Gambaran Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Bah Jambi Tahun 2006-2008

(1)

GAMBARAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PTPN IV KEBUN BAH JAMBI

TAHUN 2006-2008

SKRIPSI

Oleh :

NIM. 041000155 JENNI RAJAGUKGUK

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(2)

GAMBARAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PTPN IV KEBUN BAH JAMBI

TAHUN 2006-2008

S K R I P S I

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

O L E H :

JENNI RAJAGUKGUK

NIM. 041000155

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judu l :

GAMBARAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PTPN IV KEBUN BAH JAMBI

TAHUN 2006-2008

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : JENNI RAJAGUKGUK

NIM. 041000155

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 30 Juni 2009 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Ir. Kalsum, M.Kes Dra. Lina Tarigan, Apt. MS

NIP. 131964120 NIP. 131803345

Penguji II Penguji III

dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS. Eka Lestari Mahyuni, SKM, M.Kes NIP. 131655401 NIP. 132307954

Medan, 04 Juli 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

dr. Ria Masniari Lubis, M.Si NIP. 131124053


(4)

ABSTRAK

Jenni Rajagukguk

Gambaran Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Bah Jambi Tahun 2006-2008

X + 60 halaman + 10 tabel + 12 lampiran

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan tujuan untuk memberi gambaran kecelakaan kerja pada pekerja pabrik pengolahan kelapa sawit PTPN IV kebun Bah Jambi tahun 2006-2008. Populasinya adalah pekerja bagian pengolahan yang mengalami kecelakaan kerja tahun 2006-2008 yaitu sebanyak 28 orang pekerja dan sampel adalah seluruh populasi (total sampling). Data primer diperoleh melalui wawancara terhadap pekerja dengan menggunakan kuesioner.

Hasil penelitian menggambarkan bahwa tenaga kerja yang mengalami kecelakan kerja pada umumnya berumur 48-51 tahun, berpendidikan SMP, bekerja pada shift 1 (06.30-18.30 WIB) dan telah bekerja selama 17-21 tahun, bekerja di bagian/unit operator rebusan, memiliki pengetahuan sedang tentang K3 dan faktor lingkungan kerja yang mengakibatkan kecelakaan kerja adalah faktor kimia dan kondisi yang tidak aman. Sedangkan jenis kecelakaan pada umumnya adalah kontak dengan bahan berbahaya, penyebab kecelakaan karena bahan-bahan dan zat-zat, sehingga luka-luka, luka-luka di tangan dan kepala.

Disarankan agar perusahaan meningkatkan pengetahuan tentang K3 dengan melakukan pelatihan dan penyuluhan K3 oleh perusahaan maupun pihak-pihak terkait. Meningkatkan pengawasan dan perawatan terhadap alat kerja dan lingkungan kerja. Bagi para pekerja hendaknya bekerja sesuai dengan pedoman danprosedur K3 yang ada di perusahaan.


(5)

ABSTRACT Jenni Rajagukguk

The picture is work accident on factory worker manufacture coconut oil PTPN IV Bah Jambi garden in 2006-2008.

X + 60 pages + 10 table + 12 enclosure

This research was descriptive to give general view of work accident of workers at PTPN IV coconut oil manufacture Bah Jambi Garden during 2006-2008. The population were workers in processing unit who were getting work accident during 2006-2008that were 28 workers and all of population were a samples. The primary datas were taken by interview to the workers by using questionnaire.

The research results describes that the workers who were getting work accident generally in 48-51 years old, Junior High School Level, worked on first shift (06.30-18.30 WIB) and have worked for 17-21 years, worked at boiling operator unit, have middle knowledge level about occupational healths and work environtment factor which cause work accident interm of chemistry and unsafe condition. The work accident kind generally interm of dangerous materials, the accident cause because of materials, that cause pain on the hand and head.

It is suggested so that the company increase about occupational health by doing trainning and socialization. To increase controlling and carring of work tools and environment. To the workers, they are suggested to work based on the occupational healths procedure of the company.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Jenny Rajagukguk

Tempat/Tanggal Lahir : Bah Jambi, 04 Juli 1987

Agama : Katolik

Status Perkawinan : Belum Menikah

Jumlah Saudara : 4 orang

Alamat Rumah : Jl. Flamboyan VII No. 8 Tj. Selamat Medan

Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 1992 – 1998 : SD Negeri 01 Bah Jambi 2. Tahun 1998 – 2001 : SLTP Taman Siswa Bah Jambi 3. Tahun 2001 – 2004 : SMU Negeri 4 Pematangsiantar

Pekerjaan :


(7)

DAFTAR ISI

Lembaran Pengesahan... i

Abstrak... ... ii

Abstract…… ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi……….. . viii

Daftar Tabel………. . x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 5

1.3.Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 6

1.4.Manfaat Penulisan ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 7

2.1.1. Pengertian K3 ... 7

2.1.2. Tujuan K3 ... 8

2.2. Kecelakaan Kerja ... 9

2.2.1. Pengertian Kecelakaan Kerja ... 9

2.2.2. Klasifikasi Kecelakaan Kerja ... 9

2.2.3. Penyebab Kecelakaan Kerja ... 14

2.2.4. Akibat Kecelakaan Kerja ... 17

2.2.5. Pencegahan Kecelakaan Kerja ... 18

2.2.6. Penanggulangan Kecelakaan Kerja ... 20

2.3. Kecelakaan dalam Industri. ... 21

2.3.1. Klasifikasi kecelakaan dalam Industri . ... 21

2.3.2. Mengenal Sumber-Sumber Bahaya dalam Industri . ... 22

2.4. Kerangka Konsep ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

3.1. Jenis Penelitian ... 24

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 24

3.2.2. Waktu Penelitian ... 24

3.3. Populasi dan Sampel ... 25

3.3.1. Populasi ... 25

3.3.2. Sampel ... 25

3.4. Cara Pengambilan Data ... 25

3.5. Defenisi Operasional ... 25


(8)

3.7. Teknik Pengolahan Data ... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 28

4.1. Gambaran Umum Perusahaan... ... 28

4.1.1. Profil Perusahaan ... 28

4.1.2. Letak Geografis ... 29

4.1.3. Proses Produksi Produk yang Dihasilkan ... 30

4.1.4. Kebijakan K3 ... 32

4.1.5. P2K3 ... 35

4.1.6. APD yang Digunakan ... 42

4.2. Gambaran Pekerja yang Mengalami Kecelakaan Kerja ... 44

4.2.1. Karakteristik Responden ... 44

4.2.2. Gambaran Lingkungan Kerja... 46

4.2.3. Gambaran Kecelakaan Kerja pada Pekerja Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Bah Jambi Tahun 2006-2008 ... 47

BAB V PEMBAHASAN ... 50

5.1. Karakteristik Responden ... 50

5.2. Gambaran Lingkungan Kerja ... 52

5.3. Gambaran Kecelakaan Kerja pada Pekerja Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Bah Jambi Tahun 2006-2008 ... 54

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

6.1. Kesimpulan ... 60

6.2. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian Lampiran 2 : Master Data

Lampiran 3 : Formulir Laporan Kecelakaan Tahap 1 PT. JAMSOSTEK Lampiran 4 : Formulir Laporan Kecelakaan Tahap 2 PT. JAMSOSTEK Lampiran 5 : Formulir Surat Keterangan Dokter PT. JAMSOSTEK Lampiran 6 : Proses Pabrik Kebun Bah Jambi (Flow Sheet)

Lampiran 7 : Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Responden yang Mengalami Kecelakaan Kerja Berdasarkan Umur di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Bah Jambi Tahun 2006-2008 ... 44 Tabel 4.2. Distirbusi Responden yang Mengalami Kecelakaan Kerja Berdasarkan

Tingkat Pendidikan di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Bah Jambi Tahun 2006-2008 ... 44 Tabel 4.3. Distribusi Responden yang Mengalami Kecelakaan Kerja Berdasarkan

Masa Kerja di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Bah Jambi Tahun 2006-2008 ... 45 Tabel 4.4. Distribusi Responden yang Mengalami Kecelakaan Kerja Berdasarkan

Pengetahuan di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Bah Jambi Tahun 2006-2008 ... 45 Tabel 4.5. Distribusi Responden yang Mengalami Kecelakaan Kerja Berdasarkan

Bagian/Unit Pekerjaan di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Bah Jambi Tahun 2006-2008 ... 46 Tabel 4.6. Distribusi Lingkungan Kerja Berdasarkan Kerja Shift di Pabrik

Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Bah Jambi Tahun 2006- 2008... 47 Tabel 4.7. Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Jenis Kecelakaan di Pabrik

Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Bah Jambi Tahun 2006- 2008... 47 Tabel 4.8. Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Penyebab Kecelakaan di

Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Bah Jambi Tahun 2006-2008 ... 48 Tabel 4.9. Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Sifat Luka di Pabrik

Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Bah Jambi Tahun 2006- 2008... 48 Tabel 4.10. Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Letak Luka di Pabrik

Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Bah Jambi Tahun 2006- 2008... 49


(10)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Konstitusi Indonesia pada dasarnya memberikan perlindungan yang menyeluruh bagi rakyat Indonesia. Pasal 27 ayat (2) dari Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa “setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” Berdasarkan pasal tersebut dikeluarkanlah undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang keselamatan dan kesehatan kerja dijamin dalam pasal 86, yang menyatakan bahwa “setiap pekerja/buruh mempunyai hak memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan, perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.5,12.

Apabila kita berbicara mengenai keselamatan kerja, maka yang dimaksudkan di sini adalah yang bertalian dengan kecelakaan kerja.5 Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan kerja, cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja.9

Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai “kejadian yang tidak dapat diduga.” Sebenarnya setiap kecelakaan kerja itu dapat diramalkan atau diduga dari semula jika perbuatan dan kondisi tidak memenuhi persyaratan. Statistik mengungkapkan bahwa 80% kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya 20% oleh kondisi yang tidak selamat (unsafe condition).4


(11)

Pada umumnya kecelakaan terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pelatihan, kurangnya pengawasan, kompleksitas dan keanekaragaman ukuran organisasi, yang kesemuanya mempengaruhi kinerja keselamatan dalam industri. Kecelakaan di tempat kerja merupakan penyebab utama penderitaan perorangan dan penurunan produktivitas. Penyebab kecelakaan sukar di uraikan.

Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh karena itu kecelakaan dapat dicegah, asal kita cukup kemauan untuk mencegahnya. Oleh karena itu pula sebab-sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk selanjutnya dengan usaha-usaha koreksi yang ditujukan kepada sebab itu kecelakaan dapat dicegah dan tidak berulang kembali.1

Untuk analisa sebab-sebab kecelakaan akibat kerja hanya ada dua golongan penyebab. Golongan pertama adalah faktor mekanis dan lingkungan, yang meliputi segala sesuatu selain manusia. Golongan kedua adalah manusia itu sendiri yang merupakan sebab kecelakaan.1

Suma’mur (1989) membuat batasan bahwa kecelakaan kerja adalah suatu kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan kerja dengan perusahaan. Hubungan kerja disini berarti kecelakaan terjadi karena pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Oleh sebab itu, kecelakaan akibat kerja ini mencakup 2 permasalahan pokok, yakni kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan dan kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.15

Tiap kecelakaan adalah kerugian, kerugian ini terlihat dari adanya dan besarnya biaya kecelakaan. Biaya untuk kecelakaan ini sering-sering sangat besar, padahal biaya itu menjadi beban negara dan rakyat seluruhnya.1


(12)

Baik kecelakaan kerja, gangguan kesehatan, maupun pencemaran lingkungan harus merupakan bagian dari biaya produksi. Sekalipun sifatnya sosial, setiap kecelakaan atau tingkat keparahannya tidak dapat dilepaskan dari faktor ekonomi dalam suatu lingkungan kerja. Pencegahan kecelakaan dana pemeliharaan higiene dan kesehatan kerja tidak saja dinilai dari segi biaya pencegahannya, tetapi juga dari segi manusianya.4

Setiap tahun di dunia dua juta pekerja meninggal akibat kecelakaan kerja. Dikeluarkan untuk memperingati Hari Keselamatan dan Kesehatan di Tempat Kerja se-Dunia, laporan tersebut menyebutkan bahwa sekitar 270 juta kecelakaan kerja 355.000 diantaranya merupakan kecelakaan fatal dan 160 juta penyakit akibat pekerjaan terjadi setiap tahun, termasuk sekitar 12 ribu pekerja anak yang meninggal akibat kecelakaan kerja.10

Tingkat kecelakaan kerja fatal di negara-negara berkembang empat kali lebih tinggi ketimbang negara-negara industri. Di negara-negara berkembang, kecelakaan dan penyakit akibat bekerja terjadi di industri-industri utama seperti pertanian, perikanan dan perkayuan, pertambangan dan konstruksi. Laporan ILO, "Global Estimates Fatalities in 2002," memperlihatkan bahwa dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara, standar keselamatan kerja Indonesia masuk dalam peringkat paling buruk.10

Setiap jamnya, sedikitnya terjadi satu kasus kecelakaan kerja di Indonesia. Angka tersebut menempatkan Indonesia pada kelompok negara-negara yang memiliki kasus kecelakaan kerja tertinggi di dunia. Data Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyebutkan pada tahun 2006, sedikitnya terjadi 92.200 kasus


(13)

kecelakaan kerja di Indonesia, atau hanya turun 4.000 kasus dari tahun 2005. Meski demikian, data tersebut belum termasuk kasus kecelakaan kerja yang tidak dilaporkan oleh perusahaan-perusahaan yang tidak mengikuti program Jamsostek.11

Di Indonesia berdasarkan laporan PT. Jamsostek, kecelakaan kerja berjumlah 105.846 kasus (2003), 95.418 kasus (2004), 96.081 kasus (2005), dan 70.069 kasus (hingga september 2006). Meskipun terjadi penurunan, data itu menunjukan kasus kecelakaan kerja di Indonesia masih relatif tinggi.3

Di abad ini semua bangsa tidak dapat lepas dari proses industrialisasi. Indikator keberhasilan dunia industri sangat bergantung pada kualitas tenaga kerja yang produktif, sehat dan berkualitas. Dapat disimpulkan bahwa pekerja sebagai sumber daya dalam lingkungan kerja industri yang harus dikelola dengan baik, sehingga dapat memacu produktivitas yang tinggi. Keinginan untuk mencapai produktivitas yang tinggi harus memperhatikan segi keselamatan kerja, seperti memastikan bahwa para pekerja dalam kondisi kerja aman.

Kebun Bah Jambi adalah salah satu unit usaha dari PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) yang berada di Kabupaten Simalungun Pematangsiantar dan berkantor pusat di Jalan Letjend Suprapto Medan. Kebun ini bergerak di bidang usaha perkebunan dan pengolahan kelapa sawit yang menghasilkan CPO (Crude Palm Oil) dan PK (Palm Kernel). Untuk mengelolah kelapa sawit menghasilkan CPO (Crude Palm Oil) dan PK (Palm Kernel), kebun ini telah memiliki pabrik kelapa sawit yang mmemiliki 4 tahap pengolahan, yaitu : pengangkutan buah ke pabrik, proses sterilisasi, proses press, dan proses ferifikasi. Bagian pengolahan di pabrik kelapa sawit PTPN IV kebun Bah Jambi memiliki 180 orang pekerja di bagian pengolahan.


(14)

Berdasarkan hasil survei pendahuluan diketahui adanya kecelakaan kerja tahun 2003-2008 di pabrik kelapa sawit terutama bagian pengolahan. Tahun 2003, hanya 1 orang pekerja yang mengalami kecelakaan kerja. Tahun 2004, terdapat 7 orang pekerja yang mengalami kecelakaan kerja. Tahun 2005, terdapat 4 orang pekerja yang mengalami kecelakaan kerja. Tahun 2006, terdapat 13 orang yang mengalami kecelakaan kerja. Tahun 2007, terdapat 12 orang pekerja yang mengalami kecelakaan kerja. Dan tahun 2008, ada 3 orang pekerja yang mengalami kecelakaan kerja.

Dari uraian di atas dapat kita lihat bahwa jumlah kecelakaan kerja setiap tahun berbeda-beda. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti gambaran kecelakaan kerja yang terjadi pada pekerja pabrik kelapa sawit PTPN IV kebun Bah Jambi dari tahun 2006-2008.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran kecelakaan kerja pada pekerja pabrik pengolahan kelapa sawit PTPN IV kebun Bah jambi tahun 2006-2008.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Adapun tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui gambaran kecelakaan kerja pada pekerja pabrik pengolahan kelapa sawit di PTPN IV Bah Jambi tahun 2006-2008.


(15)

1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penelitian ini dilakukan adalah untuk :

1. Untuk mengetahui gambaran faktor manusia (umur, pendidikan, masa bekerja dan pengetahuan) sebagai penyebab kecelakaan kerja.

2. Untuk mengetahui gambaran faktor lingkungan kerja (faktor fisik, faktor kimia, faktor biologi, faktor ergonomi, faktor psikologi) sebagai penyebab kecelakaan kerja.

3. Untuk mengetahui klasifikasi kecelakaan kerja yang terjadi (klasifikasi menurut jenis kecelakaan, menurut penyebab, menurut sifat luka, dan menurut letak luka).

1.4. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan ini adalah untuk :

1. Sebagai bahan masukan bagi pihak perusahaan tentang kecelakaan kerja sehingga dapat mengurangi kecelakaan kerja dan dapat dilakukan pembinaan dan pengarahan terhadap pekerja dalam upaya peningkatan kesehatan tenaga kerja. 2. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pekerja tentang akibat kecelakaan

kerja.

3. Menambah wawasan penulis tentang kecelakaan kerja. 4. sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya.


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatn kerja bersasaran segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara.9

Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial sehingga memungkinkan dapat bekerja secara optimal.

Ditinjau dari segi keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja harus diterapkan dan dilaksanakan di setiap tempat kerja (perusahaan). Tempat kerja adalah setiap tempat yang di dalamnya terdapat 3 unsur, yaitu :

1. Adanya suatu usaha, baik itu usaha yang bersifat ekonomis maupun usaha sosial. 2. Adanya sumber bahaya.

3. Adanya tenaga kerja yang bekerja di dalamnya, baik secara terus menerus maupun hanya sewaktu-waktu.5


(17)

2.1.2 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Tujuan keselamatan kerja adalah sebagai berikut :

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.

2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja. 3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Tujuan kesehatan kerja adalah :

1. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial.

2. Mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja.

3. Menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan atau pekerjaan dengan tenaga kerja. 4. Meningkatkan produktivitas kerja.5

Tujuan usaha keselamatan dan kesehatan kerja antara lain :

1. Agar tenaga kerja dan setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat.

2. Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien. 3. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan apapun.5

Keselamatan dan kesehatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya. Keamanan tenaga kerja di tempat kerja atas partisipasi dari pengusaha dan tenaga kerja dapat meningkatkan produksi dan produktivitas kerja.


(18)

2.2 Kecelakaan Kerja

2.2.1 Pengertian Kecelakaan Kerja

Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tak terduga, oleh karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan.9 Kecelakaan bisa terjadi karena kondisi yang tidak membawa keselamatan kerja, atau perbuatan yang tidak selamat. Jadi, defenisi kecelakaan kerja adalah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan.4

Menurut Suma’mur (1989), kecelakaan kerja adalah kecelakaan berhubung dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti, bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan.

Maka dalam hal ini, terdapat dua permasalahan penting, yaitu : 1. Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan, atau

2. Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.

Kadang-kadang kecelakaan akibat kerja diperluas ruang lingkupnya, sehingga meliputi juga kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan atau transpor ke dan dari tempat kerja. Kecelakaan-kecelakaan di rumah atau waktu rekreasi atau cuti, dan lain-lain adalah diluar makna kecelakaan akibat kerja, sekalipun pencegahannya sering dimasukkan program keselamatan perusahaan.9

2.2.2 Klasifikasi Kecelakaan Kerja

Klasifikasi kecelakaan akibat kerja menurut Organisasi Perburuhan Internasional 1962 adalah sebagai berikut :


(19)

1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan : a. Terjatuh

b. Tertimpa benda jatuh

c. Tertumbuk atau terkena benda-benda, terkecuali benda jatuh d. Terjepit oleh benda

e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan f. Pengaruh suhu tinggi

g. Terkena arus listrik

h. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi

i. Jenis-jenis lain, termasuk kecelakaan-kecelakaan yang data-datanya tidak cukup atau kecelakaan-kecelakaan lain yang belum masuk klasifikasi tersebut. 2. Klasifikasi menurut penyebab

a. Mesin

1. Pembangkit tenaga, terkecuali motor-motor listrik 2. Mesin penyalur (transmisi)

3. Mesin-mesin untuk mengerjakan logam 4. Mesin-mesin pengolah kayu

5. Mesin pertanian 6. Mesin pertambangan

7. Mesin-mesin lain yang tidak termasuk klasifikasi tersebut. b. Alat angkut dan alat angkat

1. Mesin angkat dan peralatannya 2. Alat angkutan di atas rel


(20)

3. Alat angkut lain yang beroda, terkecuali kereta api 4. Alat angkutan udara

5. Alat angkutan air 6. Alat-alat angkutan lain. c. Peralatan lain

1. Bejana bertekanan

2. Dapur, pembakar dan pemanas 3. Instalasi pendingin

4. Instalasi listrik, termasuk motor listrik, tetapi dikecualikan alat-alat listrik (tangan)

5. Alat-alat listrik (tangan)

6. Alat-alat kerja dan perlengkapannya, kecuali alat-alat listrik 7. Tangga

8. Perancah

9. Peralatan lain yang belum termasuk klasifikasi tersebut. d. Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi

1. Bahan peledak

2. Debu, gas, cairan dan zat-zat kimia, terkecuali bahan peledak 3. Benda-benda melayang

4. Radiasi

5. Bahan-bahan dan zat-zat lain yang belum termasuk golongan tersebut. e. Lingkungan kerja


(21)

2. Di dalam bangunan 3. Di bawah tanah.

f. Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan-golongan tersebut. 1. Hewan

2. Penyebab lain.

g. Penyebab-penyebab yang belum termasuk golongan tersebut atau data tak memadai.

3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan : a. Patah tulang

b. Dislokasi/keseleo c. Regang otot/urat

d. Memar dan luka dalam yang lain e. Amputasi

f. Luka-luka lain g. Luka di permukaan h. Gegar dan remuk i. Luka bakar

j. Keracunan-keracunan mendadak (akut) k. Akibat cuaca dan lain-lain

l. Mati lemas

m. Pengaruh arus listrik n. Pengaruh radiasi


(22)

p. Lain-lain.

4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh : a. Kepala

b. Leher c. Badan d. Anggota atas e. Anggota bawah f. Banyak tempat g. Kelainan umum

h. Letak lain yang tidak dapat dimasukkan klasifikasi tersebut.9,15.

Dari klasifikasi di atas dapat disimpulkan bahwa kecelakaan kerja jarang disebabkan oleh satu faktor tertentu melainkan berbagai faktor sekaligus. Yang penting dicatat adalah interaksi berbagai unsur yang terlibat dalam kecelakaan itu sendiri.4

Klasifikasi menurut jenis menunjukkan peristiwa yang langsung mengakibatkan kecelakaan dan menyatakan bagaimana suatu benda atau zat sebagai penyebab kecelakaan menyebabkan terjadinya kecelakaan, sehingga sering dipandang sebagai kunci bagi penyelidikan sebab lebih lanjut.

Klasifikasi kecelakaan berguna untuk menemukan sebab-sebab kecelakaan. Upaya untuk mencari sebab kecelakaan dapat dilakukan dengan analisa kecelakaan. Analisa kecelakaan tidak mudah, oleh karena penentuan sebab-sebab kecelakaan secara tepat adalah pekerjaan sulit. Klasifikasi kecelakaan yang bersifat jamak adalah


(23)

pencerminan kenyataan, bahwa kecelakaan akibat kerja jarang sekali disebabkan oleh suatu, melainkan berbagai faktor.

Sebagaimana telah disinggung terlebih dahulu, faktor manusia merupakan faktor utama kecelakaan kerja. Satu kajian menarik tentang ini yang telah dilakukan oleh ILO yang mengungkapkan bahwa perubahan keadaan manusia setiap waktu menimbulkan atau mengurangi kecelakaan kerja.4

2.2.3 Penyebab Kecelakaan Kerja

Kecelakaan ada sebabnya. Cara penggolongan sebab-sebab kecelakaan di berbagai negara tidak sama. Namun ada kesamaan umum, yaitu, bahwa kecelakaan disebabkan oleh dua golongan penyebab :

1. Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human acts), contoh :

a. Kurang pengetahuan dan keterampilan

b. Tidak memakai/salah memakai alat pelindung diri c. Bekerja tidak konsentrasi

d. Kelelahan atau kelesuan

e. Posisi kerja yang tidak sesuai/tidak aman.

2. Keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe conditions), contoh : a. Mesin tidak diberi pagar pengaman

b. Desain mesin dan peralatan yang tidak aman c. Ventilasi yang tidak memenuhi syarat d. Pagar pengaman yang tidak berfungsi


(24)

e. Kondisi lingkungan kerja tidak nyaman dan berbahaya (panas, bising, pencahayaan, atau ventilasi tidak memadai, debu, gas, radiasi, uap)

f. Tata area kerja yang tidak baik.

Menurut Suma’mur (1989) menyatakan bahwa kecelakaan kerja yang terjadi dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu :

a. Faktor manusia meliputi aturan kerja, kemampuan kerja (usia, masa

kerja/pengalaman, kurangnya kecakapan dan lambatnya mengambil keputusan), disiplin kerja, perbuatan-perbuatan yang mendatangkan kecelakaan, ketidakcocokan fisik dan mental. Kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh pekerja dan karena sikap yang tidak wajar seperti terlalu berani, sembrono, tidak mengindahkan instruksi, kelalaian, melamun, tidak mau bekerja sama, dan kurang sabar. Kekurangan kecakapan untuk mengerjakan sesuatu karena tidak mendapat pelajaran mengenai pekerjaan. Kurang sehat fisik dan mental seperti adanya cacat, kelelahan dan penyakit.

b. Faktor mekanik dan lingkungan

Keadaan dan alat-alat kerja dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Kesalahan letak mesin, tidak dilengkapi dengan alat pelindung, alat pelindung tidak dipakai, alat-alat kerja yang rusak. Lingkungan kerja berpengaruh besar terhadap moral pekerja. Faktor-faktor keadaan lingkungan kerja yang penting dalam kecelakaan kerja terdiri dari pemeliharaan rumah tangga (house keeping), kesalahan disini terletak pada rencana tempat kerja, cara menyimpan bahan baku dan alat kerja tidak pada tempatnya, lantai yang kotor dan licin. Ventilasi yang tidak sempurna sehingga ruangan kerja terdapat debu, keadaan lembab yang tinggi sehingga


(25)

orang merasa tidak enak kerja. Pencahayaan yang tidak sempurna misalnya ruangan gelap, terdapat kesilauan dan tidak ada pencahayaan setempat.

Mekanisme terjadinya kecelakaan menurut H.W. Heinrich (1920), diuraikan dengan “domino sequence”(5 rangkaian penyebab terjadinya kecelakaan kerja),yaitu :

2. Ancestry and social environment factor, yaitu faktor keturunan (sifat yang jelek/sikap mental yang tidak baik) dan pengaruh lingkungan.

3. Fault of person, merupakan keadaan yang menyebabkan seseorang

mengadakan kesalahan-kesalahan :

a. Pendidikan rendah/pengetahuan rendah dan keterampilan b. Karena seseorang tidak memenuhi syarat secara fisik

c. Keadaan mesin atau lingkungan fisik yang tidak memenuhi syarat. 4. Unsafe actions and conditions, peristiwa karena kesalahan pekerja.

5. Accidents, peristiwa kecelakaan yang menimpa pekerja dan umumnya disertai oleh berbagai kerugian.

6. Injury, kecelakaan mengakibatkan cidera (luka ringan/luka berat/parah), cacat dan bahkan kematian.8

Menurut Sendjun Manulang (2001), ada 4 faktor penyebab kecelakaan kerja, antara lain :

1. Faktor manusianya

Misalnya karena kurangnya keterampilan atau kurangnya pengetahuan, salah penempatannya, misalnya si tenaga kerja lulusan Sekolah Teknologi Menengah (STM) akan tetapi di tempatkan di bagian tata usaha.


(26)

Misalnya bahan yang seharusnya terbuat dari besi, akan tetapi supaya lebih murah dibuat dari bahan lainnya sehingga dengan mudah dapat menimbulkan kecelakaan.

3. Faktor bahaya/sumber bahaya, ada dua sebab : a. Perbuatan berbahaya

Misalnya karena metode kerja yang salah, keletihan/kelesuan, sikap kerja yang tidak sempurna dan sebagainya.

b. Kondisi/keadaan berbahaya

Yaitu keadaan yang tidak aman dari mesin/peralatan-peralatan, lingkungan, proses, sifat pekerjaan.

4. Faktor yang dihadapi

Misalnya kurangnya pemeliharaan/perawatan mesin-mesin/peralatan sehingga tidak bisa bekerja dengan sempurna.5

2.2.4 Akibat Kecelakaan Kerja

Kecelakaan menyebabkan 5 jenis kerugian : 1. Kerusakan

2. Kekacauan organisasi 3. Keluhan dan kesedihan 4. Kelainan dan cacat 5. Kematian.9

Di samping ada sebabnya maka suatu kejadian juga akan membawa akibat. Akibat dari kecelakaan kerja ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :


(27)

a. Kerusakan/kehancuran mesin, peralatan, bahan bangunan. b. Biaya pengobatan dan perawatan korban.

c. Tunjangan kecelakaan. d. Hilangnya waktu kerja.

e. Menurunnya jumlah maupun mutu produksi. f. Dan lain-lain.

2. Kerugian yang bersifat non ekonomis

Pada umumnya berupa penderitaan manusia yaitu tenaga kerja yang bersangkutan, baik itu merupakan kematian, luka/cidera berat maupun ringan.5

2.2.5 Pencegahan Kecelakaan kerja

Dalam meningkatkan produksi dan produktivitas kerja, perlu dilakukan pencegahan kecelakaan kerja. Kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan :

1. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian, dan cara kerja peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, PPPK, dan pemeriksaan kesehatan.

2. Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resmi atau tak resmi mengenai misalnya konstruksi yang memenuhi syarat-syarat keselamatan jenis-jenis peralatan industri tertentu, praktek-praktek keselamatan dan higiene umum, atau alat-alat perlindungan diri.


(28)

3. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang diwajibkan.

4. Penelitian yang bersifat teknik, yang meliputi sifat dan ciri-ciri bahan-bahan yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu, atau penelaahan tentang bahan-bahan dan desain paling tepat untuk tambang-tambang pengangkat dan peralatan pengangkat lainnya.

5. Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis dan patologis, faktor-faktor lingkungan dan teknologis, dan keadaan-keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan.

6. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan.

7. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa, dan apa sebabnya.

8. Pendidikan, yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum teknik, sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus pertukangan.

9. Latihan-latihan, yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khusunya tenaga kerja yang baru, dalam keselamatan kerja.

10.Penggairahan, yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain untuk menimbulkan sikap untuk selamat.

11.Asuransi, yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang di bayar oleh perusahaan, jika tindakan-tindakan keselamatan sangat baik.


(29)

12. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja. Pada perusahaanlah, kecelakaan-kecelakaan terjadi, sedangkan pola-pola kecelakaan-kecelakaan pada suatu perusahaan sangat tergantung kepada tingkat kesadaran akan keselamatan kerja oleh semua pihak yang bersangkutan.9

Pencegahan kecelakaan akibat kerja diperlukan kerja sama aneka keahlian dan profesi seperti pembuat undang-undang, pegawai pemerintah, ahli-ahli teknik, dokter, ahli ilmu jiwa, ahli statistik, guru-guru, dan sudah barang tentu pengusaha dan buruh.

2.2.6 Penanggulangan Kecelakaan Kerja

Menurut International Labour Organization (ILO), ada beberapa cara atau langkah-langkah yang perlu diambil untuk menanggulangi kecelakaan kerja, yaitu antara lain melalui :

1. Peraturan perundang-undangan 2. Standarisasi

3. Inspeksi

4. Riset teknis

5. Riset medis

6. Riset psikologis 7. Riset statistik

8. Pendidikan

9. Latihan

10. Persuasi 11. Asuransi.5


(30)

2.3 Kecelakaan dalam Industri

2.3.1 Klasifikasi Kecelakaan dalam Industri

Kecelakaan dalam industri dapat dikelompokkan dan dicatat menurut macamnya guna mempermudah mempelajarinya dan mencegah terulangnya. Pengelompokkan ini adalah sebagai berikut :

1. a. Jatuh pada ketinggian yang sama; b. Jatuh dari ketinggian yang berbeda; 2. Kejatuhan benda;

3. Terantuk, tersandung, tergelincir karena benda, kecuali kejatuhan benda; 4. Terjepit di antara benda;

5. Terlanggar, tertumbuk, tertabrak, tergilar benda; 6. Terpotong;

7. Terkilir;

8. Terbakar akibat atau berhubungan dengan suhu yang lebih tinggi dari toleransi tubuh manusia;

9. Terbakar akibat atau berhubungan dengan arus listrik;

10.Terbakar akibat atau berhubungan dengan bahan-bahan yang korosif (bersifat merusak) atau terkena radiasi;

11.Lain-lain :

• Runtuhnya suatu konstruksi;

• Peledakan;


(31)

• Sambaran petir.4

2.3.2 Mengenal Sumber-Sumber Bahaya dalam Industri

Bahaya-bahaya yang berada di sekitar industri perlu dikenal dan diidentifikasi terlebih dahulu. Badan dan jiwa termasuk panca indera serta alat-alat/organ-organ tubuh kita sangat menghendaki keadaan yang wajar dari keadaan atau pengaruh lingkungannya.

Beberapa aspek industri yang harus diperhatikan dari aspek kesehatan dan keselamatan kerja adalah :

1. Penerangan yang cukup

2. Pengendalian kebisingan dan getaran 3. Pengendalian suhu

4. Memelihara keadaan industri yang aman 5. Arus material dan keselamatan kerja 6. Penanganan material.4


(32)

2.4 Kerangka Konsep

Faktor Manusia :

1. Umur

2. Pendidikan

3. Masa bekerja

4. Pengetahuan

Kecelakaan Kerja :

1. Jenis kecelakaan 2. Penyebab kecelakaan 3. Sifat luka

4. Letak luka

Faktor Lingkungan Kerja :

1. Faktor Fisik 2. Faktor Kimia 3. Faktor Biologi 4. Faktor Ergonomi 5. Faktor Psikologi


(33)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif (descriptive research) yaitu penelitian yang memberi gambaran atas keadaan kecelakaan kerja pada pekerja pabrik pengolahan kelapa sawit PTPN IV di kebun Bah Jambi tahun 2006-2008.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di pabrik pengolahan kelapa sawit PTPN IV kebun Bah Jambi kabupaten Simalungun Pematangsiantar. Adapun alasan dilakukan penelitian di perusahaan ini adalah :

1. Telah mendapat izin dari pihak PTPN IV

2. Belum pernah dilakukan penelitian tentang kecelakaan kerja di tempat tersebut.

3.2.2. Waktu Penelitian


(34)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi adalah pekerja bagian pengolahan pabrik kelapa sawit PTPN IV Bah Jambi yang mengalami kecelakaan kerja dari tahun 2006-2008, sebanyak 28 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel penelitian adalah pekerja bagian pengolahan pabrik kelapa sawit PTPN IV Kebun Bah Jambi yang mengalami kecelakaan kerja dari tahun 2006-2008, sebanyak 28 orang (total sampling).

3.4. Cara Pengambilan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara kepada pekerja bagian pengolahan yang mengalami kecelakaan kerja tahun 2006-2008 dengan menggunakan kuesioner.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari bagian SDM yang meliputi data kecelakaan kerja dan pedoman K3.

3.5. Defenisi Operasional

1. Faktor manusia adalah faktor karakteristik orang atau pekerja yang menyebabkan kecelakaan kerja.

2. Umur adalah usia tenaga kerja yang dihitung berdasarkan ulang tahun terakhir berdasarkan bulan/tahun.


(35)

3. Pendidikan adalah jenjang formal tertinggi pekerja pabrik pengolahan kelapa sawit PTPN IV kebun Bah Jambi yang telah diselesaikannya.

4. Masa bekerja adalah banyaknya tahun yang dihabiskan tenaga kerja untuk melakukan pekerjaan di pabrik pengolahan kelapa sawit PTPN IV kebun Bah Jambi sampai tahun 2009.

5. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui tenaga kerja mengenai kecelakaan kerja dan ruang lingkupnya.

6. Faktor lingkungan kerja adalah kondisi lingkungan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja yang meliputi faktor fisik (bising, panas, pencahayaan dan getaran oleh mesin), faktor kimia (bahan kimia yang digunakan), faktor biologi, faktor ergonomi (shift kerja dan peralatan ) dan faktor psikologi (kelelahan, konflik atau perselisihan).

7. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan tenaga kerja yang dicatat dan dilaporkan pada periode waktu tertentu di pabrik kelapa sawit PTPN IV kebun Bah Jambi.

8. Jenis kecelakaan adalah tipe dari kecelakaan yang menimpa tenaga kerja seperti terjatuh, terpeleset, terjepit, dan lain-lain.

9. Penyebab kecelakaan adalah kondisi atau tindakan yang tidak aman yang menyebabkan terjadinya kecelakaan.

10.Sifat luka adalah kelainan atau luka pada tenaga kerja akibat kecelakaan kerja. 11.Letak luka adalah bagian tubuh yang terluka/cidera pada pekerja akibat


(36)

3.6. Aspek Penilaian

Variabel pengetahuan tenaga kerja dinilai dengan memberi nilai terhadap kuesioner, dengan ketentuan :

1. Untuk pertanyaan yang jawabannya tahu akan diberi nilai 1 dan jawaban tidak tahu akan diberi nilai 0 (nol).

2. Untuk pertanyaan yang membutuhkan jawaban bisa lebih dari satu akan diberi nilai maksimum 5 dan nilai minimum 1 (1 jawaban diberi nlai 1)

Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh, maka dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori :

1) Tingkat pengetahuan baik, apabila responden mendapat nilai >75% dari nilai maksimum 34

2) Tingkat pengetahuan sedang, apabila responden mendapat nilai 40-75% dari nilai maksimum 34

3) Tingkat pengetahuan kurang, apabila responden hanya mendapat nilai <40% dari nilai maksimum 34.8

3.7. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan diolah secara manual dan disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi.


(37)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Profil Perusahaan

Kebun Bah Jambi adalah salah satu Unit Usaha dari PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) berada di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara dan berkantor pusat di Jl. Letjend. Suprapto Medan. Kebun Bah Jambi ini bergerak di bidang perkebunan dan pengolahan kelapa sawit yang menghasilkan minyak (CPO) dan inti (PK).

Semula kebun Bah Jambi adalah milik swasta asing NV, HVA (Handle Veronigging of Amsterdam) dari negeri Belanda, komoditinya Budidaya Sisal (Agave Sisalana). Tanggal 02 Mei 1959 diambil alih oleh Pemerintah berdasarkan Peratuiran No. 19 dalam lembaran Negara No. 31, tahun 1959 dengan peralihan status menjadi PPN Baru sampai dengan tahun 1963.

Pada tahun 1963 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1963, Perusahaan Perkebunan Negara dibagi menurut wilayah dari PPN Aneka Tanaman (Antan) I s/d XIII dan Kebun Bah Jambi masuk dalam PPN Sumut III sealnjutnya berubah nama PPN Antan III sampai dengan tahun 1968.

Tahun 1968 sebagaimana Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 1968, dalam regrouping perkebunan dari PPN Aneka Tanaman III, IV, PPN karet VI dan PPN serat Sumut menjadi Perusahaan Negara Perkebunan VII (PN. Perkebunan VII).


(38)

Tanggal 14 Januari 1985, PN. Perkebunan VII diperserokan menjadi Perusahaan Perseroan PT. Perkebunan VII (PTP VII).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1996, PT. Perkebunan VII dilebur, selanjutnya dilaksanakan penggabungan (Merger) PTP di wilayah Sumatera Utara dan PT. Perkebunan VI, PT. Perkebunan VII, PT. Perkebunan VIII dilebur menjadi satu Badan Usaha PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero).

Dalam industri khususnya di pabrik kelapa sawit, perlu adanya keselamatan dan kesehatan kerja untuk mencegah atau menanggulangi kecelakaan kerja. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) ini telah mendapat perhatian dengan telah dibentuknya P2K3, disediakannya alat pelindung diri, dan pembekalan beberapa karyawan dengan pengetahuan K3 dengan mengirim mereka di berbagai pelatihan yang berkaitan dengan masalah K3.

4.1.2. Letak Geografis

Lokasi kebun Bah jambi berada di Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi dan Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun. Jarak kebun Bah jambi dengan kota Medan sebagai ibu kota propinsi Sumatera Utara berkisar 147 Km, dan dari kota Pematangsiantar 19 Km.

Topografi tanah keadaannya sedikit bergelombang dan berbukit. Jenis tanah Podolik Coklat Kuning (PCK) dan Podsolik Coklat (PC).

Kebun Bah Jambi memiliki luas HGU 8.060,5 Ha, terdiri dari 9 afdeling tanaman kelapa sawit, emplasmen, pembibitan, pabrik dan kolam limbah.


(39)

4.1.3. Proses Produksi Produk yang Dihasilkan

Minyak sawit disebut juga Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit adalah hasil pengolahan tandan Buah segar (TBS) kelapa sawit. Untuk mendapatkan minyak sawit CPO dan inti sawit diperlukan 2 proses, yaitu :

1. Pengolahan minyak sawit dari daging buah a. Penimbangan

Buah yang telah dipanen diangkut truk dari kebun kemudian dibawa ke bagian penimbangan.

b. Penimbunan buah (Loading Ramp)

Setelah buah sawit ditimbang diteruskan ke tempat penimbunan buah, yang berfungsi untuk :

• Penampungan tandan buah segar dari truk ke lori

• Mengurangi kadar kotoran, sampah dan pasir serta tanah yang terikut pada buah sawit.

c. Pengisian ke lori rebusan (Boogies and Cases)

Dari Loading Ramp dengan alat Hidrolic Dumper, TBS dituang ke lori rebusan dan didorong ke tempat rebusan.

d. Perebusan (Sterilizer)

e. Penebahan (Threshing Station)

Setelah buah masak dari rebusan maka lori buah diangkat dengan Hoisting Crane ke penebahan Automatic Feeder.


(40)

Buah sawit gester (alat pengaduk) diaduk dan disayat oleh pisau-pisau yang berputar sehingga daging buah sawit terlepas dari bijinya dan langsung masuk ke pengempaan.

g. Pengempaan (Pressing)

Pengempaan digunakan untuk memisahkan minyak kasar (Crude Oil) dari daging buah. Selanjutnya minyak jatuh ke Vibrating Screen untuk disaring dan dimurnikan.

h. Pemurnian minyak (Clarification)

Stasiun klarifikasi adalah stasiun terakhir pengolahan minyak. Pada pemurnian minyak ada beberapa tahap, yaitu :

• Pemisahan pertama

• Pemasakan minyak

• Pemurnian dan pembersihan minyak

• Pengeringan minyak 2. Pengolahan inti

a. Pemisahan ampas dan biji

Serat-serat dan biji yang dialirkan ke cake braker conveyer kemudian dipisahkan dengan alat vibre silicon sehingga ampas terhisap keluar untuk dibawa ke boiler, sedangkan cangkang tersebut jatuh ke nut polish drum yang kemudian dialirkan ke nut silo.


(41)

Dilakukan di Nut Silo sebagai tempat penyimpanan sementara sebelum dipecah.

c. Pemecahan biji

Bertujuan untuk memisahkan biji yang besar, sedang dan kecil yang semuanya dipecah sehingga menjadi biji pecah, cangkang, inti sawit, dan kotoran.

d. Pemisahan abu cangkang dan inti

Untuk memperoleh biji utuh dan campuran pecahan agar dikirim ke boiler. e. Pengeringan inti

Dikeringkan dengan meniupkan udara panas melalui elemen pemanas. f. Pensortiran inti

Memilih inti yang memenuhi kriteria serta memisahkannya dengan kotoran.

4.1.4. Kebijakan K3

Kebijakan K3 ditetapkan sebagai pernyataan komitmen perusahaan terhadap tujuan-tujuan K3 dan perbaikan kinerja K3. Kebijakan K3 merupakan pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh pengusaha atau pengurus yang memuat keseluruhan visi dan tujuan perusahaan, komitmen dan tekad melaksanakan K3, kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh dan bersifat umum.

Dengan penuh tanggung jawab sosial untuk melindungi keselamatan dan kesehatan kerja karyawan, keluarga, mitra kerja serta lingkungan hidup sekitarnya. Sebagai komitmen dalam memenuhi tanggung jawab tersebut, maka pimpinan


(42)

manajemen PTPN IV Bah Jambi dengan ini memuat kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai berikut :

1. Mematuhi segala bentuk perundang-undangan dan peraturan pemerintah mengenai keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku.

2. Menyadari dengan sepenuhnya bahwa keselamatan dan kesehatan kerja adalah salah satu tujuan untuk mencapai terciptanya tempat kerja yang aman, efisiensi dan produktif di perusahaan dengan mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam semua aspek pekerjaan untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

3. Merawat dan mengawasi alat kerja yang disediakan serta membudayakan hidup disiplin, bersih, yang berwawasan keselamatan dan kesehatan kerja dan menjaga stabilitas keamanan termasuk kebakaran peledakan dan pencemaran lingkungan. 4. Mengintegrasikan lingkungan kerja serta perlindungan keselamatan dan kesehatan

kerja dan lingkungan dalam upaya melestarikan keselamatan dan kesehatan kerja maka perlu meningkatkan pengertian, kesadaran, pemahaman dan penghayatan keselamatan dan kesehatan kerja oleh semua unsur pimpinan dan para pekerja di PTPN IV Bah Jambi sesuai prosedur serta mensosialisasikan keselamatan dan kesehatan kerja di semua tempat kerja.

5. Memonitor serta menyelesaikan semua masalah yang ditimbulkan oleh

kegiatan/pekerjaan maupun kebiasaan yang merugikan keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan dengan musyawarah dan menginventarisir masalah tersebut sehingga tidak terulang kembali.


(43)

6. Untuk menjamin terlaksananya hal-hal tersebut di atas, perusahaan mengalokasikan sumber daya tenaga dan dana sesuai dengan kebutuhan operasi perusahaan.

7. Kebijakan ini dapat ditinjau kembali bila diperlukan.

Pemeliharaan Kebijakan K3

1. Seluruh karyawan dan kontraktor bertanggung jawab mendukung dan

menerapkan pernyataan kebijakan K3 tersebut. Untuk memastikan bahwa aktivitas yang dilaksanakan tidak bertentangan dengan pernyataan tersebut, seluruh karyawan perlu mendapatkan pelatihan dan penjelasan yang sesuai dengan kebijakan K3.

2. Manajemen perusahaan dalam menunjukkan komitmennya terhadap K3,

melakukan hal-hal sebagai berikut :

(a) Menempatkan organisasi P2K3 pada posisi yang dapat menentukan kebijakan di perusahaan khususnya dalam hal K3.

(b) Menyediakan anggaran, SDM yang berkualitas dan sarana-sarana lain yang diperlukan dalam menunjang pelaksanaan program K3.

(c) Menetapkan personil yang mempunyai tanggung jawab, wewenang dan kebijakan yang jelas dalam penanganan K3.

(d) Menetapkan perencanaan K3 yang terkoordinir.


(44)

4.1.5. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)

Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) adalah badan pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan karyawan untuk mengembangkan kerjasama saling pengertian dan partisipasi aktif dalam penerapan sistem manajemen keselamatn dan kesehatan kerja (SMK3).

Fungsi P2K3

P2K3 mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak kepada Manajer Unit mengenai masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk itu P2K3 mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Menghimpun dan mengolah data tentang keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja.

2. Membantu menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap karyawan :

a. Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan gangguan keselamatan dan kesehatan kerja.

b. Faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja. c. Alat pelindung diri bagi karyawan yang bersangkutan.

d. Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaannya. 3. Menyampaikan dan memberikan usulan penyelesaian keluhan-keluhan karyawan

yang timbul akibat adanya perubahan tempat/cara/alat kerja yang berpotensi menimbulkan bahaya kecelakaan atau penyakit akibat kerja.

4. Membantu Manajer unit dalam :


(45)

b. Menentukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik.

c. Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.

d. Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat kerja serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan.

e. Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang keselamtan kerja, higiene perusahaan, kesehatan kerja dan ergonomi.

f. Mengembangkan pelayanan kesehatan karyawan.

5. Membantu Manajer Unit menyusun kebijakan manajemen dan pedoman kerja dalam rangka upaya meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan. 6. Ikut serta dalam audit internal SMK3, inspeksi dan penyelidikan kecelakaan. 7. Membantu dan memberikan usulan program dan penyelesaian masalah-masalah

K3 kepada manajer unit dengan :

a. Menentukan langkah-langkah kebijakan demi tercapainya pelaksanaan program K3.

b. Melaporkan pelaksanaan K3 di perusahaan kepada instansi yang berwenang.

c. Mempertanggungjawabkan program-program K3 dengan memonitor dan


(46)

Struktur Organisasi P2K3 Kebun Bah jambi

Sumber : Data Sistem Manajem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) PTPN IV Kebun Bah Jambi Tahun 2007

Tanggung Jawab

1. Ketua P2K3 :

a. Pengawasan dilakukan oleh ketua umum untuk mengusahakan dan menjamin terlaksananya kegiatan P2K3 secara selaras dan sesuai dengan maksud dan tujuan kegiatan usaha perusahaan dan peraturan perudang-undangan tentang keselamatan kerja yang berlaku.

b. Menetapkan dan memelihara kebijakan dan komitmen K3. c. Menetapkan tindakan pelaksanaan kebijakan K3.

SEKRETARIS AHLI K3 Unit Kebun

TIM INTERNAL AUDIT DOKUMEN KONTROL KETUA-I KDTU

TIM LOGISTIK DAN KONSUMSI TIM PEMADAM KEBAKARAN FIRE CHIEF KETUA-II KD TAN ANGGOTA TIM PENYELAMATAN (RESQUE) TIM MANAJEMEN RESIKO KETUA-III KDT TIM EVAKUASI/ KESEHATAN/ MEDIS TIM INSPEKSI DAN

INVESTIGASI KETUA-IV

KDP Ketua


(47)

d. Menjalankan tugas penyelenggaraan SMK3 untuk kepentingan dan dengan mengindahkan peraturan perusahaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

e. Membangun terbentuk dan terbinanya kinerja K3.

f. Memastikan dijalankannya kegiatan-kegiatan K3 dengan cara-cara yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diatur dan disepakati didalam prosedur P2K3.

2. Ketua-I P2K3 :

a. Membantu dan melaksanakan pengurusan K3 baik untuk kepentingan

perusahaan maupun keselamtan dan kesehatan pekerja..

b. Membantu dan memberikan saran/pemikiran kepada ketua umum dalam melaksanakan fungsi manajemen di bidang komunikasi dan humas serta aspek-aspek hukum K3.

c. Mengelola penyelenggaraan rapat-rapat P2K3.

d. Mengurus/menyelenggarakan administrasi dan pengendalian dokumen P2K3. e. Menyusun rencana dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan karyawan

dalam rangka menuju terbangunnya kompetensi dan kinerja K3.

f. Menjalankan aspek hukum keselamatan kerja, yaitu aspek hukum yang berkaitan dengan perlindungan K3 serta sistem manajemen K3.

g. Mengkomunikasikan kebijakan P2K3 kepada seluruh karyawan, pemasok dan kontraktor.


(48)

i. Membina dan menjalin hubungan dengan institusi/instansi luar/pemerintah, media masa, hubungan masyarakat, berikut kegiatan-kegiatan lainnya yang bersifat protokoler yang berhubungan dengan kegiatan K3.

j. Membantu kelancaran dan pelaksanaan audit internal dan eksternal P2K3. k. Merencanakan, mengelola, dan mengevaluasi pengalokasian dana untuk

mencapai sasaran penyelenggaraan P2K3.

l. Merencanakan dan melaksanakan pengadaan barang-barang K3.

m. Menyelenggarakan pergudangan untuk persediaan barang yang digunakan dalam proses produksi dan kegiatan K3.

n. Bertanggung jawab kepada ketua umum. 3. Ketua-II P2K3 :

a. Membantu dan melaksanakan pengurusan K3 baik untuk kepentingan perusahaan maupun keselamatan dan kesehatan pekerja.

b. Mengatur tata tertib penggunaan fasilitas dan aset perusahaan.

c. Menyelesaikan dan mengevaluasi persoalan-persoalan yang berkaitan denga aspek hukum keselamatan kerja.

d. Memberi bimbingan dan konsultasi yang berkaitan dengan persoalan hukum yang berkaitan dengan keselamatan kerja kepada pejabat-pejabat di perusahaan.

e. Mengelola kegiatan-kegiatan tanggap darurat dan bahaya kebakaran. f. Menyusun dan mengevaluasi norma-norma K3 dalam bidang teknik. g. Memonitor dan mengevaluasi kinerja K3 bidang teknik.


(49)

h. Memonitor dan mengevaluasi kinerja K3 bidang instalasi, traksi, sipil dan listrik.

i. Bertugas dan bertanggung jawab atas pencegahan dan pengendalian kecelakaan kerja di lingkungan kerja.

j. Bertanggung jawab kepada ketua umum. 4. Ketua-III P2K3 :

a. Membantu dan melaksanakan pengurusan K3 baik untuk kepentingan

perusahaan maupun keselamatan dan kesehatan pekerja.

b. Merumuskan sistem dan prosedur P2K3 dan memberikan bimbingan dan konsultasi bagi semua bidang tugas dalam pelaksanaannya.

c. Menyusun pedoman pelayanan keselamatan dan kesehatan bagi karyawan. d. Mengikuti perkembangan undang-undang dan peraturan keselamatan kerja

dan mensosialisasikannya ke seluruh bidang tugas perusahaan.

e. Menyusun rencana strategik dan rencana jangka panjang penyelenggaraan SMK3.

f. Melaksanakan analisa kinerja K3 dalam rangka penyusunan perencanaan kegiatan P2K3 yang sesuai dengan kondisi dan situasi serta merumuskan kebijakan dalam rangka antisipasi terhadap resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

g. Meneliti, mengkaji, mengembangkan dan merumuskan teknologi, bahan dan sistem kerja yang akan dipergunakan di perusahaan.

h. Meneliti, mengkaji dan mengembangkan alternatif solusi terhadap persoalan K3.


(50)

i. Bertanggung jawab kepada ketua umum. 5. Sekretaris P2K3 :

a. Sebagai AK3 perusahaan.

b. Menjadi penghubung atau contact person antara P2K3 dengan instansi pemerintah terkait.

c. Melaksanakan effektifitas dan effisiensi tugas kesekretariatan. d. Mengelola administrasi dan dokumentasi P2K3.

e. Menjadi penghubung antara pekerja dan perusahaan dalam penyelesaian keluhan-keluhan yang timbul akibat terjadinya perubahan tempat/cara/alat kerja yang dirasa membahayakan pekerja.

f. Membuat laporan kepada instansi terkait yang berkenaan dengan unsafe act dan unsafe condition di tempat kerja.

g. Bertanggung jawab kepada ketua P2K3. 6. Bidang Pengendalian Dokumen :

a. Memastikan bahwa seluruh copy dokumen yang harus didistribusikan sesuai daftar distribusi dokumen telah didistribusikan.

b. Memastikan bahwa semua dokumen atau catatan atau data K3 yang harus disebarluaskan/disosialisasikan telah disebarluaskan/disosialisasikan melalui papan pengumuman yang ada.

c. Menempatkan, menyimpan dan mengendalikan dokumen, catatan, dan data K3 pada ruang control document sesuai arahan sekretaris P2K3.

d. Membuat dan menyampaikan undangan rapat P2K3 sesuai arahan sekretaris P2K3.


(51)

e. Bertanggung jawab kepada sekretaris P2K3.

7. Anggota P2K3 :

a. Bertanggung jawab kepada pengurus P2K3.

b. Melaksanakan dan membantu kelancaran pelaksanaan program yang telah disusun dan ditetapkan.

c. Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-04/Men/1987 bahwa setiap perusahaan harus membentuk P2K3.

d. Manajer unit menetapkan/menghunjuk kepengurusan P2K3.

e. Sesuai Permenaker No. 05/MEN/1996, bahwa P2K3 dibentuk kemudian disahkan oleh Disnakertrans.

4.1.6. APD yang Digunakan.

APD yang digunakan di bagian pengolahan PTPN IV kebun Bah Jambi tahun 2008 adalah sebagai berikut :

1. Topi helm

2. Sepatu boot karet AP 3. Ikat pinggang pengaman

4. Sumbat telinga

5. Tutup telinga 6. Sarung tangan karet 7. Sarung tangan kaus 8. Sarung tangan kulit 9. Lapis dada kulit


(52)

10. Masker abu

11. Masker bahan kimia 12. Pakaian kerja/chemis 13. Kaca mata netral 14. Safety shoes executif 15. Sepatu tahan timpa 16. Kaca mata las

17. Cup lax (Topeng las) 18. Baju overval

19. Sarung tangan asices/tahan panas 20. Kaca mata hitam (Transfaran) 21. Otto tahan panas

22. Mantel hujan 23. Handuk kecil 24. Jaket kulit 25. Lapis dada karet

26. Lapis dada untuk laborant


(53)

4.2. Gambaran Pekerja yang Mengalami Kecelakaan Kerja 4.2.1. Karakteristik Responden

Gambaran faktor manusia pekerja pabrik yang mengalami kecelakaan tahun 2006-2008 di pabrik pengolahan kelapa sawit PTPN IV Kebun Bah Jambi dapat dilihat pada tabel-tabel berikut :

Tabel 4.1. Distribusi Responden yang Mengalami Kecelakaan Kerja Menurut Umur di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Kebun

Bah Jambi Tahun 2006-2008.

No. Umur (Tahun) Jumlah (Orang) %

1 32-35 4 14.29%

2 36-39 5 17.86%

3 40-43 3 10.71%

4 44-47 2 7.14%

5 48-51 10 35.71%

6 52-55 4 14.29%

Jumlah 28 100.00%

Pada tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa umur responden yang terbanyak mengalami kecelakaan kerja pada umur 48-51 tahun sebanyak 10 orang (35,71%).

Tabel 4.2. Distribusi Responden yang Mengalami Kecelakaan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit

PTPN IV Kebun Bah Jambi Tahun 2006-2008.

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) %

1 SD 5 17.86%

2 SMP 12 42.86%

3 SMA 10 35.71%

4 Sarjana 1 3.57%


(54)

Pada tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan responden paling banyak yang mengalami kecelakaan kerja adalah tamatan SMP sebanyak 12 orang (42,86%).

Tabel 4.3. Distribusi Responden yang Mengalami Kecelakaan Kerja Menurut Masa Kerja di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Kebun

Bah Jambi Tahun 2006-2008.

No. Masa Kerja (Tahun) Jumlah (Orang) %

1 2-6 2 7.14%

2 7-11 6 21.42%

3 12-16 5 17.86%

4 17-21 7 25.00%

5 22-26 4 14.29%

6 27-31 4 14.29%

Jumlah 28 100.00%

Pada tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa masa kerja responden paling banyak yang mengalami kecelakaan kerja adalah bekerja selama 17-21 tahun sebanyak 7 orang (25%).

Tabel 4.4. Distribusi Responden yang Mengalami Kecelakaan Kerja Menurut Pengetahuan di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Kebun

Bah Jambi Tahun 2006-2008.

No. Pengetahuan Jumlah (Orang) %

1 Baik 7 25.93%

2 Sedang 15 55.56%

3 Kurang 5 18.52%

Jumlah 27 100.00%

Pada tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden yang mengalami kecelakaan kerja adalah sedang yaitu sebanyak 15 orang (55,56%).


(55)

Tabel 4.5. Distribusi Responden yang Mengalami Kecelakaan Kerja Menurut Bagian/Unit Pekerjaan di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Bah Jambi Tahun 2006 – 2008.

No. Bagian/Unit Pekerjaan Jumlah (orang) %

1 Operator Rebusan 15 53.57%

2 Operatot Stasiun Kempa 1 3.57%

3 Operator Loading Ramp 1 3.57%

4 Operator Ketel Uap 2 7.14%

5 Operator Stasiun Inti 1 3.57%

6 Bag. Mesin 6 21.43%

7 Bag. Laboratorium 1 3.57%

8 Bag. Analisa Ketel 1 3.57%

Jumlah 28 100.00%

Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa pekerja yang mengalami kecelakaan kerja adalah pekerja yang bekerja di bagian/unit pekerjaan operator rebusan sebanyak 15 orang (53,57%).

4.2.2. Gambaran Lingkungan Kerja

Gambaran lingkungan kerja berdasarkan observasi dan wawancara terhadap pekerja antara lain suhu yang panas karena ketel rebusan, adanya minyak panas hasil proses produksi kelapa sawit, air soda api yang digunakan pada saat perebusan untuk memisahkan cangkang kelapa sawit dari intinya, stom uap rebusan yang digunakan untuk penguapan rebusan dan air kondensat rebusan, dan kondisi yang tidak aman di tempat kerja karena lantai yang licin dan adanya alat kerja yang rusak.

Gambaran shift kerja pada saat terjadinya kecelakaan kerja di pabrik pengolahan kelapa sawit PTPN IV Kebun Bah Jambi tahun 2006-2008 dapat dilihat pada tabel-tabel berikut :


(56)

Tabel 4.6. Distribusi Responden yang Mengalami Kecelakaan Kerja Menurut Shift Kerja di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Bah Jambi Tahun 2006-2008.

No. Shift Kerja Jumlah (orang) %

1 Shift 1 (06.30-18.30 WIB) 19 67.86%

2 Shift 2 (18.30-06.30 WIB) 9 32.14%

Jumlah 28 100.00%

Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa kecelakaan kerja paling banyak terjadi pada pekerja yang bekerja shift 1 yaitu pada saat jam 06.30-18.30 sebanyak 19 orang (67,86%).

4.3. Gambaran Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Bah Jambi Tahun 2006-2008.

Gambaran kecelakaan kerja berdasarkan klasifikasi, seperti : jenis kecelakaan, penyebab kecelakaan, sifat luka dan letak luka dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.7. Distribusi Responden yang Mengalami Kecelakaan Kerja Menurut Jenis Kecelakaan di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Bah Jambi Tahun 2006-2008.

No. Jenis Kecelakaan Jumlah (Orang) %

1 Kontak dengan bahan berbahaya

atau radiasi 12 42.86%

2 Terjepit oleh benda 4 14.29%

3 Terjatuh 8 28.57%

4 Tertimpa benda jatuh 1 3.57%

5 Tertumbuk atau terkena benda-benda,

terkecuali benda jatuh 3 10.71%


(57)

Pada tabel 4.7 dapat diketahui bahwa jenis kecelakaan kerja yang dialami oleh pekerja pada umumnya kontak dengan bahan berbahaya atau radiasi sebanyak 12 orang (42,86%).

Tabel 4.8. Distribusi Responden yang Mengalami Kecelakaan Kerja Menurut Penyebab Kecelakaan di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Bah Jambi Tahun 2006-2008.

No. Penyebab Kecelakaan Jumlah (Orang) %

1 Alat angkut atau alat angkat 2 7.14%

2 Peralatan lain 8 28.57%

3 Bahan-bahan dan zat-zat 17 60.71%

4 Lingkungan kerja 1 3.57%

Jumlah 28 100.00%

Pada tabel 4.8 dapat diketahu bahwa kecelakaan kerja paling banyak disebabkan bahan-bahan dan zat-zat sebanyak 17 orang (60,71%).

Tabel 4.9. Distribusi Responden yang Mengalami Kecelakaan Kerja Menurut Sifat Luka di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Bah Jambi Tahun 2006-2008.

No. Sifat Luka Jumlah (Orang) %

1 Memar dan luka dalam yang lain 2 7.14%

2 Luka-luka lain 14 50.00%

3 Luka bakar 12 42.86%

Jumlah 28 100.00%

Pada tabel 4.9 dapat diketahui bahwa kecelakaan kerja berdasarkan sifat luka yang dialami oleh pekerja pada umumnya berupa luka-luka sebanyak 14 orang (50%)


(58)

Tabel 4.10. Distribusi Responden yang Mengalami Kecelakaan Kerja Menurut Letak Luka di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Bah Jambi Tahun 2006-2008.

No. Letak Luka Jumlah (Orang) %

1 Banyak tempat 2 7.14%

2 Tangan 9 32.14%

3 Kaki 6 21.44%

4 Kepala 9 32.14%

5 Badan 2 7.14%

Jumlah 28 100.00%

Pada tabel 4.10 dapat diketahui bahwa letak luka yang dialami pekerja paling banyak di anggota atas (tangan) sebanyak 9 orang (32,14%) dan kepala sebanyak 9 orang (32,14%).


(59)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden

Pada tabel 4.1 terlihat bahwa pekerja yang paling banyak mengalami kecelakaan kerja berada pada umur 48-51 tahun sebanyak 10 orang (35,71%). Hal ini disebabkan karena pekerja yang berumur tua sudah kurang memiliki kemampuan dalam bekerja.

Menurut Benny dan Achmadi (1991) dalam penelitian test refleks memberikan kesimpulan bahwa ternyata golongan umur muda mempunyai kecenderungan untuk mendapatkan kecelakaan lebih rendah dibandingkan usia tua, karena mempunyai kecepatan reaksi lebih tinggi, mungkin hal ini disebabkan oleh karena kecerobohan atau kelalaian mereka terhadap pekerjaan yang dihadapinya.16

Pada tabel 4.2 terlihat bahwa pekerja yang mengalami kecelakaan kerja paling banyak memiliki tingkat pendidikan SMP yaitu sebanyak 12 orang (42,86%). Tingkat pendidikan SMP sebenarnya masih kurang untuk melakukan pekerjaan terutama di pabrik kelapa sawit Bah Jambi ini yang memiliki risiko tinggi dalam pekerjaannya. Hal ini dapat terjadi karena pada dasarnya pendidikan seseorang mempengaruhi cara berpikir dalam menghadapi pekerjaan, demikian juga dalam menerima latihan kerja baik praktek maupun teori termasuk diantaranya cara pencegahan ataupun cara menghindari terjadinya kecelakaan kerja. Namun pada dasarnya pekerjaan yang


(60)

dilakukan lebih membutuhkan pengalaman bekerja daripada pendidikan formal yang didapatkan.

Pada tabel 4.3 dapat diketahui bahwa 7 orang (25%) pekerja yang mengalami kecelakaan kerja telah bekerja selama 17-21 tahun. Masa kerja yang dimiliki pekerja sekitar 17-21 tahun tersebut belum menentukan bahwa pengalaman untuk tingkat kewaspadaan sudah cukup. Pekerja yang telah bekerja di bawah 21 tahun lebih banyak mengalami kecelakaan kerja dibandingkan pekerja yang telah bekerja diatas 21 tahun. Masa kerja di tempat kerja yang bersangkutan berhubungan pengalaman untuk kewaspadaan terhadap kecelakaan. Untuk itu, pengalaman kerja yang sedikit terutama di perusahaan yang berisiko tinggi terhadap terjadinya kecelakaan kerja akan mengakibatkan besarnya kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.

Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dari 27 pekerja yang mengalami kecelakaan kerja memiliki pengetahuan sedang yaitu sebanyak 15 orang (55,56%). Pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dari 28 orang menjadi 27 orang disebabkan karena 1 orang pekerja telah meninggal dunia karena sakit bukan karena kecelakaan kerja. Perbuatan atau tindakan dapat bertahan lama jika didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan manfaat dan kerugian dari perbuatan atau tindakan tersebut. Apabila pengetahuan kurang mengenai risiko pekerjaannya maka mereka akan bersikap tidak peduli dalam tindakannya, serta tidak akan mematuhi peraturan dan pedoman K3, antara lain bekerja menggunakan alat-alat kerja tidak sesuai dengan fungsinya, tidak menggunakan alat pelindung diri pada saat bekerja, bekerja dengan ceroboh dan kurang hati-hati.


(61)

Pada tabel 4.5 terlihat bahwa pekerja yang mengalami kecelakaan kerja paling banyak yang bekerja di bagian/unit operator rebusan sebanyak 15 orang (53,57%). Hal ini disebabkan karena pekerjaan di bagian/unit operator rebusan memiliki resiko tinggi terjadinya kecelakaan. Berdasarkan pengamatan, bekerja di bagian/unit rebusan memiliki risiko tinggi karena tempat kerjanya menggunakan alat yaitu ketel rebusan dan menggunakan air soda dan stomp uap rebusan yang berisiko terjadinya kecelakaan yang menghasilkan panas untuk perebusan inti sawit. Pekerja di bagian operator rebusan mengalami kecelakaan seperti tersembur stomp uap rebusan, air soda,air kondensat rebusan, minyak panas, api pada saat mencongkel kerak ketel dan terjepit lori, serta terpeleset di lantai yang licin. Jenis-jenis pekerjaan mempunyai peranan besar dalam menentukan jumlah dan macam kecelakaan.

Lain bidang pekerjaanya, lain pula tingkat risiko terkaitnya dan angka kejadian kecelakaan bervariasi menurut bidang pekerjaannya. Kurangnya pengalaman bisa jadi penentu kecelakaan penting di kalangan mereka yang baru saja diperkerjakan di suatu bidang pekerjaan tertentu, tetapi selanjutnya pengalaman kurang berperan.2

5.2. Gambaran Lingkungan Kerja

Berdasarkan laporan kecelakaan kerja JAMSOSTEK Tahun 2006-2008 yang diperoleh dari bagian SDM Pabrik Kelapa Sawit Kebun Bah Jambi dan wawancara terhadap pekerja, kecelakaan kerja disebabkan oleh faktor kimia dan faktor ergonomi. Faktor kimia yang menyebabkan kecelakaan kerja di pabrik kelapa sawit PTPN IV kebun Bah Jambi terdiri atas :


(62)

1. Bahan proses produksi yaitu air kondensat rebusan, uap panas, soda air yang digunakan pada saat perebusan, stomp uab rebusan, dan air panas.

2. Bahan hasil produksi yaitu minyak panas.

3. Untuk golongan kimia dapat digolongkan kepada bahan mudah terbakar yaitu api yang menyembur dari ketel.

Kondisi yang tidak aman (unsafe condition) disebabkan karena cara kerja yaitu tata cara bekerja dan peralatan kerja yang kurang nyaman sehingga dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja di pabrik kelapa sawit kebun Bah Jambi, antara lain :

1. Lantai yang licin dan TBS yang jatuh dari loading ramp yang merupakan tata cara bekerja yang kurang aman.

2. Alat kerja dengan kondisi yang kurang aman seperti pipa hydrolik loading ramp dan kran minyak vibro separator yang bocor sehingga kena percikan minyak mentah yang masih panas.

Oleh karena itu, sebaiknya kebijakan K3 yang telah dibuat dijalankan perusahaan. Hal ini dikarenakan dalam kebijakan K3 tertulis bahwa adanya perawatan dan mengawasi alat kerja yang disediakan serta mengintegrasikan lingkungan kerja serta perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan dalam upaya melestarikan keselamatan dan kesehatan kerja maka perlu meningkatkan pengertian, kesadaran, pemahaman dan penghayatan keselamatan dan kesehatan kerja oleh semua unsur pimpinan dan para pekerja di PTPN IV Bah jambi sesuai prosedur serta mensosialisasikan keselamatan dan kesehatan kerja di semua tempat kerja. Dengan diketahuinya kebijakan K3 oleh semua unsur pimpinan dan pekerja,


(63)

pimpinan dan pekerja dapat mengerti dan melaksanakannya sehingga kecelakaan kerja dapat diminimalisasikan.

Pada saat melakukan observasi, ada juga lingkungan kerja faktor fisik yaitu lingkungan yang panas diakibatkan suhu panas karena memiliki atap tanpa asbes dan menggunakan ketel rebusan yang memiliki api sehingga mengakibatkan suhu panas. Suhu panas tersebut juga dapat mengakibatkan pekerja tidak konsentrasi dalam melakukan pekerjaannya.

Pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa kecelakaan kerja paling banyak terjadi pada pekerja yang bekerja pada shift 1 yaitu pada jam 06.30-18.30 WIB sebanyak 19 orang (67,86%). Banyaknya kegiatan produksi tergantung dari jumlah bahan baku produksi (TBS) ada. Pekerja yang mengalami kecelakaan kerja pada shift 1 memiliki konsentrasi bekerja yang kurang terutama pada saat menjelang pergantian istirahat dan menjelang pulang kerja.

ILO menyatakan kecelakaan lebih banyak pada pagi hari dari pada siang hari, dimana kegiatan puncak menjelang istirahat dan menjelang pulang tenaga kerja tergesa-gesa menyelesaikan pekerjaannya. Suma’mur menyatakan pada jam kerja tersebut tenaga kerja kurang hati-hati, bercanda sesama teman dan timbul kelelahan setelah 4 jam kerja. Sedang pada malam hari sampai menjelang subuh jumlah kecelakaan kecil, karena pekerja yang bekerja pada shift malam lebih sedikit dibanding pada pagi dan sore hari.


(64)

Sawit PTPN IV Kebun Bah Jambi Tahun 2006-2008

Dari tabel 4.7 terlihat bahwa gambaran kecelakaan kerja ditinjau dari jenisnya paling banyak diakibatkan oleh kontak dengan bahan berbahaya yaitu sebanyak 12 orang (42,86%), terdiri atas terkena percikan minyak panas dari kran vibro separator dan pipa hydrolik loading ramp yang rusak, terkena uap panas, terkena percikan air soda, terkena semburan air kondensat, terkena stomb rebusan dan terkena semburan api pada saat mencongkel kerak ketel. Ada 1 orang pekerja yang mengalami kecelakaan tertimpa TBS yang jatuh, 8 orang pekerja yang terjatuh karena terpeleset di lantai yang licin karena adanya tumpahan minyak, 4 orang pekerja yang terjepit oleh lori, kereta sorong, rantai huiting crane dan terjepit pada saat mengunci baut dan 3 orang yang terkena benda yaitu terpukul drum ketel, terkena stang kunci pada valve, dan terkena vanbelt. Seharusnya kecelakaan ini tidak terjadi jika pekerja melihat tanda-tanda tempat berbahaya dan pekerja lebih berhati-hati serta lebih konsentrasi dalam bekerja.

Hal ini sesuai dengan pernyataan menurut Suma’mur bahwa 80% kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya 20% oleh kondisi yang tidak selamat (unsafe condition).

Dan pada tabel 4.8 dapat dilihat bahwa kecelakaan paling banyak disebabkan oleh bahan-bahan dan zat- zat sebanyak 17 orang (60,71%). Hal ini juga sudah dapat dilihat dari jenis kecelakaan yang terbanyak adalah kontak dengan bahan berbahaya. Dan bahan-bahan inilah yang menyebabkan kecelakaan kerja. Bahan-bahan tersebut adalah minyak panas, air panas, air kondensat rebusan, api dari ketel, air soda, dan stomb rebusan. Ada 2 orang pekerja yang mengalami kecelakaan kerja disebabkan


(65)

oleh alat angkut yaitu lori dan kereta sorong, 8 orang disebabkan oleh peralatan lain yaitu vanbelt, meteran tangki timbun, drum ketel, stang kunci pada valve, dan rantai huiting crane. Dan 1 orang pekerja yang mengalami kecelakaan kerja disebabkan oleh lingkungan kerja di dalam bangunan yaitu terjatuh karena lantai yang licin.

Pada tabel 4.9 terlihat bahwa kecelakaan kerja yang dialami pekerja pada umumnya berupa luka-luka sebanyak 14 orang (50%). Luka-luka ini karena terjepit, dan terkena benda. Pekerja yang mengalami luka bakar sebanyak 12 orang (42,86%). Hal ini dapat terlihat bahwa kecelakaan kerja dengan kontak bahan-bahan atau zat-zat mengakibatkan luka bakar pada pekerja karena bahan dan zat-zat tersebut dapat membuat kulit melepuh atau terbakar. Dan pekerja yang mengalami luka memar ada 2 orang (7,14%) karena jatuh di lantai yang licin dan tertimpa TBS.

Pada tabel 4.10 dapat dilihat bahwa letak luka yang dialami pekerja akibat kecelakaan kerja paling banyak terdapat di tangan sebanyak 9 orang (32,14%) dan kepala sebanyak 9 orang (32,14%). Letak luka di tangan karena tersembur stomp rebusan, terjepit lori, terjepit oleh rantai huiting crane dan pada saat mengunci baut, terpukul drum buangan abu ketel, serta terkena meteran tangki timbun dan vanbelt. Letak luka di kepala mengenai muka karena semburan minyak panas, mata karena percikan air soda dan minyak panas serta terkena stang kunci pada valve, dan mengenai kepala karena jatuh dan ditimpa TBS yang jatuh. Pekerja yang memiliki luka di banyak tempat ada 2 orang (7,14%) mengenai muka, dada, kaki, paha, dan bagian perut karena semburan api dari ketel dan air kondensat. Pekerja yang memiliki luka di kaki sebanyak 6 orang (21,44%) karena terjatuh dan masuk parit air panas, air kondensat rebusan, dan minyak panas. Dan pekerja yang memiliki luka di badan


(66)

sebanyak 2 orang karena terjepit kereta sorong dan terkena semburan uap panas. Kecelakaan kerja yang disebabkan oleh bahan-bahan dan alat kerja di tempat kerja disebabkan oleh kurangnya hati-hati/tidak konsentrasi dalam bekerja, kurang terlatih atau terampil dalam penggunaan APD, penggunaan/pengoperasian alat-alat yang tidak benar/sesuai, dan keadaan lingkungan yang tidak baik, misalnya lantai yang licin, ruangan yang panas, bising, dan lain-lain.

Hal ini memungkinkan bahwa kebijakan K3 dan peraturan-peraturan K3 lainnya masih ada yang belum dijalankan padahal kebijakan K3 dan peraturan K3 tersebut untuk meningkatkan kesadaran pekerja akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja. Oleh karena itu, perlu diterapkan kebijakan K3 dan peraturan-peraturan K3 oleh perusahaan dan pengawasan oleh mandor (pengawas), terutama pada pekerja yang bekerja di bagian operator rebusan yang beresiko mengalami kecelakaan kerja.

Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha tehnis pengamanan tempat, peralatan dan lingkungan kerja adalah sangat perlu diutamakan. Namun kadang-kadang keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan sepenuhnya, sehingga digunakan alat-alat perlindungan diri (personal protective devices).

Sekalipun rumit permasalahan sebab-sebab kecelakaan, secara sederhana dapat dikatakan, bahwa penyebab-penyebab kecelakaan paling utama ditemukan tidak pada mesin-mesin yang paling berbahaya (seperti mesin gergaji sirkuler, mesin pengaduk dan mesin tekan) atau zat-zat yang paling berbahaya (seperti bahan-bahan peledak atau cairan-cairan yang mudah menyala), tetapi ada kegiatan-kegiatan yang biasa seperti terantuk, terjatuh, bekerja tidak tepat dan tertimpa oleh TBS.


(67)

Kecelakaan kerja yang terjadi di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Bah Jambi Tahun 2006-2008 dapat digambarkan sudah semakin menurun dari tahun ke tahun. Dapat dilihat pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dari Tahun 2006 terdapat 13 orang, Tahun 2007 terdapat 12 orang dan Tahun 2008 terdapat 3 orang. Tahun 2006, kecelakaan yang terjadi terjepit lori ada, terjatuh karena terpeleset di lantai yang licin, dan terkena semburan air kondensat rebusan, api, dan stomp uap rebusan. Tahun 2007, terkena air soda, terkena stang kunci pada valve, tertimpa TBS yang jatuh dari atas loading ramp, terjatuh pada saat menaikkan loading ramp, dan terjatuh karena terpeleset lantai yang licin. Tahun 2008, kena percikan minyak panas pada saat membuka kran minyak vibro separator, kena semburan uap panas pada saat membuka pintu sorong screw press, dan terjatuh karena terpeleset lantai yang licin.

Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja perlu diadakan peningkatan pengetahuan khususnya bidang keselamatan dan kesehatan kerja dengan melakukan pelatihan-pelatihan baik yang diselenggarakan oleh perusahaan atau departemen yang berhubungan dalam hal ini, seperti Departemen Tenaga Kerja atau Balai Hiperkes.

Silalahi dkk, menyatakan salah satu usaha untuk mencegah terjadinya kecelakaa akibat kerja yaitu pembinaan terhadap pekerja. Pembinaan terhadap pekerja terutama mandor (pengawas) dilapangan yang mencakup pelatihan dan pendidikan.

Dalam UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Bab 5 pasal 9 menyatakan bahwa pelaksana atau pengawas diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap pekerja :


(68)

a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul di dalam tempat kerja.

b. Semua alat pelindung yang diharuskan di tempat kerja. c. Alat Pelindung Diri (APD) bagi pekerja yang bersangkutan. d. Cara-cara dan sikap aman dalam melaksanakan pekerjaannya.12


(1)

15.Notoatmodjo, Soekidjo., 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cetakan ke 2, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

16.Simarmata, Roulina., 2004. Gambaran Faktor Manusia dan Faktor Manajemen Terhadap Terjadinya Kecelakaan Kerja di Sektor Kerja Perkebunan Kelapa Sawit di PTPN IV Kebun Bah Jambi Pematangsiantar Tahun 2003. Skripsi Mahasiswa FKM USU, Medan.

17.Husni, Lalu., 2001. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Grafindo Persada, Jakarta.

. PT Raja

18.Manual SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja) PTPN IV Kebun Bah Jambi Tahun 2007.


(2)

KUESIONER PENELITIAN

GAMBARAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PTPN IV KEBUN BAH JAMBI

TAHUN 2006-2008

1. Nama :

2. Umur :

3. Pendidikan Terakhir : 1. SD 2. SMP 3. SMA/SMK 4. Akademik 5. Sarjana 4. Bagian/Unit Pekerjaan : 1. Bagian Mesin

2. Bagian Limbah 3. Bagian Laboratorium 4. Bagian Timbangan 5. Bagian Analisa Ketel 6. dll….(Sebutkan)

5. Masa Bekerja : Tahun

Pengetahuan Pekerja

1. Apakah saudara mengetahui resiko/akibat dari pekerjaan terhadap terjadinya kecelakaan kerja ?

a. Tahu, sebutkan…. b. Tidak tahu

2. Darimana anda mengetahui tentang resiko/bahaya tersebut ? (jawaban bisa lebih dari satu)

a. Pedoman kerja

b. Pelatihan kerja (pelatihan K3) c. Dari teman kerja

d. Pimpinan/atasan e. Pengetahuan sendiri.

3. Apakah anda mengetahui bahwa lingkungan kerja anda dapat mengganggu keselamatan dan kesehatan kerja ?

a. Tahu b. Tidak tahu


(3)

4. Jika tahu, lingkungan kerja yang bagaimana dapat mengganggun keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan anda ? (jawaban bisa lebih dari satu)

a. Lantai yang licin akibat minyak b. Panas

c. Pencahayaan yang kurang d. Mesin yang terlalu bising. e. Getaran/tekanan

5. Apakah anda mengetahui bahwa perbuatan yang tidak aman dapat mengakibatkan kecelakaan kerja ?

a. Tahu b. Tidak tahu

6. Jika tahu, perbuatan yang bagaimana yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja itu ? (jawaban bisa lebih dari satu)

a. Tidak mengikuti pedoman kerja

b. Tidak menggunakan alat pelindung diri c. Bercanda sewaktu bekerja

d. Letih dan tida konsentrasi bekerja

e. Kurang pengetahuan terhadap pekerjaan yang dilakukan

7. Apakah anda mengetahui prosedur, pedoman, dan peraturan kerja agar anda dapat bekerja dengan aman dan sehat?

a. Tahu, sebutkan…. b. Tidak tahu

8. Dari mana anda mengetahui prosedur, pedoman, dan peraturan kerja agar anda dapat bekerja dengan aman dan sehat ? (jawaban bisa lebih dari satu)

a. Pelatihan K3 b. Buku pedoman c. Kawan/teman d. Pimpinan/atasan e. Depnaker

9. Bagaimana mennggulangi/mencegah gangguan perbuatan yang tidak aman tersebut ? (jawaban bisa lebih dari satu)

a. Mematuhi pedoman, peraturan dan prosedur kerja b. Menggunakan APD

c. Mengurangi kontak dengan sumber gangguan d. Adanya pengawasan ketat dari atasan

e. Mengikuti latihan kerja

10.Menurut nada pencegahan yang paling utama perlu dilaksanakan oleh perusahaan adalah……


(4)

b. Menyediakan APD

c. Membina sikap tenaga kerja dengan berorientasi pada K3 d. Memperbaiki lingkungan kerja


(5)

Uraian Kecelakaan Kerja di Bagian Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Bah Jambi.

1. Jenis kecelakaan kerja : a) Terjatuh

b) Tertimpa benda

c) Terbentur (tergores, terpotong, tertusuk) d) Terjepit oleh benda

e) Gerakan-gerakan melebihi kemampuan f) Pengaruh suhu tinggi

g) Terkena arus listrik

h) Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi 2. Penyebab kecelakaan :

a) Mesin

b) Alat angkut/alat angkat c) Peralatan listrik

d) Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi e) Lingkungan kerja

3. Sifat luka :

a) Patah tulang b) Keseleo

c) Regang otot/urat

d) Memar dan luka dalam yang lain e) Amputasi

f) Luka-luka lain g) Luka di permukaan h) Luka baker

i) Gegar dan remuk

j) Keracunan-keracunan mendadak 4. Bagian tubuh yang cedera :

a) Kepala b) Leher c) Badan d) Tangan e) Kaki f) Mata g) Telinga

h) Organ tubuh bagian dalam i) Kelainan umum


(6)

HASIL WAWANCARA

GAMBARAN PENGETAHUAN PEKERJA PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT YANG MENGALAMI KECELAKAAN KERJA DI PTPN IV KEBUN BAH JAMBI

TAHUN 2006-2008

Pengetahuan Pekerja

Responden Penilaian % Tingkat Pengetahuan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 1 4 1 2 1 5 1 4 3 5 79.41% Baik

2 0 2 1 2 1 2 1 1 2 1 38.24% Kurang

3 1 1 1 5 1 4 1 4 3 4 73.53% Sedang

4 1 2 1 3 1 5 1 4 3 5 76.47% Baik

5 1 2 1 4 1 5 1 4 3 3 73.53% Sedang

6 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 17.65% Kurang

7 1 1 1 2 1 3 1 1 1 1 38.24% Kurang

8 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 35.29% Kurang

9 0 3 1 2 1 1 1 2 1 3 44.12% Sedang

10 0 1 1 2 1 2 0 2 1 2 35.29% Kurang

11 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2 41.18% Sedang

12 1 2 1 3 1 2 1 2 3 1 50.00% Sedang

13 1 1 1 3 1 2 1 1 2 1 41.18% Sedang

14 1 4 1 4 1 5 1 4 4 5 88.24% Baik

15 0 1 1 3 1 4 1 2 3 2 52.94% Sedang

16 1 1 1 2 1 3 1 2 3 1 47.06% Sedang

17 1 2 1 3 1 2 1 2 1 1 44.12% Sedang

18 1 3 1 3 1 2 1 3 2 1 52.94% Sedang

19 1 3 1 4 1 5 1 3 3 4 76.47% Baik

20 1 4 1 4 1 4 1 3 4 3 76.47% Baik

21 0 2 1 3 1 3 1 3 3 3 58.82% Sedang

22 1 3 1 3 1 3 1 2 3 2 58.82% Sedang

23 1 2 1 4 1 4 1 3 4 3 70.59% Sedang

24 1 4 1 4 1 5 1 2 4 2 73.53% Sedang

25 1 2 1 2 1 2 1 3 3 2 52.94% Sedang

26 1 3 1 5 1 4 1 3 4 4 79.41% Baik

27 1 2 1 4 1 3 1 2 4 3 64.71% Sedang