Tujuan Teori Lokasi PENDAHULUAN 1.1 Review Jurnal

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | 2016 5 6. Evaluasi Lokasi industri Olahan Karet UIKM Terpilih dengan RTRW Kabupaten Sijunjung Dari hasil analisa diatas, maka didapatkan bahwa calon lokasi industri karet UIKM mayoritas terdapat pada 7 Kecamatan Kamang Baru, Lubuk Tarok, Koto VII, Tanjung Gadang, Sumpur Kudus, Sijunjung, Kupitan atau 31 Nagari. Sebagian besar lahan pada 7 Kecamatan tersebut merupakan semak belukar dan kebun campuran. Keunggulan lokasi tersebut antara lain dekat dengan sarana jalan 0-1.000 m dari jalan, dekat dengan sungai 500-1.000 m dari sungai, dilalui oleh jalan arteri primer, kolektor dan lokal primer, tersedia jaringan listrik, bukan daerah rawan bencana, jauh dari permukiman penduduk, produksi karet cukup besar, dan berada pada kemiringan lereng kurang dari 25. Jika dilakukan evaluasi dengan Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kabupaten Sijunjung Tahun 2011-2030 menjelaskan bahwa lokasi industri agro di Kabupaten Sijunjung diarahkan di Kecamatan IV Nagari dan Kamang Baru khususnya Kiliran Jao. Namun, setelah dilakukan analisa dengan teknik overlay peta, diketahui bahwa penetapan Kecamatan Kamang Baru khususnya Nagari Sungai Lansek dan Nagari Takung merupakan wilayah potensial industri sesuai dengan hasil penelitian. Dan Kecamatan IV Nagari tidak sesuai direkomendasikan karena produksi karet di daerah tersebut sangat rendah dan tidak bisa menjamin kontinuitas produksi karet. Selain itu, Kecamatan IV Nagari tidak cocok karena jaraknya yang dekat dengan permukiman penduduk. Selain arahan RTRW, daerah Kecamatan Kamang Baru khususnya Nagari Sungai Lansek dan Nagari Takung cocok direkomendasikan sebagai daerah industri olahan karet UIKM di Kabupaten Sijunjung karena dekat dengan sumber bahan mentah, tersedianya transportasi, ekat dengan sarana jalan 0-1.000 m dari jalan, dekat dengan sungai 500-1.000 m dari sungai, dilalui oleh jalan arteri primer, kolektor dan lokal primer, tersedia jaringan listrik, bukan daerah rawan bencana, jauh dari permukiman penduduk, produksi karet cukup besar, dan berada pada kemiringan lereng kurang dari 25.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui pembahasan analisis Penentuan Lokasi Industri Olahan karet UIKM di Kabupaten Sijunjung dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis SIG. 2.Untuk mengkritisi isi jurnal tentang penentuan lokasi industri olahan karet dan pemanfaatan Sistem Informasi Geografis SIG. 3. Untuk mengetahui beberapa landasan teori dalam analisis lokasi industri. 4. Untuk mengetahui alasan pemilihan lokasi, faktor-faktor penentuan lokasi dan implikasi teori lokasi terhadap lokasi industri olahan karet yang terpilih di Kabupaten Sijunjung. PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | 2016 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dari sudut pandang geografi industri, industri merupakan integrasi antara komponen komponen fisik alam seperti bahan baku, topografi, geologi dan sebagainya dengan sub sistem manusia yang terdiri dari tenaga kerja, mesin dan peralatan, transportasi, kebijakan pemerintah, dan sebagainya untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan industri. Penentuan lokasi industri merupakan elemen penting dalam perekonomian wilayah terutama yang berkaitan dengan aspek tata ruang. Pemilihan lokasi yang baik akan memberikan efisiensi dalam bidang produksi maupun pemasaran sehingga pada akhirnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah Syafrizal, 2008.

2.1 Teori Lokasi

Teori lokasi merupakan suatu teori yang dikembangakn untuk memperhitungkan pola lokasi kegiatan-kegiatan ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan industri dengan cara yang konsisten dan logis. Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tat ruang spatial order kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial Tarigan, 2006. Secara umum, pemilihan lokasi oleh suatu unit aktivitas ditentukan oleh beberapa faktor seperti bahan baku lokal, permintaan local, bahan baku yang dapat dipindahkan, dan permintaan dari luarHoover dan Giarratani, 2007. Von Thunen mengidentifikasi tentang perbedaan lokasi dari berbagai kegiatan pertanian atas dasar perbedaan sewa lahan Pertimbangan ekonomi. Menurut Von Thunen tingkat sewa lahan adalah paling mahal dipusat pasar dan semakin rendah apabila makin jauh dari pasar. Von Thunen menentukan hubungan sewa lahan dengan jarak ke pasar dengan menggunakan kurva permintaan. Berdasarkan perbandingan antara harga jual dengan biaya produksi, masing-masing jenis produksi memiliki kemampuan yang berbeda untuk membayar sewa lahan. Semakin tinggi kemampuannya untuk membayar sewa lahan, semakin besar kemungkinan kegiatan itu berlokasi dekat ke pusat pasar. Hasilnya adalah suatu pola penggunaan lahan berupa diagram cincin. Perkembangan dari Von Thunen adalah selain harga lahan tinggi dipusat kota dan makin menurun apabila makin jauh dari pusat kota. Konsep Von Thunen pada dasarnya menjelaskan bahwa penggunaan lahan sangat ditentukan oleh biaya angkut PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | 2016 7 produk yang diusahakan yang pada akhirnya menentukan sewa ekonomi tanah land rent. Namun kecenderungan saat ini adalah pusat kota umumnya didominasi oleh kegiatan perdagangan dan jasa, sedikit ke arah luar diisi oleh kegiatan industri kerajinan home industry bercampur dengan perumahan sedangkumuh. Perumahan elite justru mengambil lokasi lebih kearah luar lagi mengutamakan kenyamanan. Industri besar umunya berada di luar kota karena banyak pemerintah kota yang melamar industri besar dan yang berpolusi mengambil lokasi dalam kota.

2.2 Teori Lokasi Industri