Ruang Lingkup Penelitian Kerangka Pikir

sebagainya. Proses mental tersebut merupakan bagian yang terdapat dalam kegiatan pembelajaran penemuan Discovery Learning dengan langkah- langkah, yaitu pada kegiatan stimulation stimulasipemberian rangsangan siswa dapat terampil dalam memberikan alasan, problem statement mengidentifikasi masalah siswa dapat siswa dapat mengidentifikasi atau memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin, data collection pengumpulan data siswa dapat mengidentifikasi atau memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin dari sumber informasi yang didapatkannya, data processing pengolahan data siswa dapat terampil dalam memberikan alasan mengenai materi pelajaran yang diterimanya dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, verification menafsirkan data siswa dapat mengidentifikasi atau memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin dengan menggunakan fakta-fakta yang telah didapatkannya dalam membuktikan permasalahan yang ditemuinya, dan generalization menarik kesimpulan siswa dapat menarik kesimpulan secara umum atas permasalahan yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas variabel X dan variabel terikat variabel Y. Hubungan antara variabel tersebut ditunjukkan pada gambar di bawah ini: Keterangan : X = Variabel bebas pembelajaran melalui model discovery learning Y = Variabel terikat keterampilan berpikir kritis siswa Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat X Y

G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara penerapan model Discovery Learning terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi sistem pertahanan tubuh. H 1 = Ada pengaruh yang signifikan antara penerapan model Discovery Learning terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi sistem pertahanan tubuh.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Penemuan Discovery Learning

Model adalah prosedur yang sistematis tentang pola belajar untuk mencapai tujuan belajar serta sebagai pedoman bagi pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran adalah kerangka konseptualoperasional, yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam merencanakan, dan melaksanakan aktivitas pembelajaran Hosnan, 2014: 337. Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan media, metode, strategi, dan pendekatan apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran Hosnan, 2014: 18. Discovery Learning adalah pembelajaran dimana siswa membuat pemahaman sendiri, sehingga siswa harus mempelajari segalanya sendiri Santrock, 2011: 171. Selanjutnya Discovery Learning menurut Safavi dalam Gholamian, 2013: 3 adalah suatu proses dimana siswa menentukan masalah yang diinginkan, mempertimbangkan kemungkinan solusi, mencoba solusi sesuai dengan bukti yang ada, mendapatkan hasil berdasarkan percobaan, menerapkan hasil dalam situasi baru dan akhirnya mencapai kesimpulan secara umum. Selain itu menurut Budiningsih 2005: 43 Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Selanjutnya menurut Roestiah 2008: 20 model Discovery Learning adalah proses mental siswa dalam mengasimilasi suatu konsep atau suatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Selain itu menurut Roestiah 2008: 21-22 bahwa Discovery Learning dapat membangkitkan kegairahan belajar para siswa. Dalam pembelajaran penemuan Discovery Learning menurut Kosasih 2014: 84 peranan guru tidak lagi sebagai penyuplai ilmu pengetahuan. Guru lebih memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan kognitif dan kreativitas siswa. Dalam hal inilah peran guru sebagai motivator, fasilitator, dan manajer pembelajaran sangat diharapkan. 1. Motivator, yakni mendorong siswa untuk mau berpikir dan bekerja keras untuk bisa belajar dengan baik. Mereka tampil percaya diri bahwa mereka pun mampu menemukan sesuatu yang penting dan bermanfaat. 2. Fasilitator, yakni penyedia sumber belajar yang diperlukan para siswa di dalam mewujudkan penemuan-penemuannya. Sumber-sumber belajar yang dimaksud dapat berupa berbagai bahan referensi ataupun lingkungan belajar yang sesuai dengan konteks pembelajaran. 3. Manajer pembelajaran, yakni menata hubungan antarsiswa dan rencana pembelajaran yang akan mereka lakoni, misalnya dengan berpasang- pasangan, diskusi kelompok, dan mengunjungi tempat-tempat tertentu sehingga kegiatan mereka berlangsung efektif. Pelaksanaan Discovery Learning di kelas menurut Syah 2004: 244 ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum, yaitu: a. Stimulation stimulasipemberian rangsangan Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Dalam hal ini, Bruner memberikan stimulasi dengan menggunakan teknik bertanya, yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi. b. Problem statement pernyataanidentifikasi masalah Setelah dilakukan stimulasi, langkah selanjutnya adalah guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KOMIK MELALUI MODEL INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP N 25 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 6 18

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KOMIK MELALUI METODE DISCOVERY TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VIII SMP N 1 Natar Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 9 62

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GALLERY WALK (GW) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 14 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

3 47 45

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI Semester Ganjil SMA Negeri 7 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 7 56

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PBM) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 79

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PBM) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 68

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA AUDIOVISUAL MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS OLEH SISWA (Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Rambang Dangku Tahun Pelajaran 2012/2103 Pada Materi Pok

1 12 68

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PERTAHANAN TUBUH OLEH SISWA (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA Negeri 1 Bandar Sri

1 4 128

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII MTs Negeri 1 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015 Materi Pokok Ekosistem)

11 70 61

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI SISTEM PERTAHANAN TUBUH (Kuasi Eksperimen pada Siswa SMA Negeri 1 Kalianda Kelas XI Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 23 68