4
Stern et al., 2006. Dalam konteks demikian itu persoalan yang dihadapi negara- negara berkembang pada umumnya lebih kompleks kompleks karena selain terjadi
penurunan laju pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk miskin dan rawan pangan yang saat ini masih sangat besar diprediksikan akan meningkat tajam. Di
sisi lain, penguasaan teknologi dan ketersediaan infrastruktur untuk “coping strategies” maupun mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di negara-negara
berkembang pada umumnya lebih terbatas pula. Oleh karena itu secara umum dampak negatif yang diderita negara-negara berkembang diperkirakan lebih besar
I PCC, 2001. Dalam era perubahan iklim posisi sektor pertanian sangat strategis. Hal ini
merupakan konsekuensi logis dari kondisi berikut: 1 peran vital sektor pertanian dalam penyediaan pangan dan bahan baku industri pengolahan, 2 dibandingkan
sektor lain, sektor pertanian adalah paling rentan terhadap perubahan iklim karena cabang usaha utama core business pada sektor ini berbasis usahatani,
dan 3 pertanian sangat potensial sebagai kontributor utama aksi mitigasi. Oleh karena itu tidaklah berlebihan bahwa UNFCCC menempatkan sektor pertanian
sebagai prioritas pertama dalam aksi mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
Mengingat sektor pertanian sangat rentan terhadap perubahan iklim maka perumusan kebijakan serta penentuan alokasi anggaran untuk pembangunan
sektor pertanian sangat membutuhkan data dan informasi mengenai dampak makro perubahan iklim terhadap produksi dan harga-harga komoditas pertanian.
Data dan informasi tersebut dapat diperoleh melalui simulasi berdasarkan model yang pengembangannya berbasis pada karakteristik adanya saling keterkaitan
antar sub sektor melalui sistem kelembagaan yang berdasarkan kondisi obyektif di lapangan didominasi oleh mekanisme pasar.
1.2. Dasar Pertimbangan
Pemerintah telah berkomitmen untuk melakukan aksi nasional adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di sektor pertanian. Sesuai dengan permasalahan yang
dihadapi dan target yang akan dicapai maka mitigasi diprioriatskan pada sub sektor perkebunan, sedangkan adaptasi dilakukan di semua sub sektor namun
5
prioritas utamanya pada sub sektor tanaman pangan. Khusus untuk sub sektor pangan, perlu adanya langkah-langkah akselerasi agar tidak terlambat; karena jika
terlambat bukan hanya nasib petani yang dipertaruhkan tetapi keberlanjutan ketahanan pangan nasional juga akan terancam.
Efektivitas kebijakan dan program adaptasi tidak hanya ditentukan oleh ketepatan rancangan dan instrumennya tetapi juga ditentukan oleh ketepatan
strategi implementasinya I PCC, 2007; FAO, 2007 beserta dukungan pendanaannya. Dalam konteks demikian itu mengingat anggaran pemerintah pada
dasarnya terbatas maka diperlukan adanya langkah-langkah efisiensi. Dengan tetap berpegang pada prinsip bahwa aksi nasional adaptasi
terhadap perubahan iklim harus diterapkan pada semua sub sektor efisiensi dan efektivitas pendanaan program adaptasi perlu dilakukan. I ni dapat ditempuh
dengan cara memprioritaskan sub-sub sektor yang memenuhi salah satu atau kombinasi dari kategori berikut:
i sub sektor tanaman pangan yang peranannya dalam penyediaan
pangan menonjol; ii
sub-sub sektor di luar sub sektor padi yang peranannya dalam pembentukan PDB dan penciptaan lapangan kerja menempati papan
atas; iii
sub-sub sektor yang paling rentan terhadap variabilitas iklim yang tajam sehingga kerugian yang dialami akibat perubahan iklim
termasuk kategori terbesar. I dentifikasi sub-sub sektor yang termasuk kategori i dan ii dapat
dilakukan dengan cara yang sederhana. Akan tetapi data dan informasi untuk kategori iii sampai saat ini belum tersedia. Dalam ukuran kualitatif, beberapa sub
sektor yang terindikasikan sebagai sub-sub sektor yang rentan dapat diidentifikasi, namun dalam ukuran kuantitatif prediksi mengenai dampak perubahan iklim pada
masing-masing sub sektor belum diketahui. Selama ini berbagai prediksi mengenai dampak perubahan iklim bersifat parsial dan mikro. Prediksi-prediksi demikian itu
sangat berguna untuk masukan dalam perumusan kebijakan sub sektor yang bersangkutan, namun untuk sebagai bahan masukan untuk perumusan kebijakan
yang sifatnya komprehensif tidak memadai karena belum memperhitungkan
6
keterkaitan antar sub sektor. Sebagai implikasi dari persaingan dalam pemanfaatan sumberdaya lahan, air, modal, tenaga kerja; sangat jelas bahwa
salah satu simpul strategis kebijakan lingkup makro adalah perlunya sinkronisasi dan harmonisasi antar sektor atau sub sektor terkait. Untuk itulah penelitian ini
dilakukan.
1.3. Tujuan