merupakan perbandingan antara harga pasar suatu saham Market Price dengan earning per share EPS dari saham bersangkutan.
Kegunaan dari PER ini adalah untuk melihat bagaimana pasar menghargai kinerja suatu perusahaan terhadap kinerja perusahaan yang dicerminkan EPS-nya.
Semakin besar PER suatu saham, maka saham tersebut semakin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya. Sedangkan saham dengan PER rendah akan
semakin bagus yang berarti saham tersebut semakin murah Robert Ang, 1997. Peningkatan PER dinilai investor menunjukan kinerja yang semakin baik, juga
berdampak semakin menarik perhatian kreditor terhadap perusahaan. Peningkatan jumlah utang yang relatif lebih besar dari pada modal sendiri akan meningkatkan
debt ratio. Dengan demikian price earning ratio PER berpengaruh terhadap DER.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitrijanti Jogiyanto 2002, pada sektor non keuangan menunjukan bahwa PER terbukti berpengaruh signifikan
terhadap struktur modal DER.
2.1.2.3. Return on Asset ROA.
ROA adalah salah satu rasio rentabilitas yang terpenting yang digunakan untuk memprediksi harga atau return saham perusahaan publik. Rentabilitas
merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk analisis fundamental. Rasio- rasio keuangan yang digunakan untuk analisis fundamental dapat dikelompokkan
dalam 5 jenis yaitu : rasio likuiditas, aktivitas, rentabilitas, solvabilitas dan rasio pasar Robert Ang, 1997
Universitas Sumatera Utara
ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total asset yang dimilikinya.
ROA adalah rasio antara laba sesudah pajak atau net income after tax terhadap total asset. Semakin beras ROA menunjukan kinerja perusahaan semakin baik,
karena return semakin besar. ROA juga merupakan perkalian antara faktor net income margin dengan perputaran aktiva. Net income margin menunjukan
kemampuan memperoleh laba dari setiap penjualan yang diciptakan oleh perusahaan, sedangkan perputaran aktiva menunjukan seberapa jauh perusahaan
mampu menciptakan penjualan dari aktiva yang dimilikinya. Apabila salah satu dari faktor ini meningkat atau keduanya, maka ROA
juga akan meningkat. Apabila ROA meningkat, berarti profitabilitas perusahaan akan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas
yang dinikmati oleh pemegang saham Husnan, 1998. Laba bank diperoleh dari bunga kredit dan fee based income, bila kualitas kredit dan fee based income
rendah, maka pendapatan bank akan rendah dan kemungkinan bank menderita rugi. Sebaliknya bila kualitas kredit dan fee based income tinggi, maka penapatan
bank akan tinggi dan laba bank akan meningkat. Ukuran yang ditentukan Bank Indoneisa untuk ROA bank dinilai sehat apabila rasio minimal 1,215 pada tahun
yang bersangkutan. Penelitian yang dilakukan Hsien dan Chi 2003, menunjukan ROA
berpengaruh positif terhadap struktur modal atau DER.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2.4. Ukuran Perusahaan firm size
Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan Saidi, 2004.Dalam penelitian ini, pengukuran terhadap ukuran
perusahaan mengacu pada penelitian Saidi 2004, dimana ukuran perusahaan di- proxy dengan nilai logaritma natural dari total asset natural logarithm of asset.
Perusahaan yang lebih besar cenderung memiliki sumber permodalan yang lebih terdiversifikasi sehingga semakin kecil kemungkinan untuk bangkrut dan
lebih mampu memenuhi kewajibannya, sehingga perusahaan besar cenderung mempunyai hutang yang lebih besar daripada perusahaan kecil Rajan dan
Zingales, 1995 dalam R. Agus Sartono dan Ragil Sriharto, 1999. Logaritma dari total assets dijadikan indikator dari ukuran perusahaan karena jika semakin besar
ukuran perusahaan maka asset tetap yang dibutuhkan juga akan semakin besar. Menurut Riyanto 2001 perusahaan yang lebih besar dimana sahamnya
tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualannya dibandingkan
perusahaan yang lebih kecil. Sehingga semakin besar ukuran perusahaan, kecenderungan untuk memakai dana eksternal juga semakin besar. Hal tersebut
dikarenakan perusahaan besar memiliki kebutuhan dana yang besar dan salah satu alternatif pemenuhan dananya adalah dengan menggunakan dana eksternal yaitu
dengan menggunakan hutang. Sehingga semakin besar ukuran perusahaan cenderung untuk menggunakan hutang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan
dananya daripada perusahaan kecil.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Penelitian Terdahulu.
Penelitian yang berhubungan dengan struktur modal telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, sehingga beberapa poin penting dari hasil penelitian
sebelumnya dapat dijadikan dasar dalam penelitian ini. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu mengenai struktur modal.
Titman and Wessel1988, menganalisis delapan faktor yang
mempengaruhi pemilihan struktur modal perusahaan. Hasil penelitian ini adalah aset yang dijadikan jaminan collateral value of assets, penghematan pajak selain
hutang non-debt tax shield, pertumbuhan growth, dan volatilitas pendapatan earning volatility terbukti tidak berpengaruh secara signifikan terhadap struktur
modal perusahaan. Sedangkan faktor-faktor yang lain seperti keunikan uniqueness, jenis industri industry classification, ukuran perusahaan firm
size,dankeuntungan profitabilityterbukti berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal perusahaan.
R. Agus Sartono dan Ragil Sriharto 1999, dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-Faktor Penentu Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di
Indonesia, berusaha menganalisis variabel-variabel apa saja yang berpengaruh terhadap sturktur modal. Penelitian ini memberikan hasil bahwa variabel size, dan
growth berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan variabel tangibility of assets, growth opportunities, dan uniqueness tidak
berpengaruh terhadap struktur modal . Penelitian tentang struktur modal juga dilakukan oleh Sartono dan Sriharto
1999. Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur
Universitas Sumatera Utara