Faktor-Faktor Penentuan Lokasi Implikasi Teori Lokasi dengan Lokasi Terpilih

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | 2016 14 atau pick up dan belum ada jalur khusus untuk proses distribusi. Fungsi jaringan jalan yang menjadi pertimbangan dalam penentuan lokasi terdiri dari arteri primer, kolektor primer dan lokal primer. 4. Analisis Nilai Lahan: bertujuan agar lokasi yang terpilih memiliki nilai lahan yang paling minimum. Nilai lahan dalam penelitian ini menggunakan beberapa pendekatan yaitu kedekatan dengan infrastruktur dan kedekatan dengan jaringan jalan. Semakin dekat lokasi industri dengan infrastruktur dn jaringan jalan, maka nilai lahan diasumsikan semakin tinggi dan sebaliknya. 5. Analisis Biaya Transportasi Minimum: bertujuan untuk mengetahui biaya transportasi yang dikeluarkan selama proses industri maupun distribusi. Dari semua analisa yang telah dilakukan, terdapat 7 Kecamatan Kamang Baru, Lubuk Tarok, Koto VII, Tanjung Gadang, Sumpur Kudus, Sijunjung dan Kupitan atau 31 Nagari yang layak sebagai lokasi industri olahan karet UIKM di Kabupaten Sijunjung dengan alasan diantaranya adalah 7 Kecamatan tersebut merupakan daerah yang dekat dengan sarana jalan 0-1000 m dari jalan, dekat dengan sungai 500-1000 m dari sungai, dilalui oleh jalan arteri primer; kolektor: dan lokal primer, tersedia jaringan listrik, bukan daerah rawan bencana, jauh dari permukiman penduduk, produksi karet cukup besar dan berada pada kemiringan lereng kurang dari 25. Tetapi, apabila dilakukan evaluasi peruntukan lahan dengan RTRW Kabupaten Sijunjung dan menghasilkan bahwa daerah yang diarahkan sebagai kawasan agro industri menurut RTRW Kabupaten Sijunjung tahun 2011-2030 adalah Kecamatan IV Nagari dan Kamang Baru. Setelah dilakukan analisa overlay dengan ArcGIS, terdapat kecocokan antara arahan RTRW Kabupaten Sijunjung dengan lokasi industri hasil penelitian yaitu di Kecamatan Kamang Baru, terutama Nagari Sungai Lansek dan Nagari Takung. Alasan yang mendasari adalah jaringan transportasi yang mudah dan dekat dengan sumber bahan mentah, kesesuaian dengan peruntukan RTRW, tersedia jaringan listrik, dekat dengan sungai, jauh dari permukiman penduduk, produksi karet cukup besar dan kemiringan lereng kurang dari 25.

3.2 Faktor-Faktor Penentuan Lokasi

Pembangunan industri olahan karet UIKM biasanya mempertimbangkan beberapa faktor berikut Siswita, 2013:  Sumber air: air umpan boiler, dan untuk air pengolahan PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | 2016 15  Jarak dari permukiman: slabojol memiliki bau yang menyengat sehingga dapat mengganggu  kenyamanan masyarakat di sekitarnya.  Dekat dengan bahan baku: agar dapat meminimasi biaya transportasi.  Keadaan tanah lokasi: bukan daerah rawan bencana banjir dan longsor.  Ada aliran sungai: berfungsi untuk mengalirkan limbah cair sudah diolah.  Ketersediaan sarana dan prasana jalan: mempermudah distribusi bahan baku dan barang jadi karet.  Tenaga kerja: ±5 orang berdasarkan studi banding pada CV. Batang Ombilin. Didalam penelitian jurnal, faktor-faktor yang digunakan dalam penentuan lokasi industri olahan karet UIKM menggunakan ArcGIS ini dengan menggunakan faktor-faktor sebagai berikut:  Kesesuaian Lahan Industri Olahan Karet  Sarana Pendukung  Aksesibilitas  Nilai Lahan  Biaya Transportasi  Kesesuaian dengan arahan RTRW Kabupaten Sijunjung

3.3 Implikasi Teori Lokasi dengan Lokasi Terpilih

Pemilihan lokasi agroindustri potensial untuk pengembangan produk agroindustri berbasis karet di Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat dalam penelitian jurnal menggunakan bantuan analisa aplikasi Sistem Informasi Geografis dengan menggunakan teknik overlay. Dengan penggunaan SIG, penentuan lokasi untuk industri olahan karet yang sesuai di kabupaten Sijunjung bisa ditampilkan dengan baik. Dengan memasukkan data variabel yang dibutuhkan kemudian akan mendapatkan hasil berupa analisa. Hasil analisa biasanya ditampilkan dalam bentuk peta, jadi sudah dalam bentuk visualisasi rencana dan dengan begitu akan mempermudah pemahaman peneliti ataupun orang lain dalam memahami isi dari analisa yang sudah dihasillkan. Hasil overlay peta jarak calon lokasi industri dengan peta Buffer perkebunan karet di kabupaten Sijunjung dapat menghasilkan analisa untuk penentuan lokasi industri usaha yang meminimumkan biaya transportasi industri dan menghasilkan lokasi yang tepat. PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | 2016 16 Pada dasarnya prinsip teori Weber adalah meminimalkan pengeluaran biaya untuk mencapai keuntungan maksimal dengan cara menekan biaya transportasi, memperhatikan upah pekerja dan aglomerasi industri. Sebuah industri harus memperhatikan ketiga faktor tersebut untuk menentukan lokasi industri yang tepat. Lokasi industri yang tepat adalah dimana lokasi tersebut memiliki biaya transportasi yang paling murah dan upah minimal regional pada suatu kawasan murah sehingga bisa memaksimalkan keuntungan yang diperoleh. Besar biaya transportasi ditentukan berdasarkan dua hal yaitu jarak yang harus ditempuh dan bobot barang mentah ataupun jadi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi di dalam penentuan lokasi industri, yaitu ketersediaan lahan, kemudahan akses dengan sumber bahan baku, ketersediaan sarana transportasi, ketersediaan sarana komunikasi, ketersediaan air, ketersediaan listrik, ketersediaan tenaga kerja dan keadaan sosial ekonomi. Hal ini membuktikan bahwa Teori Weber dalam menunjukkan apakah lokasi optimum tersebut lebih dekat ke lokasi bahan baku atau pasar dengan keterkaitan biaya transportasi. Dalam penentuan lokasi industri olahan karet UIKM di Kabupaten Sijunjung ini telah memperhatikan beberapa faktor dalam penentuan lokasi industri olahan karet UIKM yaitu diantaranya adalah jarak dengan permukiman, jarak dengan sungai, ketersediaan sumber air, ketersediaan listrik, kedekatan dengan bahan baku, keadaan tanah lokasi kerawanan terhadap bencana dan aspek tenaga kerja. Industri karet diharapkan memiliki jarak lokasi industri yang dekat dengan sumber bahan baku daripada jarak antara lokasi industri dengan pasar. Hal ini karena bahan baku atau karet mentah memiliki bobot lebih berat daripada hasil produksi olahan karet, sehingga kedekatan lokasi industri dengan sumber bahan mentah akan meminimumkan biaya angkut bahan mentah. Dari hasil jurnal, lokasi yang terpilih sebagai lokasi industri olahan karet dititikberatkan pada Kecamatan Kamang Baru khususnya Nagari Sungai Lansek dan Takung karena selain daerah tersebut diizinkan oleh Pemerintah Daerah untuk pembangunan agroindustri dan memenuhi syarat dari faktor-faktor penentuan lokasi industri olahan karet UIKM, daerah tersebut juga memberikan hasil analisa berupa daerah dengan biaya transportasi minimum yaitu berkisar Rp750,00-Rp1.500,00 per kilometer. Selain itu, kedua Nagari tersebut termasuk daerah yang dekat dengan sumber bahan mentah. Hasil analisa jurnal dapat dikatakan sesuai dengan teori segitiga lokasional Weber yaitu Resource Oriented dimana lokasi industri olahan karet UIKM di Nagari Sungai Lansek dan Takung akan memberikan biaya transportasi minimum karena jaraknya yang dekat dengan sumber bahan mentah. Adapun gambar dari segitiga teori Resources Oriented milik Weber adalah sebagai berikut: PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | 2016 17 Karena lokasi yang terpilih sesuai dengan teori segitiga Resources Oriented, maka dapat disimpulkan bahwa hasil penentuan lokasi olahan karet UIKM di Kabupaten Sijunjung sesuai dengan teori sifat lokasi Weber yaitu Weight Loosing Industry. Teori ini dikarenakan sifat saat berat bahan baku karet lebih besar dari berat hasil produksi olahan karet. Selain teori segitiga lokasional, Weber juga mengungkapkan tentang aglomerasi industri didalam teorinya. Aglomerasi adalah gabungan atau kumpulan dua atau lebih berbagai macam kegiatan dalam satu lokasi atau kawasan tertentu. Tujuan dibentuknya aglomerasi industri diantaranya untuk mempercepat pertumbuhan industri dan memberikan kemudahan bagi kegiatan industri. Pada hasil jurnal, lokasi yang terpilih guna pendirian industri olahan karet UIKM adalah dua lokasi yang berada dalam satu Kecamatan yaitu Nagari sungai Lansek dan Takung. Dengan keberadaan lokasi terpilih yang berdekatan dan beroperasi dalam pengolahan bahan baku industri yang sama yaitu karet, maka teori aglomerasi dapat digunakan dalam pembangunan lokasi industri di Nagari Sungai Lansek dan Nagari Takung. Aglomerasi industri olahan karet ini bertujuan untuk meminimalkan biaya ataupun modal untuk kegiatan industri karet karena fasilitas pendukung kegiatan industri karet dan prasarana jalan menuju lokasi dapat dijadikan satu untuk dua lokasi industri, memberikan kemudahan bagi kegiatan industri, mendorong kegiatan industri agar terpusat dan berlokasi di kawasan tersebut, dan menyediakan fasilitas lokasi industri yang berwawasan lingkungan.

3.4 Kelebihan dan Kekurangan Jurnal