E. Fungsi adaptasi lingkungan
Setiap manusia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan dunianya untuk bertahan hidup. Proses komunikasi membantu manusia dalam proses penyesuaian tersebut.
Proses pengiriman pesan oleh komunikator dan penerimaan pesan oleh komunikan dapat membantu kita dalam berhubungan dengan orang lain, saling menyesuaikan
diri, sehingga menimbulkan kesamaan di antara komunikator dan komunikan.
F. Fungsi memanipulasi
Memanipulasi di sini bukanlah diartikan sebagai suatu yang negatif, memanipulasi lingkungan artinya, berusaha untuk mempengaruhi setiap orang berusaha untuk
saling mempengaruhi dunia dan orang-orang yang berada di sekitarnya. Dalam fungsi manipulasi, komunikasi digunakan sebagai alat kontrol utama dan pengaturan
lingkungan. Contohnya, iklan salah satu minuman yang divisualisasikan dengan seorang gadis yang kehausan, mengambil satu kemasan Nutrilo yang kemudian
diseduh dengan air dingin. Gadis tersebut kemudian berbicara pada pacarnya dan dari mulutnya keluar udara yang berbentuk buah nenas, jeruk, mangga dan lain
sebagainya. Pemasangan iklan dalam hal ini telah memanipulasi lingkungan.
Memahami fungsi-fungsi media massa menurut Devito, pada Karlinah, dalam Karlinah, dkk 1999, ada tiga masalah pokok yang harus diperhatikan. Pertama, setiap kali kita
menghidupkan pesawat televisi, radio maupun membaca suratkabar dan majalah, kita melakukannya karena alasan tertentu yang unik. Kedua, komunikasi massa menjalankan fungsi
yang berbeda bagi setiap pemirsa secara individual. Program televisi yang sama dapat menghibur satu orang, mendidik yang lain, mempengaruhi seseorang atau kelompok orang. Ketiga, fungsi
yang dijalankan komunikasi massa bagi sembarangan orang yang berbeda dari satu waktu ke waktu yang lain. Produk rekaman tertentu bisa dirasakan sebagai penghibur sesaat, tetapi pada
saat yang lain rekaman tersebut dirasakan sebagai olah sosialisasi atau alat pemersatu. Ardianto dan Erdinaya, 2000:15-21.
2. 1. 3. Ciri-ciri Komunikasi Massa
Ciri-ciri komunikasi massa seperti yang telah diterangkan di atas, para ahli komunikasi berpendapat bahwa yang dimaksud dengan komunikasi massa Mass
Universitas Sumatera Utara
Communication adalah komunikasi melalui media massa yang merupakan singkatan dari Komunikasi Media Massa Mass Media Communication.
Ciri-ciri komunikasi massa tersebut ialah :
1. Komunikasi massa berlangsung satu arah yang artinya berbeda dengan komunikasi
antarpesona interpersonal communication yang berlangsung dua arah, komunikasi massa berlangsung satu arah one-way communication. Ini berarti bahwa tidak
terdapat arus balik dari komunikan kepada komunikator. Dengan lain perkataan, wartawan sebagai komunikator tidak mengetahui tanggapan para pembacanya
terhadap pesan atau berita yang disiarkannya itu.
2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga yang artinya media massa sebagai
saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau organisasi. Oleh karena itu, komunikatornya melembaga atau dalam bahasa asing disebut
institutionalized communikator atau organized communicator. 3.
Pesan pada komunikasi massa bersifat umum yang artinya pesan yang disebarkan melalui media massa bersifat umum public karena ditujukan kepada umum dan
mengenai kepentingan umum. Jadi tidak ditujukan kepada perseorangan atau kepada sekelompok orang tertentu.
4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan yang artinya ciri lain dari
media massa
adalah kemampuannya
untuk menimbulkan
keserempakan simultaneity pada pihak khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan.
5. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen yaitu komunikasi atau khalayak
yang merupakan kumpulan anggota masyarakat yang dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Teori Uses and Gratification Theory
Elihu Katz-lah yang pertama sekali memperkenalkan pendekatan Uses Gratification. Dia menyebutkan bahwasanya khalayak menggunakan media demi keuntungan
mereka. Teori ini melihat bahwa khalayak adalah kelompok aktif yang mampu dengan jeli melihat jenis media mana yang dapat dianggap tepat dan isi media tersebut dapat memenuhi
kebutuhan dalam mencapai kepuasan pribadi.
Katz 1974 menggambarkan logika yang mendasari penelitian mengenai media Uses and Gratification sebagai berikut: 1 Kondisi sosial psikologis seseorang akan menyebabkan
adanya 2 kebutuhan, yang menciptakan 3 harapan – harapan terhadap 4 media massa
atau sumber-sumber lain, yang membawa kepada 5 perbedaan pola penggunaan media atau keterlibatan dalam aktivitas lainnya yang akhirnya akan menghasilkan 6 pemenuhan
kebutuhan dan 7 konsekuensi lainnya, termasuk yang tidak diharapkan sebelumnya Sendjaja, 2002: 5.38.
Rosengren dkk,2001 mengatakan perkembangan teori Uses and Gratification Media dibedakan dalam tiga fase, yaitu:
1. Fase pertama ditandai oleh Elihu Katz dan Blumler memberikan deskripsi tentang
orientasi subgroup audiens untuk memilih dari ragam isi media. Dalam fase ini masih terdapat kelemahan metodologis dan konseptual dalam meneliti orientasi audiens.
2. Fase kedua, Elihu Katz dan Blumler menawarkan operasionalisasi variabel-variabel
sosial dan psikologis yang diperkirakan memberi pengaruh terhadap perbedaan pola –
pola konsumsi media. Fase ini juga menandai dimulainya perhatian pada tipologi penelitian gratifikasi media.
3. Fase ketiga, ditandai adanya usaha menggunakan data gratifikasi untuk menjelaskan
cara lain dalam proses komunikasi, dimana harapan dan motif audiens mungkin berhubungan
Universitas Sumatera Utara
Kristalisasi dari gagasan, anggapan, temuan penelitian tentang Uses and Gratification Media mengatakan, bahwa kebutuhan social dan psikologis menggerakkan harapan pada
media massa atau sumber lain yang membimbing pada perbedaan pola-pola terpaan media dalam menghasilkan pemuasan kebutuhan dan konsekuensi lain yang sebagian besar
mungkin tidak sengaja.
Elihu Katz, Jay G. Blumler; dan Michael Gurevitch dalam Baran dan Davis, 2000:237 menguraikan lima elemen atau asumsi-asumsi dasar dari Uses and Gratification
Media sebagai berikut: 1.
Audiens adalah aktif, dan penggunaan media berorientasi pada tujuan.
2. Inisiatif yang menghubungkan antara kebutuhan kepuasan dan pilihan media spesifik
terletak di tangan audiens
3. Media bersaing dengan sumber-sumber lain dalam upaya memuaskan kebutuhan
audiens
4. Orang-orang mempunyai kesadaran-diri yang memadai berkenaan penggunaan media,
kepentingan dan motivasinya yang menjadi bukti bagi peneliti tentang gambaran keakuratan penggunaan itu.
5. Nilai pertimbangan seputar keperluan audiens tentang media spesifik atau isi harus
dibentuk.
Selanjutnya Baran dan Davis 2000:238 melakukan beberapa pengujian-pengujian terhadap asumsi-asumsi Uses and Gratification Media menghasilkan enam 6 kategori
identifikasi dan temuan-temuannya, sebagai berikut:
1. Asal usul sosial dan psikologis gratifikasi media.
John W.C. Johnstone menganggap bahwa anggota audiens tidak anonimous dan sebagai individu yang terpisah, tetapi sebagai anggota kelompok sosial yang
terorganisir dan sebagai partisipan dalam sebuah kultur. Sesuai dengan anggapan ini,
Universitas Sumatera Utara
media berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dan keperluan individu -individu, yang tumbuh didasarkan lokalitas dan relasi sosial individu-individu tersebut.
Faktor-faktor psikologis juga berperan dalam memotivasi penggunaan media. Konsep-konsep psikologis seperti kepercayaan, nilai-nilai, dan persepsi mempunyai
pengaruh dalam pencarian gratifikasi dan menjadi hubungan kausal dengan motivasi media.
2. Pendekatan nilai pengharapan.
Konsep pengharapan audiens yang perhatian concern pada karakteristik media dan potensi gratifikasi yang ingin diperoleh merupakan asumsi pokok Uses and
Gratification Media mengenai audiens aktif. Jika anggota audiens memilih di antara berbagai alternatif media dan non media sesuai dengan kebutuhan mereka, mereka
harus memiliki persepsi tentang alternatif yang memungkinkan untuk memperoleh kebutuhan tersebut. Kepercayaan terhadap suatu media tertentu menjadi faktor
signifikan dalam hal pengharapan terhadap media itu.
3. Aktifitas audiens.
Levy dan Windahl menyusun tipologi aktifitas audiens yang dibentuk melalui dua dimensi:
• Orientasi audiens; selektifitas; keterlibatan; kegunaan. • Skedul aktifitas: sebelum; selama; sesudah terpaan ”audiens”
Katz, Gurevitch, dan Haas dalam penelitian tentang penggunaan media, menemukan perbedaan anggota audiens berkenaan dengan basis gratifikasi yang dirasakan.
Dipengaruhi beberapa faktor. Yaitu: struktur media dan teknologi; isi media; konsumsi media; aktifitas non media; dan persepsi terhadap gratifikasi yang
diperoleh. Garramore secara eksperimental menggali pengaruh ”rangkaian motivasi pada proses komersialisasi politik melalui TV. Ia menemukan bahwa anggota
Universitas Sumatera Utara
audience secara aktif memprosesmencerna isi media, dan pemrosesan ini dipengaruhi oleh motivasi.
4. Gratifikasi yang dicari dan yang diperoleh.
Pada awal sampai pertengahan 1970-an sejumlah ilmuwan media menekankan perlunya pemisahan antara motif konsumsi media atau pencarian gratifikasi GS dan
pemerolehan gratifikasi GO. Penelitian tentang hubungan antara GS dan GO, menghasilkan temuan sebagai berikut GS individual berkorelasi cukup kuat dengan
GO terkait. Di lain pihak GS dapat dipisahkan secara empiris dengan GO, seperti pemisahan antara GS dengan GO secara konseptual, dengan alasan sebagai berikut:
• GS dan GO berpengaruh, tetapi yang satu bukan determinan bagi yang lain.
• Dimensi-dimensi GS dan GO ditemukan berbeda dalam beberapa studi.
• Tingkatan rata-rata GS seringkali berbeda dari tingkatan rata-rata GO.
• GS dan GO secara independen menyumbang perbedaan pengukuran konsumsi
media dan efek.
Penelitian GS dan GO menemukan bahwa GS dan GO berhubungan dalam berbagai cara dengan variabel-variabel: terpaan; pemilihan program dependensi media;
kepercayaan; evaluasi terhadap ciri-ciri atau sifat-sifat media.
5. Gratifikasi dan konsumsi media.
Penelitian mengenai hubungan antata gratifikasi GS-GO dengan konsumsi media terbagi menjadi dua kategori utama, yaitu:
• Studi tipologis mengenai gratifikasi media.
• Studi yang menggali hubungan empiris antara gratifikasi di satu sisi dengan
pengukuran terpaan media atau pemilihan isi media di sisi lain.
Universitas Sumatera Utara
Studi-studi menunjukkan bahwa gratifikasi berhubungan dengan pemilihan program. Becker dan Fruit memberi bukti bahwa anggota audiens membandingkan GO dari media
yang berbeda berhubungan dengan konsumsi media. Studi konsumsi media menunjukkan terdapat korelasi rendah sampai sedang antara pengukuran gratifikasi dan indeks konsumsi.
6. Gratifikasi dan efek yang diperoleh.
Windahl penggagas model uses and effects, menunjukkan bahwa bermacam-macam gratifikasi audiens berhubungan dengan spectrum luas efek media yang meliputi
pengetahuan, dependensi, sikap, persepsi mengenai realitas social, agenda setting, diskusi, dan berbagai efek politik. Blumer mengkritisi studi uses and effects sebagai
kekurangan perspektif. Dalam usaha untuk menstimulasi suatu pendekatan yang lebih teoritis, Blumer menawarkan tiga hipotesis sebagai berikut:
• Motivasi kognitif akan memfasilitasi penemuan informasi.
• Motivasi pelepasan dan pelarian akan menghadiahi penemuan audiens
terhadap persepsi mengenai situasi sosial. •
Motivasi identitas personal akan mendorong penguatan efek.
2.3 Gaya Hidup
Menurut James P. Chaplin 2005:186 gaya hidup adalah cara seorang individu menanggapi lingkungan jenis kebutuhan atau inspirasinya yang individual dan karakteristik
sifatnya. Konsep tersebut mencakup keseluruhan motivasi dan pola tingkah laku individu sepanjang hidupnya atau satu aspek individu dari gaya hidup. Misalnya adalah cara
mengatasi perasaan inferiornya. Gaya hidup dapat juga diartikan sebagai pengekspresian diri dalam bentuk tampilan. Tampilan yang dimaksud biasa dieksprsikan dari sikap dan tingkah
laku yang kadang menjadi kebiasaan dan merupakan ciri khas seseorang.
Universitas Sumatera Utara
Untuk melihat bagaimana gaya seeorang ataupun sekelompok orang dapat diamati dari tempat tinggal maupun bentuk interaksi yang dilakukan setiap wargannya, baik dalam
suatu perkampungan maupun lingkungan dimana si individu melakukan sutu interaksi. Interaksi yang dimaksud adalah interaksi yang dilakukan oleh satu individu dengan individu
lain yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan sikap dan perilaku individu tersebut. Dengan demikian sikap dan perilaku itu dapat membentuk suatu pola hidup yang khas dalam
komunitas. Kehidupan yang demikian pada gilirannya akan memunculkan suatu bentuk gaya hidup.
Melalui konsep gaya hidup, Adler Hall, Calvin S:1995 menjelaskan keunikan manusia. Setiap manusia memiliki tujuan, perasaan inferior, berjuang menjadi superior dan
dapat mewarnai atau tidak mewarnai usaha mencapai superioritasnya itu dengan minat sosial. Akan tetapi, setiap manusia melakukannya dengan cara yang berbeda. Gaya hidup
merupakan cara unik dari setiap orang dalam mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan dalam lingkungan hidup tertentu, di tempat orang tersebut berada. Gaya hidup berdasarkan
atas makna yang seseorang berikan mengenai kehidupannya atau interpretasi unik seseorang mengenai inferioritasnya, setiap orang akan mengatur kehidupannya masing-masing unuk
mencapai tujuan akhirnya dan mereka berjuang untuk mendapatkan tujuan akhirnya tersebut. Gaya hidup terbentuk pada usia 4-5 tahun dan tidak hanya ditentukan oleh kemampuan
intrinsik hereditas dan lingkungan objektif, melainkan dibentuk oleh persepsi dan interpretasinya mengenai kedua hal tersebut. Seorang anak tidak memandang suatu situasi
sebagaimana adanya, melainkan dipengaruhi oleh prasangka dan minatnya dirinya.
2.4 Terpaan Media Media Exposure
Terpaan media diartikan sebagai suatu kondisi dimana orang diterpa oleh isi media atau bagaimana isi media menerpa audiens. Terpaan media adalah perilaku seseorang atau
audiens dalam menggunakan media massa. Perilaku ini menurut Blumler dalam Littlejohn Rahayu, 2009: 28 dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti:
1. Surveillance, yaitu kebutuhan individu untuk mengetahui lingkungannya.
2. Curiosity, yaitu kebutuhan individu untuk mengetahui peristiwa-peristiwa
menonjol di lingkungannya.
Universitas Sumatera Utara
3. Diversion, yaitu kebutuhan individu untuk lari dari perasaan tertekan, tidak
aman, atau untuk melepaskan ketegangan jiwa. 4.
Personal identity, yaitu kebutuhan individu untuk mengenal dirinya dan mengetahui posisi keberadaannya di masyarakat.
Media exposure menurut Jalaluddin Rakhmat 1989 diartikan sebagai terpaan media, sedangkan Masri Singarimbun 1982 mengartikannya dengan sentuhan media. Menurut
Rakhmat, media exposure dapat dioperasionalkan sebagai frekuensi individu dalam menonton televisi, film, membaca majalah atau surat kabar, maupun mendengarkan radio.
Selain itu, media exposure berusaha mencari data audiens tentang penggunaan media, baik jenis media, frekuensi penggunaan, maupun durasi penggunaan atau longevity. Penggunaan
media terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media, jenis isi media yang dikonsumsi, dan berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang
dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan Rakmat, 2004:66. Pakar lainnya, Shore 1985 memberikan definisi sebagai berikut:
Media exposure is more complicated than access because is ideal not only with what her a person is within pysical range of the particular mass
medium but also whether person is actually exposed to the message. Exposure is hearing, seeing, reading, or most generally, experiencing with
at least a minimal amount of interest the mass media message. The exposure might occure to an individual or group level.
Artinya terpaan media adalah lebih lengkap daripada akses. Terpaan tidak hanya menyangkut apakah seseorang secara fisik cukup dekat dengan kehadiran media massa akan
tetapi apakah seseorang tersebut benar-benar terbuka dengan pesan-pesan media tersebut. Terpaan merupakan kegiatan mendengar, melihat, dan membaca pesan-pesan media massa
ataupun pengalaman dan perhatian terhadap pesan tersebut yang dapat terjadi pada individu maupun kelompok.
Menurut Kenneth E. Andersen 1972, perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya
melemah. Sifat menonjol yang menjadi bahan perhatian oleh stimuli, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Gerakan. Seperti organisme yang lain, manusia secara visual tertarik pada objek-objek
yang bergerak. Kita senang melihat huruf-huruf dalam display yang bergerak menampilkan nama barang yang diiklankan.
2. Intensitas stimuli. Kita akan memperhatikan stimuli yang lebih menonjol dari stimuli
yang lain. Warna merah pada latar belakang putih, tubuh jangkung di tengah-tengah orang pendek, sukar lolos dari perhatian kita.
3. Kebaruan novelty. Hal-hal yang baru, yang luar biasa, yang berbeda, akan menarik
perhatian. Beberapa eksperimen juga membuktikan stimuli yang luar biasa lebih mudah dipelajari atau diingat.
4. Perulangan. Hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila disertai dengan sedikit variasi,
akan menarik perhatian. Disini unsur familiarity yang mudah dikenal berpadu dengan unsur novelty yang baru kita kenal. Perulangan juga mengandung unsur
sugesti: mempengaruhi bawah sadar kita Rakhmat, 2007: 52-53.
Frank Biocca dalam Littlejohn Rahayu, 2009: 28 menyatakan bahwa karakteristik terpaan media dapat diukur melalui dimensi-dimensi seperti:
1. Selectivity kemampuan memilih yaitu kemampuan audiens dalam
menetapkan pilihan terhadap media dan isi yang akan dieksposnya.
2. Intentionally kesengajaan yaitu tingkat kesengajaan audiens dalam
menggunakan media atau kemampuan dalam mengungkapkan tujuantujuan penggunaan media.
3. Utilitarianism pemanfaatan yaitu kemampuan audiens untuk
mendapatkan manfaat dari penggunaan media.
4. Involvement keterlibatan yaitu keikutsertaan pikiran dan perasaan audies
dalam menggunakan media dan pesan media yang diukur melalui frekuensi maupun intensitas.
Universitas Sumatera Utara
5. Previous to influence yaitu kemampuan untuk melawan arus pengaruh
media.
2.5 Teori Kultivasi
Menurut teori ini, media khususnya televisi merupakan sarana utama untuk mempelajari tentang masyarakat dan kulturnya. Teori kultivasi berpendapat bahwa pecandu
berat televisi membentuk suatu citra realitas yang tidak konsisten dengan kenyataan.
George Gerbner McQuail, 1987 menyatakan bahwa sebuah tayangan yang ditampilkan di televisi dapat mempengaruhi khalayak yang menontonnya. Pengaruh yang
disebabkan oleh televisi ini ternyata bukan hanya pada tahap kognitif atau afektif, tetapi juga sampai pada efek konatif behavioral. Maksudnya bukan hanya telah mempengaruhi aspek
psikologis penonton bahkan dapat membuat penonton untuk cenderung meniru adegan yang ditayangkan di TV.
Secara sistematis, tahapan-tahapan untuk sampai ke tahap behavioral perilaku dapat digambarkan sebagai berikut:
TV Viewing Incident Information Holding Social Reality
Behavior
Constructing
Learning: 1. attention
2. capacity 3. focusing strategy
4. involvement
Universitas Sumatera Utara
Ketika sebuah tayangan ditayangkan di televisi TV Viewing, terjadi proses belajar Learning di dalam benak khalayak yang menontonnya. Proses Learning yang diajukan
Gerbner ini hampir sama dengan teori Social Learning yang dikemukakan oleh Albert Bandura McQuail, 1987. Kita belajar bukan hanya dari pengalaman langsung, tetapi juga
dari peniruan atau peneladanan modelling.
2.2 Kerangka Konsep
Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat
mengantarkan pada perumusan hipotesa Nawawi, 1995:40. Konsep adalah penggambaran secara tepat tentang fenomena yang hendak diteliti
yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial
Singarimbun, 1995:57 Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Bebas X
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Dinamakan variabel bebas dikarenakan
bebas mempengaruhi variabel lainnya. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah terpaan tayangan K-Pop dan Drama Korea
2. Variabel Terikat Y
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari adanya variabel bebas. Disebut sebagai variabel terikat karena variabel ini
dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah gaya hidup
Universitas Sumatera Utara
3. Variabel Antara Z
Variabel antara berada diantara bebas dan terikat, yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antara variabel bebas dan terikat. Variabel antara dalam
penelitian ini adalah karakteristik responden.
Skema 1.1 Variabel Penelitian
2.3 Variabel Penelitian
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah disusun, maka untuk memudahkan penelitian, perlu dibuat variabel penelitian sebagai berikut :
Variabel Antara Z Karakteristik Responden
Variabel Bebas X Terpaan Tayangan K-Pop dan
Drama Korea Variabel Terikat Y
Gaya Hidup Mahasiswi FISIP USU
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1 Variabel Penelitian
Variabel Teoritis Variabel
Operasional Deskriptor
Pertanyaan Teknik
Skor
Terpaan Tayangan Korean Wave
Variabel X
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia
KBBI, pengertian terpaan adalah suatu
hal yang mengenai sesuatu yang
sasarannya berupa khalayak ramai.
Frekuensi Terpaan.
Intensitas Terpaan
Kekerapan Menonton
Kesinambungan Siaran
- Apakah anda sering menonton
acara Korean Wave seperti K-Pop dan
Drama Korea?
- Menurut anda, Bagaimana
Tayangan Korean Wave seperti K-
Pop dan Drama Korea saat ini?
- Apakah tayangan Korean Wave
seperti K-Pop dan Drama Korea dapat
diakses di tempat anda?
- Apakah durasi tayangan Korean
Wave seperti K- Pop dan Drama
Korea yang anda tonton ini sudah
sesuai?
- Dalam sehari, berapa lama
Universitas Sumatera Utara
Ketertarikan akan konten
Minat dan perhatian pada
tayangan menit yang anda
habiskan untuk menonton tayangan
Korean Wave seperti K-Pop dan
Drama Korea?
- Seringkah anda mencari informasi
tentang tayangan Korean Wave
seperti info-info tentang K-Pop dan
Drama Korea?
- Apakah anda setuju informasi
yang anda akses tentang tayangan
Korean Wave dapat menambah
wawasan atau rasa keingintahuan
anda?
- Bagaimana tingkat atensi anda
dalam menonton tayangan Korean
Wave?
- Apakah anda menyukai cara
berpakaian para artis atau musisi
yang ada di tayangan Korean
Universitas Sumatera Utara
Gaya Hidup ; atau Life style,
Variabel Y
Pola hidup seseorang di dunia yang
diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan
opininya. Gaya hidup menggambarkan
“keseluruhan diri seseorang” dalam
berinteraksi dengan lingkungannya
Kotler, 2002:192 Penampilan
Penampilan dalam memilih
pakaian dan busana
Wave?
- Apakah anda sering meniru cara
berpakaian para artis atau musisi di
tayangan Korean Wave?
- Bagaimana gaya berpakaian yang
ditampilkan para artis atau musisi di
tayangan Korean Wave?
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Gaya rambut yang
ditampilkan para artis atau musisi
Korean Wave
Aksesoris atau benda-benda
yang dikenakan untuk
mendukung atau menjadi
pengganti - Apakah anda
menyukai gaya potongan rambut
para artis atau
musisi Korean Wave?
- Apakah anda sering meniru gaya
atau potongan rambut para artis
atau musisi Korean Wave?
- Bagaimana gaya potongan rambut
yang ditampilkan para artis atau
musisi Korean Wave?
- Apakah anda menyukai aksesoris
yang digunakan
artis atau musisi Korean Wave?
- Seberapa seringkah anda
mengenakan
aksesoris yang sama seperti artis
atau musisi Korean
Universitas Sumatera Utara
Ekspresi Diri pakaian.
Kemampuan seseorang untuk
menyatakan perasaan ke
orang lain Wave?
- Jika ada mengenakan,
Aksesoris seperti apa yang anda
kenakan ?
- Bagaimana ekspresi diri yang
ditampilkan artis atau musisi Korean
Wave?
- Apakah anda menyukai ekpresi
diri artis atau musisi Korean
Wave?
- Cocok kah ekspresi diri yang
ditampilkan artis atau musisi Korean
Wave untuk kita tiru?
Universitas Sumatera Utara
Perilaku Respon atau
reaksi seseorang terhadap
stimulus atau rangsangan dari
luar.
Perkataan yang - Bagaimana anda
melihat perilaku yang ditonjolkan
artis atau musisi Korean Wave?
- Apakah tayangan Korean Wave
mempengaruhi perilaku anda?
- Apakah wajar kita meniru perilaku
yang ada di tayangan Korean
Wave?
- Bagaimana tutur bahasa yang
diucapkan oleh artis Korean Wave?
- Apakah anda menyukai tutur
bahasa yang diucapkan para
artis atau musisi Korean Wave?
- Setelah menonton tayangan Korean
Wave, apakah anda meniru tutur bahasa
yang diucapkan
Universitas Sumatera Utara
Tutur Bahasa diucapkan
kepada orang lain
artis atau musisi Korean Wave?
2.4 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Definisi operasional adalah suatu petunjuk
pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang ingin
menggunakan variabel yang sama Singarimbun, 2008:46 Definisi operasional dari variabel-variabel penelitian ini adalah :
1. Variabel Bebas X yang terdiri dari :
a. Frekuensi Terpaan : Tingkat keseringan mahasiswi FISIP USU dalam
mengakses dan menonton tayangan K-Pop dan Drama Korea
Universitas Sumatera Utara
b. Intensitas Terpaan : Tingkat durasi, atensi atau kedalaman dalam mencari
informasi tentang K-Pop dan Drama Korea di internet, majalah atau televisi c.
Ketertarikan Konten : Seberapa minat mahasiswi FISIP mencari segala sesuatu mengenai K-Pop dan Drama Korea
2. Variabel Terikat Y
a. Penampilan berpakaian, yakni cara berpakaian dan mengenakan aksesoris
mahasiswi FISIP USU
b. Ekspresi Diri, merupakan cara mengekspresikan jiwa, sikap mahasiswi FISIP
USU c.
Perilaku merupakan tingkah laku dan reaksi mahasiswi FISIP USU d.
Tutur bahasa merupakan lisan atau perkataan yang diucapkan.
2.5 Hipotesis
Hipotesis adalah pendapat atau pernyataan yang masih belum tentu kebenarannya, masih harus diuji terlebih dahulu dan karenanya bersifat sementara atau dugaan awal
Kriyantono, 2006:28 Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ho : tayangan Korean Wave tidak mempengaruhi gaya hidup mahasiswi FISIP USU Ha : tayangan Korean Wave mempengaruhi gaya hidup mahasiswi FISIP USU
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode berasal dari bahasa Yunani methodos yang berarti rangkaian yang sistematis dan yang merujuk kepada tata cara yang sudah dibina berdasarkan rencana yang pasti,
mapan, dan logis pula Effendy, 2003:56 Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional.
Metode korelasional adalah metode yang berusaha menjelaskan suatu permasalahan atau gejala yang lebih khusus dalam menjelaskan antara 2 objek. Metode penelitian ini bertujuan
untuk menemukan ada tidaknya hubungan tersebut. metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket atau kuesioner
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi pelaksanaan penelitian ini adalah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, yang berada di jalan Dr. A.Sofyan No. 1 Kampus USU Medan.
3.3 Populasi dan Sampel