BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pengaturan tindak pidana pencucian uang dalam hukum positif di Indonesia sebagaimana kita ketahui memiliki berbagai unsur-unsur yang
terdapat di dalamnya yaitu berupa transaksi keuangan yang mencurigakan atau suspicious transaction, merupakan suatu indikasi cara-cara dasar
adanya kegiatan pencucian uang, satu situasi transaksi mencurigakan mungkin tidak mencukupi untuk menunjukkan bahwa pencucian uang
telah terjadi. Suatu kombinasi dari situasi-situasi transaksi mencurigakan tersebut dapat menjadi indikasi adanya transaksi mencurigakan yang
merupakan pencucian uang. Hasil tindak pidana adalah harta kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana yaitu: korupsi, penyuapan,
penyelundupan barang, penyelundupan tenaga kerja, penyelundupan imigran, di bidang perbankan, di bidang pasar modal, di bidang asuransi,
narkotika, psikotropika, perdagangan manusia, perdagangan senjata gelap, penculikan, terorisme, pencurian, penggelapan, penipuan, pemalsuan,
perjudian, prostitusi, di bidang perpajakan, di bidang kehutanan, di bidang lingkungan hidup, di bidang kelautan atau tindak pidana lainnya yang
diancam dengan pidana penjara 4 empat tahun atau lebih yang dilakukan di wilayah Negara Republik Indonesia atau di luar wilayah Negara
Republik Indonesia dan tindak pidana tersebut juga merupakan tindak
Universitas Sumatera Utara
pidana menurut hukum Indonesia. Adanya proses pencucian uang dibagi dalam 3 tahap, yaitu penempatan placement, pelapisan layering, dan
penggabungan integration. 2. Pentingnya perjanjian ekstradisi sudah dirasakan bagi setiap negara di
dunia ini khususnya Negara Republik Indonesia. Karena hampir semua para pelaku tindak pidana pencucian uang yang merupakan warganegara
Indonesia melarikan diri ke luar negeri apabila kejahatannya mulai ketahuan oleh polisi. Pranata hukum ekstradisi ini cukup ideal karena
dipengaruhi oleh nilai-nilai hak asasi manusia, namun pada lain pihak justru menjadi sangat ketat dalam pengimplementasiannya, mengingat
banyaknya persyaratan yang harus dipenuhi oleh para pihak yang terlibat dalam suatu kasus ekstradisi. Oleh karena itu, dalam beberapa kasus,
negara-negara justru mencari terobosan lain di luar pranata hukum ekstradisi dalam usahanya untuk mengadili atau menghukum seorang
pelaku kejahatan yang berada di wilayah negara lain, baik yang legal maupun ilegal. Meskipun demikian, hal ini tidaklah menggeser kedudukan
dan peranan ekstradisi sebagai pranata hukum yang sudah mapan. Perjanjian ekstradisi itu diharapkan bisa menjaring para pelaku pencucian
uang. Kembalinya mereka ke Indonesia diharapkan dapat mengembalikan aset nasional yang saat ini mengendap di Singapura. Dalam kaitan ini,
masalah pencucian uang dan segala hal yang bersangkut paut dengan pelarian uang haram tersebut adalah masalah internal Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
B. Saran