Kerangka Pendanaan ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 68 Acuan pembiayaan yang digunakan untuk pencapaian IKK tersebut adalah anggaran DIPA APBNP pada Tahun 2015. Selanjutnya diproyeksikan pertambahan anggaran sebesar 15 setiap tahun hingga tahun 2019. Kebutuhan dana pembiayaan pencapaian masing-masing IKK bidang Pemanfaatan Jasa Lingkungan di kawasan konservasi selama 5 tahun 2015-2019 baik pada Direktorat PJLHK sebagai penanggung jawab kegiatan maupun UPT KSDA dan UPT TN sebagai lokasi target yang bersumber dari dana APBN, diproyeksikan masing-masing sebesar Rp 47.225.314.000; Rp 305.500.000.000; dan Rp 370.000.000. Rincian kebutuhan pembiayaan tersebut setiap tahunnya secara indikatif pada masing-masing IKK sebagaimana Lampiran 8.

C. Partisipasi dan Kerjasama Para Pihak

Dalam pelaksanaan upaya pembangunan bidang pemanfaatan jasa lingkungan kawasan konservasi, Direktorat PJLHK tidak akan mungkin mewujudkan seluruh sasaran kegiatan dan IKK tanpa melibatkan banyak pihak. Keterbatasan sumberdaya, terutama sumber pembiayaan dan personil yang dimiliki akan menjadi faktor penghambat utama pelaksanaan pencapaian kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan. Di lain sisi, sangat banyak pihak yang mempunyai perhatian dan kepedulian serta komitmen kuat dalam mewujudkan tujuan konservasi terutama pemanfaatan jasa lingkungan, dan para pihak tersebut juga didukung dengan sumberdaya yang memadai. Para pihak tersebut diharapkan untuk dapat turut berpartisipasi dalam mendukung pencapaian target-target kinerja dalam perencanaan strategis ini. Para pihak dimaksud antara lain masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat LSM, civil society organisations CSOs, pemerintah daerah, lembaga internasional, kalangan dunia usaha, dan lain sebagainya. Dalam pengembangan pemanfaatan jasa lingkungan kawasan konservasi, terutama wisata alam, peran Kementerian Pariwisata, pemerintah daerah, kalangan dunia usaha, serta masyarakat setempat Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 69 perlu diupayakan, dan jika diperlukan, dapat diupayakan pemberian insentif dalam rangka peningkatan partisipasinya. Insentif dimaksud dapat berupa pemberian kemudahan usaha, pemberian hak kelola khusus kepada masyarakat setempat, dan lain sebagainya. Infrastruktur pendukung wisata alam tidak selalu harus berada di dalam kawasan konservasi. Fasilitas berupa jalan, tempat parkir, fasilitas akomodasi, dan lain-lain dapat dibangun pada lahan-lahan di sekitar kawasan konservasi. Upaya pelibatan para pihak dalam pelaksanaan dan pengembngan kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan menjadi hal yang penting untuk diupayakan semaksimal mungkin. LSM, CSOs, serta lembaga-lembaga konservasi internasional yang melaksanakan program di Indonesia, memiliki sumberdaya yang cukup memadai. Aktivitas yang dilaksanakan oleh lembaga-lembaga tersebut pun sejalan dengan tugas dan fungsi Direktorat PJLHK.