BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan atas permasalahan diatas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. E-commerce pada dasarnya adalah kegiatan perdagangan yang menggunakan
media elektronik. Kedudukan e-commerce dalam hukum Indonesia terletak dalam bidang hukum perdata sebagai subsistem dari hukum perjanjian, maka
e-commerce memiliki asas-asas yang sama dengan hukum perjanjian pada umumnya seperti :
- Asas kebebasan berkontrak
- Asas konsensual
- Asas itikad baik
- Asas keseimbangan
- Asas kepatutan
- Asas kebiasaan
- Asas ganti rugi
- Asas keadaan memaksa
- Asas kepastian hukum, dll.
Universitas Sumatera Utara
2. UUPK dan UU ITE telah mampu memberikan perlindungan hukum yang
memadai bagi konsumen dalam melakukan transaksi jual beli barang beregrak melalui e-commerce, perlindungan hukum tersebut terlihat dalam
ketentuanketentuan UUPK dan UU ITE dimana kedua peraturan tersebut telah mengatur mengenai penggunaan data pribadi konsumen, syarat sahnya suatu
transaksi ecommerce, penggunaan CA Certification Authority, permasalahan klausula baku dan mengatur mengenai perbuatan yang dilarang bagi pelaku
usaha dalam memasarkan dan memproduksi barang dan jasa yang dapat dijadikan acuan bagi obyek dalam transaksi e-commerce. Walaupun UUPK
memiliki kelemahan yaitu hanya menjangkau pelaku usaha yang berkedudukan di Indonesia saja, namun kelemahan ini sudah ditutupi oleh UU
ITE dan berbagai ketentuan internasional. 3.
Upaya hukum yang dapat ditempuh bagi konsumen yang dirugikan dalam transaksi e-commerce adalah sebagai berikut :
a Upaya hukum preventif
Upaya hukum ini bertujuan untuk mencegah terjadinya suatu kerugian yakni dengan cara pengawasan oleh pihak-pihak terkait baik itu
pemerintah maupun maupun masyarakat dan melakukan pembinaan konsumen.
b Upaya hukum represif
Upaya hukum ini terdiri dari dua, yakni upaya hukum dalam hal transaksi ecommerce bersifat internasional yang penyelesaiannya
menggunakan mekanisme ADR, dan upaya hukum dalam hal transaksi e-
Universitas Sumatera Utara
commerce yang terjadi di Indonesia yang dapat diselesaikan melalui dua jalur yakni jalur non-litigasi melalui Lembaga Swadaya Masyarakat
YLKI, Direktorat Perlindungan Konsumen Disperindag, Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK dan pelaku usaha. Kemudian
jalur kedua adalah melalui jalur litigasi pengadilan.
D.
Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan agar perlindungan hukum bagi konsumen dalam transaksi e-commerce dapat terjamin adalah sebagai berikut ;
1. Pemerintah perlu segera membuat peraturan pelaksana untuk melengkapi
ketentuan hukum dalam UU ITE, karena masih terdapat hal-hal yang tidak diatur dalam UU ITE, sehingga perlu dimasukkan kedalam peraturan
pelaksana. 2.
Sebaiknya UU ITE mencantumkan kewajiban bagi website e-commerce yang mengumpulkan data pribadi konsumen untuk mencantumkan kebijakan
privasinya, agar data-data pribadi konsumen tetap terjaga kerahasiaannya. 3.
Perlu dilakukannya sosialisasi UU ITE agar masyarakat mengetahui bahwa saat ini telah ada undang-undang khusus yang mengatur mengenai
penggunaan informasi dan transaksi yang dilakukan secara elektronik. Disamping itu dengan adanya sosialisasi UU ITE diharapkan pelaku usaha,
konsumen dan pemerintah menyiapkan diri terhadap ketentuan hukum baru dalam UU ITE sehingga pelaksanaan dari UU ITE ini dapat berjalan secara
efisien.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN