BAB II TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM PROSES BELAJAR
MENGAJAR DARI PERSPEKTIF HUKUM PIDANA DAN UU NO 14 TAHUN 2005
A. Tindak Pidana Kekerasan Terhadap Fisik Dalam Hukum Pidana
Kekerasan fisik adalah agresi fisik diarahkan pada seorang anak oleh orang dewasa. Hal ini dapat melibatkan meninju, memukul, menendang,
mendorong, menampar, membakar, membuat memar, menarik telinga atau rambut, menusuk, membuat tersedak atau menguncang seorang anak.
39
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 89 dinyatakan bahwa
membuat orang pingsan atau membuat orang tidak berdaya disamakan dengan menggunakan kekerasan. Dengan demikian kejahatan kekerasan merupakan
kejahatan yang dilakukan dan disertai dengan menggunakan kekuatan fisik yang mengakibatkan korban pingsan atau tidak berdaya.
40
Selain itu kekerasan sering dilakukan bersama dengan salah satu bentuk tindak pidana, misalnya pencurian
dengan kekerasan Pasal 365 KUHP, penganiayaan Pasal 351 KUHP, perkosaan Pasal 285 KUHP, dan seterusnya.
41
Tindak pidana tersebut dilakukan dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, sedangkan cara bagaimana kekerasan dilakukan atau alat apa yang
dipakai, masing-masing tergantung pada kasus yang timbul. Jadi sifatnya
39
https:id.wikipedia.orgwikiKekerasan_terhadap_anak Judul Artikel : Kekerasan Terhadap Anak, diakses pada Senin 3 Agustus 2015, Pukul 13.40 WIB
40
R.Soesilo, Loc.cit
41
Moerti Hadiati Soeroso, Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dalam Perspektif Yuridis- Viktimologis, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hal 1
Universitas Sumatera Utara
kasuistis. Perbuatan tersebut dapat menimpa siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan, dari anak-anak sampai dewasa.
42
Dalam Undang-undang Perlindungan anak UU No 23 Tahun 2002 mengenai kekerasan ini telah diatur dalam Pasal 4 yaitu salah satu hak anak untuk
mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, juga dalam Pasal 13 dijelaskan tentang perlindungan anak selama dalam pengasuhan salah satunya
pada huruf d dijelaskan perlindungan dari kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan.
43
Adapun kekerasan terhadap anak adalah setiap perbuatan yang ditujukan pada anak yang berakibat kesengsaraan dan penderitaan baik fisik
maupun psikis, baik yang terjadi didepan umum atau dalam kehidupan pribadi. Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa kekerasan itu bukan hanya
tindakan secara fisik, tetapi juga dapat secara psikis. Tindakan fisik langsung bisa dirasakan akibatnya oleh korban serta dapat dilihat oleh siapa saja.
Kekerasan anak secara fisik adalah penyiksaan, pemukulan, dan penganiayaan terhadap anak, dengan atau tanpa menggunakan benda
–benda tertentu, yang menimbulkan luka
–luka fisik atau kematian pada anak.
44
Sedang dalam UU PKDRT sebagaimana yang disebutkan pada pasal 9, kekerasan fisik
adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.
45
Sehingga dapat dsimpulkan bahwa kekerasan fisik merupakan tindakan fisik yang ditujukan kepada anak dengan menggunakan kekuatan fisik baik
dengan cara meninju, memukul, menendang, menampar dan sebagainya yang
42
Ibid.,
43
Ibid, hal 60
44
Abu Huraerah, Op.Cit, hal 37
45
Badriyah Khaleed, Penyelesaian hukum KDRT, Penerbit Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2015, hal 18.
Universitas Sumatera Utara
dapat menimbulkan penderitaan fisik baik luka-luka atau dapat berujung kematina pada anak. Kekerasan fisik ini dapat langsung dirasakan serta dapat dirasakan
oleh siapa saja.
B. Perlindungan Terhadap Hak-Hak Anak dalam UU No. 23 Tahun 2002 Dikaitkan Dengan Kekerasan yang Dilakukan Guru Terhadap Anak
dalam Proses Belajar Mengajar
Perlindungan anak adalah suatu usaha yang mengadakan kondisi dimana setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya. Adapun perlindungan
anak merupakan perwujudan adanya keadilan dalam suatu masyarakat. Perlindungan anak merupakan suatu bidang Pembangunan Nasional. Melindungi
anak adalah melindungi manusia, adalah membangun manusia seutuhnya. Mengabaikan masalah perlindungan anak tidak akan memantapkan Pembangunan
Nasional.
46
Konsepsi perlindungan anak meliputi ruang lingkup yang luas, dalam arti bahwa perlindungan anak tidak hanya mengenai perlindungan atas semua hak
serta kepentingan yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani maupun sosial, dan perlindungan anak
juga menyangkut aspek pembinaan generasi muda. Terhadap anak dalam kasus apapun, kepentingan anak selalu diutamakan berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan :
46
Arif Gosita, Masalah Korban Kejahatan :Kumpulan Karangan ,Penerbit Universitas Trisakti,Jakarta, 2009, hal, 312
Universitas Sumatera Utara
a. Bahwa anak–anak harus dijunjung tinggi oleh setiap orang dengan tidak
lupa menanamkan rasa tanggung jawab kepadanya untuk melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara, warga masyarakat, dan anggota
keluarga dalam batas –batas tertentu yang menghimbau anak dalam
melaksanakan kewajiban itu. b.
Bahwa perlindungan anak dalam arti hak–hak dan kebutuhannya secara optimal bertanggung jawab, merupakan usaha bagi kepentingan masa
depan anak dan pembinaan generasi mendatang.
47
Oleh Aminah Aziz, mengutip pendapat Barda Nawawi Arief dengan menggunakan istilah perlindungan hukum anak dan diartikan sebagai
perlindungan hukum terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak fundamental right and freedoms of children serta berbagai kepentingan yang
berhubungan dengan kesejahteraan anak.
48
Masalah perlindungan hukum dan hak –haknya anak bagi anak–anak
merupakan salah satu sisi pendekatan untuk melindungi anak –anak Indonesia.
Agar perlindungan hak –hak anak dapat dilakukan secara teratur, tertib dan
bertanggung jawab maka diperlukan peraturan hukum yang selaras dengan perkembangan masyarakat Indonesia yang dijiwai sepenuhnya oleh Pancasila dan
UU Dasar 1945. Dalam kaitannya dengan persoalan perlindungan hukum bagi anak
–anak, maka dalam UUD 1945 pada Pasal 34 telah ditegaskan bahwa “fakir miskin dan anak
–anak terlantar dipelihara oleh Negara”. Hal ini menunjukkan
47
Aminah Aziz, Aspek Hukum Perlindungan Anak,USU Press,Medan, 1998, hal 26
48
Ibid, hal. 27
Universitas Sumatera Utara
adanya perhatian serius dari pemerintah terhadap hak –hak anak dan
perlindungannya. Pengaturan perlindungan anak diatur dalam UU No 23 Tahun 2002,
dimana pada Pasal 1 ayat 2 menyebutkan : Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak
–haknya agar dapat hidup, tumbuh, dan berkembang, dan berpastisipasi secara optimal sesuai dengan harkat
dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Sehingga yang menjadi cakupan dari perlindungan anak adalah meliputi non diskriminasi, kepentingan yang terbaik bagi anak, hak untuk hidup,
kelangsungan hidup, dan perkembangan, dan penghargaan terhadap pendapat anak. Perlindungan anak memiliki tujuan, sebagaimana yang diatur didalam Pasal
3 UU No 23 T ahun 2002 yaitu “untuk menjamin terpenuhinya hak–hak agar anak
dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera.
Undang –Undang Perlindungan Anak dibuat dan dirancang dalam rangka
bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia menjamin kesejahteraan tiap –tiap
warga negaranya, termasuk perlindungan terhadap anak yang merupakan hak asasi manusia, dimana bahwa anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha
Esa, yang didalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Oleh karena itu, setiap anak perlu mendapat kesempatan yang seluas
–
Universitas Sumatera Utara
luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan berakhlak mulia, dan perlu dilakukan perlindungan serta untuk
mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi.
Sebagaimana tertulis dalam Pasal 1 ayat 2, yang disebut dengan perlindungan anak adalah : Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi anak dan hak –haknya agar dapat hidup, tumbuh,
berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Serta,
pada Pasal 2, ayat 3 dan 4, Undang –Undang Republik Indonesia No. 4 tahun
1979, Tentang Kesejahteraan Anak berbunyi sebagai berikut : Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semsa dalam kandungan maupun sesudah
dilahirkan. Anak berhak atas perindungan –perlindungan terhadap lingkungan
hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar. Kedua ayat ini dengan jelas menyatakan dan
mendorong perlu adanya perlindungan anak dalam rangka mengusahakan kesejahteraan anak dan perlakuan yang adil terhadap anak.
49
Dan perlindungan anak ini memiliki tujuan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 3 yaitu : Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya
hak –hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara
optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat pelindungann dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak indonesia
49
Gosita Arif, Op cit hal 311
Universitas Sumatera Utara
yang berkualitas, berakhlak, dan sejahtera. Sehingga berdasarkan uraian diatas, anak yang merupakan tunas, potensi, dan generasi muda diberikan suatu jaminan
dan perlindungan untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental, maupun sosial, dan berakhlak mulia yang nantinya dapat berperan untuk
menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan. Dalam konteks kegiatan belajar mengajar, anak ketika dalam proses
pendidikan disebut dengan peserta didik, yang sehari –hari dapat disebut dengan
murid atau anak didik. Anak didik pada dasarnya merupakan anak yang masih dibawah umur yang memerlukan didikan, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 9
UU No 23 Tahun 2003 menyebutkan : Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat
kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. Sehingga dalam mendukung pengembangan pribadi sebagaimana pada pasal diatas, diperlukan seorang guru
yang merupakan sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pedidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab. Namun pada dasarnya anak didik memiliki karakteristik yang secara
pribadi belum dewasa dan masih didalam tahap penyempurnaan suatu aspek kedewasaan tertentu dan memiliki sifat-sifat dasar manusia yang sedang
berkembang secara terpadu yaitu kebutuhan biologis, rohani, sosial, inteligensi, emosi, kemampuan berbicara, anggota tubuh untuk bekerja kaki, tangan, jari,
Universitas Sumatera Utara
latar belakang sosial, latar belakang biologis warna kulit, bentuk tubuh, dan lainnya, serta perbedaan individual. Yang pada tahap tersebut anak didik rentan
untuk melakukan suatu perbuatan yang tidak baik nakal, bandel. Guru sebagai pendidik yang memiliki tanggungjawab dalam perkembangan pribadi anak didik,
kadang kala memberikan suatu tindakan disiplin kepada anak didik yang nakal tersebut yaitu berupa hukuman, salah satunya berupa hukuman fisik, seperti
mencubit, menjewer, memukul tangan, dan sebagainya. Tindakan disiplin berupa pemberian hukuman fisik inilah yang dapat
diindikasikan dengan tindak pidana kekerasan atau penganiayaan apabila kurangnya komunikasi antara guru dengan anak didik murid. Hal ini tentu
bertentangan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 13 ayat 1 UU No 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak yang menyebutkan :
“Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat
perlindungan dari perlakuan : a.
Diskriminasi b.
Eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual c.
Penelantaran d.
Kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan e.
Ketidakadlian f.
Perlakuan salah lainnya Dan ditegaskan kembali dalam Pasal 16 ayat 1 dan 2 yang berbunyi :
1 Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan,
penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi. 2
Setiap anak berhak untuk memperoleh kekebasan sesuai dengan hukum.
Universitas Sumatera Utara
C. Perlindungan Terhadap Guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar di Beberapa Peraturan