Teori Lokasi Industri PENDAHULUAN 1.1 Review Jurnal

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | 2016 7 produk yang diusahakan yang pada akhirnya menentukan sewa ekonomi tanah land rent. Namun kecenderungan saat ini adalah pusat kota umumnya didominasi oleh kegiatan perdagangan dan jasa, sedikit ke arah luar diisi oleh kegiatan industri kerajinan home industry bercampur dengan perumahan sedangkumuh. Perumahan elite justru mengambil lokasi lebih kearah luar lagi mengutamakan kenyamanan. Industri besar umunya berada di luar kota karena banyak pemerintah kota yang melamar industri besar dan yang berpolusi mengambil lokasi dalam kota.

2.2 Teori Lokasi Industri

Dalam menentukan lokasi industri karet pada jurnal ini, digunakan konsep dasar teori lokasi Weber. Weber memberikan analisis pemilihan lokasi paling ekonomis optimal dengan menghasilkan ongkos angkut dan ongkos tenaga kerja yang penjumlahannya bernilai minimum. Tempat di mana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Teori lokasi yang dikemukakan oleh Alfred Weber berawal dari tulisannya yang berjudul “Uber den Standort der Industrien” pada tahun 1909. Prinsip teori Weber adalah: “bahwa penentuan lokasi industri ditempatkan di tempat-tempat yang resiko biaya atau ongkosnya paling murah atau minimal least cost location”. Asumsi Weber yang bersifat prakondisi antara lain : 1. Wilayah yang seragam dalam hal topografi, iklim dan penduduknya. Keadaan penduduk yang dimaksud adalah menyangkut jumlah dan kualitasnya. 2. Ketersediaan sumberdaya bahan mentah. Invetarisasi sumberdaya bahan mentah sangat diperlukan dalam industri. 3. Upah tenaga kerja. Upah atau gaji bersifat mutlak harus ada dalam industri yakni untuk membayar para tenaga kerja. 4. Biaya pengangkutan bahan mentah ke lokasi pabrik sangat ditentukan oleh bobot bahan mentah dan lokasi bahan mentah. 5. Persaingan antar kegiatan industri. 6. Manusia itu berpikir rasional. Weber menyusun model yang dikenal dengan sebutan segitiga lokasional locationaltriangle. Menurut Weber, untuk menentukan lokasi industri ada tiga faktor penentu yaitu: a. Titik Material. b. Titik Konsumsi. c. Titik Tenaga Kerja. PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | 2016 8 Ketiga faktor di atas oleh Weber diukur dengan ekuivalensi ongkos transport. Weber juga masih mengajukan beberapa asumsi lagi yaitu : a. Hanya tersedia satu jenis alat transportasi. b. Lokasi pabrik hanya ada di satu tempat. `c. Jika ada beberapa macam bahan mentah maka sumbernya juga berasal dari beberapa tempat. 1 2 3 Segitiga Weber dalam menentukan lokasi industri Sumber: Ilmu Pengetahuan populer, 2000 Keterangan: M = pasar P = lokasi biaya rendah R1, R2 = bahan baku Gambar 1 : apabila biaya angkut hanya didasarkan pada jarak, tanpa memperhatikan biaya transportasi 2 : apabila biaya angkut bahan baku lebih mahal daripada biaya angkut hasil industri 3 : apabila biaya angkut bahan baku lebih murah daripada biaya angkut hasil industri Biaya transportasi yang tergantung dari bobot barang yang dipindahkan serta jarak antar asal sumberdaya dan pabrik. Biaya transportasi menurut Weber tergantung dari dua hal pokok yaitu bobot barang dan jarak yang harus ditempuh untuk mengangkutnya. Biaya transportasi merupakan faktor pertama dalam menentukan lokasi. Biaya transportasi bertambah secara proporsional dengan jarak. PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | 2016 9 Upah dan gaji bersifat mutlak harus ada dalam industri yakni untuk membayar para tenaga kerja. Upah buruh disamping ada upah baku, ada upah sebagai produk dari persaingan antar penduduk. Selain itu, Weber juga mengelompokkan industri menjadi dua, yaitu industri yang weight losing industri yang hasil produksinya memiliki berat yang lebih ringan daripada bahan bakunya. Dengan indeks material 1, maka biaya transportasi bahan baku menuju pabrik akan lebih mahal apabila dibandingkan dengan biaya transportasi produk jadi menuju pasaran market. Oleh karena itu, lokasi pabrik seharusnya diletakkan di dekat sumber bahan baku resources oriented. Sebaliknya, bagi industri yang berjenis weight gaining, maka lokasi industri lebih baik diletakkan di dekat pasar. Penggunaan kedua prinsip untuk menentukan lokasi industri di atas akan mengalami kesulitan apabila berat benda yang masuk ke dalam perhitungan tidak jauh berbeda. Pada intinya, lokasi akan optimal apabila pabrik berada di sentral, karena biaya transportasi dari manapun akan rendah. Biaya tersebut berkaitan dengan dua hal, yaitu transportasi bahan mentah yang didatangkan dari luar serta transportasi hasil produksi yang menuju ke pasaran. Weber juga menjelaskan mengenai adanya gejala aglomerasi industri. Gejala aglomerasi merupakan pemusatan produksi di lokasi tertentu. Pemusatan produksi ini dapat terjadi dalam satu perusahaan atau dalam berbagai perusahaan yang mengusahakan berbagai produk. Gejala ini menarik industri dari lokasi biaya angkutan minimum, karena membawakan berbagai bentuk penghematan ekstern yang disebut Aglomeration Economies. Tentu saja perpindahan ini akan mengakibatkan kenaikan biaya angkutan, sehingga dilihat dari segi ini tidak lagi optimum. Oleh karena itu, industri tersebut baru akan pindah bila penghematan yang dibawa oleh Aglomeration Economies lebih besar daripada kenaikan biaya angkutan yang dibawakan kepindahan tersebut. Perkembangan suatu kawasan region berasal dari satu titik, yaitu pusat kota yang dalam tahap selanjutya bersifat menyebar. Setiap perkembangan yang terjadi pada suatu kawasan, terutama dalam kaitannya dengan sektor industri, akan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam mendorong perkembangan sektor- sektor lainnya. Maka, dapat dikatakan pula bahwa perkembangan suatu kawasan mempunyai dampak terhadap perkembangan kota yang berada di sekitarnya. Salah satu faktor yang juga mempengaruhi perkembangan kawasan industri tersebut adalah terdapatnya sarana transportasi yang memadai. Peranan sarana PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | 2016 10 transportasi ini sangat penting bagi suatu kawasan untuk menyediakan aksesibilitas bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari akan barang dan jasa, serta untuk meningkatkan kehidupan sosial ekonomi. Semakin kecil biaya transportasi antara lokasi bahan baku menuju pabrik dan dari pabrik menuju pasaran market, maka jumlah biaya yang dikeluarkan untuk mengangkut bahan baku maupun hasil produksi juga akan semakin rendah. Dalam teori ini juga menjelaskan dua sifat lokasi industri, yaitu Weight Loosing Industry dan Weight Gaining Industry. Weight Loosing Industry adalah sifat saat berat bahan baku lebih besar dari hasil produksi. Dengan demikian, lokasi optimal untuk industri jenis ini adalah pada sumber bahan baku untuk meminimumkan ongkos angkut. Sedangkan Weight Gaining Industry adalah sifat saat berat bahan baku lebih ringan dari hasil produksi, sehingga lokasi yang optimal untuk jenis industri ini adalah dipasar untuk meminimumkan ongkos angkut. Penentuan lokasi optimal berdasarkan Teori Weber dapat pula dianalisis dengan menggunakan kurva. Kurva pertama menunjukkan Weight Loosing Industry, dimana dalam kondisi ini kurva ongkos angkut input mempunyai sudut yang lebih besar dari kurva ongkos angkut output. Kurva ongkos angkut total miring ke arah sumber bahan baku, sehingga lokasi optimal harus di sumber bahan baku. Kurva Weight Loosing Industry ditampilkan pada gambar dibawah ini. PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | 2016 11 Sedangkan kurva kedua menunjukan kondisi sebaliknya. Kurva ini menunjukkan Weight Gaining Industry. Dalam kondisi ini kurva ongkos angkut input mempunyai sudut yang lebih kecil dari kurva ongkos angkut output. Kurva ongkos angkut total miring ke arah pasar, sehingga lokasi optimal adalah pasar, karena menunjukkan ongkos angkut minimum. Kurva Weight Gaining Industry ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

2.3 Faktor-Faktor Penetuan Lokasi Industri Olahan Karet UIKM