pasrah dalam menerima hasil dan situasi yang dihadapi daripada berusaha merubah keadaan.
C. Kantor Pelayanan Pengawasan Bea dan Cukai X KPPBC X Medan
Tugas Kantor Pelayanan Pengawasan Bea dan Cukai X KPPBC X Medan adalah melaksanakan pengawasan dan pelayanan kepabeanan dan cukai
dalam daerah wewenangnya berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Adapun seksibagian dapat dirinci sebagai berikut :
1. Subbagian Umum
2. Seksi Penindakan dan Penyidikan
3. Seksi Perbendaharaan
4. Seksi Kepabeanan dan Cukai
5. Seksi Tempat Penimbunan
6. Seksi Dukungan Teknis dan Distribusi Dokumen
KPPBC X Medan merupakan daerah strategis karena secara geografis wilayah kerjanya berdekatan dengan Malaysia, Singapura, dan Thailand negara-
negara anggota ASEAN. Daerah tersebut sangat potensial untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sebagai salah satu unit kerja dari Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai DJBC, KPPBC X Medan memiliki fungsi yang sangat strategis yaitu
sebagai community protector, trade facilitator, dan revenue collector.
Universitas Sumatera Utara
Sejalan dengan dunia perdagangan yang semakin global dan diikuti dengan aspek-aspek lain seperti: teknologi informasi, politik, hukum, dan budaya,
maka tantangan yang dihadapi akan semakin kompleks. DJBC dituntut untuk menyeimbangkan ketiga fungsi yang diembannya agar kepentingan negara dan
masyarakat dapat terjaga. Namun, tugas Bea dan Cukai sangat dilematis. Di satu sisi pegawai harus memberikan pelayanan sebagai trade facilitator dan
mengumpulkan uang ke dalam kas negara sebanyak-banyaknya sesuai dengan beban APBN revenue collector. Di sisi lain, pegawai harus mengawasi
perdagangan dan melindungi masyarakat dari keluar masuknya barang-barang yang terkena larangan dan diatur tata niaganya. Oleh karena itu, pegawai bea dan
cukai harus memainkan perannya secara seimbang dan signifikan. Dari hasil laporan akuntabilitas KPPBC X Medan, sepanjang tahun 2011-
2012 penerimaan finansial mengalami peningkatan. Bea dan cukai yang masuk ke dalam kas Negara melebihi target. Pada tahun 2011, bea yang masuk adalah
sebesar 21 milyar rupiah. Realisasi ini melebihi 1 milyar rupiah dari target. Sedangkan cukai yang masuk di tahun 2011 adalah sebesar 118 milyar rupiah.
Melebihi 25 milyar rupiah dari target yang ditetapkan. Pada tahun 2012, bea yang masuk adalah sebesar 22 milyar rupiah melebihi 4 milyar rupiah dari target,
sedangkan cukai yang masuk adalah sebesar 131 milyar rupiah melebihi 12 milyar rupiah dari target.
Tidak hanya dari segi finansial, beberapa peningkatan performa juga dialami oleh KPPBC X Medan, seperti peningkatan pelayanan yang prima di
bidang kepabeanan dan cukai, edukasi yang efektif kepada masyarakat dan pelaku
Universitas Sumatera Utara
ekonomi, serta berkurangnya temuan pelanggaran oleh pegawai bea dan cukai. Rajagukguk 2012 ; buletin kinerja kementerian keuangan adisi IV 2012
menekankan bahwa work engagement mungkin dapat menjadi jawaban dari berbagai masalah yang masih dihadapi oleh unit kerja DJBC. Oleh karenanya
sangat penting untuk mengetahui hal-hal apa yang dapat menumbuhkan serta meningkatkan work engagement pegawai KPPBC X Medan.
D. Self-efficacy sebagai prediktor work engagement di Kantor Pelayanan
Pengawasan Bea Dan Cukai X KPPBC X Medan
Bakker Demerouti 2007 menjelaskan bahwa job resources dapat menjadi prediktor work engagement. Job resources mengacu pada aspek fisik,
sosial, atau organisasi yang mungkin dapat 1 mengurangi tuntutan kerja dan energi fisiologi serta psikologis, 2 dapat berfungsi dalam pencapaian tujuan
kerja, atau 3 menstimulasi personal growth, learning, dan development. Kemudian, Xanthopoulou dkk., 2007 menambahkan aspek personal resources
yang dipercaya dapat menjadi prediktor work engagement. Personal resources itu sendiri merupakan evaluasi diri positif yang berhubungan dengan resiliensi dan
mengacu pada rasa individual mengenai kemampuan individu untuk mengontrol serta berdampak baik pada lingkungan. Hal ini dapat ditunjukkan melalui
beberapa evaluasi diri positif yang memprediksi goal-setting, motivasi, performance, kepuasan kerja dan hidup serta hasil lainnya. Personal resources
menurut Xanthopoulou, Bakker, Demerouti, Schaufeli 2007 terdiri dari
Universitas Sumatera Utara
beberapa karakteristik yakni, optimism, self-efficacy, resilience, hope, dan sebagainya. Karakteristik-karakteristik ini yang diyakini dapat memprediksi work
engagement Bakker Leiter, 2010. Studi mengenai personal resources yang melibatkan self-efficacy,
organizational based self esteem, dan optimism dalam memprediksi work engagement telah dilakukan. Hasilnya menunjukkan bahwa karyawan yang
engaged memiliki self-efficacy yang tinggi. Hal ini berarti mereka percaya bahwa mereka mampu menghadapi tantangan yang dihadapkan dengan mereka dalam
berbagai konteks. Selain itu, hasil juga menunjukkan karyawan yang engaged yakin bahwa mereka akan mengalami hal-hal yang positif dalam hidup mereka
optimistic dan yakin mereka dapat memuaskan kebutuhan mereka dengan berpartisipasi dalam organisasi organizational-based self esteem. Penemuan ini
direplikasi kembali dan hasilnya tetap mengindikasi bahwa self-efficacy, organizational-based self esteem, dan optimism membuat kontribusi baru untuk
menjelaskan varians dalam work engagement sepanjang waktu karena studi ini dilakukan secara longitudinal selama 2 tahun Xanthopoulou, Bakker, Demerouti,
Schaufeli, 2007 ; Xanthopoulou, Bakker, Demerouti, Schaufeli, 2009. Pengujian mengenai hubungan antara self-efficacy dan ketiga dimensi
work engagement juga telah dilakukan. Hasil studi meta analisis mengenai hubungan antara self-efficacy terhadap ketiga dimensi work engagement, yakni:
vigor, dedication, dan absorption mendapatkan hasil korelasi positif yang tinggi antara 0.71 - 0.76 Christian Slaughter, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Self-efficacy penting bagi setiap orang untuk menghadapi suatu permasalahan yang dihadapi. Self-efficacy merupakan keyakinan kemampuan
seseorang untuk mengorganisir dan mengeksekusi bagian-bagian dari tindakan yang diperlukan untuk menghasilkan pencapaian Bandura, 1997. Self-efficacy
bersandar pada social cognitive theory yang menekankan peran observational leraning dan pengalaman sosial dalam perkembangan kepribadian. Dalam
pandangan social cognitive theory, self-efficacy memainkan fungsi peran motivasi karena adanya self-efficacy yang tinggi dapat membuat seseorang lebih berusaha
dalam aktifitasnya dan lebih gigih. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Prieto, Salanova Martinez 2009 yang mengemukakan bahwa self-efficacy membantu
seseorang untuk lebih termotivasi ketika berhadapan dengan halangan dan kesulitan. Self-efficacy juga dapat mempengaruhi cara karyawan menerima
personal resources lainnya seperti kompetensi mental dan emosional. Oleh karena itu, Prieto, Salanova Martinez 2009 menekankan bahwa beberapa studi
sebelumnya seharusnya memusatkan self-efficacy sebagai personal resource utama untuk karyawan. Self-efficacy dapat bertindak pula sebagai driver utama
dalam work engagement. Rajagukguk 2012 dalam buletin kinerja kementerian keuangan edisi IV
2012 menekankan bahwa work engagement mungkin dapat menjadi jawaban dari berbagai masalah yang masih dihadapi oleh unit kerja DJBC. Oleh karenanya
sangat penting untuk mengetahui hal-hal apa yang dapat menumbuhkan serta meningkatkan work engagement pegawai DJBC. Di sisi lain, model JD-R
menampilkan bahwa job resources dan personal resources dapat memprediksi
Universitas Sumatera Utara
work engagement Bakker Demerouti, 2007;2008; Xanthopoulu, dkk., 2007 yang diasumsikan secara independen atau bersamaan. Selanjutnya, Xanthopoulou
dkk. 2007 memperluas model JD-R dengan menunjukkan bahwa personal resources dapat menjadi prediktor yang independen dari work engagement. Salah
satu personal resources adalah self-efficacy. Beberapa studi sebelumnya memusatkan self-efficacy sebagai personal resource utama untuk karyawan. Jadi,
self-efficacy dapat mempengaruhi persepsi karyawan terhadap job resources dan personal resources lainnya Prieto, Salanova Martinez, 2009. Bandura 1997
juga telah menegaskan bahwa self-efficacy berguna untuk melatih kontrol terhadap tuntutan dari situasi yang dihadapi. Sejalan dengan penjelasan bahwa job
resources dan personal resources khususnya memiliki dampak positif pada work engagement ketika tuntutan pekerjaan tinggi Bakker Demerouti, 2008, maka
self-efficacy dapat memainkan fungsinya untuk melatih kontrol individu ketika mendapat tuntutan pekerjaan yang tinggi. Dengan demikian self-efficacy dapat
menjadi prediktor work engagement.
Universitas Sumatera Utara
E. Hipotesis
Berdasarkan uraian teoritis yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu :
Ho : self-efficacy tidak bertindak sebagai prediktor work engagement di
Kantor Pelayanan Pengawasan Bea Dan Cukai X Medan. Ha
: self-efficacy bertindak sebagai prediktor positif work engagement di Kantor Pelayanan Pengawasan Bea Dan Cukai X Medan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data
numerikal angka yang diolah dengan metode statistika. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasi-pengaruh.
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Untuk dapat menguji hipotesa penelitian, terlebih dahulu perlu diidentifikasikan variabel-variabel penelitian. Dalam penelitian korelasional,
penggunaan istilah variabel bebas dan variabel tergantung tidaklah selalu tepat dikarenakan hubungan yang terjadi antara variabel seringkali merupakan
hubungan timbal-balik. Dengan demikian, dalam bentuk penelitian dimana peneliti tidak sepenuhnya memiliki kendali terhadap variabel bebas, biasanya
digunakan istilah lain, yaitu variabel prediktor bagi variabel yang dianggap berperan sebagai variabel bebas dan digunakan istilah variabel kriteria bagi
variabel yang dianggap berperan sebagai variabel tergantung Azwar, 1998. Variabel yang dipakai dalam penelitian ini adalah:
Variabel Kriteria : work engagement
Variabel Prediktor : self-efficacy
Universitas Sumatera Utara
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Work Engagement
Work engagement adalah suatu keadaan yang dirasakan oleh individu untuk termotivasi dan bersemangat dalam bekerja. Work engagement seseorang
dapat diketahui dengan alat ukur utrecht work engagement scale yang disusun berdasarkan dimensi-dimensi work engagement menurut Schaufeli dkk., 2002
yaitu energi dan resiliensi mental yang tinggi selama bekerja vigor, rasa antusiasme, merasa penting serta bangga terhadap pekerjaan dedication, serta
fokus menikmati pekerjaan absorption.. Skor yang tinggi mengidentifikasikan work engagement yang tinggi
sedangkan skor rendah mengidentifikasikan work engagement yang rendah.
2. Self-efficacy
Self-efficacy merupakan keyakinan individu terhadap kemampuannya dalam menyelesaikan tugas dan menghadapi rintangan untuk mencapai tujuan
yang diharapkannya. Self-efficacy seseorang dapat diketahui dengan alat ukur skala self-efficacy yang disusun berdasarkan dimensi-dimensi self-efficacy
menurut Bandura 1997 yaitu derajat kesulitan tugas yang dapat dihadapi level, sejauh mana individu mampu menyelesaikan tugas yang berbeda-beda
generality, dan seberapa kuat individu yakin akan kemampuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan tugas strength. Skor total dari skala menunjukkan besarnya
self-efficacy yang dimiliki seseorang.
Universitas Sumatera Utara
Skor yang tinggi mengidentifikasikan self-efficacy yang tinggi sedangkan skor rendah mengidentifikasikan self-efficacy yang rendah.
C. Lokasi Penelitian
Lokasi yang digunakan untuk melakukan penelitian bertempat di Kantor Pelayanan Pengawasan Bea dan Cukai X Medan.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian Azwar, 2007. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai
Kantor Pengawasan Pelayanan Bea dan Cukai X Medan. 2.
Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari populasi dan memiliki ciri-ciri yang dimiliki populasinya Azwar, 2007. Suatu sampel merupakan representasi yang baik bagi
populasinya sangat tergantung pada sejauhmana karakteristik sampel tersebut sama dengan karakteristik populasinya.
E. Teknik Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah incidental sampling, yaitu teknik sampling berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang
secara kebetulanincidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai
Universitas Sumatera Utara
sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data Sugiyono, 2012.
F. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala. Skala berisi kumpulan pernyataan yang diajukan kepada responden untuk
diisi oleh responden. Hadi 2002 menyatakan bahwa metode skala mempunyai kebaikan-
kebaikan dengan alasan sebagai berikut: a. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya.
b. Apa yang dinyatakan subjek pada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.
c. Interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.
Penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu skala work engagement dan skala self-efficacy. Kedua skala ini menggunakan penilaian dengan empat
alternative jawaban yang digunakan, yaitu: sangat sesuai SS, sesuai S, tidak sesuai TS, dan sangat tidak sesuai STS.
Pada skala self-efficacy terdiri dari dua kelompok aitem bagi setiap dimensi yaitu aitem yang mendukung favorable dan aitem yang tidak
mendukung unfavorable. Rentang skor dalam skala ini dari 1-4. Pada aitem favorable sistem penilaiannya adalah SS = 4, S = 3, TS = 2, dan STS = 1. Pada
Universitas Sumatera Utara
aitem yang unfavorable sistem penilaian dilakukan dengan sebaliknya, SS = 1, S = 2, TS = 3, dan STS = 4.
Sedangkan pada skala work engagement hanya terdiri dari aitem yang mendukung favorable saja. Sistem penilaiannya adalah SS = 4, S = 3, TS = 2,
dan STS = 1.
1. Skala Work Engagement