Periode Laju Pengeringan Kadar Air

�̇ � = Kalor yang dilepas oleh kondensor kW �̇ � = Kerja yang masuk dalam kompresor kW

2.7 Periode Laju Pengeringan

Menurut Henderson dan Perry 1955, proses pengeringan memiliki 2 dua periode utama yaitu periode pengeringan dengan laju pengeringan tetap dan periode laju pengeringan menurun. Kedua periode utama ini dibatasi oleh kadar air kritis critical moisture content. Henderson dan Perry 1955 menyatakan bahwa pada periode pengeringan dengan laju tetap, bahan mengendung air yang cukup banyak, dimana pada permukaan bahan berlangsung penguapan yang lajunya dapat disamakan dengan laju penguapan pada permukaan air bebas. Laju penguapan sebagian besar tergantung pada keadaan sekeliling bahan, sedangkan pengaruh bahannya sendiri relative kecil. Laju pengeringan akan menurun seiring dengan penurunan kadar air selama pengeringan. Jumlah air terikat makin lama semakin berkurang. Perubahan dari laju pengeringan tetap menjadi laju pengeringan menurun untuk bahan yang berbeda akan terjadi pada kadar air yang berbeda pula. Pada periode laju pengeringan menurun permukaan partikel bahan yang dikeringkan tidak lagi ditutupi oleh lapisan air. Selama periode laju pengeringan menurun, energi panas yang diperoleh bahan digunakan untuk menguapkan sisa air bebas yang sedikit sekali jumlahnya. Laju pengeringan menurun terjadi setelah laju pengeringan konstan dimana kadar air bahan lebih kecil daripada kadar air kritis Gambar 2.12. Periode laju pengeringan menurun meliputi dua proses, yaitu : perpindahan dari dalam ke permukaan dan permindahan uap air dari permukaan bahan ke udara sekitarnya. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.12 Grafik Hubungan Kadar Air Dengan Waktu. Keterangan : AB = Periode pemanasan BC = Periode laju pengeringan menurun pertama CD = Periode laju pengeringan menurun pertama DE = Periode laju pengeringan menurun kedua

2.8 Kadar Air

Kadar air merupakan salah satu sifat fisik dari bahan yang menunjukan banyaknya air yang terkandung di dalam bahan. Kadar air biasanya dinyatakan dengan persentase berat air terhadap bahan basah atau dalam gram air untuk setiap 100 gram bahan yang disebut dengan kadar air basis basah bb. Berat bahan kering atau padatan adalah berat bahan setelah mengalami pemanasan beberapa waktu tertentu sehingga beratnya tetap atau konstan . Kadar air bahan menunjukkan banyaknya kandungan air persatuan bobot bahan. Dalam hal ini terdapat dua metode untuk menentukan kadar air bahan tersebut yaitu berdasarkan bobot kering dry basis dan berdasarkan bobot basah wet basis [4]. Kadar air basis basah dapat ditentukan dengan persamaan berikut: Ka bb = Wa Wt x 100= Wt-Wk Wt x 100 ……………………….……. 2.17 Universitas Sumatera Utara Dimana: Ka bb = Kadar air basis basah Wa = Berat air dalam bahan gram Wk = Berat kering mutlak bahan gram Wt = Berat total gram = Wa + Wk Kadar air basis kering adalah perbandingan antara berat air yang ada dalam bahan dengan berat padatan yang ada dalam bahan. Kadar air berat kering dapat ditentukan dengan persamaan berikut: Ka bk = Wa Wk x 100= Wt-Wk Wt-Wa x 100....................................................2.18 Dimana: Ka bk = Kadar air basis kering Wa = Berat air dalam bahan g Wk = Berat kering mutlak bahan g Wt = Berat total g = Wa + Wk Kadar air basis kering adalah berat bahan setelah mengalami pengeringan dalam waktu tertentu sehingga beratnya konstan. Pada proses pengeringan, air yang terkandung dalam bahan tidak dapat seluruhnya diuapkan meskipun demikian yang diperoleh disebut juga sebagai berat bahan kering [4].

2.9 Moisture Ratio Rasio Kelembaban