BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Angka Kematian Neonatal AKN di Indonesia masih sangat tinggi dan masih perlu untuk dilakukan penelitian untuk mengetahui penyebabnya, sehingga
dapat menurunkan AKN tersebut. Data statistik mencatat adanya 19 kematian neonatal 0-28 hari per seribu kelahiran di Indonesia. Khususnya pada wilayah
Sumatera Utara, terdapat 26 AKN per seribu kelahiran hidup Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012.
Adapun skor APGAR ini merupakan singkatan dari: Appearance yaitu warna kulit dari neonatus sewaktu dia lahir; Pulse yaitu pulsasi atau denyut
jantung dari neonatus; Grimace yaitu respon refleks dari neonatus; Activity yaitu tonus otot pada neonatus; Respiration yaitu pernafasan pada neonatus Saunders,
2011. Salah satu penyebab kematian neonatus yang tersering adalah skor
APGAR yang rendah. Faktor-faktor yang mendukung rendahnya skor APGAR antara lain : gangguan pernafasan 37, prematuritas 34, sepsis 12,
hipotermi 6, kelainan darah atau ikterus 7, post matur 3, kelainan kongenital 1 Riskesdas 2007. Prematuritas merupakan prevalansi terbesar
kedua dalam menyebabkan skor APGAR yg rendah. Menurut penelitian Fahrudin 2006, faktor risiko yang berpengaruh
terhadap kejadian asfiksia neonatorum adalah usia ibu, status kunjungan antenatal care
, riwayat obstetri, kelainan letak janin, ketuban pecah dini, persalinan lama, berat lahir bayi, dan tindakan seksio sesarea. Meningkatnya insiden prematuritas
salah satunya dikarenakan oleh tingginya prosedur seksio sesarea. Seksio sesarea didefenisikan sebagai lahirnya janin melalui insisi di
dinding abdomen laparotomi dan dinding uterus histerektomi. Defenisi ini tidak mencakup pengeluaran janin dari rongga abdomen pada kasus ruptur uteri
atau pada kasus kehamilan abdomen Cunningham,2005. Menurut World Health
Universitas Sumatera Utara
Organization WHO, standar rata-rata seksio sesarea disebuah negara adalah
sekitar 5-15. Di rumah sakit pemerintah rata-rata 11, sementara di rumah sakit swasta bisa lebih dari 30. Tingginya angka kelahiran dengan seksio sesarea
bukan hanya karena indikasi medis, seperti penyakit sistemik, posisi bayi, atau kondisi lainnya yang membahayakan nyawa baik janin, maupun ibunya, tetapi
juga karena indikasi non-medis, seperti pemilihan tanggal yang diinginkan orang tua, menurut ‘feng shui’, dan juga dikarenakan anastesi yang diharapkan oleh ibu
agar terhindar dari rasa sakit. Berdasarkan hasil survei awal di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi
di Kota Medan, didapati bahwa populasi ibu yang menjalani persalinan pada tahun 2012 berjumlah 626 orang dengan rincian 257 orang ibu yang menjalani
persalinan spontan dan 369 orang ibu yang menjalani seksio sesarea. Dari latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk mengetahui
penilaian skor APGAR di Kota Medan, khususnya di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan.
1.2. Rumusan Masalah