Laporan Intelejen yang Dapat Dijadikan Bukti Permulaan

teroris cenderung meningkat. Hal seperti inilah yang harus dihindari, karena Tindak Pidana Terorisme harus diberantas karena alasan Hak Asasi Manusia, sehingga pemberantasannya pun harus dilaksanakan dengan mengindahkan Hak Asasi Manusia.

E. Laporan Intelejen yang Dapat Dijadikan Bukti Permulaan

Tidak semua data intelijen bisa digunakan polisi untuk menyidik kasus tindak pidana terorisme. Menurut Direktur Jenderal Perundang-undangan Departemen Kehakiman dan HAM Abdul Gani Abdullah, satu-satunya laporan yang digunakan adalah laporan yang sudah diotentifikasi Kepala Badan Intelijen Nasional. Setiap laporan Intelijen dapat dan tidak dapatnya digunakan sebagai pendukung bukti permulaan adalah tergantung penyidik dalam menilai setiap laporan yang disajikan oleh intelijen yaitu dengan cara mengukur tingkat keakuratan setiap laporan intelijen, Laporan intelijen dapat dijadikan bukti permulaan apabila semua unsure - unsur ini terpenuhi dalam suatu kasus, diantaranya : Siapa pelaku aksi terorisme kelompok organisasi, Orang-orang yang berhubungan dengan pelaku aksi terorisme membantu memberi fasilitas atau penyandang dana, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, Sasaran aksi terorisme, ada tidaknya suatu rencana aksi terorisme, modus aksi terorisme. Jaringan terorisme di Indonesia merupakan bagian dari jaringan teroris internasional sehingga sistim yang digunakan sangat rapi dan professional, metode komunikasi teroris menggunakan metode komunikasi masyarakat konvensional dengan banyak kurir baru sampai kepada pelaku terorisme, sehingga Universitas Sumatera Utara intelijen harus mampu memutus jaringan seperti ini. Anggota Intelijen Detasemen 88 Antiteror, sebagai alat negara dalam mencegah dan menanggulangi terorisme diharapkan untuk berbuat dan bertindak mengacu sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku karena jika tidak sesuai dengan aturan yang ada maka akan bisa menjadi boomerang bagi lembaga Kepolisian sendiri sendiri terutama Detasemen 88 Antiteror pada khususnya, jangan sampai salah tangkap dan harus mengingat azas Praduda tak bersalah presumption of innocence dan seringkali mereka tidak mengindahkan azas ini sehingga sering muncul permasalahan.

M. Karyadi , seorang purnawirawan berpangkat komisaris besar polisi,

Dokumen yang terkait

Penyidikan Tindak Pidana Korupsi (Studi Penyidikan di Polresta Medan dan Kejari Medan)

1 56 134

Tinjauan Kriminologis Dan Hukum Pidana Terhadap Peranan Kepolisian Dalam Menangani Pelaku Tindak Pidana Akibat Pengaruh Narkoba Suntik Di Kota Medan (Studi Di Polresta Medan)

0 73 111

Tingginya Tindak Pidana Penganiayaan Di Kota Medan Dan Upaya Penanggulangannya (Studi Di Polresta Medan)

4 39 92

Tingginya Tindak Pidana Penganiayaan Di Kota Medan Dan Upaya Penanggulangannya (Studi Di Polresta Medan)

2 42 87

Peranan laboratorium forensik POLRIdalam pemeriksaan barang bukti guna kepentingan penyidikan tindak pidana penyalahgunaan PSIKOTROPIKA

0 4 95

PENGGUNAAN FOTOGRAFI FORENSIK OLEH PENYIDIK KEPOLISIAN POLRESTA SURAKARTA DALAM PENYIDIKAN Penggunaan Fotografi Forensik Oleh Penyidik Kepolisian Polresta Surakarta Dalam Penyidikan Tindak Pidana ( Studi Kasus Di Polresta Surakarta ).

0 4 19

SKRIPSI Penggunaan Fotografi Forensik Oleh Penyidik Kepolisian Polresta Surakarta Dalam Penyidikan Tindak Pidana ( Studi Kasus Di Polresta Surakarta ).

0 5 13

PENDAHULUAN Penggunaan Fotografi Forensik Oleh Penyidik Kepolisian Polresta Surakarta Dalam Penyidikan Tindak Pidana ( Studi Kasus Di Polresta Surakarta ).

0 6 19

PERANAN LABORATORIUM FORENSIK POLRI DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA Peranan Laboratorium Forensik Polri Dalam Penyidikan Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika (Studi Kasus Di Laboratorium Forensik Polri Cabang Semarang).

0 2 11

PERANAN LABORATORIUM FORENSIK POLRI DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA Peranan Laboratorium Forensik Polri Dalam Penyidikan Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika (Studi Kasus Di Laboratorium Forensik Polri Cabang Semarang).

1 3 17