AUDIT ENERGI DAN ANALISIS PELUANG PENGHEMATAN KONSUMSI ENERGI PADA SISTEM PENGKONDISIAN UDARA DI HOTEL SANTIKA PREMIERE SEMARANG.

(1)

Skripsi

untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik

Program Studi S-1 Teknik Elektro

Oleh : Agus Rianto

5350403063

Kepada

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2007


(2)

ii

Universitas Negeri Semarang Dipersiapkan dan disusun oleh :

AGUS RIANTO 5350403063

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada Tanggal : 26 Juli 2007

Susunan Dewan Penguji,

Pembimbing Utama Anggota Dewan Penguji

Ir. Soedjatmiko, M.S Drs.Subiyanto, M.T NIP.130227850 NIP.130687603 Pembimbing Pendamping

Subiyanto, S.T, M.T NIP.132309137

Skipsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan Untuk memperoleh derajat pendidikan Sarjana Teknik

Tanggal :

Drs. Djoko Adi Widodo, M.T NIP.131570064

Pengelola Jurusan Teknik Elektro Universitas Negeri Semarang


(3)

iii

diajukan untuk gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Semarang, Juli 2007


(4)

iv

dalam operasional di Hotel Santika Premiere Semarang. Peralatan seperti pengkondisian udara merupakan peralatan yang banyak mengkonsumsi energi listrik. Hampir sekitar 60% penggunaan energi listrik digunakan untuk sistem pengkondisian udara. Hal ini merupakan suatu pemborosan energi.

Untuk menanggulangi masalah tersebut dilakukan efisiensi energi. Salah satu metode yang sekarang dipakai untuk mengefisienkan pemakaian energi adalah konservasi energi. Konservasi energi adalah peningkatan efisiensi energi yang digunakan atau proses penghematan energi. Dalam proses ini meliputi adanya audit energi yaitu suatu metode untuk menghitung tingkat konsumsi energi suatu gedung atau bangunan.

Pada audit energi di Hotel Santika Premiere terlihat bahwa konsumsi enrgi listrik adalah yang paling dominan. Sebagaimana menurut persenstasi energi yang dipakai, komposisi energi listrik dapat mencapai 91% dari total konsumsi energi, sedangkan solar 6%, air 3%.

Berdasarkan audit awal terlihat bahwa IKE (Intesitas Konsusi Energi) di Hotel Santika Premiere mencapai 341,683 kWH / m2yearlebih besar dari standar ASEAN-USAID yaitu 300 kWH / m2 year. Berdasarkan hasil audit energi rinci, diperoleh harga IKE untuk energi listrik adalah sebesar 403,08 kWH / m2year. Peluang Hemat Energi (PHE) pada audit energi ini adalah dengan pembersihan pada unit FCU yaitu meliputi pembersihan saringan udara (filter), sudu kipas, sirip (fin) evaporator dan kisi keluaran (grill) pada unit-unit FCU. Peluang Hemat Energi (PHE) yang kedua adalah dengan Mengatur (setup) temperatur air keluar (Leaving Chilled Water Temperature = LCWT) padachiller.

Dari hasil perhitungan IKE setelah penerapan PHE, didapati nilai yang masih cukup tinggi sehingga usaha penghematan masih harus dilakukan.


(5)

v

Premiere’s operation. This equipment for instance air conditioner consume electric energy. Electric energy of air conditioner consuming reach 60%. It is one of energy extravagance.

To resolve that problem efficiency energy used. One of method efficiency energy is conservation energy. Conservation energy is efficiency energy raising or energy proceed. In this process, audit energy is one of method to calculate Intensity Consume Energy (ICE) at one particular building.

In energy audit Hotel Santika Premiere Semarang seen that electrics energy consumption is most dominant. As according to percentage of energy consumed composition in this fair matter hotel where electrics can reach 91 % from total energy consumption, Solar 6 %, Water 3%.

As according Preliminary Energy Audit seem that Hotel Santika Premiere Semarang’s Intensity Consume Energy (ICE) can reach 341,683 kWH/m2 year is bigger than standard ASEAN-USAID standard reach 300 kWH/m2 year. As according Detailed Energy Audit, Intensity Consume Energy (ICE) is 403,08 kWH/m2 year. Economical Opportunity of Energy (EOE) in this audit energy is cleaning FCU. It is consist of cleaning filter, fan, evaporator fin, and grill. Second Economical Opportunity of Energy (EOE) is setting Leaving Chilled Water Temperature (LCWT) in chiller.

From result of calculation of IKE after implementation PHE, its value still high enough so that the effort thrift still must be done


(6)

vi

Nya, sehingga pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah atas Nabi Muhammad Rasulullah SAW.

Skripsi dengan judul ” Audit Energi dan Analisis Peluang Penghematan Konsumsi Energi pada Sistem Pengkondisian Udara Di Hotel Santika Premiere Semarang” ini diajukan untuk memenuhi syarat akhir untuk menyelesaikan pendidikan Program Strata 1 pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Perlu didasari bahwa penyusunan karya tulis ini tidak dapat selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan hati disampaikan terima kasih kepada:

1. Ir. Soedjatmiko, M.Sc Dosen Pembimbing yang membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini..

2. Drs. Said Sunardiyo, M.T Dosen Wali dan Ketua Program Studi S1 Teknik Elektro yang telah banyak mengarahkan, membimbing serta membantu penulis selama melaksanakan perkuliahan.

3. Drs. Djoko Adi Widodo, M.T Ketua Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

4. Prof. Dr. Soesanto, M.Pd Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. 5. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si Rektor Universitas Negeri Semarang.


(7)

vii

mengizinkan penilitian di Hotel Santika Premiere Semarang.

8. Bapak Subarno pembimbing lapangan khususnya masalah kelistrikan di Hotel Santika Premiere Semarang.

9. Seluruh staf dan karyawan Hotel Santika Premiere Semarang yang telah banyak membantu penulis dalam penulisan sripsi.

10. Ayahanda-Ibunda muara doa cinta dan kasih sayang, yang akan dan selalu aku cintai dan sayangi selamanya.

11. Kakanda-ku tercinta, Ruslan Efendi. Adik-ku tersayang, Yuliani Mandasari, Ragil Kurniawan.

12. Temanku : Rizky Gani M, Tahan P, Kotip R, Beni P, Lukman H, serta teman-teman Elektro angkatan ’03 yang telah membantu dalam penyusunan Skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung yang pastinya tak akan cukup saya tuliskan dihalaman ini.dan seluruh mahasiswa Teknik Elektro Fakultas Teknik UNNES.

13.My best girls friend Wiwik Yulianti yang telah memberikan motifasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

14.My Laptop (Acer Aspire 3000) My Motorcycle (K 4160 TK) yang selalu menemaniku di saat aku membutuhkannya.


(8)

viii

ini. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan dari semua pihak, sebagai pengalaman dan tambahan pengetahuan bagi penyusun. Akhir kata semoga karya ini tidak menjadi yang pertama sekaligus yang terakhir dan semoga karya ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Teknik Elektro Universitas Negeri Semarang pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Semarang, Juli 2007 Penyusun


(9)

ix

Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (QS. Ar Ra’d : 11).

Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yag telah diusahakannya (An Najm : 39)

“Lakukan yang terbaik dan jadilah yang terbaik jangan pernah menyerah karena hidup ini penuh dengan tantangan”

”Jangan pernah menunda suatu pekerjaan”

“Bersungguh-sungguhlah dalam menjalani hidup ini dan berfikiran yang jernih dalam menyelesaikan masalah”

PERSEMBAHAN :

Skripsi ini adalah bagian dari ibadahku kepada Allah SWT, karena kepadaNyalah kami menyembah dan kepadaNyalah kami mohon pertolongan.

Sekaligus sebagai ungkapan terima kasihku kepada : Ibunda-ku yang tiada henti melantunkan do’a untukku Ayahanda-ku semoga rahmat-Nya selalu tercurah untukmu Kakanda-ku semangat, harapan dan doa selalu menyertainya Adinda-ku Do’a dan harapan akan selalu menyertai langkahmu

Kekasihku yang aku cintai, terima kasih atas semuanya Teman-teman TE 2003


(10)

x

Halaman Pengesahan...ii

Halaman Pernyataan...iii

Intisari...iv

Abstrack ...v

Kata Pengantar...vi

Halaman Motto dan Persembahan...viii

Daftar Isi... x

Daftar Tabel...xiii

Daftar Gambar... ...xiv

Daftar Lampiran...xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Rumusan Masalah...2

1.3 Manfaat Penelitian...3

1.4 Tujuan Penelitian...3

1.5 Batasan Masalah...3

1.6 Sistematika Penulisan...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Hotel Santika Premiere Semarang...6

A. Gambaran Umum Hotel...6

B. Fasilitas Layanan Hotel Santika Premiere Semarang...6

C. Sistem Kerja Peralatan Pendukung Operasional Hotel Santika Premiere Semarang...7

D. Fasilitas Kelengkapan Peralatan Utama Hotel...8


(11)

xi

C. Audit Energi... ...15

D. Sistem Pengkondisian Udara... ...20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian...44

3.2 Jenis Penelitian...44

3.3 Variable Penelitian...44

3.4 Alat dan Bahan ...45

3.5 Jalannya Penelitian...45

A. Audit Energi Awal ...45

B. Audit Energi Rinci... 49

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN 4.1 Audit Energi Awal...55

A. Pendahuluan. ... ...55

B. Denah Tanpak Gedung dan Jaringan Gedung...55

C. Sistim Distribusi Energi... ...56

D. Data Konsumsi Energi...58

E. Data Tingkat Hunian (Occupancy Rate)………...……...61

F. Data Tingkat Konsumsi Energi...62

G. Menghitung IKE...65

4.2 Audit Energi Rinci...66

A. Pendahuluan...66

B. Data Perhitungan...67

C. Pengenalan Peluang Hemat Energi (PHE) ...74

D. Analisa Peluang Hemat Energi ...77

E. Implementasi Peluang Hemat Energi...85


(12)

xii

5.2 Saran...97 DAFTAR PUSTAKA...99


(13)

xiii

Tabel 3.2 Profil penggunaan energi untuk peralatan hotel/apartement ...50

Tabel 3.3 Profil penggunaan energi untuk peralatan rumah sakit...51

Tabel 4.1 Komposis Luas Bangunan Hotel Santika Premiere Semarang...56

Tabel 4.2 Data Konsumsi Energi Listrik Tahun 2006... ...58

Tabel 4.3 Data Konsumsi Solar (Fuel) tahun 2006... ... .59

Tabel 4.4 Data Konsumsi air periode 2006... .60

Tabel 4.5Occupancy rate Hotel Santika Premiere Semarang tahun 2006………….61

Tabel 4.6 Prosentase pemakaian energi di Hotel Santika Premiere Semarang tahun 2006 ...64

Tabel 4.7 Tabel Hasil Pengukuran Arus Listrik di Hotel Santika Premiere Semarang ...68

Tabel 4.8 Tabel Pengukuran kWH meter di Hotel Santika Premiere Semarang …....69

Tabel 4.9 Konsumsi energi listrik per bulan Hotel Santika Premiere Semarang…... 70

Tabel 4.10 Besar intensitas konsumsi energi hasil pengukuran di Hotel Santika Premiere ...71

Tabel 4.11 Profil Pengukuran Arus Listrik di Hotel Santika Premiere berdasarkan audit rinci ...72

Tabel 4.12 Profil Pengukuran Arus Listrik untuk Unit Tenaga …………...………72

Tabel 4.13 Profil pengukuran arus listrik untuk sistem pendingin udara Hotel Santika Premiere...75

Tabel 4.14 Spesifikasi lokasi unit FCU di Hotel Santika Premiere Semarang ...80

Tabel 4.15 Data hasil pengukuran pada kondisi FCU kotor untuk daya kipas 20 watt...82

Tabel 4.16 Data hasil pengukuran pada kondisi FCU bersih untuk daya kipas 20 watt... ... 83


(14)

xiv

Gambar 2.2 Prinsip KerjaAir Conditioning...22

Gambar 2.3 Tekanan udara dan pengukuran...26

Grafik 2.4 Karakteristik kipas udara dan tahanan dalam salura...27

Gambar 2.5 Karakteristik pompa sentrifugal……….…..32

Gambar 2.6 Karakteristik pompa pada beberapa kecepatan putar poros...34

Gambar 2.7 Prestasi Pompa sentrifugal...35

Gambar 2.8 Kombinasi karakteristik pompa dan pipa...35

Gambar 2.9 Diagram sirkulasi freon...43

Gambar 3.1 Bagan alur proses audit energi bangunan...48

Gambar 4.1 Grafik Pemakaian Energi Listrik Hotel Santika Premiere Semarang...58

Gambar 4.2 Grafik Konsumsi Solar ( Fuel) Hotel Santika Premiere Semarang Periode 2006………59

Gambar 4.3 Grafik Konsumsi air Hotel Santika Premiere Semarang Periode 2006...60

Gambar 4.4 Grafikoccupancy rate Hotel Santika Premiere Semarang tahun 2006...62

Gambar 4.5 Grafik prosentasi pemakaian energi di Hotel Santika Premiere Semarang tahun 2006...64

Gambar 4.6 Grafik pengukuran arus listrik di Hotel Santika Premiere Semarang….69 Gambar 4.7 Grafik komposisi nilai dari AHU, FCU, dan Chiller sebagai komponen AC...72


(15)

xv

Lampiran 2. Biaya penggunaan listrik tahun 2006………....103 Lampiran 3. Pomec department……….….………...109 Lampiran 4. Denah Bangunan Lantai Basement Hotel Santika Premiere Semarang116 Lampiran 5. Denah Bangunan Lantai Satu Hotel Santika Premiere Semarang……117 Lampiran 6 Denah Bangunan Lantai 3 s/d 8 Hotel Santika Premiere Semarang…..118 Lampiran 7 Denah Bangunan Lantai 9 Hotel Santika Premiere Semarang ………..119 Lampiran 8 Denah Bangunan Lantai 10 Hotel Santika Premiere Semarang……….120 Lampiran 9 Denah Bangunan Lantai 11 Hotel Santika Premiere Semarang……….121


(16)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam bisnis perhotelan, energi sangatlah penting, terutama dalam penggunaan energi listrik, porsi pemakaian serta alokasi dana untuk penyediaannya adalah yang terbesar. Hal ini dapat dilihat bahwa peralatan seperti lampu-lampu, lift, lemari es, laundry, pemanas, pompa-pompa, sampai pada sistem pengkondisian udara adalah beberapa alat yang dominan dalam operasional di dunia perhotelan. Usaha-usaha penghematan energi listrik telah dilaksanakan oleh pihak hotel seperti melakukan penjadwalan operasional peralatan, penggantian lampu-lampu dengan lampu hemat energi, pemasangan kapasitor bank, akan tetapi biaya operasional energi listrik tetap melebihi standar yang telah ditentukan. Penggantian jenis refrigerant R-22 dengan hidrokarbon pada chiller juga pernah dilakukan oleh pihak manajement hotel, akan tetapi mengakibatkan rusaknya beberapa kompresor padachiller.

Untuk menanggulangi masalah tersebut dilakukan efisiensi energi. Salah satu metode yang sekarang dipakai untuk mengefisienkan pemakaian energi listrik adalah konservasi energi. Konservasi energi adalah peningkatan efisiensi energi yang digunakan atau proses penghematan energi. Dalam proses ini meliputi adanya audit energi yaitu suatu metode untuk mengitung tingkat konsumsi energi suatu gedung atau bangunan, yang mana hasilnya nanti akan dibandingkan


(17)

dengan standar yang ada untuk kemudian dicari solusi penghematan konsumsi energi jika tingkat konsumsi energinya melebihi standar baku yang ada.

Untuk audit energi dan peluang penghematan energi diutamakan pada sistem pengkondisian udara karena penggunaan energi listriknya dapat mencapai 60% melebihi standar yang disampaikan oleh Tim Hemat Energi (THE) yaitu 48,50%.

Dari dasar pemikiran di atas, maka penulis dalam penyusunan skripsi ini mengambil judul ”Audit Energi dan Analisis Peluang Penghematan Konsumsi Energi pada Sistem Pengkondisian Udara di Hotel Santika Premiere Semarang” dengan harapan dari skripsi ini dapat diketahui tingkat konsumsi energi di hotel, peluang dan solusi penghematan yang dapat direkomendasikan kepada pihak manajemen hotel. Pada akhirnya penulis berharap hasil penelitian ini tidak hanya bermanfaat bagi Hotel Santika Premiere Semarang, namun dapat juga menjadi salah satu acuan untuk perhotelan yang lain.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini dirumuskan beberapa masalah diantaranya :

1. Bagaimana menentukan IKE (Intensitas Konsumsi Energi) serta biaya pembayarannya sesuai pemakaian berdasarkan data historis hotel.

2. Bagaimana menentukan IKE (Intensitas Konsumsi Energi) berdasarkan observasi penggunaan energi listrik secara detail dengan berbagai peralatan yang mengkonsumsi energi listrik dan waktu penggunaannya.


(18)

3. Bagaimana mencari peluang-peluang untuk penghematan energi dan penghematan biaya berdasarkan kondisi aktual di lapangan.

1.3 Manfaat Penelitian

1. Dapat mengetahui nilai IKE (Intensitas Konsumsi Energi) serta biaya pembayarannya sesuai pemakaian

2. Dapat mengetahui sistem yang bekerja secara baik atau tidak berdasarkan kondisi aktual di lapangan.

3. Dapat mencari peluang-peluang untuk penghematan energi dan penghematan biaya berdasarkan kondisi aktual di lapangan

1.4 Tujuan Penilitian

1. Menentukan IKE (Intensitas Konsumsi Energi) serta biaya pembayarannya sesuai pemakaian berdasarkan data historis hotel.

2. Menentukan IKE (Intensitas Konsumsi Energi) berdasarkan observasi penggunaan energi listrik secara detail dengan berbagai peralatan yang mengkonsumsi energi listrik dan waktu penggunaannya.

3. Mencari peluang-peluang untuk penghematan energi dan penghematan biaya berdasarkan kondisi aktual di lapangan.

1.5 Batasan Masalah

Batasan-batasan masalah yang melingkupi penelitian ini antara lain : 1. Tahapan Audit Energi Awal meliputi :

a. Perhitungan pola konsumsi energi di Hotel Santika Premiere Semarang dalam jangka waktu tertentu.


(19)

2. Tahapan Audit Energi Rinci:

a. Perhitungan IKE listrik Hotel Santika Premiere Semarang berdasarkan pengukuran di panel-panel listrik Hotel Santika Premiere Semarang dalam rentang waktu tertentu.

b. Audit rinci pada sistem pengkondisian udara Hotel Santika Premiere Semarang.

3. Analisis Peluang penghematan konsumsi energi terkait kerjaFCU room dan

setting LCWT (Leaving Chiller Water Temperatur) pada pengkondisian udara di Hotel Santika Premiere Semarang.

1.6 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, manfaat penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah, metodologi penelitian, sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi teori tentang sejarah singkat berdirinya Hotel Santika Premiere Semarang, dasar teori konservasi energi dan pengkondisian udara.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi waktu dan tempat penelitian, jenis penelitian, variabel penelitian, alat dan bahan, jalannya penelitian.


(20)

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITAIN

Pada bab ini berisi tentang pembahasan dan hasil penelitan audit energi awal, dan audit rinci, serta pencarian peluang penghematan energi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang rangkuman hasil penelitian yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya serta saran-saran kedepan terkait hasil penelitian yang telah diperoleh baik buat objek penelitian yaitu hotel dan subjeknya sendiri yaitu para peneliti yang akan berkecimpung di bidang konservasi energi.


(21)

6

2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Hotel Santika Premiere Semarang A. Gambaran umum hotel

Hotel Santika Premiere Semarang merupakan hotel bintang empat di kota Semarang yang terletak di Jln. Pandanaran No 116 – 120 Semarang Jawa Tengah. Hotel ini dibangun mulai tanggal 20 Juli 1988 dan selesai tanggal 18 Juni 1990. Opening dimulai tanggal 22 Maret 1990 sampai dengan 15 mei 1990 dengan jumlah kamar yang dioperasikan 125 kamar. Tanggal 10 Agustus 1990 klasifikasi bintang dilakukan tim penilai pusat dan daerah. Tanggal 30 Juli 1990 Grand Opening semua simbolis. Tanggal 19 November 1990 dilakukan penandatangananGrand Opening.

Lokasi hotel ini sangat strategis, terletak di pertengahan kota yaitu dekat dengan Simpang Lima Semarang. Hotel ini juga disebut sebagai hotel terbaik di Semarang. Hotel Santika Premiere Semarang menyediakan para pengunjung dengan fasilitas bisnis bintang empat termasuk ruangan, luxury penthouse, convention center dan 3 ruang pertemuan untuk beberapa jenis aktifitas bisnis.

B. Fasilitas layanan hotel santika premiere semarang

Fasilitas Layangan Hotel Santika Premiere Semarang terdiri dari : 1. 3 penthouse suites


(22)

2. 125 luxurious rooms and suites

3. Mayangsari Restaurant featuring special Teppanyaki menu 4. Swimming pool, fitness center and sauna

5. Convention and meeting rooms for up to 600 guests 6. Business center

7. 24-hour room service

8. Laundry/dry cleaning service, drug store, beauty parlour, car rental 9. Airline ticketing office

10. Live music at Amarta Bar and Kafe Delima

Tingkat hunian hotel bervariasi, tergantung padaeventtertentu dimana tingkat hunian ini berkisar antara 50% hingga 80%. Tingkat hunian tertinggi biasanya terjadi saat hari besar keagamaan, atau hari raya lainnya.

C. Sistem kerja peralatan pendukung operasional Hotel Santika Premiere Semarang

Sebagai sebuah gedung dengan tingkat fungsionalitas yang tinggi, Hotel Santika Premiere Semarang memiliki jaringan sistem kerja dari peralatan-peralatan utama, antara lain :

1. Sistem kelistrikan dual power yaitu dari PLN dan pembangkit listrik diesel


(23)

2. Sistem transportasi antar lantai yaitu dengan (lift) disamping tangga darurat.Lift memiliki kapasitas 15 orang (1000 kg) sebanyak 3 buah, yaitu dua buah lift digunakan untuk lobby (khusus tamu), dan satu buah lift

digunakan untukservice.

3. Sistem perpipaan yang meliputi

a. Sistem perpipaan penyediaan air bersih yang meliputi air dingin dan air panas

b. Sistem perpipaan air buangan, yang disalurkan menuju sewage treatment plant sebelum dibuang ke riool kota.

c. Sistem perpipaan pemadam kebakaran (fire hydrant).

4. Sistem penanganan air hujan, dimana air hujan akan dibuang langsung ke riool kota dan sebagian dibuang ke dalam sumur resapan

5. Sistem sirkulasi udara (air conditioning).

6. MATV (Master Antena Television) dan CCTV (Close Circuit Television). 7. Telepon Sentral

D. Fasilitas kelengkapan peralatan utama hotel

Sebagai sebuah hotel yang berbintang empat, gedung bangunan Hotel Santika Premiere Semarang dilengkapi dengan peralatan-peralatan utama yang sangat diperlukan untuk menunjang pelayanan mereka. Peralatan utama yang ada yang menunjang sistem kerja pada hotel antara lain :


(24)

Peralatan ini merupakan bagian dari sistem kelistrikan hotel yang memakai sistem dual power yaitu dari PLN sebesar 1000 kVA dan Gen-Set yang memiliki kapasitas 900 kVA, sehingga untuk penyediaan tenaga listrik walaupun terjadi gangguan dari PLN, maka hal itu tidak akan menjadi masalah karena secara otomatis apabila listrik mati, maka Gen-Set akan hidup.

2. Chiller

Peralatan ini merupakan bagian dari sistem penyediaan udara bersih dan segar. Di Hotel Santika Premiere Semarang terdapat tiga buah Chiller

yang akan saling bergantian dalam beroperasi untuk senantiasa memberikan dan menyediakan udara bersih dan segar kepada setiap penghuni di hotel.

3. AHU dan FCU

Peralatan ini juga merupakan bagian dari sistem pengkondisian udara di Hotel Santika Premiere Semarang, dimana peralatan ini difungsikan untuk memastikan bahwa udara yang telah diproses sehingga menjadi segar dan bersih ini dapat terdistribusi merata sehingga para penghuni hotel dapat merasa nyaman ketika di dalam hotel. Untuk AHU di Hotel Santika Premiere Semarang ada dua buah AHU yang mana terdiri dari AHU 1 yang berfungsi untuk mendistribusikan udara segar dan bersih ke lantai satu, dan AHU 2 yang berfungsi untuk mendistribusikan udara segar dan bersih ke lantai 2. Untuk FCU hampir merata diruangan-ruangan yang


(25)

lebih kecil terutama ruangan yang terkait dengan aktifitas para tamu dan penghuni hotel lainnya.

4. Boiller

Peralatan ini merupakan salah satu bagian dari sistem penyediaan air bersih dan air panas yang sangat diperlukan untuk pelayanan para tamu hotel selain intu juga untuk konsumsi di bagianlaundrydankitchen. 5. Fire Pump

Peralatan ini merupakan salah satu bagian dari sistem keamanan hotel terutama dari bahaya kebakaran. Untuk sistem pengamanan kebakaran sendiri selain darifire pump ini, juga ditunjang dengan adanyaFire-Stairs

(tangga kebakaran) dan juga sistem hidran yang terpasang rapi dan siap digunakan setiap saat dan ditambah dengan tabung-tabung gas pemadam kebakaran yang disediakan di titik-titik tertentu.

6. Water Treatment.

Sebagai hotel yang besar, Hotel Santika Premiere Semarang juga menerapkan kerja yang berwawasan lingkungan sehingga untuk limbah terutama yang berkaitan dengan air, disediakan suatu sistem pengolah limbah. Hal ini bertujuan agar limbah yang dikeluarkan hotel benar-benar sudah bisa diterima dan diserap lingkungan serta tidak mengganggu masyarakat sekitar.


(26)

E. Struktur Organisasi Hotel Santika Premiere Semarang

Struktur organisasi merupakan mekanisme formal dengan nama organisasi yang dikelola dengan berbagi tingkatan yaitu :

1. Tingkat Managerial yaitu seorangGeneral Manajer

2. TingkatDivision Head

3. TingkatDepartement Head

4. TingkatManager

5. TingkatAssistant Manager, sesuai dengan tingkatan di atas 6. Tingkat supervisor dengan berbagai spesifikasi bidang kerjanya. 7. Tinkat R/F

2.2 Dasar Teori Konservasi Energi Dan Pengkondisian Udara A. Konservasi Energi

Negara Indonesia kaya akan sumber energi, tetapi pemanfaatannya selama ini belum seimbang karena terlalu banyak tergantung pada sumber energi minyak bumi. Padahal sumber energi minyak bumi dewasa ini merupakan sumber pendapatan yang terpenting dan persediaannya terbatas.

Ketergantungan pada satu sumber energi yaitu minyak bumi dan produk turunannya ini tidak dapat dibiarkan secara terus menerus karena kebutuhan energi akan terus meningkat baik disebabkan meningkatnya industri maupun pertambahan jumlah penduduk serta adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat.


(27)

Untuk menghadapi masalah-masalah tersebut di atas, disusunlah langkah-langkah kebijakansanaan energi oleh pemerintah, langkah-langkah-langkah-langkah itu adalah: 1. Intensifikasi

2. Diversifikasi 3. Konservasi

Konservasi energi merupakan langkah kebijaksanaan yang pelaksanaannya paling mudah dan biayanya paling murah diantara langkah-langkah di atas, serta sekarang juga dapat dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Kebijakan energi ini dimaksudkan untuk memanfaatkan sebaik-baiknya sumber energi yang ada, juga dalam rangka mengurangi ketergantugan akan minyak bumi, dengan pengertian bahwa konservasi energi tidak boleh menjadi penghambat kerja operasional maupun pembangunan yang telah direncanakan. (Badan Koordinasi Energi Nasional, 1983).

Oleh Karena itu disamping harus secepatnya mengembangkan sumber-sumber energi dari bahan bakar non fosil seperti biomassa, biogas, dan sebagainya, harus juga berusaha untuk dapat mengoptimalkan penggunaan energi minyak bumi secara lebih tepat, cermat, hemat dan efisien dalam rangka pelaksanaan program konservasi energi.

B. Energi

Energi adalah suatu besaran yang secara konseptual dihubungkan dengan transformasi, proses atau perubahan yang terjadi. Besaran ini seringkali dikaitkan dengan perpindahan sebuah gaya atau perubahan temperatur,


(28)

sehingga memungkinkan penentuan satuan joule (perpindahan gaya 1 Newton sejauh 1 meter), maupun kalor jenis (energi yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur sebesar 1 derajat per satuan massa material). Dalam keperluan praktis, energi sering kali dikaitkan dengan jumlah bahan bakar atau konsumsi jumlah listrik.

Setiap zat sebenarnya mengandung sejumlah energi di dalamnya yang disebut energi dalam. Dalam suatu proses zat dapat melepaskan sebagian energi dalamnya (dalam proses pembakaran) atau menyimpan energi energi yang berasal dari lingkungan (pemanasan suatu zat).

Dalam melakukan analisisis energi suatu sistem, harus dilakukan berbagai proses perhitungan yang melibatkan jumlah material/zat dan energi. Oleh karena itu perlu dipahami berbagai satuan yang sering digunakan dalam menyatakan besar atau jumlah dari suatu besaran.

Untuk menyatakan jumlah material, ada beberapa besaran yang dapat digunakan, yaitu :

1. Massa, dengan satuan kg, lbm, ton dan sebagainya 2. Volume, dengan satuan liter, m3, gallon dan sebagainya

Untuk menyatakan jumlah energi, ada beberapa satuan yang digunakan, misalnya joule, ft.lbf, kWH, BTU dan sebagainya. Satuan joule merupakan satuan standart initernasional (SI) yang biasa digunakan untuk semua bentuk energi. Sedangkan kWH adalah satuan yang biasa digunakan untuk


(29)

menyatakan energi-energi listrik, ft.lbf adalah satuan yang biasanya digunakan untuk menyatakan energi termal.

Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah melalui bentuk energi listrik. Pada pusat pembangkit, sumber daya energi primer seperti bahan bakar fosil (minyak, gas alam dan batubara), hidro, panas bumi dan nuklir diubah menjadi energi listrik. Generator sinkron mengubah energi mekanis yang dihasilkan poros turbin menjadi energi listrik tiga fase.

Melalui transformator penaik tegangan (step up transformator) energi listrik ini dikirimkan melalui saluran transmisi bertegangan tinggi menuju pusat-pusat beban. Peningkatan tegangan dimaksud untuk mengurangi jumlah arus yang mengalir melalui saluran transmisi. Dengan demikian saluran transmisi bertegangan tinggi akan membawa alairan arus yang rendah dan ini berarti mengurangi rugi-rugi panas yang terjadi(heat lost) yaitu sebesar I2 R. Ketika saluran transmisi mencapai pusat beban, tegangan tersebut kembali diturunkan menjadi tegangan menengah dengan transformator penurun tegangan (step down transformator).

Di pusat-pusat beban yang terhubung dengan saluran distribusi, energi listrik ini diubah kembali menjadi bentuk-bentuk energi terpakai lainnya seperti energi mekanis, penerangan, pendingin, dan lain-lain. Elemen pokok tenaga dapat dilihat pada Gambar 2.1


(30)

Gambar 2.1 Elemen pokok sistem tenaga listrik (Zuhal, 1995)

Beban yang diberi tegangan, impedansi dari beban tersebut akan menentukan besar arus dan sudut fasa yang mengalir pada beban tersebut. Faktor daya merupakan petunjuk yang menyatakan suatu beban. Faktor daya merupakan hasil bagi dari rata-rata dengan daya nyata.

Faktor daya =

I V

P

. = V I Cos I V

. .

. ϕ

= Cosϕ (3.1)

Besarnya faktor daya adalah 0< Cosϕ < 1. Untuk mendapatkan pemakaian daya maksimal, faktor daya dapat diusahakan mendekati 1, yaitu dengan menambahkan peralatancapasitor bank. (Zuhal, 1995).

C. Audit Energi

Usaha-usaha untuk menghemat energi di segala bidang makin dirasakan perlu karena semakin terbatasnya sumber-sumber energi yang tersedia dan semakin mahalnya biaya pemakaian energi. Usaha-usaha penghematan energi pada suatu bangunan komersial seperti hotel atau suatu pabrik hanya dapat dilakukan jika telah diketahui untuk apa energi tersebut digunakan dan berapa


(31)

besarnya pemakaian energi di tiap-tiap bangunan gedung hotel atau pabrik tersebut. Untuk mengetahui hal tersebut maka diperlukan pengetahuan tentang audit energi atau kesetimbangan energi. Berdasarkan kegiatan yang dilakukan pada akhirnya audit energi didefinisikan sebagai: kegiatan untuk mengidentifikasi jenis energi dan mengidentifikasikan besarnya energi yang digunakan pada bagian-bagian operasi suatu industri/pabrik atau bangunan serta mencoba mengidentifikasi kemungkinan penghematan energi.

Audit energi dapat dilakukan setiap saat atau sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan. Monitoring pemakaian energi secara teratur merupakan keharusan untuk mengetahui besarnya energi yang digunakan pada setiap bagian operasi selama selang waktu tertentu. Dengan demikian usaha-usaha penghematan dapat dilakukan. (Abdurarachim, 2002)

1. Konsep Audit Energi

Audit energi merupakan usaha atau kegiatan untuk meidentifikasaikan jenis dan besarnya energi yang digunakan pada bagian-bagian operasi suatu industri/pabrik atau bangunan dan mencoba mengidentifikasikan kemungkinan penghematan energi. Sasaran dari audit energi adalah untuk mencari cara mengurangi konsumsi energi persatuan output dan mengurangi biaya operasi. Untuk mengukur besarnya efisiensi penghematan digunakan parameter Benefit Cost Ratio (BCR) yang didefinisikan sebagai : (Abdurarachim, 2002)


(32)

BCR =

c b a E. .

(3.2)

keterangan :

E = biaya energi tahunan, satuan uang

a = potensi energi tahunan, satuan uang, % dari harga E b = realisasi biaya energi yang dapat dihemat,% dari harga a c = biaya realisasi, satuan uang

2. Klasifikasi Audit Energi

a. Survei Energi(Energy Survey or Walk Through Audit)

Survei energi merupakan jenis audit energi paling sederhana. Audit hanya dilakukan pada bagian-bagian utama atau pengguna energi terbesar. Tujuan dari survei energi adalah :

1) Untuk mengetahui pola penggunaan energi dan sistem yang mengkonsumsi energi serta untuk mengidentifikasikan kemungkinan penghematan energi (Energi Conservasi Oppurtunity = ECO)

2) Untuk mendapatkan data yang berguna bagi audit energi awal. Pada survei energi, data-data dapat diperoleh melalui wawancara dengan orang-orang yang berhubungan dengan penggunaaan energi pada beberapa tahun terakhir yang telah tersedia. Data-data tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui kecenderungan karakteristik pemakaian energi pada suatu industri,


(33)

pabrik atau gedung. Hasil laporan hanya berupa rekomendasi atau usulan mengenai bagian-bagian yang perlu dilakukan audit rinci atau bagian-bagian yang telah optimal penggunaan energinya. b. Audit Energi Awal atau Audit Energi Singkat (Preliminary Energy

Audit = PEA)

Tujuan dari audit energi awal (PEA) adalah untuk mengukur produktifitas dan efisiensi penggunaan energi dan mengidentifikasikan kemungkinan penghematan engergi (ECO’s). Kegiatan audit energi awal meliputi:

1) Pengumpulan data-data pemakaian energi yang tersedia

2) Mengamati kondisi peralatan, penggunaan, penggunaan energi beserta alat-alat ukur yang berhubungan dengan monitoring energi seperti:

a) Memeriksa kondisi isolasi yang rusak atau hilang. b) Meneliti adanya kebocoran

c) Mengamati alat-alat ukur dan alat kendali yang tidak bekerja. d) Mengamati gas pembuangan pembakaran.

e) Dan lain-lain

3) Mengamati prosedur operasi dan perawatan yang biasa dilakukan dalam industri/pabrik atau gedung tersebut.


(34)

4) Survei energi manajemen, yaitu untuk mengetahui kegiatan manajemen energi dan kriteria pengambilan keputusan dalam investasi penghematan energi

Hasil PEA biasanya berupa laporan mengenai sumber-sumber kebocoran / kehilangan energi seperti adanya isolasi yang tidak sempurna, kebocoran fluida atau alat ukur pengendali yang tidak bekerja, rekomendasi perbaikan ringan yang harus dilakukan.

c. Audit Energi Rinci atau Energi Penuh (Detailed Energy Audit or Full Audit)

Audit energi rinci (DEA) adalah audit energi yang dilakukan dengan menggunakan alat-alat ukur yang sengaja dipasang pada peralatan untuk mengetahui besarnya konsumsi energi. Kegiatan ini diikuti dengan analisis rinci penggunaan energi beberapa sistem. Tujuan dari audit energi ini untuk mengevaluasi kemungkinan penghematan energi (ECO’s). Audit energi rinci biasanya dilakukan setelah PEA, meskipun sebenarnya audit energi ini dapat dilakukan sendiri, asalkan kegiatan yang tercangkup dalam PEA dilakukan pada awal kegiatan audit. Pengukuran yang dilakukan meliputi pengukuran tekanan, temperatur, laju aliran fluida atau bahan bakar dan konsumsi energi listrik. Data-data pengukuran tersebut kemudian digunakan untuk menghitung besarnya konsumsi energi. Hal ini dilakukan dengan menerapkan balans energi pada komponen atau sistem.


(35)

Hasil DEA berupa rekomendasi perubahan-perubahan sistem atau komponen yang diperlukan dengan didasari oleh bukti-bukti perhitungan agar diperoleh penghematan energi dan penghematan biaya energi beserta cara-cara implementasinya.

D. Sistem Pengkondisian Udara

Pengadaan suatu sistem pengkondisian udara adalah agar tercapai kondisi temperatur, kelembaban, kebersihan, dan distribusi udara dalam ruangan dapat dipertahankan pada tingkat keadaan yang diharapkan. Suatu sistem pengkondisian udara bisa berupa sebuah sistem pemanasan, pendinginan, dan ventilasi. Untuk kondisi iklim indonesia (tropis), untuk proses pengkondisian udara yang berupa pendinginan banyak sekali digunakan. Pendingin ini berfungsi untuk menciptakan kondisi nyaman bagi beberapa aktivitas manusia.

Pada bangunan besar biasanya menggunakan sistem pengkondisian udara

central. Sistem tersebut mungkin terdiri dari satu atau lebih mesin pendingin air (water-chiling plants) dan mesin pemanas air (secara tradisional berupa sebuah ketel) yang diletakkan di dalam suatu ruangan mesin. Ruangan yang dikondisikan mengunakan satu atau lebih sistem saluran udara segar dan udara balik atau dapat juga dalam bentuk aliran air panas atau dingin melalui pipa ke penukar kalor (heat exchangers) yang terdapat pada ruangan tersebut.

1. Faktor Pemilihan Sistem Pengkondisian Udara a. Faktor kenyamanan


(36)

Faktor kenyamanan dalam ruangan sangat tergantung pada beberapa parameter yang bisa diatur oleh sistem pengkondisian udara. Parameter itu antara lain meliputi temperatur bola basah dan bola kering dari udara, aliran udara, kebersihan udara, bau, kualitas ventilasi maupun tingkat kebisingannya.

Semua parameter di atas diatur sesuai dengan kondisi kerja yang terjadi pada ruangan yang dikondisikan. Dari sudut pandang kenyamanan, maka sistem pengkondisian udara yang baik adalah sistem yang mampu menciptakan kondisi nyaman yang merata pada semua komponen yang dikondisikan dalam ruangan.

b. Faktor ekonomi

Faktor ekonomi yang menjadi pertimbangan antara lain adalah biaya awal untuk pemasangan serta biaya operasi dan perawatan untuk sistem setelah peralatan itu difungsikan. Dari sudut pandang faktor ekonomi, suatu sistem pengkondisian udara yang baik adalah dengan biaya total serendah-rendahnya.

c. Faktor operasi dan perawatan

faktor yang secara umum yang menjadi pertimbangan adalah faktor konstruksi yang mudah dimengerti susuanan dan cara menjalankannya. Secara lebih detail hal ini terkait dengan beberapa kontruksi yang sederhana, tingkat efisiensi yang tinggi, mudah dalam perawatan, mudah


(37)

Suplai

Udara/Outlet 22,60 c Suplai Duct

Fan

Coil

Evaporator

Filter Filter

Return Duct 350 c

RUANG

direparasi jika terjadi kerusakan, dapat melayani perubahan kondisi operasi.

2. Proses Pengkondisian Udara FCU

a. Kondisi udara dalam ruangan dapat dalam keadaan sangat dingin, panas, lembab, kering, kecepatan udara tinggi atau tidak ada gerakan udara. (Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia)

b. Udara dingin digerakkan oleh Fan masuk reducting (saluran udara) dan melaluiout let (lubang keluar) udara masuk ke dalam ruangan. Udara dari dalam ruangan kembali ke return out let (grill/lubang isap) masuk ke

ducting return (saluran kembali) dan melalui filter untuk pembersihan udara masuk melewati celah-celah/ permukaan coil evaporator (koil pendinginan) dan kembali digerakkanFan (kipas udara).


(38)

3. Komponen Sistem Pengkondisian Udara yang Dilalui Sirkulasi Udara a. Fan (kipas udara)

Kipas udara berfungsi menggerakkan udara dari atau ke dalam ruangan. Udara yang dialirkan fan dapat berupa : udara luar, udara ruangan atau gabungan dari udara luar dan udara ruangan. Jumlah aliran udara dan kecepatan udara harus diatur, agar memperoleh sirkulasi udara yang baik.

b. Supply Duct (saluran udara keluar)

Supply Duct (saluran udara keluar) berfungsi untuk saluran udara dingin dari fan ke dalam ruangan.

c. Supply out let (lubang keluar)

Supply out let (lubang keluar) berfungsi untuk megatur arah aliran udara dari fan, sehingga udara terdistribusi ke seluruh ruangan. Untuk kenyamanan, jumlahout let turut menentukan.

d. Ruangan yang didinginkan

Ruangan harus tertutup, sehingga udara dingin dalam ruangan tidak terbuang keluar dan udara luar tidak masuk ke dalam ruangan.

e. Return out let (lubang isap)

Biasanya terletak berlawanan dengansupply out let. f. Filter (saringan udara)


(39)

udara. Ditempatkan pada return duct, dan biasanya terbuat dari plastic, fiber glass atau elektro statik

g. Cooling coil (koil pendingin)

Berfungsi untuk mendinginkan udara. Udara yang masuk melewati cooling coil harus melalui filter sehingga debu tidak tertimbun pada permukaan koil. Biasanya ditempatkan sebelum atau sesudah fan.

4. Beban Kalor Pendinginan Udara

Beban usaha penyegaran udara dalam hal ini untuk pendinginan udara, terdapat beban kalor yang harus ditanggulangi oleh mesin pendingin untuk mencapai tingkat temperatur dan kelembaban yang diinginkan. Secara garis besar beban kalor yang harus diatasi adalah beban kalor ruangan dan beban kalor alat penyegar udara yang ada dalam ruangan. (Arismunandar, 1991) a. Beban kalor ruangan

Kompenan utama beban kalor ruangan terdiri dari:

1) Kalor yang masuk dari luar ruangan ke dalam ruangan (beban kalorperimeter;”Perimeter heat load”).

2) Kalor yang bersumber di dalam ruangan itu sendiri (beban kalor interior; ”interior heat load”).

b. Beban kalor alat penyegar udara

Jumlah kalor yang harus dilayani oleh alat penyegar udara adalah sebagai berikut:


(40)

1) Beban kalor ruangan

2) Beban kalor dari udara luar yang masuk ke dalam alat penyegar 3) Bebanblower dan motor.

4) Kebocoran dari saluran, dsb.nya.

Dari kedua beban kalor di atas pada dasarnya dapat dikelompokkan lagi dalam kategori beban kalor sensibel dan kalor laten. Kalor sensibel adalah kalor/panas ynag menyebabkan atau menemani perubahan temperatur dari sebuah subtansi. Kalor laten adalah kalor/panas yang menyebabkan atau menyertai perubahan fase dari sebuah subtansi. Besarnya kalor laten adalah :

(jumlah air yang menguap, kg/jam) x 597,3 (kcal/kg) (3.3) 5. Kipas Udara dan Blower

a. Klasifikasi Kipas Udara dan Blower

Blower dan kipas udara dalam berbagai jenis dan ukuran serta karakteristiknya bisa dimanfaatkan untuk beberapa keperluan. Dari kondisi ini, maka ada penggolongan jenis kipas udara dan blower antara lain jenis blower dan kipas udara berdasarkan tekanan udara yaitu : (Arismunandar, 1991)

1) Kipas udara listrik, dimanfaatkan untuk memasukkan udara atmosfir; boleh dikatakan tak ada kenaikan tekanan ( 0 mm H20).

2) Kipas udara, dimanfaatkan untuk memasukkan udara atmosfir; kenaikan tekanan udara biasanya dibawah 1000 mm H2O.


(41)

3) Blower, diguanakan untuk memasukkan udara atmosfir; kenaikan tekanan 1000 H2O atau lebih besar.

b. Karakteristik Kipas Udara 1) Tekanan

Tekanan yang ditimbulkan oleh kipas udara ada dua jenis yaitu berupa tekanan statik yang dimanfaatkan untuk mengatasi tahanan aliran melalui saluran. Selain tekanan statik, ada tekanan dinamik untuk memberikan kecepatan pada udara. Berikut ini ilustrasi pengukuran tekanan statik dan dinamik pada sebuah pipa (Arismunandar, 1991):

Gambar 2.3 Tekanan udara dan pengukuran

Dari Gambar 2.3, nilai tekanan total, tekanan statik maupun tekanan dinamik dapat dihitung sebagai berikut:

a) Tekanan total (mm H2O)

= tekanan statik (mm H2O) +tekanan dinamik (mm H2O) (3.4) b) Tekanan dinamik (mm H2O)


(42)

= )] m/s (9,8 grafitasi akselerasi 2 [ ) kg/m udara, Spesifi ( m/s) Kec.udara, ( 2 3 2 x Grafitasi x = 4,03 m/s) , (Kec.udara 2 (3.5)

2) Daya yang diperlukan kipas udara

Nilai daya teoritik (daya udara) yang diperlukan untuk mengalirkan udara sebagnyak Q m3/ menit, dengan tekanan total Pt mm H20 adalah :

(Daya udara, kW) =

6120 O H mm P menit x /

m3 t 2

Q

(3.6)

Apabila efisiensi udara adalah , maka :

(Daya motor penggerak, kW)=

η 6120 O H mm P menit x /

m3 t 2

Q

(3.7)

c. Karakteristik Kipas Udara dan Tahanan Saluran


(43)

Beberapa kondisi yang sering terjadi di lapangan, dan bisa dijelaskan berdasarkan diagram karakteristik di atas antara lain seperti berikut : 1) Jika katup saluran diubah, maka titik keseimbangan sistem

saluran/kipas udara akan berpindah dari titik A ke titik B, sehingga volume aliran udara berubah dari titik rancangan Q1 ke Q2.

2) Dari kondisi di atas yaitu terjadinya kenaikan volume, maka hal ini akan diikuti dengan kenaikan daya poros (kW) dari N1 ke N2. Namun kondisi kenaikan daya sebagai akibat perubahan kondisi kerja ini menyebabkan motor menjadi panas dan solusi untuk mengatasi ini adalah dengan menggunakan motor listrik dengan daya nominal satu tinggkat lebih tinggi.

3) Jika volume aliran Q2 dalam grafik tersebut, diperoleh dengan mengatur damper, maka kipas udara harus bekerja pada putaran lebih tinggi dari pada yang normal. Sehingga hal ini berakibat daya poros bertambah besar, pemakaian daya listrik makin besar selain dari pada itu suara yang timbul juga semakin besar.

4) Jika tahanan aliran jauh lebih besar daripada titik rancangannya, misalnya hal ini karena ada kesalahan perancangan saluran atau penutup damper terlalu rapat, maka keseimbangan sitem saluran/kipas udara berpindah dari titik A ke titik C dan volume aliran tetap di Q1, maka putaran poros harus dinaikkan dari n1 ke n3 untuk memperoleh


(44)

titik operasi E. Hal ini berakibat daya poros naik dan bunyi semakin keras.

d. Hukum Kipas Udara

Karakteristik kipas udara tergantung pada putarannya. Hukum kipas udara antara lain :

1) Volume aliran udara sebanding putaran kipas

Q2 = Q1 x

1 2 n n

(3.8)

2) Tekanan udara (total, statik dan dinamik) sebanding dengan kuadrat putaran kipas udara.

P2 = P1 x

2 1 2       n n (3.9)

3) Daya poros sebanding dengan pangkat tiga putaran kipas udara

N2 = N1 x

3 1 2       n n (3.10)

4) Apabila putaran kipas udara dan volume aliran udara adalah sebuah konstata, maka tekanan daya sebanding dengan massa jenis udara.

P2 = P1 x 

     1 2 ρ ρ (3.11)

N2 = N1 x 

     1 2 ρ ρ (3.12)


(45)

Keterangan:

P1 = tekanan udara sebelum terjadi perubahan, mm H20

Q1 = volume aliran udara sebelum terjadi perubahan, m3/menit n1 = putaran poros sebelum terjadi perubanan, rpm

N1 = daya poros sebelum ada perubahan, kW

1 = massa jenis udara sebelum ada perubahan, kg/m3 P2 = tekanan udara setelah terjadi perubahan, mm H20 Q2 = volume aliran udara setelah terjadi perubahan, m3/menit n2 = putaran poros setelah terjadi perubanan, rpm

N2 = daya poros setelah ada perubahan, kW

2 = massa jenis udara setelah ada perubahan, kg/m3 6. Koil Pendingin FCU

a Kapasitas pendinginan

Jumlah kalor yang diserap oleh refrigeran dari fluda yang hendak didinginkan, dapat dirumuskan sebagai:

Q = K.A. tm (3.13)

keterangan:

Q = jumlah kalor yang diserap oleh refrigeran (kcal/jam) K = koefisien perpindahan kalor (kcal/m2.jamoC)

N A= luas bidang perpindahan kalor (m2) tm= perbedaan temperatur rata-rata


(46)

b Koil pendinginan udara

Koil pendinginan udara merupakan salah satu jenis dari evaporator. Tipe ini banyak dipakai untuk mendinginkan udara pada penyegar udara. Tipe ini koil pipa bersirip pada bagian luarnya. Ada dua jenis koil dengan pendinginan udara yaitu expansi langsung dan expansi tidak langsung. Pada jenis expansi langsung, refrigeran diuapkan secara langsung di dalam evaporator, sedangkan pada jenis expansi tidak langsung udara didinginkan oleh refrigerant sekunder seperti air atau larutan garam yang mengalir dalam pipa tersebut. Manfaat dari sirip-sirip yang dipasang pada sisi luar pipa adalah untuk memperluas bidang perpindahan kalor yang berhubungan dengan udara.

7. Pompa

Pompa adalah mesin yang berfungsi mengalirkan fluida melalui pipa dari satu tempat ke tempat lain. Spesifikasi pompa dinyatakan dengan jumlah fluida yang dapat dialirkan persatuan waktu dan tinggi energi angkat. Faktor tersebut terakhir menyatakan kemampuan pompa untuk menaikan fluida dari tempat yang lebih rendah ke tempat yang lebih tinggi, serta untuk mengatasi tahanan aliran dalam pipa. (Arismunandar, 1991).

a. Prestasi Pompa

1) Grafik karakteristik pompa

Pada putaran pompa tertentu, tinggi angkat total akan berubah jika tahanan pada pipa keluar diubah misalnya dengan cara membuka dan


(47)

menutup katup. Laju aliran fluida, daya poros dan efisiensi pompa akan berubah sesuai dengan perubahan putaran pompa.

Grafik karakteristik pompa yang menunjukkan saling ketergantungannya parameter putaran poros pompa, laju aliran fluida, tinggi angkat total, daya poros dan efisiensi ditunjukkan pada gambar 2.5. (Arismunandar, 1991).

Gambar 2.5 Karakteristik pompa sentrifugal

Biasanya grafik eisiensi pompa merupakan garis cembung dan mencapai maksimum pada suatu laju aliran tertentu. Harga tersebut disebut titik efisiensi maksimum. Bagian pada grafik di sekitar titik tersebut boleh dikatakan datar dan menunjukkan daerah operasi yang seharusnya banyak digunakan.

2) Daya pompa yang diperlukan

Daya teoritik yang diperlukan untuk memompa air dengan laju aliran tertentu untuk mencapai ketinggian tertentu, dinamai daya air yang besarnya dinyatakan sebagai :

P

n H

Volume Aliran Udara

η

H : Tinggi energi (head) : Efisiensi

P : Daya Poros


(48)

pompa Efisiensi

kW) air, (Daya

(Daya air, kW) = 0,163 x (grafitasi spesifik air)x(laju aliran, m3/menit) + (tinggi angkat total) (3.13) Sedangkan daya penggerak pompa haruslah lebih besar dari daya air. Daya tersebut pertama dinamai daya poros,

(Daya poros, kW) = (3.14) Dalam persamaan di atas efisiensi pompa tergantung dari jenis pompa dan ukuran, laju aliran dan kecepatan putar poros pompa.

Dalam menentukan daya nominal dari mesin penggerak pompa, hendaknya diingat bahwa dalam keadaan bekerja, pompa sering menghasilkan tinggi angkat yang lebih rendah dari pada harga yang dirancang, sehingga akan menghasilkan laju aliran yang lebih besar atupun menyebabkan pembebanan lebih besar pada motor listrik penggeraknya. Oleh karena itu daya motor listrik harus ditetapkan berdasarkan perhitungan laju aliran 20% sampai 30% lebih tinggi. (Arismunandar, 1991).

3) Kecepatan putar poros versus laju aliran, tinggi angkat total dan daya poros (Hukum Proporsional)

Dengan beberapa harga putaran poros pompa (dalam daerah ± 20%), tinggi angkat dan laju aliran air, daya poros dan efisiensi dapat dinyatakan sebagai fungsi dari putaran poros, seperti terlihat paa Gambar 2.7 (Arismunandar, 1991).


(49)

Gambar 2.6 Karakteristik pompa pada beberapa kecepatan putar poros Kecepatan Putar poros Laju aliran air Tinggi

angkat Daya poros Effisiensi

n Q H N

n’ Q’ H’ N’ ’

Hukum Proporsional :

Q’ =

2 '     n n

.Q (3.15)

H’ =

2 '       n n .H (3.16)

N’ =

3 '     n n N (3.17)

’ ≈ (3.18)

b. Pemilihan Pompa

Dalam pemilihan pompa, data prestasi pompa yang paling diperlukan adalah perbedaan tekanan yang dapat dicapai pada berbagai laju alir. Yang

H’

P’ P n

H

Volume Aliran Udara

η

H : Tinggi energi : Efisiensi P : Daya Poros

n : kecepatan putar poros

'


(50)

tidak kalah pentingnya adalah data tentang daya yang dibutuhkan pada kondisi yang direncanakan, dan pada kondisi kerja lainnya.

Prestasi pompa harus dipertimbangkan apabila akan disambung dengan jaringan perpipaan yang akan dilayani. Kombinasi karakteristik pompa dan pipa dapat ditemukan pada grafik tekanan versus laju air, seperti Gambar 2.8, sedangkan kurva pompa yang dipakai memiliki bentuk seperti pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Prestasi Pompa sentrifugal

Gambar 2.8 Kombinasi karakteristik pompa dan pipa Titik

Keseimbangan

Pipa ditrotel

Pipa tidak ditrotel

Pompa

P

erbe

daan

T

ekan

an

(kP

a)


(51)

Perbedaan tekanan yang terbentuk pada pipa naik setara dengan kuadrat laju alir. Perpotongan karakteristik pipa dengan pompa pada Gambar 2.8 disebut sebagai titik keseimbangan, karena laju air dan perbedaan tekanan antara kedua komponen mememenuhi syarat.

8. Kompresor

Kompresor adalah alat yang digunakan untuk memindahkan fluida kompresibel dari satu tempat ke tempat lain dengan beda tekanan, dimana energi mekanik motor penggerak berubah menjadi energi fluida berupa tekanan. (Arismunandar, 1991).

Dalam pengoperasian kompresor perlu dipertimbangan terhadap operasinya agar kompresor tersebut dapat beroperasi sesuai dengan keinginan. Dalam pengoperasiannya perlu dipertimbangkan bebera hal antara lain kondisi operasi setiap kompresor dan sifat-sifat udara; gas atau gas campuran yang dikompresikan.

a. Klasifikasi Kompresor

Kompresor dapat dibagi dalam dua jenis utama yaitu: (Arismunandar, 1991)

1) Kompresor positif dengan gas diisap masuk ke dalam silinder dan dikompresikan.

2) Kompresor non-positif dengan gas diisap masuk dipercepat alirannya oleh sebuah impeler yang kemudian mengubah energi kinetik untuk menaikkan tekanan.


(52)

Selain dari klasifikasi utama di atas, terdapat juga pengklasifikasian kompresor yang lain, diantaranya :

1) Penggolongan berdasarkan metode kompresi Metode kompresi positif

a) Kompresor torak, bolak-balik kerja tunggal dan kerja ganda b) Kompresor torak tingakat ganda, bolak-balik

c) Kompresor putar d) Kompresor sekrup Metode kompresi sentrifugal

a) Kompresor sentrifugal satu tingkat b) Kompresor sentrifugal tingkat ganda 2) Penggolongan menurut kecepatan putar

a) Jenis kecepatan rendah b) Jenis kecepatan tinggi 3) Penggolongan menurut bentuk

a) Jenis vertikal b) Jenis Horisontal

c) Jenis silinder banyak (jenis-V, jenis-W, jenis-VV) 4) Penggolongan menurut gas refrigeran

a) Kompresor ammonia b) Kompresor freon c) Kompresor CO2


(53)

5) Penggolongan menurut konstruksi a) Jenis terbuka

b) Jenis semi hermetik c) Jenis hermetik b. Kapasitas kompresor

Kapasitas refrigerasi dari sebuah mesin refrigerasi tergantung pada kemampuan kompresor memenuhi jumlah gas refrigeran yang perlu disirkulasikan.

Kapasitas kompresor dinyatakan dengan volume gas yang diisap persatuan waktu (m3/jam).

1) Untuk kompresor torak, secara teoritis kapasitas kompresor dapat dinyatakan sebagai :

V = 4

λ

D2.L.z.n.60 (m3/jam) (3.15)

keterangan :

D = diameter silinder (m) L = panjang langkah torak (m) z = jumlah silinder

n = jumlah putaran poros per menit (menit-1)

2) Untuk kompresor putar (positif), kapasitas kompresor dapat dinyatakan sebagai:


(54)

V = 4

λ

.(D-d)2.t.z.n.60 (m3/jam) (3.16)

keterangan :

D = diameter – dalam dari silinder rumah (m)

d = diameter – luar dari silinder rotor (torak putar) (m) t = tebal silinder (m)

z = jumlah silinder

n = jumlah putaran poros per menit (menit-1)

c. Daya teoritik yang diperlukan untuk menggerakkan kompresor

Daya yang diberikan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini :

N = 

     v V 860 ) i -(id s

(kW) (3.17)

keterangan :

N = daya yang diperlukan kompresor (kW)

V = volume gas yang dipindahkan kompresor (m3/jam) v = volume spesifik gas (m3/jam)

      v V

= G = berat gas yang dioperasikan (kg/jam) (3.18)

i = entalfi gas (kcal/kg)

sedangkan subskrip d dan s berturut-turut menyatakan kondisi gas pada seksi keluar dan masuk kompresor.


(55)

Jika daya tersebut di atas merupakan daya kompresi isentropic atau entropi konstan, maka daya motor listrik penggerak kompresor yang diperlukan adalah:

N’ =

m c

N η

η . (3.19)

keterangan :

N’ = daya motor penggerak kompresor (kW) N = daya kompresor isentropik (kW)

c= efisiensi kompresi m = efisiensi mekanik

Namun dalam aplikasinya lebih baik digunakan daya motor penggerak kompresor 10 % lebih tinggi dari pada N, untuk mengatasi kenaikan beban karena terjadinya perubahan kondisi operasi, dan supaya dapat memberikan momen putar yang tertinggi pada waktu start. (Arismunandar, 1991).

d. Prestasi kompresor

Karakteristik kompresor diberikan oleh pabrik pembuatnya, sesuai dengan penelitian dan hasil pengujian yang telah dilakukan. Dari data yang diperoleh itu, dapat diperkirakan karakterisik kompresor lainnya yang sejenis, tetapi dengan jumlah silinder dan kecepatan putar yang berbeda.


(56)

9. Sirkulasi (Rangkaian) Freon (Refrigerant)

a. Prinsip transmisi panas pada rangkaian freon adalah :

Cairan refrigerant dingin mengalir melalui coil evaporator dan mengabsorbsi panas dari udara yang melewati coil, sehingga timbul proses penguapan (evaporasi) dari cairan menjadi gas freon tanpa merubah temperatur freon (latent heat). Gas freon dialirkan ke kompresor agar mendapatkan freon tekanan tinggi, sehingga temperatur gas freon juga menjadi tinggi. Gas freon bertekanan dan bertemperatur tinggi dialirkan melalui condensor. (Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia)

b. Komponen-komponen penting yang dilalui sirkulasi freon 1) Cooling Coil (evaporator)

Berfungsi sebagai transmisi panas device. Udara panas yang mengalir melalui permukaan pipa refrigerat dingin, sehingga terjadi transmisi panas dari udara panas ke cairan freon melaui permukaan

cooling coil.

2) Compressor (kompresor)

Berfungsi mengalirkan refrigerant dari cooling coil ke condensor

serta untuk meninggikan tekanan refrigerant.Ada dua proses dalam kompresor, yaitu :


(57)

oleh kompresor, sehingga tekanan refrigerant pada cooling coil

tetap rendah. Hal ini memungkinkan proses penguapan refrigerant pada temperatur rendah.

b) Discharge (langkah kompresi) : penekanan uap refrigerant oleh kondensor menyebabkan tekanan uap refrigerant menjadi makin tinggi, sehingga temperatur uap refrigerant juga makin tinggi. 3) Condensor (kondensor)

Berfungsi untuk menghilangkan panas refrigerant yang diabsorbsi pada cooling dan mengembangkan uap refrigerant menjadiphase cair. Proses pemindahan panas dan proses kondensasi dapat dilakukan dengan beberapa cara :

a) Proses pendinginan dengan air (water cooled condensed)

Uap refrigerant dialirkan melaui coil berisi air dingin. Panas dari uap freon ditransmisikan ke dalam cairan air melalui coil.

b) Proses pendinginan dengan udara (air cooled condenser)

Uap freon melalui coil, dan udara dingin dialirkan olehfan. Panas dari uap freon yang ditransmisikan ke udara dingin melalui refrigerant menuju condensor berupa uap panas, kemudian keluar dalam bentuk cairan refrigerant yang panas

4) Expantion Value (katup ekspansi)


(58)

(59)

44

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 1 Mei 2007 sampai 8 Mei 2007 dengan mengambil tempat di Hotel Santika Premiere Semarang.

3.2 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah explorasi dan studi literatur dan dilakukan konservasi energi. Konservasi energi adalah peningkatan efisiensi energi yang digunakan atau proses penghematan energi. Dalam proses ini meliputi adanya audit energi yaitu suatu metode untuk mengitung tingkat konsumsi energi suatu gedung atau bangunan, yang mana hasilnya nanti akan dibandingkan dengan standar yang ada untuk kemudian dicari solusi penghematan konsumsi energi jika tingkat konsumsi energinya melebihi standar baku yang ada.

3.3 Variable Penelitian

Variabel penelitian meliputi jumlah pemakaian energi berdasarkan audit energi awal dan audit energi rinci serta peluang penghematan berdasarkan kondisi di lapangan. Pada audit energi awal akan dihitung besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE) tiap satuan luas yang dikondisikan (net area) sesuai pemakaian berdasarkan data historis hotel. Pada audit energi rinci akan dihitung IKE berdasarkan observasi penggunaan energi listrik secara detail


(60)

dengan berbagai peralatan yang mengkonsumsi energi listrik dan waktu penggunaannya.

3.4 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan untuk menghitung pemakaian energi di Hotel Santika Premiere adalah digital clamp meter, kWH meter. Sedangkan untuk mengetahui kondisi sistem pengkondisian udara menggunakan alat ukur

anemomete, tachometer, higrometer, digital clamp meter, volt meter. Bahan

yang digunakan adalah Axton 10 yaitu chemical yang berfungsi untuk membersihkan kotoran pada kisi-kisi evaporator.

3.5 Jalannya Penelitian

Sebagaimana yang disarankan Departemen Pertambangan dan Energi, audit energi pada bangunan gedung pada intinya terdiri dari dua bagian, yaitu : audit energi awal dan audit energi rinci. Pelaksanaan audit awal dan audit rinci adalah sebagai berikut :

A. Audit Energi Awal

Kegiatan audit energi awal meliputi: Pengumpulan data energi bangunan dengan data-data historis yang tersedia dan tidak memerlukan pengukuran.

Data-data yang diperlukan pada audit energi awal meliputi : a. Dokumentasi bangunan

1) Denah bangunan seluruh lantai


(61)

3) Diagram garis tunggal listrik, lengkap dengan penjelasan penggunaan daya listriknya dan besarnya sambungan daya dari PLN serta besarnya daya listrik cadangan dari Diesel Generating Set (Genset).

b. Pembayaran rekening listrik bulanan bangunan gedung selama satu tahun terakhir dan rekening pembelian bahan bakar minyak (bbm). c. Tingkat hunian bangunan (occupancy rate).

Menghitung besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE) gedung. Berdasarkan data bangunan dan data energi seperti disebutkan di atas dapat dihitung:

a. Rincian luas bangunan dan luas total bangunan (m2). b. Daya listrik total yang dibutuhkan

c. Daya listrik terpasang per m2 luas lantai untuk keseluruhan bangunan.

d. Intensitas Konsumsi Energi bangunan e. Biaya pemakaian energi bangunan

Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik merupakan istilah yang digunakan untuk mengetahui besarnya pemakaian energi pada suatu sistem (bangunan). Namun energi yang dimaksudkan dalam hal ini adalah energi listrik. Pada hakekatnya Intensitas Konsumsi Energi ini adalah hasil bagi antara konsumsi energi total selama periode tertentu (satu tahun) dengan luasan bangunan. Satuan IKE adalah kWH/m2 per tahun.


(62)

Dan pemakaian IKE ini telah ditetapkan di berbagai negara antara lain ASEAN dan APEC.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh ASEAN-USAID pada tahun 1987 yang laporannya baru dikeluarkan tahun 1992, target besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik untuk Indonesia adalah sebagai berikut : (Direktorat Pengembangan Energi)

a. IKE untuk perkantoran (komersil) : 240 kWH/m2 per tahun b. IKE untuk pusat belanja : 330 kWH/ m2 per tahun c. IKE untuk hotel / apartemen : 300 kWH/ m2 per tahun d. IKE untuk rumah sakit : 380 kWH/ m2 per tahun

Dalam menghitung IKE listrik pada bangunan gedung, ada beberapa istilah yang digunakan, antara lain :

a. IKE listrik per satuan luas kotor (gross) gedung.

b. Luas kotor (gross) = Luas total gedung yang dikondisikan (berAC) ditambah dengan luas gedung yang tidak dikondisikan.

c. IKE listrik per satuan luas total gedung yang dikondisikan(net).

d. IKE listrik per satuan luas ruang dari gedung yang disewakan (net product).

Istilah-istilah tersebut di atas dimaksudkan sebagai alat pembanding besarnya IKE antara suatu luasan dalam bangunan terhadap luasan lain. Dan besarnya target IKE di atas merupakan nilai IKE listrik per satuan luas bangunan gedung yang dikondisikan (net).


(63)

(64)

B. Audit Energi Rinci

Audit energi rinci dilakukan apabila nilai IKE bangunan lebih besar dari target nilai IKE standar.

Rekomendasi yang disampaikan oleh Tim Hemat Energi (THE) yang dibentuk oleh pemilik/pengengola bangunan gedung dilaksanakan sampai diperolehnya nilai IKE sama atau lebih kecil dari target nilai IKE standar untuk perhotelan di Indonesia dan selalu diupayakan untuk dipertahankan atau diusahakan lebih rendah di masa mendatang. Dan kegiatan audit energi rinci ini meliputi:

1. Penelitian dan pengukuran konsumsi energi a. Penelitian energi

1) Audit energi rinci perlu dilakukan bila audit energi awal memberikan gambaran nilai IKE listrik lebih dari nilai standar yang ditentukan.

2) Audit energi rinci perlu dilakukan untuk mengetahui profil penggunaan energi pada bangunan, sehingga dapat diketahui peralatan penggunaan energi apa saja yang pemakaian energinya cukup besar.

3) Contoh profil penggunaan energi pada bangunan hasil penelitian yang dilakukan oleh pemerintah ditunjukkan pada tabel 3.1 untuk peralatan perkantoran tabel 3.2 untuk hotel/apartemen dan tabel 3.3 untuk rumah sakit.


(65)

4) Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian energi adalah mengumpulkan dan meneliti sejumlah masukan yang dapat mempengaruhi besarnya kebutuhan energi bangunan dan dari hasil penelitian dan pengukuran energi dibuat profil penggunaan energi bangunan.

Tabel 3.1 Profil penggunaan energi untuk peralatan kantor

Jenis Peralatan Penggunaan Energi (%)

Air conditioning 66

Pencahayaan 17.4

Lift 3.0

Pompa air 4.9

Lain-lain 8.7

TOTAL 100

Tabel 3.2 Profil penggunaan energi untuk peralatan hotel/apartement

Jenis Peralatan Penggunaan Energi (%)

Air conditioning 48.50

Pencahayaan 16.97

Lift 8.05

Cleaning and laundry 5.32

Utilitas 18.67

Lain-lain 2.49


(66)

Tabel 3.3 Profil penggunaan energi untuk peralatan rumah sakit

Jenis Peralatan Penggunaan Energi (%)

Air conditioning 56.60

Pencahayaan 18.99

Lift 3.46

Fasilitas medis 11.62

Utilitas 3.82

Lain-lain 5.51

TOTAL 100

b. Pengukuran energi

Pengukuran yang dilakukan adalah dengan mengukur pemakaian energi tiap unit peralatan yang bekerja di Hotel Santika Premiere Semarang.

2. Mengenali kemungkinan Peluang Hemat Energi (PHE)

Hasil pengukuran selanjutnya ditindaklanjuti dengan perhitungan besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE) dan penyusunan profil penggunaan energi bangunan.

Besarnya IKE hasil perhitungan dibandingkan dengan IKE standar atau target IKE. Apabila hasilnya ternyata sama atau kurang dari target IKE, maka kegiatan audit energi rinci dapat dihentikan atau bila diteruskan dengan harapan dapat diperoleh IKE yang lebih rendah lagi. Namun sebaliknya jika hasilnya lebih besar dari target IKE berarti ada peluang untuk melanjutkan proses audit energi rinci berikutnya guna memperoleh penghematan energi.


(67)

3. Analisis Peluang Hemat Energi (PHE)

Apabila peluang hemat energi ini telah dikenali sebelumnya, maka perlu ditindak lanjuti dengan analisis peluang hemat energi, yaitu dengan cara membandingkan potensi perolehan hemat energi dengan biaya yang harus dibayar untuk pelaksanaan rencana penghematan energi yang direkomendasikan.

Penghematan energi pada bangunan gedung tidak dapat diperoleh begitu saja dengan cara mengurangi kenyamanan penghuni ataupun produktivitas di lingkunan kerja. Analisis peluang hemat energi dilakukan dengan usaha-usaha:

a. Mengurangi sekecil mungkin pemakaian energi (mengurangi kW dan jam operasi).

b. Memperbaiki kinerja peralatan

c. Penggunaan sumber energi yang murah. 4. Laporan dan rekomendasi :

a. Laporan

Laporan audit energi terdiri dari bagian-bagian berikut : 1) Ringkasan

Ringkasan ini berisi tentang :

a) Uraian pekerjaan yang dilakukan

b) Langkah-langkah yang direkomendasikan yang telah diteliti dengan baik dari segi teknis maupun ekonomis.


(68)

c) Langkah-langkah yang kelihatan menguntungkan tetapi perlu penelitian lebih lanjut.

d) Rencana-rencana implementasi yang direkomendasikan. 2) Latar belakang

Bagian-bagian ini merupakan faktor penting yang terkait dengan audit energi yang dikerjakan dan direkomendasikan yang akan diterapkan.

3) Manajemen energi

Pandangan umum tentang energi kaitannya dengan kegiatan manajemen dan tingkat kesadaran tentang energi.

4) Pelaksanaan audit energi

Mengindikasikan catatan-catatan penggunaan energi apa saja yang ada dan bagaimana kinerja peralatan energi di bangunan dipantau.

5) Pemanfaatan energi

Mencangkup performansi penggunaan energi neraca energi dan biaya energi.

b. Rekomendasi

Rekomendasi yang akan diajukan mencangkup masalah-masalah sebagai berikut : (Direktorat Pengembangan Energi)

1) Manajemen energi

Yaitu di dalamnya termasuk :


(69)

b) Implementasi audit energi yang lebih baik.

c) Cara meningkatkan kesadaran penghematan energi. 2) Pemanfaatan energi

Yaitu di dalamnya terdapat :

a) Langkah-langkah perbaikan efisiensi penggunaan energi tanpa biaya, misalnya merubah prosedur pengoperasian.

b) Langkah-langkah perbaikan dengan biaya yang rendah. c) Langkah-langkah dengan investasi kecil.


(70)

55 4.1 Audit Energi Awal

A. Pendahuluan

Dalam perhitungan audit energi awal ini, akan dicari nilai IKE (Intensitas Konsumsi Energi) pada hotel Graha Santika Semarang, dengan memanfaatkan data historis energi (data yang diperoleh tanpa hasil pengukuran) serta data-data bangunan yang telah tersedia luasan area kotor serta luasan area hotel yang dikondisikan. Dalam analisisnya, akan ditampilkan gambaran siklus pemanfaatan energi yang terjadi pada Hotel Santika Premiere Semarang. Selain itu, juga akan dianalis apakah IKE pada Hotel Santika Premiere Semarang telah sesuai dengan target atau standar IKE untuk perhotelan di Indonesia. Apabila standar IKE maka pelaksanaan audit energi akan dilanjutkna ke tahap selanjutnya yaitu audit energi rinci.

B. Denah Tanpak Gedung dan Jaringan Gedung

Denah gedung secara detail bisa dilihat di lampiran. Untuk luasan area Hotel Santika Premiere Semarang, memiliki luas tanah tempat usaha 1.000 m2 dan komposisi luas bangunan Hotel Santika Premiere Semarang sebagai berikut:


(71)

Tabel 4.1 Komposisi Luas Bangunan Hotel Santika Premiere Semarang

Brutto Net

No Area

Area (m2) Area(conditioned)(m2)

keterangan

1 Lantai Dasar 3.373,02 3.253,01 Non room

2 Lantai Satu 2.195,73 2.195,73 Non room

3 Lantai Dua 910,085 910,085 Non room

4 Lantai Tiga 610,85 610,85 Room

5 Lantai Empat 610,85 610,85 Room

6 Lantai Lima 610,85 610,85 Room

7 Lantai Enam 610,85 610,85 Room

8 Lantai Tujuh 610,85 610,85 Room

9 LantaiDelapan 610,85 610,85 Room

10 Lantai

Sembilan 751,18 751,18 Room

11 Lantai

Sepuluh 394,9 394,9 Room

12 Lantai Sebelas 426,06 426,06 Room

13 Lantai dua

belas 99,5 - Non room

11.815,57 11.596,07

C. Sistim Distribusi Energi

Energi yang dimanfaatkan oleh Hotel Santika Premiere Semarang antara lain: listrik, solar, dan LPJ. Dalam rangka kebutuhan energi ini mekanisme yang dipakai untuk pengadaannya bisa dijelaskan sebagai berikut.

Untuk memenuhi kebutuhan energi listrik Hotel Santika Premiere Semarang menggunakan sumber energi listrik yang disuply dari PLN dengan golongan tarif menengah. Adapun pendistribusian energi listrik pada Hotel Santika Premiere Semarang adalah sebagai berikut : Suplai listrik dari PLN yang merupakan listrik tegangan tinggi diturunkan menjadi tegangan


(72)

menengah melalui trafo penurun tegangan (step down trafo) dan masuk ke MVMDB (Medium Volt Main Distribution Bar).

Setelah dari MVMDB kemudian tegangan diturunkan lagi dengan trafo penurun tegangan dengan kapasitas 1000 kVA 20 kV/0,4 kV dan trafo ini berjenis tiga fase lalu diteruskan ke LVMDB (Low Volt Main Distribution Bar) dan setelah dari LVMDB energi listrik sudah menjadi tegangan rendah dan siap didistribusikan ke bar-bar/panel di tiap-tiap unit pada Hotel Santika Premiere Semarang.

Selain disuplai dari PLN kebutuhan energi listrik pada Hotel Santika Premiere Semarang menggunakan dua generator set (genset) yang memiliki kapasitas 900 kVA. Setiap genset memiliki kapasitas 450 kVA tipe DKBN 80/450 – 4 TS, dan berjenis 3 phasa dan satu netral. Dan pemanfaatan genset ini diperlukan hanya dalam keadaan darurat yaitu pada saat listrik PLN padam. Dan prinsip pengoperasian antara genset dengan suplai listrik dari PLN dilakukan secara otomatis (automatical switcher) yaitu jika arus listrik dari PLN yang masuk ke MVMDB lebih kecil atau tidak ada, maka dengan segera genset akan beroperasi dan sebaliknya jika ada aliran arus listrik dari PLN, maka genset akan mati. Namun untuk tujuan dan pada kondisi tertentu pengoperasiannya dapat dilakukan secara manual.

Sedangkan untuk pengadaan solar, hotel melakukan pembelian secara berkala karena memang pada setiap pembelian selalu dialokasikan untuk rentang waktu yang cukup lama dalam penggunaan.


(73)

Data Rekening Konsumsi Energi Listrik Hotel Santika Primere Semarang -50.000 100.000 150.000 200.000 250.000 300.000 350.000

Jan-06 Feb-06 Mar-06 Apr-06 Mei-06 Jun-06 Jul-06 Agust-06 Sep-06 Okt-06 Nop-06 Des-06

Bulan

kWH

LWBP (kWH) WBP (kWH) Total kWh D. Data Konsumsi Energi

Berikut ini adalah data-data konsumsi energi serta alokasinya di Hotel Santika Premiere Semarang selama satu tahun : (periode bulan Januari -Desember 2006).

Tabel 4.2 Data Konsumsi Energi Listrik Tahun 2006

Bulan LWBP(kWH) (kWH)WBP TotalkWh ENERG YCOST

Jan-06 204.000 46.000 250.000 199.018.428

Feb-06 211.000 49.000 260.000 209.840.950

Mar-06 244.000 54.000 298.000 234.441.675

Apr-06 231.000 50.000 281.000 222.420.930

Mei-06 233.000 53.000 286.000 233.096.745

Jun-06 233.000 53.000 286.000 213.850.750

Jul-06 238.000 53.000 291.000 198.911.545

Agust-06 252.480 56.670 309.150 210.184.470

Sep-06 246.420 55.160 301.580 205.220.691

Okt-06 235.470 50.660 286.130 194.897.805

Nop-06 238.180 52.530 290.710 198.381.094

Des-06 251.920 55.520 307.440 209.853.750

Maksimum 252.480 56.670 309.150 234.441.675

Minimum 204.000 46.000 250.000 194.897.805

Total 2.818.470 628.540 3.447.010 2.530.118.833

Rata-rata 234.873 52.378 287.251 210.843.236

Gambar 4.1 Grafik Pemakaian Energi Listrik Hotel Santika Premiere Semarang


(74)

Grafik Konsumsi Solar di Hotel Santika Primere Semarang Periode 2006 -5.000.000 10.000.000 15.000.000 20.000.000 25.000.000 Jan-0 6 Mar-06 Mei -06

Jul-06 S

ep-06 Nop-06 Bulan Ju ml ah Konsu msi (R p)

Total Biaya Solar(Rp)

Tabel 4.3 Data Konsumsi Solar (Fuel) tahun 2006

Bulan (Liter)

Total Biaya Solar(Rp)

Jan-06 2.887 13.672.635

Feb-06 1.889 8.946.354

Mar-06 2.706 12.817.325

Apr-06 2.249 10.652.344

Mei-06 2.071 9.807.850

Jun-06 2.785,8 14.829.116

Jul-06 2.000 10.581.460

Agust-06 2.926 16.984.777

Sep-06 2.285 13.263.881

Okt-06 3.690 21.113.854

Nop-06 2.540 15.498.880

Des-06 3.566 16.890.234

Maksimum 3.690 21.113.854

Minimum 1.889 8.946.354

Total 31.594 165.058.710

Rata-rata 2.633 13.754.892

Gambar 4.2 Grafik Konsumsi Solar (Fuel) Hotel Santika Premiere Semarang Periode 2006


(75)

Konsumsi Air di Hotel Santika Primere Semarang Periode 2006

0 2.000.000 4.000.000 6.000.000 8.000.000 10.000.000 12.000.000 Ja n-06 Mar -06 Mei -06 Jul-0 6 Sep -06 Nop -06 Bulan J u m la h k o n s u m s i (R p )

Biaya deep well (Rp) Biaya PDAM (Rp)

Biaya Air sehat (Rp) Total biaya (Rp)

Untuk konsumsi energi yang berhubungan dengan penyediaan air dapat dihitung sebagai berikut :

Tabel 4.4 Data Konsumsi air periode 2006

Bulan Biaya deep well (Rp) Biaya PDAM (Rp) Biaya Air sehat (Rp) Total biaya (Rp)

Jan-06 2.443.000 529.040 - 2.972.040

Feb-06 2.521.510 1.314.010 - 3.835.520

Mar-06 - 1.598.470 7.102.500 8.700.970

Apr-06 1.518.500 1.390.120 7.027.500 9.936.120

Mei-06 1.661.500 334.795 4.080.000 6.076.295

Jun-06 1.608.700 512.325 2.950.000 5.071.025

Jul-06 - 479.015 6.927.000 7.406.015

Agust-06 1.639.825 499.115 5.750.000 7.888.940

Sep-06 1.604.767 518.212 6.750.000 8.872.979

Okt-06 1.618.417 131.410 5.000.000 6.749.827

Nop-06 1.114.431 - 4.250.000 5.364.431

Des-06 1.389.021 - 4.300.000 5.689.021

Maksimum 2.521.510 1.598.470 7.102.500 9.936.120

Minimum 1.114.431 131.410 2.950.000 2.972.040

Total 17.119.671 7.306.512 54.137.000 78.563.183

Rata-rata 1.711.967 730.651 4.511.417 6.546.932

Gambar 4.3 Grafik konsumsi air Hotel Santika Premiere Semarang Periode 2006


(76)

E. Data Tingkat Hunian (Occupancy Rate)

Tingkat hunian di Hotel Santika Premiere Semarang dengan hotel yang lain cukup bervariasi. Namun dari data yang ada dapat ditarik garis besar bahwa tingkat hunian di hotel sangat dipengaruhi oleh agenda-agenda baik itu yang ada di hotel maupun maupun agenda hari libur pekanan maupun libur besar yang ada seperti hari raya, tahun baru atau liburan sekolah.

Dari dataoccupancy rate tahun 2006 dapat dilihat pada table 4.5 dan dapat dihitung bahwa rata-rata tingkat hunian di Hotel Santika Premiere Semarang adalah 67,02 %.

Tabel 4.5Occupancy rate Hotel Santika Premiere Semarang tahun 2006

Bulan

Occupancy Rate (%)

Jan-06 57,79%

Feb-06 70,70%

Mar-06 64,39%

Apr-06 67,69%

Mei-06 65,30%

Jun-06 64,57%

Jul-06 76,97%

Agust-06 72,24%

Sep-06 67,31%

Okt-06 56,20%

Nop-06 65,89%

Des-06 75,24%


(77)

Occupancy Rate Hotel Santika Primere Semarang tahun 2006

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

100,00%

Jan

-06

M

ar

-06

M

ei

-06

Jul

-06

Sep

-06

N

op-

06

Bulan

%

Occupancy Rate (%)

Gambar 4.4 Grafikoccupancy rate Hotel Santika Premiere Semarang tahun 2006

F. Data Tingkat Konsumsi Energi

Dari data yang tertera pada tabel 4.2 sampai pada tabel 4.4, bisa dihitung tingkat konsumsi energi pada masing-masing jenis energi yang terpakai oleh hotel. Perincian data tersebut dapat dijelaskan seperti berikut:

1. Konsumsi energi listrik

Dari tabel 4.2 langsung dapat dihitung jumlah kWH total yang dikonsumsi hotel selama tahun 2006 dan juga jumlah total biaya yang harus dibayar untuk pengadaan energi listrik pada periode tersebut. Total kWH adalah 3.447.010 kWH dan ini senilai dengan Rp 2.530.118.833,00.


(78)

Biaya pemakaian listrik

a. Tarif WBP (Waktu Beban Puncak) per kWH dari PLN

Harga Rp 954,00 / kWH jam berlaku pukul 17:00 s/d 22:00 WIB (5 Jam)

b. Tarif LWBP (Lewat Waktu Beban Puncak) per kWH dari PLN Harga 452,00 / kWH, jam berlaku pukul 22:00 s/d 17:00 (19 jam). Untuk mengetahui nilai tarif rata-rata listrik yang berlaku di Hotel Santika Premiere adalah sebagai berikut :

WBP = Rp 954,00 / kWH x 5 jam = Rp 4.770,00 jam/kWH LWBP = 452,00 / kWH x 19 jam = Rp 8.588,00 jam/kWH +

Total = Rp 13.358,00 jam/kWH

Sehingga tarif rata-rata per kWH per jam didapatkan sebesar :

=

jam 24

jam/kWH 13.358,00

Rp

= Rp 556,58 / kWH 2. Konsumsi solar

Berdasarikan tabel 4.3, dapat dihitung jumlah solar terpakai dan jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk pengadaanya. Jumlah solar yang terpakai selama periode 2006 adalah sebanyak 31.594 liter. Biaya untuk pengadaan solar selama periode tersebut adalah sebesar Rp 165.058.710,00.


(1)

BULAN INI PERSEN BULAN LALU PERSEN 2. Other Job

- Schedule 569 100% 600 100%

- Completed 325 57% 234 39%

- Pending 244 43% 366 61%

V.

PROJECT/RENOVATION BULAN INI PERSEN BULAN LALU PERSEN

VI. ROOM PREV.

MAINT. BULAN INI PERSEN BULAN LALU PERSEN

Schedule 64 100% 74 100%

Completed 16 25% 25 34%

Pending 48 75% 49 66%

POMEC DEPARTMENT HOTEL GRAHA

SANTIKA SEMARANG VII. FIRE SAFETY

CHECK LIST BULAN INI REALISASI DATE OF CHECK COMMENT

Fire Extinguiser 33 22 12/01/1900 Good

Fire Hydrant - in door 16 7 01,07,12,17,21,26,30 Good

- out door 4

Splingker System 893

Fire Detection System 409

Smoke Detector 33 13

01,02,08,10,11,15,

19,21,22 Good

Fixed Temperature

Detector 26 23,24,26,28


(2)

Meeting Bulanan 1

Pertemuan ISO 3

In House Training 0

Briefing Engineering 31

IX. UTILITIES

UNIT

CONSUMED COST

By Listrik Hotel 235.301.435

Solar 2.785,8 14.738.916

PPN solar 90.200

ABT Mei 2006 1.608.700

Air sehat @ Rp 50,000 47,0 2.350.000

Air TAAB @ Rp 60,000 10,0 600.000

PDAM Juni 2006 512.325

Total 255.201.576

POMEC DEPARTMENT HOTEL GRAHA

SANTIKA SEMARANG

X. STAFF ENGINEER PERMANEN KONTRAK DW

Chief Engineer 1

Ass Chief Engineer 2

Duty Engineer 1

Maint. Prev. Supervisor 2

Civil Supervisor 1

Gardener Supervisor 0

Gardener 0

Technician 5

Administrative 1

Carpenter 0


(3)

Total 13 1 Semarang, 10 Juli 2006

Warnadi Chief Engineer

POMEC department bulan Juli 2006 Occupancy : 64,57% IX. UTILITIES

UNIT

CONSUMED COST

By Listrik Hotel 209.953.220

Solar 10.581.460

Rekening PDAM 479.015

Air sehat 6.927.500

Total 227.941.195

POMEC department bulan Agustus 2006 Occupancy : 76,97%

IX. UTILITIES UNIT CONSUMED COST

By Listrik Hotel 245.393.279

Solar 17.080.343

Rekening PDAM 499.115 7.888.940

Air sehat 5.750.000

Air ABT 1.639.825

Total 270.362.562

POMEC department bulan September 2006 Occupancy : 72,24%


(4)

By Listrik Hotel 234.982.331

Solar 13.263.881

Rekening PDAM 518.212 8.872.979

Air sehat 6.750.000

Air ABT 1.604.767

Total 257.119.191

POMEC department bulan Oktober 2006 Occupancy : 56,2%

IX. UTILITIES UNIT CONSUMED COST

Listrik Hotel 286,130 219.171.445

Solar 21.113.854

Rekening PDAM 21m3 131.410 6.749.827

Air sehat 100 tanki 5.000.000

Air ABT 8807.5m3 1.618.417

Total 247.035.126

POMEC department bulan November 2006 Occupancy : 65,89%

IX. UTILITIES UNIT CONSUMED COST

Listrik Hotel 290,710 226.049.214

Solar

-Rekening PDAM 39m3 341.895 8.295.220

Air sehat 125 tanki 6.250.000

Air ABT 9262.8m3 1.703.325

Total 234.344.434

POMEC department bulan Januari 2006 Occupancy : 57,79% IX. UTILITIES

UNIT

CONSUMED COST


(5)

Deep Weel Desember 2005 - 761.100 Deep Weel Sept s/d Des 2005 - 1.681.900

PDAM (m3) 54,0 529.040

Solar (ltr) + pajak (Rp. 29.700) 3.000,80 13.672.635

Total 215.663.103

POMEC department bulan Maret, Feburai 2006 Occupancy : 64,39%; 70,7% IX. UTILITIES

UNIT

CONSUMED COST

Rek. Listrik Hotel Maret 2006 235.949.755

Kor. Rek Listrik Feb 2006 11.248.865

Pemb. Power Compesator 10.000.000

Biaya pajak ABT Jan dan Feb 2006 - 709.800 Biaya kor. rekening PDAM Feb

2006 608.050

Biaya PDAM Maret 2006 - 280.620

Biaya air bersih 7.102.500

Solar (ltr) + pajak ( Rp 4736,49

/liter ) 2.679,50 12.691.425

Biaya adm dan PPH solar 125.900

Total 278.716.915

POMEC department bulan April 2006 Occupancy : 67,69% IX. UTILITIES

UNIT

CONSUMED COST

By Listrik Hotel April 2006 222.648.102

Kor rek. Listrik April 2006 13.827.539

By ABT Maret 2006 - 1.518.500

Pemb. Air bersih 7.027.500

By PDAM April 2006 - 280.620

Kor. Rek. PDAM April 2006 1.109.500

Solar (ltr) + pajak ( Rp 4736,48

/liter ) 2.249,00 10.652.344


(6)

POMEC department bulan Mei 2006 Occupancy : 65,3% IX. UTILITIES

UNIT

CONSUMED COST

By Listrik Hotel Mei 2006 224.311.430

Solar Mei 2006 2.071,0 9.807.850

ABT april 2006 1.661.500

Air sehat 8,0 480.000

72,0 3.600.000

PDAM Mei 2006 334.795