c.
Kala III dimulai dari bayi lahir sampai lahirnya plasenta. Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat. Beberapa
menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi
lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah
.
d. Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam bersama
postpartum. Kala ini dianggap perlu untuk mengamat-amati apakah ada perdarahan postpartum.
2.1.4 Proses Terjadinya Persalinan
Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti, sehingga menimbulkan teori-teori yang komplek antara lain dari faktor hormonal,
struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada saraf, dan nutrisi.
16
a. Teori peregangan
1. Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
2. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan
dapat dimulai. Contohnya pada hamil ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu persalinan.
b. Teori penurunan progesterone sehingga menimbulkan proses
1. Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur 28 minggu, dimana terjadi
penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.
2. Produksi progesterone mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih
sensitif terhadap oksitosin. 3.
Akibat otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesterone tertentu.
c. Teori oksitosin internal
1. Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior.
2. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone dapat mengubah
sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks.
3. Menurunnya konsentrasi progesterone akibat tuanya kehamilan maka
oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dapat mulai. d.
Teori prostaglandin 1.
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur hamil 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua.
2. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot
rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan. 3.
Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan. e.
Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis 1.
Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin induksi mulainya persalinan.
2. Dari percobaan tersebut disimpulkan ada hubungan antara hipotalamus-
pituitari dengan mulainya persalinan.
2.1.5 Faktor - faktor yang Mempengaruhi Persalinan
Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu.
17
a. Power
His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin ke bawah.
12
Kontraksi uterus berirama teratur dan involunter serta mengikuti pola yang berulang. Setiap kontraksi uterus
memiliki tiga fase yaitu: increment ketika intensitasnya terbentuk, acme puncak atau maksimum, decement ketika relaksasi.
Kontraksi uterus terjadi karena adanya penimbunan dan pengikatan kalsium pada Retikulum Endoplasma RE yang bergantung pada Adeno
Triphospat ATP dan sebaliknya E2 dan F2 mencegah penimbunan dan peningkatan oleh ATP pada RE, RE membebaskan kalsium ke dalam intra
selular dan menyebabkan kontraksi miofibril. Setelah miofibril berkontraksi, kalsium kembali lagi ke RE sehingga kadar kalsium intraselular akan berkurang
dan menyebabkan relaksasi miofibril. Peregangan serviks oleh kepala janin akhirnya menjadi cukup kuat
untuk menimbulkan daya kontraksi korpus uteri dan akan mendorong janin
maju sampai janin dikeluarkan. Ini sebagai umpan balik positif, kepala bayi meregang serviks, regangan serviks merangsang kontraksi fundus mendorong
bayi ke bawah dan meregangkan serviks lebih lanjut, siklus ini berlangsung terus menerus. Kontraksi uterus bersifat otonom artinya tidak dapat
dikendalikan oleh parturien, sedangkan saraf simpatis dan parasimpatis hanya bersifat koordinatif.
Uterus terdiri atas tiga lapisan otot polos, yaitu lapisan luar longitudinal, lapisan dalam sirkular, dan diantara dua lapisan ini terdapat lapisan dengan otot-
otot yang beranyaman. Berbeda dengan otot polos lain, pemendekan otot rahim lebih besar, tenaga dapat disebarkan ke segala arah dan karena susunannya tidak
terorganisasi secara memanjang hal ini memudahkan pemendekan, kapasitas untuk meningkatkan tekanan, dan menyebabkan tidak bergantung pada letak
atau presentasi janin. 1.
Kekuatan his kala I bersifat: 1
Kontraksi bersifat simetris. 2
Fundus dominan. 3
Involunter artinya tidak dapat diatur oleh parturien. 4
Kekuatan makin besar dan pada kala pengeluaran diikuti dengan reflek mengejan.
5 Diikuti retraksi artinya panjang otot rahim yang berkontraksi tidak akan
kembali ke panjang semula. 6
Setiap kontraksi mulai dari “pace maker” yang terletak sekitar insersi tuba dengan arah penjalaran ke daerah serviks uteri dengan kecepatan 2
cm per detik. 2.
Kekuatan his kala II Kekuatan his pada akhir kala pertama atau permulaan kala dua mempunyai amplitudo 60 mmHg, interval 3-4 menit, durasi
berkisar 60-90 detik. Kekuatan his menimbulkan putaran paksi dalam, penurunan kepala atau bagian terendah menekan serviks di mana terdapat
fleksus frikenhauser sehingga terjadi reflek mengejan. Kekuatan his dan
reflek mengejan mengakibatkan ekspulsi kepala sehingga berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, muka, kepala seluruhnya.
3. Kekuatan his kala III Setelah istirahat sekitar 8-10 menit berkontraksi untuk
melepaskan plasenta dari insersinya. 4.
Kekuatan his kala IV Setelah plasenta lahir kontraksi rahim tetap kuat dengan amplitudo sekitar 60-80 mmHg. Kekuatan kontraksi ini tidak diikuti
oleh interval pembuluh darah tertutup rapat dan terjadi kesempatan membentuk trombus. Melalui kontraksi yang kuat dan pembentukan
trombus terjadi penghentian pengeluaran darah postpartum. b.
Passage Passage adalah keadaan jalan lahir, jalan lahir mempunyai
kedudukan penting dalam proses persalinan untuk mencapai kelahiran bayi. Dengan demikian evaluasi jalan lahir merupakan salah satu faktor yang
menentukan apakah persalinan dapat berlangsung pervaginam atau seksio sesarea. Pada jalan lahir tulang dengan panggul ukuran normal apapun jenis
pokoknya kelahiran pervaginam janin dengan berat badan yang normal tidak akan mengalami kesukaran, akan tetapi karena pengaruh gizi, lingkungan
atau hal-hal lain. Ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil dari pada standar normal, sehingga biasa terjadi kesulitan dalam persalinan
pervaginam. Pada jalan lahir lunak yang berperan pada persalinan adalah segmen
bawah rahim, servik uteri dan vagina. Disamping itu otot-otot jaringan ikat dan ligamen yang menyokong alat-alat urogenital juga sangat berperan pada
persalinan. c.
Passanger Passager adalah janinnya sendiri, bagian yang paling besar dan
keras pada janin adalah kepala janin, posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan, kepala janin ini pula yang paling banyak
mengalami cedera pada persalinan, sehingga dapat membahayakan kehidupan janin kelak, hidup sempurna, cacat atau akhirnya meninggal.
Biasanya apabila kepala janin sudah lahir, maka bagian-bagian lain dengan mudah menyusul kemudian.
d. Psikologis Respon
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-
benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga biasa melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka seolah-olah
mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu “keadaan yang belum pasti“ sekarang menjadi hal yang nyata.
Psikologis meliputi: Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual, pengalaman bayi sebelumnya, kebiasaan adat, dukungan dari
orang terdekat pada kehidupan ibu. His yang sempurna bila terdapat kontraksi yang simetris, kontraksi paling kuat atau adanya dominasi di
fundus uteri, dan sesudah itu terjadi relaksasi.
12
e. Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Proses
tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.
2.1.6 Mekanisme Persalinan Normal