merupakan bagian tuba yang keluar dari dinding uterus dan juga bagian yang lurus dan sempit; 3 Pars ampullaris yang merupaan bagian yang melebar ke
lateral dan membentuk huruf S; 4 Infundibulum yang merupakan ujung dari Tuba Fallopii yang memiliki fimbriae yang berbentuk seperti jari-jari yang berguna
untuk menangkap ovum yang keluar dari ovarium dan jatuh di belakang uterus Heffner, 2006; Cunningham, 2006; Sastrowinoto, 1983.
c. Uterus Uterus merupakan sebuah organ muskular yang berbentuk seperti buah pir
yang terletak di antara kandung kemih di bagian anteriornya dan rektum di bagian posteriornya.
Adapun uterus terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1 Fundus uteri yang merupakan bagian yang paling proksimal tempat insersinya Tuba Fallopii dan
sebagai salah satu patokan untuk mengetahui umur kehamilan pada ibu; 2 Korpus uteri yang merupakan bagian terbesar dari uterus sebagai tempat berkembangnya
janin, yang tersusun atas otot-otot dengan 3 lapisan yaitu endometrium di bagian terdalam, miometrium di bagian tengah, dan perimetrium di bagian terluar dari
uterus; 3 Serviks uteri yang merupakan bagian terbawah, yang terletak di atas vagina dan terdiri dari jaringan kolagen, jaringan pembuluh darah, dan memiliki
serabut otot polos. d. Vagina
Vagina merupakan struktur yang menghubungkan antara introuitus vagina dan uterus. Vagina terdiri dari 2 bagian yaitu yang berlipat-lipat yang disebut
dengan rugae dan bagian yang lebih keras yang disebut dengan kolumna rogurum. Lipatan-lipatan ini dapat melebar sewaktu melahirkan, sesuai dengan fungsinya
yaitu bagian lunak jalan lahir Trijatmo, 2010 dan Cunningham, 2006.
2.2. Persalinan Spontan
2.2.1. Definisi Persalinan adalah proses fisiologis dari mulainya kontraksi uterus yang
regular untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang berupa janin, selaput, tali pusar, dan plasenta dari dalam uterus yang pada umumnya disertai dengan perubahan
Universitas Sumatera Utara
biokimia pada jaringan ikat, penipisan, dan dilatasi dari serviks oleh karena irama kontraksi serviks yang berfrekuensi, berintensitas, dan berdurasi seimbang
Cheng, 2012; Cunningham, 2006; Sastrowinoto, 1983.
2.2.2. Fisiologi Persalinan Spontan Tanda kehamilan secara umum yaitu mulai dr aktivitas miometrium, yaitu
otot polos pada uterus yang memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan janin, sampai dengan kehamilan aterm. Pada waktu menjelang persalinan, terjadi
kontraksi otot polos yg terkoordinir dan diselingi dengan suatu periode relaksasi dan berakhir pada waktu pasca partum. Proses fisiologi kehamilan pada semua
mamalia bergantung pada aktivitas progesterone untuk mempertahankan tenangnya uterus sampai mendekati waktunya kelahiran dari janin. Kadar
progesterone di dalam plasma perempuan hamil justru meningkat sepanjang kehamilan, dan baru menurun setelah kelahiran plasenta yaitu jaringan yang
merupaan lokasi sintesis progesteron pada kehamilan manusia Kusnarman, 2010.
2.2.3. Fase-fase Persalinan Spontan a. Tiga Kala Persalinan
WHO menyatakan bahwa persalinan normal memiliki risiko yang rendah, onset yang cepat dengan janin yang keluar dengan presentasi vertex, dan berakhir
dengan kondisi ibu dan bayi yang baik selama persalinan berlangsung. Persalinan normal dibagi menjadi tiga kala, yaitu: 1 Kala satu yaitu ketika serviks
memendek sampai 0,5 cm dan berdilatasi sebanyak 3-4 cm yang dapat berlangsung selama 3-8 jam, dan lebih singkat pada ibu yang multipara; 2 Kala
dua yaitu ketika serviks dilatasi penuh dan diakhiri dengan keluarnya bayi dari vagina yang berlangsung selama dua jam untuk ibu yang nulipara dan kira-kira 1
jam untuk ibu yang multipara; 3 Kala tiga yaitu tahap dimana terjadinya pengeluaran plasenta dengan tanda-tanda keluarnya darah dari vagina dengan
jumlah yang banyak Arya, 2007.
Universitas Sumatera Utara
b. Diferensiasi Aktivitas Uterus Selama persalinan, uterus berubah bentuk menjadi dua bagian yang
berbeda yaitu segmen atas yang berkontraksi aktif menjadi lebih tebal dan kencang atau keras untuk mendorong janin keluar ketika proses persalinan
berlangsung, dan segmen bawah yang berkembang menjadi lebih tipis dan berdilatasi sehingga janin dapat menonjol keluar. Karena pemendekan serat otot
yang terus-menerus pada setiap kontraksi, segmen atas uterus yang aktif menjadi menebal dan memuncak tepat setelah ekspulsi janin. Di antara segmen atas yang
tebal dan segmen bawah yang menipis, terbentuk lah suatu lingkaran yang disebut dengan cincin retraksi fisiologik, dan apabila segmen bawah uterus terlalu tipis
akan terbentuk cincin retraksi patologik atau yang disebut dengan cincin Bandl patologik Cunningham, 2006.
c. Perubahan Bentuk Uterus Setiap kontraksi menghasilkan pemanjangan uterus berbentuk ovoid
sepanjang disertai pengurangan diameter horizontal, dan ter jadi efek-efek penting pada proses persalinan yaitu pelurusan kolumna vertebralis janin karena
pengurangan diameter horizontal, serabut longitudinal ditarik tegang dank arena segmen bawah dan serviks merupakan satu-satunya bagian uterus yang fleksibel,
baian ini ditarik ke atas pada kutub bawah janin Prawirohardjo, 2010.
Gambar 2-2. Segmen Uterus d. Gaya-gaya tambahan pada persalinan
Mengejan adalah reaksi tekanan yang terjadi untuk bayi yang berada di dasar panggul ibu. Perasaan mengejan ini ada kalanya sama dengan perasaan
untuk melakukan defekasi sehingga ibu merasa ingin buang air besar pada saat
Universitas Sumatera Utara
merasakan perasaan mengejan untuk yang pertama kalinya. Jika leher rahim belum berdilatasi seluruhnya tetapi sudah sangat tipis, lunak, dan meregang,
dianjurkan untuk tidak mengejan karena serviks dapat membengkak sehingga persalinan menjadi terhambat. Maka dari itu, keinginan untuk mengejan dilakukan
pada saat serviks sudah berdilatasi seluruhnya Tias, 2013. f. Pendataran Serviks
Pendataran serviks ialah pemendekan dari canalis cervicalis yang awalnya berupa saluran menjadi sebuah lubang. Bagi pemeriksa, pendataran terutama
tampak pada portio yang makin pendek dan akhirnya rata dengan majunya persalinan. Pendataran dari serviks ini terjadi dari bagian yang teratas yaitu ostium
internum kemudian ke bagian bawahnya, sedangkan ostium externum tidak terjadi pendataran Sastrawinata, 1983.
g. Dilatasi Serviks Ketika kontraksi dan retraksi pada saat persalinan dimulai, segmen atas
uterus meregang ke segmen bagian bawah dan bagian atas dari serviks, sementara bagian bawah dari serviks belum mengalami perubahan. Ketika bagian dalam
teregang, serviks berdilatasi mulai dari bagian atas ke awah, dan memendek sampai terlihatnya terjadi penonjolan ke vagina, dan akhirnya seluruh serviks
menjadi satu bagian dengan uterus Clayton, 1985.
2.2.4. Pola-pola Perubahan pada Persalinan a. Kriteria Persalinan Normal
Tiga bagian fungsional persalinan menurut Friedman adalah persiapan, dilatasi, dan pelvik. Persiapan pada persalinan mungkin sensitif terhadap sedasi
dan analgesi konduksi. Pada bagian dilatasi, terjadi dilatasi serviks kecil dan perubahan besar pada matriks ekstraselularnya. Bagian pelvik persalinan mulai
bersamaan dengan fase deselerasi dilatasi serviks atau analgesi konduksi. Mekanisme-mekanisme klasik persalinan, yang melibatkan pergerakan-
pergerakan utama janin, terutama terjadi selama bagian pelvik persalinan ini. Awal bagian pelvik ini jarang dapat dipisahkan secara klinis dari bagian dilatasi
Universitas Sumatera Utara
persalinan. Selain itu, kecepatan dilatasi serviks tidak selalu berkurang ketika telah dicapai dilatasi lengkap; bahkan mungkin lebih cepat Cunningham, 2006.
b. Ketuban Pecah Pecah ketuban yang ditandai dengan semburan cairan yang normalnya
jernih atau bisa juga sedikit keruh secara spontan paling sering terjadi pada persalinan aktif. Jika kebetulan selaput ketuban masih utuh sampai pelahiran
selesai, janin yang lahir dibungkus oleh selaput ketuban ini, dan bagian yang membungkus kepala bayi yang baru lahir kadangkala disebut sebagai caul
Prawirohardjo, 2010. c. Perubahan pada Vagina dan Dasar Panggul
Struktur yang menyokong jalan lahir yang paling penting adalah musculus levator an
i dan fasia yang membungkus permukaan atas dan bawahnya, yang dapat dianggap sebagai dasar panggul dan menutup ujung bawah rongga panggul
sebagai sebuah diafragma sehingga memperlihatkan permukaan atas yang cekung dan bagian bawah yang cembung. Musculus levator ani berukuran 3-5 mm dan
menebal pada tepi-tepi yang melingkari rectum dan vagina dan mengalami hipertrofi selama kehamilan yang dapat teraba sebagai tali tebal yang
membentang ke belaang dari pubis dan melingkari vagina sekitar 2 cm di atas himen, dan ketika berkontraksi maka musculus ini akan menarik rectum dan
vagina ke arah simfisis pubis sehingga vagina tertutup pada kala satu. Setelah ketuban pecah, teradi peregangan serabut-serabut mm. levatores ani dan penipisan
juga peregangan bagian tengah perineum. Ketika perineum teregang maksimal, anus menjadi jelas terbuka dan terlihat sebagai lubang yang berdiameter 2 sampai
3 cm dan menonjol di sisi anterior dinding rektum Prawirohardjo, 2010. d. Pelepasan Plasenta
Kala tiga persalinan yaitu setelah kelahiran janin dan melibatkan pelepasan dan ekspulsi plasenta, maka persalinan aktif telah selesai meskipun
uterus masih berkontraksi dengan keras. Tinggi, luas, dan konsistensi dari fundus uteri menjadi berkurang ketika saat dilakukan palpasi. Plasenta masih menempel
pada bagian anterior dari fundus uteri dan bagian terbawahnya telah teregang dan tidak menempel sehingga dapat terlepas. Segmen atas masih teraba keras dan
Universitas Sumatera Utara
fundus uteri berada tepat di bawah dari umbilicus. Terdapat dua metode dari pelepasan plasenta, yaitu segmen atas yang berkontraksi dan melepaskan plasenta,
biasanya terjadi perdarahan kecil pada saat ini. Kemudian plasenta telah turun ke bagian bawah uterus, sehingga bagian atas teraba keras dan lebih kecil atau
sempit. Kemudian plasenta keluar dan bagian bawah dari uterus menjadi kosong, dan kemudian fundus uterus teraba tepat di bawah umbilicus Hanretty, 2006.
e. Mekanisme Ekstrusi Plasenta Bila terjadi pemisahan plasenta tipe sentral, atau tipe biasa, hematoma
retroplasenta dipercaya mendorong plasenta menuju ke rongga uterus, pertama bagian tengah dan kemudian sisanya. Dengan demikian, plasenta mengalami
inversi dan dibebani oleh hematoma tersebut, kemudian turun. Karena membran di sekitarnya menempel kaku pada desidua, plasenta hanya dapat turun dengan
menyeret membran secara perlahan-lahan; kemudian membran-membran tersebut mengelupas bagian perifernya. Akibatnya, kantong yang terbentuk oleh membran
tersebut mengalami inversi, dan yang muncul di vulva adalah amnion yang mengilap di atas permukaan lasenta atau ditemukan di dalam kantong inversi.
Pada proses ini yang dikenal sebagai ekspulsi plasenta secara mekanisme Schultze, darah dari tempat plasenta tercurah ke dalam kantong inversi tersebut dan tidak
mengalir keluar sampai setelah ekstrusi plasenta. Cara ekstrusi plasenta yang lain dikenal sebagai mekanisme Duncan, yakni pemisahan plasenta pertama kali
terjadi di perifer, dengan akitbat darah mengumpul di antara membran dinding uterus dan keluar dari plasenta. Pada situasi ini, plasenta turun ke vagina secara
menyamping dan permukaan ibu adalah yang pertama kali terlihat di vulva Cunningham, 2006.
2.2.5. Mekanisme Persalinan Spontan Pada onset persalinan, hampir 96 janin berada dalam uterus dengan
presentasi kepala dan pada presentasi kepala ini ditemukan 58 ubun-ubun
kecil terletak di kiri depan, 23 di kanan depan, 11 di kanan belakang, dan
8 di kiri belakang. Keadaan ini mungkin disebabkan karena kepala relatif lebih besar dan berat dan juga kemungkinan dikarenakan terisinya ruangan di
Universitas Sumatera Utara
sebelah kiri belakang oleh kolon sigmoid dan rektum, dan bisa juga dikarenakan bentuknya yang lebih besar di bagian atas dan memungkinkan bokong mengisi
ruangan tersebut. Teori ini disebut dengan teori akomodasi. Seperti telah dijelaskan terdahulu, 3 faktor penting yang memegang
peranan pada persalinan ialah kekuatan yang ada pada ibu seperti kekuatan his dan kekuatan mengejan, keadaan jalan lahir, dan janinnya sendiri.
Gambar 2-3. Sinklitismus: bila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang PAP
Gambar 2-4. Asinklitismus anterior: apabila arah sumbu kepala membuat sudut lancip ke depan dengan PAP
Gambar 2-5. Asinklitismus posterior: keadaan sebaliknya dari asinklitismus anterior.
His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks membuka mendorong janin ke bawah. Pada presentasi kepala, bila his sudah
cukup kuat, kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam rongga panggul dalam keadaan seperti gambar di atas. Karena sumbu kepala janin yang tidak simetris
Universitas Sumatera Utara
dengan sumbu lebih mendekati suboksiput, maka tahanan oleh jaringan di bawahnya terhadap kepala yang akan menurun menyebabkan kepala menjadi
fleksi di dalam rongga panggul. Kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intrauterine oleh his yang berulang-ulag menyebabkan terjadinya putaran
paksi dalam, yaitu kepala mengadakan rotasi, ubun-ubun kecil akan berarah ke depan sampai di dasar panggul, ubun–ubun kecil di bawah simfisis, dan kemudian
kepala mengadakan defleksi untuk dapat dilahirkan. Ketika his berlangsung, vulva terbuka sehingga kepala janin menjadi semakin terlihat, perineum menjadi lebar
dan menipis sehingga dinding rektum terbuka. Dengan bergabungnya his dan tenaga mengejan dari ibu, mulai tampak bregma, dahi, muka, dan kemudian dagu,
dan lahirlah kepala yang langsung mengadakan rotasi ke posisi sebelum putaran paksi dalam terjadi untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung
anak, yang kita sebut dengan putaran paksi luar. Kemudian bahu yang akan melintasi PAP akan menyesuaikan diri dengan bentuk rongga panggul dalam
posisi depan belakang, bahu depan yang pertama lahir, dilanjutkan dengan bahu depan, dan lahirlah bayi seluruhnya dan dilakukan penjepitan talipusan dengan
klem di kedua uung tali pusat dengan jarak 2 cm dari bayi, kemudian digunting lalu diikat. Umumnya, bila bayi telah lahir lengkap, dia akan segera menarik
napas dan menangis. Setelah bayi lahir, uterus mengecil dan berada pada ketinggian kira-kira 2 jari di bawah pusat, dan partus pun memasuki kala III yaitu
pada saat frekuensi his berkurang, kemudian uterus mengecil dan tempat perlekatan plasenta dengan dinding uterus akan terlepas yang dapat di mulai dari
tengah terbanyak, pinggir, dan kombinasi. Kala III berlangsung selama 6 sampai 15 menit Cunningham, 2006 dan Prawirohardjo, 2010.
2.2.6. Komplikasi a. Pada Ibu
Pada ibu yang melakukan persalinan spontan, dapat terjadi luka episiotomi ataupun ruptura pada perineum dan perlukaan pada portio.
b. Pada Bayi
Universitas Sumatera Utara
Pada bayi yang lahir melalui persalinan spontan, dapat terjadi maulage ringan pada kepala tanpa gangguan pada SSP, kaput suksadenum yang segera
menghilang dalam waktu tiga sampai lima hari, dan juga tertelannya air ketuban yang dapat dibersihkan ketika membersihkan jalan nafas Manuaba, 1998.
2.3. Seksio Sesarea