Bank Syariah 1. Pengertian Bank Syariah

16

B. Bank Syariah 1. Pengertian Bank Syariah

Dalam UU.No.7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN , disebutkan bahwa Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau ”berdasarkan prinsip syariah”, adapun makna prinsip syariah itu sendiri dijelaskan pada pasal 1 butir 13 dari UU No.7 Tahun 1992 Tentang perbankan yaitu Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil mudharabah, pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal musharakah, prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan murabahah, atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan ijarah, atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain ijarah wa iqtina. Kemudian dilengkapi lagi dengan Undang-Undang nomor 21 tahun 2008 pasal satu dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. 17 2. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk Simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit danatau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. 3. Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 4. Bank Konvensional adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat. 5. Bank Umum Konvensional adalah Bank Konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 6. Bank Perkreditan Rakyat adalah Bank Konvensional yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 7. Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. 8. Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 9. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 10. Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai 18 kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan atau unit syariah. Dalam Kerangka Dasar Akuntansi Syariah, yang disusun oleh Dewan Standard Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia, Dewan Syariah Nasional Majelis ulama Indonesia, Bank Indonesia, Departemen Keuangan dan praktisi menjelaskan: Syariah merupakan ketentuan hukum Islam yang mengatur aktivitas manusia yang berisi perintah dan larangan, baik yang menyangkut hubungan interaksi vertikal dengan Tuhan maupun horizontal dengan sesama makhluk. Prinsip syariah yang berlaku umum dalam kegiatan muamalah transaksi syariah mengikat secara hukum bagi semua pelaku dan stakeholder entitas yang melakukan transaksi syariah. Walaupun ketentuan syariah bersumber dari hukum Islam, tidak berarti yang melaksanakan bank syariah termasuk nasabahnya beragama Islam Muslim, banyak bank syariah yang dikelola oleh dan memiliki nasabah non-muslim, menunjukan kemajemukan yang sangat pesat, misal rasulpun pernah melakukan transaksi jual beli dengan Yahudi. 19 2. Kelompok Bank Syariah a. Bank Umum Syariah Dalam kelompok ini seluruh unit kerja bank yang bersangkutan dari tingkat yang paling atas sampai dengan tingkat unit kerja yang paling bawah adalah menjalankan kegiatan usaha syariah. Sampai dengan tahun 2008 yang dikategorikan sebagai Bank Umum Syariah adalah: 1 Bank Muamalat Indonesia BMI. 2 Bank Syariah Mandiri. 3 Bank Syariah Mega Indonesia. 4 Bank Syariah BRI. . 5 Bank Syariah Bukopin. Dikategorikan Bank Umum Syariah jika seluruh strukur organisasi bank tersebut tunduk pada ketentuan syariah, baik dari kantor pusat sampai dengan kantor layanan entitas tersebut seluruhnya melaksanakan kegiatan syariah. b. Cabang Syariah Bank Konvensional Unit Usaha Syariah Dalam kategori ini adalah dimana sebuah Bank Umum memiliki usaha syariah sehingga menjalankan dua kegiatan usaha bank, dan dalam pendiriannya menggunakan modal induknya Bank Konvensiobal yang didapatkan selain dari unsur bunga ataupun itu yang diharamkan syariah. 20 c. BPRS Bank Perkreditan Rakyat Syariah Kelompok ini adalah Bank Perkreditan Rakyat yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah. 3. Struktur Organisasi Bank Syariah Struktur organisasi suatu perusahaan yang satu dengan yang lain dapat berbeda, sangat tergantung pada kebutuhan pimpinan perusahaan, untuk menggunakan organisasi sebagai alat mencapai tujuan perusahaan, namun demikian dalam perbankan syariah ada beberapa unit kerja atau fungsi yang harus dibentuk. Pada bank konvensional struktur organisasi tidak diatur sepenuhnya oleh Bank Indonesia, kecuali unit-unit tertentu untuk mendukung kepentingan Bank Indonesia dan bank yang bersangkutan seperti misalnya SKAI, Direktur Kepatuhan dan sejenisnya Wiroso, Produk Perbankan Syariah, 2009: 41-51. Perbedaan struktur dikarenakan adanya perbedaan yang cukup mendasar antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional yaitu : Sumber: Sigit dan Totok , 2009:157 Tabel 2.1 Perbedaan Bank Konvensional Dengan Syariah Syariah Konvensional Usaha halal Bebas nilai Bagi hasil,Margin,Fee Bunga Keuntungan berdasarkan kinerja Keuntungan tetap Profit dan falah oriented Profit oriented Kemitraan Debitur-kreditur Ada DPS Tidak ada lembaga sejenis 21 4. Kegiatan Usaha Bank Syariah Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 3234KEPDIR 12 Mei 1999 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Syariah, prinsip kegiatan usaha syariah adalah : a. Prinsip Kegiatan Usaha 1. Hiwalah: akad pemindahan utang piutang, dimana pihak yang menjadi penalang hutang akan menerima imbalan dari peminta pemindahan utang. 2. Ijarah: sewa menyewa dimana ketika masa sewa berakhir barang dikembalikan ke pemberi sewa. 3. Ijarah wa iqtina: sama dengan ijarah biasa hanya saja diakhir masa sewa barang sewaan akan menjadi hak milik penyewa. 4. Istishna: akad jual beli pesanan dimana pembayaran dilakukan secara bertahap. 5. Kafalah: pemberian jasa penjaminan yang diberikan suatu pihak kepada pihak lain, dimana pemberi jaminan bertanggung jawab atas pembayaran suatu utang yang menjadi hak penerima jaminan. 6. Mudharabah: akad antar pemilik modal dengan pengelola dengan rasio bagi hasil yang disepakati bersama, ada dua jenis mudhrabah: a. Mutlaqah: kekuasaan penuh pengelolaan modal oleh mudharib b. Muqayyadah: pengelolaan oleh mudharib ditentukan oleh pemilik modal ex: jenis usaha, tempat. 22 7. Murabahah: akad jual beli dimana bank memberi barang yang diperlukan oleh nasabah dengan harga beli ditambah keuntungan adalah harga jual kepada nasabah. 8. Musyarakah: akad kerjasama usaha patungan antara dua pihak atau lebih pemilik modal untuk membiayai suatu jenis usaha yang halal dan produktif, pendapatan atau keuntungan dibagi sesuai dengan rasio yang telah disepakati. 9. Qardh: akad pinjaman yang harus dikembalikan sesuai dengan jumlah yang dipinjam, bank atau peminjam boleh meminta jaminan. 10. Qardh ul Hasan: akad qardh untuk tujuan sosial, cukup dikembalikan sesuai dengan jumlah pinjaman. 11. Al-Rahn: akad penyerahan harta dari nasabah sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang. 12. Salam: akad jual beli pesanan dimana biaya atau harga langsung dibayar lunas dimuka. 13. Sharf: akad jual beli Valas 14. Ujr: upah atau Imbalan yang diberikan atau diminta atas suatu pekerjaan yang dilakukan. 15. Wadiah: akad penitipan barang atau uang dengan tujuan untuk alasan keamanan maupun keselamatan, keamanan, serta keutuhannya, ada dua jenis wadiah : 23 a. Yad Amanah: pihak tertitip tidak diperkenankan menggunakan barang titipan, dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan yang bukan merupakan kelalaian tertitip. b. Yad Dhamanah: pihak tertitip dengan atau tanpa izin boleh memanfaatkan barang titipan dan bertanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan barang, keuntungan atau manfaat dari penggunaan barang titipan adalah hak milik tertitip. 16. Wakalah: akad pemberian kuasa untuk mewakili pemilik kuasa. b. Kegiatan Usaha 1. Menghimpun Dana a. Giro dengan prinsip wadiah. b. Tabungan dengan prinsip wadiah atau mudharabah. c. Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah. d. Bentuk lain berdasarkan prinsip wadiah atau mudharabah. 2. Menyalurkan Dana a. Transaksi jual beli berdasarkan prinsip mudharabah, istishna, ijarah, salam dan jual beli lainnya. b. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip hiwalah, rahn, qardh, membeli, menjual dan atau menjamin atas resiko sendiri surat-surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata underlying transaction berdasarkan prinsip jual beli dan hiwalah. c. Membeli surat-surat berharga pemerintah dan atau Bank Indonesia yang diterbitkan atas dasar prinsip syariah. 24 3. Memberikan jasa-jasa: a. Memindahkan uang untuk kepentingan sendiri dan nasabah berdasarkan wakalah. b. Menerima pembayaran tagihan atas surat berharga yang diterbitkan dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga berdasarkan prinsip wakalah. c. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat-surat berharga berdasarkan prinsip wadiah. d. Melakukan kegiatan penitipan termasuk penatausahaanya untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak dengan prinsip wakalah. e. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lain dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek berdasarkan prinsip ujr. f. Memberikan fasilitas Letter of Credit LC berdasarkan prinsip wakalah, murabahah, mudharabah, musyarakah, dan wadiah, serta memberikan fasilitas garansi bank berdasar prinsip kafalah. g. Melakukan kegiatan usaha kartu debet berdasarkan prinsip ujr. h. Melakukan kegiatan wali amanat berdasarkan prinsip wakalah. 4. Melakukan kegiatan lain seperti: a.Melakukan kegiatan valuta asing dengan prinsip sharf. 25 b.Melakukan kegiatan penyertaan modal berdasarkan rinsip musyarakah dan atau mudharabah pada bank atau perusahaan lain yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. c.Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara berdasarkan prinsip musyarakah dan atau mudharabah pada bank atau perusahaan lain yang melakukan kegiatan usaha berdasar prinsip syariah. d. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara berdasarkan prinsip musyarakah dan atau mudharabah untuk mengatasi akibat kegagalan pembiayaan dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya. e. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan ketentuan dalam perundang-undangan dana pensiun yang berlaku. f. Bank dapat bertindak sebagai lembaga baitul mal yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infaq, shadaqah, waqaf, hibah atau dana sosial lannya dan menyalurkannya kepada yang berhak dalam bentuk santunan dan atau pinjaman kebajikan qardhul hasan. 5. Melakukan kegiatan lain Bank dapat melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan bank sepanjang disetujui oleh DSN. 5. Pengembangan Perbankan Syariah 26 Untuk memberikan pedoman bagi stakeholders perbankan syariah dan meletakkan posisi serta cara pandang Bank Indonesia dalam mengembangkan perbankan syariah di Indonesia, selanjutnya Bank Indonesia pada tahun 2002 telah menerbitkan “Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia”. Dalam penyusunannya, berbagai aspek telah dipertimbangkan secara komprehensif, antara lain kondisi aktual industri perbankan syariah nasional beserta perangkat-perangkat terkait, tren perkembangan industri perbankan syariah di dunia internasional dan perkembangan sistem keuangan syariah nasional yang mulai mewujud, serta tak terlepas dari kerangka sistem keuangan yang bersifat lebih makro seperti Arsitektur Perbankan Indonesia API dan Arsitektur Sistem Keuangan Indonesia ASKI maupun international best practices yang dirumuskan lembaga-lembaga keuangan syariah internasional, seperti IFSB Islamic Financial Services Board, AAOIFI dan IIFM. Pengembangan perbankan syariah diarahkan untuk memberikan kemaslahatan terbesar bagi masyarakat dan berkontribusi secara optimal bagi perekonomian nasional. Oleh karena itu, maka arah pengembangan perbankan syariah nasional selalu mengacu kepada rencana- rencana strategis lainnya, seperti Arsitektur Perbankan Indonesia API, Arsitektur Sistem Keuangan Indonesia ASKI, serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional RPJPN. Dengan demikian upaya pengembangan perbankan syariah merupakan bagian dan kegiatan yang mendukung pencapaian rencana strategis dalam skala yang lebih besar pada tingkat 27 nasional, dalam jangka pendek, perbankan syariah nasional lebih diarahkan pada pelayanan pasar domestik yang potensinya masih sangat besar, dengan kata lain, perbankan syariah nasional harus sanggup untuk menjadi pemain domestik akan tetapi memiliki kualitas layanan dan kinerja yang bertaraf internasional. Pada akhirnya, sistem perbankan syariah yang ingin diwujudkan oleh Bank Indonesia adalah perbankan syariah yang modern, yang bersifat universal, terbuka bagi seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Sebuah sistem perbankan yang menghadirkan bentuk-bentuk aplikatif dari konsep ekonomi syariah yang dirumuskan secara bijaksana, dalam konteks kekinian permasalahan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia, dan dengan tetap memperhatikan kondisi sosio-kultural di dalam mana bangsa ini menuliskan perjalanan sejarahnya. Hanya dengan cara demikian, maka upaya pengembangan sistem perbankan syariah akan senantiasa dilihat dan diterima oleh segenap masyarakat Indonesia sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan negeri. 6. Grand Strategy Pengembangan Pasar Sebagai langkah konkrit upaya pengembangan perbankan syariah di Indonesia, maka Bank Indonesia telah merumuskan sebuah Grand Strategi Pengembangan Pasar Perbankan Syariah, sebagai strategi komprehensif pengembangan pasar yg meliputi aspek-aspek strategis, yaitu: penetapan visi 2010 sebagai industri perbankan syariah terkemuka di ASEAN, pembentukan citra baru perbankan syariah nasional yang bersifat inklusif dan universal, pemetaan pasar secara lebih akurat, pengembangan produk yang lebih 28 beragam, peningkatan layanan, serta strategi komunikasi baru yang memposisikan perbankan syariah lebih dari sekedar bank. Selanjutnya berbagai program konkrit telah dan akan dilakukan sebagai tahap implementasi dari grand strategy pengembangan pasar keuangan perbankan syariah, antara lain adalah sebagai berikut: Pertama, menerapkan visi baru pengembangan perbankan syariah pada fase I, tahun 2008 membangun pemahaman perbankan syariah sebagai Beyond Banking, dengan pencapaian target aset sebesar Rp.50 triliun dan pertumbuhan industri sebesar 40, fase II tahun 2009 menjadikan perbankan syariah Indonesia sebagai perbankan syariah paling atraktif di ASEAN, dengan pencapaian target aset sebesar Rp.87 triliun dan pertumbuhan industri sebesar 75. Fase III tahun 2010 menjadikan perbankan syariah Indonesia sebagai perbankan syariah terkemuka di ASEAN, dengan pencapaian target aset sebesar Rp.124 triliun dan pertumbuhan industri sebesar 81. Kedua, program pencitraan baru perbankan syariah yang meliputi aspek positioning, differentiation, dan branding. Positioning baru bank syariah sebagai perbankan yang saling menguntungkan kedua belah pihak, aspek diferensiasi dengan keunggulan kompetitif dengan produk dan skema yang beragam, transparan, kompeten dalam keuangan dan beretika, teknologi informasi yang selalu up-date dan user friendly, serta adanya ahli investasi keuangan syariah yang memadai, sedangkan pada aspek branding adalah “bank syariah lebih dari sekedar bank atau beyond banking”. 29 Ketiga, program pemetaan baru secara lebih akurat terhadap potensi pasar perbankan syariah yang secara umum mengarahkan pelayanan jasa bank syariah sebagai layanan universal atau bank bagi semua lapisan masyarakat dan semua segmen sesuai dengan strategi masing-masing bank syariah. Keempat, program pengembangan produk yang diarahkan kepada variasi produk yang beragam yang didukung oleh keunikan value yang ditawarkan saling menguntungkan dan dukungan jaringan kantor yang luas dan penggunaan standar nama produk yang mudah dipahami. Kelima, program peningkatan kualitas layanan yang didukung oleh SDM yang kompeten dan penyediaan teknologi informasi yang mampu memenuhi kebutuhan dan kepuasan nasabah serta mampu mengkomunikasikan produk dan jasa bank syariah kepada nasabah secara benar dan jelas, dengan tetap memenuhi prinsip syariah, dan Keenam, program sosialisasi dan edukasi masyarakat secara lebih luas dan efisien melalui berbagai sarana komunikasi langsung, maupun tidak langsung media cetak, elektronik, onlineweb-site, yang bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang kemanfaatan produk serta jasa perbankan syariah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

C. Efisiensi dan Produktivitas