7
2 Perkiraan dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian dalam
lingkup makro, terutama pada aspek-aspek produksi, harga, konsumsi komoditas pertanian terpenting serta pendapatan petani;
3 Simpul-simpul strategis dan implikasinya terhadap alternatif program yang
efektif untuk meminimalkan dampak negatif perubahan iklim pada produksi pangan khususnya, dan pertumbuhan sektor pertanian pada umumnya.
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak
Manfaat dari penelitian ini adalah tersedianya data dan informasi mengenai dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian dalam lingkup makro.
Perkiraan dampak difokuskan pada aspek produksi, harga, dan konsumsi komoditas pertanian yang peranannya dalam pembentukan PDB dan penyerapan
tenaga kerja menonol; dalam arti menempati peringkat atas. Data dan informasi tersebut dapat digunakan untuk menyusun alternatif program adaptasi yang
efektif untuk meminimalkan tingkat kerentanan ketahanan pangan khususnya maupun sektor pertanian pada umumnya terhadap perubahan iklim.
Dampak penelitian adalah terhindarkannya tingkat kerugian yang lebih besar akibat perubahan iklim pada sub sektor pangan khususnya, dan sektor
pertanian pada umumnya. Kerugian yang lebih besar itu dapat dihindari karena program adaptasi terhadap perubahan iklim dapat difokuskan pada cabang-
cabang usahatani yang peranannya dalam sektor pertanian dominan.
I I . TI NJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis
I klim adalah rata-rata cuaca jangka panjang. Jadi perubahan iklim adalah perubahan rata-rata perilaku cuaca yang sifatnya jangka panjang. Beberapa hasil
penelitian menyimpulkan bahwa penyebab utama perubahan iklim bersifat anthropogenic; dalam arti merupakan konsekuensi dari ulah manusia Trenberth
et al., 1995. Menurut I ntergovernmental Panel on Climate Change I PCC, 2001, konsentrasi gas-gas rumah kaca khususnya CO
2
, CH
4
, dan N
2
O dalam dua abad terakhir meningkat sangat tajam sehingga rata-rata suhu atmosfer global naik
8
sekitar 1
O
C. Hal ini kemudian mempengaruhi perilaku pergerakan udara dan presipitasi. Polanya berubah dari pola normal, bahkan kadang-kadang ekstrim.
Secara umum perubahan iklim berimplikasi munculnya kejadian-kejadian yang tidak kondusif untuk kehidupan manusia. Selain rata-rata suhu global
meningkat, di belahan bumi tertentu kadang-kadang terjadi pula perubahan cuaca yang ekstrem. Secara mendadak, suhu meningkat tajam atau sebaliknya
mendadak sangat rendah. Kondisi demikian itu selain merupakan cekaman lingkungan yang menyebabkan turunnya daya tahan sebagian makhluk hidup
kecuali sejumlah spesies serangga dan bakteri sehingga rentan terhadap penyakit. Bagi manusia, kondisi tersebut menyebabkan kesegaran jasmaninya
turun, mudah terserang penyakit, stres, dan dan berimplikasi turunnya produktivitas kerja.
Dalam hubungannya dengan pertanian, unsur iklim yang paling berpengaruh adalah presipitasi. Pola distribusi temporal dan spatial curah hujan
tidak normal. Demikian pula intensitasnya; kadang-kadang sangat ekstrim. Awal dan durasi musim hujan maupun musim kemarau tidak teratur dan kadangkala
bergeser. Frekuensi dan intensitas badai juga meningkat. I mplikasinya, banjir dan atau kekeringan sering terjadi dan cenderung sulit diprediksi.
Aktivitas utama core business di sektor pertanian adalah usahatani
tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan maupun perikanan. Terkait karakteristik intrinsiknya, hampir semua cabang usahatani tersebut rentan
terhadap variabilitas iklim yang tajam yang berdasarkan berbagai ramalan dinyatakan akan sering terjadi dalam era perubahan iklim. Oleh karena itu
perubahan iklim disimpulkan merupakan salah satu ancaman paling serius terhadap keberlanjutan ketahanan pangan. Berpijak pada karakteristik iklim
sebagai suatu sistem yang sifatnya global maka ruang lingkup dampak negatif perubahan iklim tidak eksklusif lokal, nasional, atau regional, tetapi bersifat global
I PCC, 2001; ADB, 2009. Petani, terutama petani kecil adalah kelompok paling rentan terhadap risiko
iklim kekeringan, banjir, badai. Leary et al 2007 menyatakan bahwa strategi adaptasi yang ada pada saat ini pada umumnya belum memadai untuk
menghadapi perubahan iklim. Laporan ADB and I FPRI 2009 menyatakan jika
9
tidak ada perbaikan produktivitas dan strategi adaptasi yang memadai maka kawasan Asia Tenggara termasuk I ndonesia akan sangat terancam
keberlanjutan ketahanan pangannya. Dampak perubahan iklim terhadap produksi pertanian terjadi melalui
turunnya produktivitas dan atau luas panen. Produktivitas turun karena variabilitas iklim yang tajam merupakan cekaman lingkungan yang menyebabkan proses
metabolisme sel-sel tanaman tidak berlangsung optimal, dan bersamaan dengan itu intensitas gangguan OPT organisme pengganggu tanaman juga meningkat.
Penurunan luas panen terkait dengan meningkatnya persentase puso yang terjadi akibat kekeringan, banjir, ataupun gangguan OPT. Dalam jangka panjang,
turunnya luas panen juga merupakan akibat dari penyusutan lahan pertanian akibat naiknya permukaan air laut dan turunnya motivasi petani memperluas areal
tanam karena meningkatnya risiko usahatani. Secara langsung maupun tidak langsung, kondisi tersebut di atas
menyebabkan pasokan dan harga-harga komoditas pertanian berubah. Turunnya produksi pertanian dan volume pasokan yang tidak stabil mengakibatkan harga-
harga komoditas pertanian meningkat dan makin volatil.
2.2. Hasil- hasil Penelitian Terkait