspot.com201301fraktur.html [Accessed: 19
Januari 2013]. Morison, 2012. Manejemen luka. Jakarta: EGC.
Moleong, Lexi J. 2002. Metodologi penelitian kualitatif Ed. Revisi. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya. Polit, Denise F. Beck, Cheryl Tatano. 2010. Nurshing research: generating and
assessing evidence for nursing practice . Ninth Edition.
Patton, Michael Quinn. 2002. Qualitative research evaluation methods. Thousand Oaks California: Sage Publication
Ridha, 2009. KTI. Available: http:www.docstoc.comdocs80538320BAB-I- ridha [Accessed 28 Mei 2009].
Suriadi, 2012. Perawatan luka. Jakarta: Sagung Seto. Taylor, L.J, 2011. Infektion control at your finger tips
.
Universitas Sumatera Utara
Formulir Persetujuan Penelitian
Saya yang bernama Edy Pratama Putra Bangun adalah mahasiswa Program Study Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan sebagai salah
satu kegiatan dalam menyelesaikan proses belajar-mengajar di Program Study Ilmu Keperawatan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengindentifikasi perawatan luka pada pasien fraktur terbuka di Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat.
Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan BapakIbu untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon kesediaan BapakIbu mengisi
kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia silahkan menandatangani persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan BapakIbu.
Identitas pribadi BapakIbu sebagaipartisipan akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. BapakIbu berhak
menarik diri tanpa perlu merasa takut akan konsekuensi buruk terhadap diri BapakIbu dikemudian hari. Jika ada yang kurang jelas, silahkan bertanya langsung kepada peneliti.
Terimakasih atas waktu yang diberikan untuk penelitian ini. Medan, September 2014
PARTISIPAN PENELITI Edy Pratama Putra Bangun
Universitas Sumatera Utara
DATA DEMOGRAFI
Pengkajian Data Demografi. Petunjuk pengisian.
a Semua pertanyaan harus dijawab.
b Untuk soal nomor 2 isilah titik-titik.
c Untuk nomor 1, 3 dan seterusnya berilah tanda check list
√ dapa kotak yang telah disediakan dan isilah titik-titik jika ada pertanyaan yang barus dijawab.
d setiap pertanyaan dijawab hanya dengan satu jawaban yang sesuai menurut
BapakIbu. Contoh menjawab soal: Jumlah anak BapakIbu sekarang
1 Orang 2 Orang 3 Orang
1. Jenis kelamin
Laki-laki Perempuan
2. Umur BapakIbu saat ini ………. tahun
3. Agama Islam Kristen Hindu Budha
Lain-lain, sebutkan …….. √
Universitas Sumatera Utara
4. Tingkat pendidikan bapakibu terakhir
SD SLTP SMU DiplomaPerguruan Tinggi Lain-lain, sebutkan ……..
5. Pekerjaan bapakibu
PNS Pegawai Swasta Wiraswasta Pelajar Mahasiswa
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Partisipan 1
1.
Selamat siang pak, perkenalkan nama saya edy pratama, bapak bisa panggil saya edi. saya dari fakultas keperawatan usu tujuan saya disini ingin
mengetahui bagaimana pengalaman bapak terhadap penyembuhan luka patah tulang bapak.
2.
sebelumnya nama bapak siapa ?
3. “Dame ”
4.
Agama bapak ?
5. “islam “
6. Suku bapak ?
7. Karo
8. Pendidikan bapak ?
9. “SD”
10. Pekerjaan bapak?
11. Bapak kerja di pabrek kayu, untuk motong-motong kayu.
12. Status perkawinan bapak ?
13. “saya sudah Menikah juga sudah punya anak tiga”
14. Umur bapak ?
15. “umur bapak 40 tahun”
16. Apa saja yang sudah bapak lakukan setelah bapak mengalami patah tulang ?
17. “Bapak dibawak ke rumah sakit tapi nggak lama siap itu pergi ke dukun patah, iya
ke tempat ini ” 18.
Sudah berapa lama bapak mengalami patah tulang?
Universitas Sumatera Utara
19. Udah 1 tahun
20. Lantas bagaiman dengan luka bapak?
21. Iya diobatin juga
22. Siapa yang mengobatin luka bapak sekarang
23. Dukun patahnya yang ngobatin
24. Coba bapak jelaskan perawatan luka seperti apa yang bapak lakukan?
25. Ya pakek obat-obat yang dulu-dulu makan obat, minum obat. Pakek minyak
26. Kadang keluarga bapak datang liat bapak, sambil bawak obat
27. Bagaimana cara bapak melakukan perawatan lukanya ?
28.
Di oleskan ke luka nya.
29. Saat kapan bapak mengolesnya ?
30.
Waktu siap, pagi sama malam mandi. Kalok udah kering iya di oles lagi.
31.
Coba bapak jelaskan apa kegunaan dari perawatan luka yang bapak lakukan?
32.
Biar lukanya bisa cepet kering, kalok keringkan berarti udah baek
33.
Selain itu adakah perawatan luka lain yang bapak lakukan?
34. Bapak juga minum obat
35.
Apa nama obatnya pak?
36. Cepcepen namanya
37.
Kapan bapak minum cepcepennya?
38. Pagi sama malam
39.
Lantas apa guna obat cepcepen itu pak?
40. Kalok cepcepen ini beda lagi gunanya, kalok cepcepen ini untuk luka dalam.
Universitas Sumatera Utara
41. Selain perawatan ini adakah perawatan yang khusus pak?
42. Ada
43. Seperti apa itu pak?
44. Saya nggak makan ikan laut.
45. Apa tujuan bapak tidak makan ikan laut?
46. Soalnya bisa buat luka gatal, kalok nanti digarok-garok terus luka, nanti lukanya
nggak bisa baek-baek 47.
Jadi sudah berapa lama bapak melakukan perawatan luka seperti ini?
48. Udah satu tahun lah.
49. Jadi perubahan apa yang bapak rasakan dari perawatan selama ini?
50.
Iya kayak gini-gini aja lah nak, udah capek saya.
Lukanya pun lama baeknya, sabar-sabar aja lah. Udah takdir saya mungkin, sapa cobak yang mau sakit, harus diterima banyak
sabarlah. 51.
Baiklah pak sampai disini saja dulu perbincangan kita, saya ucapkan terimakasih sudah mau berbagi pengalamannya pada saya
52. Iya sama-sama, doakan bapak iya biar cepet sembuh, kamu pun sukses.
53.
Iya pak, suatu saat nanti jika saya ingin berjumpa lagi tidak apa-apa kan pak?
54. Datanga aja, nggak masalah kok.
55.
suatu saat kalau saya jumpai bapak lagi tidak apa-apa kan pak ?
56. tidak apa-apa, saya tidak keberatan.
Universitas Sumatera Utara
Partisipan 2
1.
Perkenalkan nama saya edi pratama putra bangun saya dari fakultas keperawatan usu tujuan saya disini ingin menngetahui pengalaman
adek dalam penyembuhan luka patah tulang adek.
2.
Boleh kita cerita-cerita?
3. Nggak apa-apa bang
4.
Nama adek siapa ?
5. “Sura bang “
6.
Umur Sura berapa ?
7. “20 tahun “
8. Sura masih sekolah atau sudah kerja?
9. “udah tamat SMA bang tapi belum kerja”
10. Sura Agamanya apa ?
11. “Kristen”
12. Pendidikan kamu ?
13. “SMA”
14. Sudah menikah?
15. “iya belum lah bang”
16. Apa saja yang sudah adek lakukan setelah ade mengalami patah tulang
?
17. “di bawak kemari bang, ke tempat dukun patah ini. Tapi sebelum nya
dibawak dulu ke rumah sakit biar dijait lukanya” 18.
Sudah berapa lama ade mengalami patah tulang?
Universitas Sumatera Utara
19. Baru lima bulan bang
20. Coba adek jelaskan perawatan luka seperti apa yang adek lakukan?
21. Ya ngikutin pengobatan luka dari sini lah tiap hari disuruh makan obat,
tergantung parahnya juga si.
22. Pengobatannya seperti apa itu dek?
23. Macem minyak-minyak gitu lah bang sama daun bakong.
24. Bagaimana cara melakukan perawatan lukanya ?
25. Lukanya ditarok daun bakong, tapi di panggang dulu daunnya sampek layu
abis itu di oleskan minyaknya ke daun bakongnya siap itu baru lah di tarok ke
lukanya.
26. Saat kapan adek mengolesnya ?
27.
Pagi sama malam bang.
28.
Coba ade jelaskan apa kegunaan dari perawatan luka yang ade lakukan itu?
29.
Kalok nggak ditarok iya nggak baek-baek lukanya bang
30.
Selain itu apa lagi yang ade lakukan?
31. Mamak aku sering ngasih aku ikan gabus, ikan gabus bisa buat cepet baek
lukanya. Tapi kalok ikan lain nggak bisa. 32.
Jadi apa tujuan ade makan ikan gabus?
33. Aku jugak nggak tau bang, tapi kata mamak biar cepet baek.
34.
Jadi apa bedanya sama ikan lainnya dek?
35. Kurang tau aku bang, itu yang dikasih mamak ku bang.
36. Nggak taulah bang, cuman doa lah yang bisa ku buat, biar cepet sembuh.
Universitas Sumatera Utara
37. Selain perawatan ini adakah perawatan yang khusus ade lakukan?
38. Nggak ada lagi bang, itu-itu aja yang aku buat bang
39. Jadi perubahan apa yang ade rasakan dari perawatan selama ini?
40. Iya kayak abang liat ini lah, belum baek juga. Semapat juga bernanah bang.
41. Takut juga aku bang nanti lukanya nggak baek-baek, kayak yang di tv itu
terakhirnya dipotong kakinya.
42. Tapi kata mamakku aku pasti baek
43. Baiklah dek sampai disini saja dulu perbincangan kita, saya ucapkan
terimakasih sudah mau berbagi pengalamannya pada saya
44. Iya bang, aku juga seneng ada kawan cerita-cerita
45. Suatu saat nanti kalau abang mau ketemu lagi nggak apa-apa kan dek?
46. Nggak apa-apa bang, datang aja.
Universitas Sumatera Utara
Partisipan 3 1.
Selamat pagi buk, perkenalkan nama saya edy pratama, ibu bisa panggil saya edi. saya dari fakultas keperawatan usu tujuan saya disini ingin
mengetahui bagaimana pengalaman bapak terhadap penyembuhan luka patah tulang bapak.
2. sebelumnya nama ibu siapa ?
3. “Tumik”
4. Agama ibu?
5. “islam “
6. Suku ibu ?
7. Jawa
8. Pendidikan ibu ?
9. “SD”
10. Status perkawinan ibu ?
11. “Ibu udah Menikah”
12. Umur ibu ?
13. “umur ibu udah 40 tahun ini lagi jalan 41 tahun”
14. Pekerjaan ibu ?
15. Ibu petani
16. Apa saja yang dulu ibu lakukan setelah ibu mengalami patah tulang ?
17. “waktu dulu wawak patah, wawak pigi ke dukun patah. Anak ibu yang bawak
kesana, anak saya sering perhatian kalok saya sakit”
Universitas Sumatera Utara
18. Berapa lama waktu itu ibu mengalami patah tulang?
19. 1 tahun lebih, hampirlah 2 tahun
20. jadi bagaiman dengan luka ibu?
21. Iya diobatin lah.
22. Coba ibu jelaskan perawatan luka seperti apa yang ibu lakukan?
23. Kalok dulu itu, wawak dikasih obat, nama obatnya itu cepcepen.
24. Bagaimana cara ibu melakukan perawatan lukanya ?
25. Diminum, rasanya kayak lendir-lendir gitu diminum dua kali sehari
26. Saat kapan ibu minumnya ?
27. wawak minum pagi sama malam
28. Coba ibu jelaskan apa kegunaan dari perawatan luka yang bapak lakukan?